12 j
Pemberian kewenangan kepada penyidik tindak pidana asal untuk menyidik dugaan tindak pidana pencucian uang;
k Perluasan instansi yang berhak menerima hasil analisis atau pemeriksaan ppatk;
l Penataan kembali kelembagaan PPATK;
m Penambahan kewenangan PPATK, termasuk kewenangan untuk menghentikan sementara
transaksi; n
Penataan kembali hukum acara pemeriksaan tindak pidana pencucian uang; dan o
Pengaturan mengenai penyitaan harta kekayaan yang berasal dari tindak pidana.
D. Rezim TPPU Indonesia
Setelah dilakukannya review yang dilakukan oleh negara-negara yang tergabung dalam FATF, pada bulan Juni tahun 2001 untuk pertama kalinya Indonesia termasuk dalam NCCTs Non-Coorperative
Countries and Territories. Predikat sebagai NCCTs ini diberikan kepada negara atau teritori yang dianggap tidak mau bekerjasama dalam melakukan upaya global untuk memerangi kejahatan
pencucian uang. Predikat tersebut menempel pada Indonesia sampai dengan 2005. Langkah awal yang dilakukannya Indonesia dimulai sejak April 2002 dengan disahkannya UU No. 15
Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang, dengan pokok-pokok pemikiran:
Secara tegas TPPU dinyatakan sebagai suatu tindak pidana kejahatan; Mendirikan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan PPATK sebagai focal point d
dengan tugas pokok mengkoordinasikan langkah-langkah pemberantasan kejahatan pencucian uang;
Kewajiban penyampaian laporan transaksi keuangan mencurigakan dan transaksi keuangan tunai dengan batasan-batasan Rp. 500.000.000,- dari Penyedia Jasa Keuangan PJK kepasda
PPATK dalam jangka waktu 14 hari; Pengecualian pelaksanaan kerahasiaan bank dalam rangka penerapan UU TPPU.
Meskipun sudah mengeluarkan aturan mengenai kejahatan pencucian uang, namun hal ini dirasa belum dapat mengakomodasi FATF 40+8 recommendation and international best practice. Pada
tahun 2002, FATF menyampaikan kepada Indonesiaterkait dengan hal-hal yang perlu diperhatikan oleh Indonesia untuk membangun rezim anti-pencucian uang yang efektif dan memenuhi
international best practice, yakni:
13
Belum adanya kerangka pengaturan yang komprehensif dalam kaitannya dengan standar anti-pencucian uang untuk lembaga keuangan non-bank, seperti asuransi dan stockbrokers.
Belum adanya ketentuan tentang fit and proper test untuk lembaga keuangan non-bank. Belum adanya ketentuan tentang know your customer untuk lembaga keuangan non-bank.
Perlunya memperluas pengertian transaksi keuangan yang mencurigakan dalam UU TPPU, sehingga termasuk kewajiban melaporkan transaksi yang diduga menggunakan dana hasil
dari kejahatan. Belu ada a kete tua lara ga pe eria i for asi a ti tippi g off dalam UU TPPU.
Perlunya mempersingkat jangka waktu pelaporan transaksi keuangan mencurigakan dari PJK kepada PPATK, karena 14 hari terlalu lama.
Perlunya meniadakan batasan threshold hasil kejahatan proceed of crime yang dalam UU TPPU ditetapkan sebesar Rp. 500.000.000,-.
Adanya potensi untuk tidak dapat membekukan dan menyita hasil kejahatan yang besarnya dibawah batasan Rp. 500.000.000,-.
Belum adanya ketentuan yang mengatur bantuan hukum timbal balik mutual legal assistance
13
Ibid. Hlm 73
13 Belum beroperasinya PPATK sebagai Financial Intelligence Unit FIU.
Dengan dilakukannya segala arahan yang diberikan FATF Indonesia berhasil keluar dari daftar NCCTs pada. Dengan demikian dapat dilihat bahwa rezim anti-pencucian uang yang didirikan di Indonesia
merupakan arahan dari dunia internasional, dalam hal ini melalui peran FATF. FATF sendiri lahir lantaran adanya gerakan awal yang dilakukan oleh Amerika Serikat yang menjadi negara pertama
yang berinisiatif untuk memerangi kejahatan pencucian uang pada tahun 1930,
14
dengan kata lain FATF mengikuti jejak sebagaimana dianut oleh Amerika Serikat pada awal memerangi kejahatan
tersebut.
E. Tindak Pidana Asal dalam UU TPPU