bedah pada meningioma yang berlokasi di daerah seperti dasar tengkorak atau daerah parasagital, dimana upaya reseksi dapat membahayakan struktur
neurovaskular. Stereotactic radiotherapy SRT menggunakan penempatan stereotactic
dan gradien dosis yang sama dengan SRS namun memiliki keuntungan berupa fraksinasi sehingga memungkinkan tidak terkenanya jaringan normal.
Metode ini bermanfaat untuk tumor dengan ukuran yang lebih besar. Peranan kemoterapi ajuvan pada pasien dengan meningioma masih tidak
jelas dan terus berkembang. Kemoterapi diberikan pada lesi-lesi yang tidak dapat dioperasi, terutama pada saat terjadinya progresi tumor atau rekurensi setelah
radioterapi. Berbagai pendekatan telah dilakukan, mencakup penggunaan obat sitotoksik, agen molekuler, immunomodulator, dan obat yang memanipulasi
hormon.
6
7
Faktor prognostik yang paling penting pada meningioma adalah luasnya reseksi awal dan grade histologis tumor.
8
I.2. Tujuan Penulisan
Laporan kasus ini dibuat untuk membahas aspek epidemiologi, etiologi, gambaran klinis, penegakan diagnosis, penatalaksanaan serta prognosis dari
penderita meningioma.
I.3. Manfaat Penulisan
Dengan adanya laporan kasus ini diharapkan dapat diperoleh penjelasan mengenai epidemiologi, etiologi, gambaran klinis, penegakan diagnosis,
penatalaksanaan serta prognosis dari penderita meningioma. .
II. LAPORAN KASUS
II.1. Identitas Pribadi
Seorang Laki-laki S, 45 tahun, suku Jawa, agama Islam, alamat Aceh, datang ke RS Tembakau Deli Medan pada tanggal 13 April 2010.
Universitas Sumatera Utara
II.2. Riwayat Perjalanan Penyakit Keluhan Utama
: Penurunan kesadaran Telaah
: Hal ini dialami OS sejak ± 3 hari sebelum masuk RS terjadi
secara perlahan – lahan yang semakin lama semakin memberat. Sebelumnya os sering mengeluh nyeri kepala, sejak 1 tahun sebelumnya. Nyeri kepala dirasakan
berdenyut di seluruh kepala, memberat jika os batuk, bersin,atau mengedan dan tidak berkurang dengan obat penghilang rasa nyeri. Nyeri kepala bertambah berat
dalam 3 bulan sebelum masuk RS dan diikuti dengan kelemahan badan sebelah kanan yang semakin lama semakin memberat. Riwayat muntah menyembur + 2
kali dalam 1 bulan terakhir sebelum masuk RS. Riwayat kejang -, trauma kepala -, demam -.
Riwayat Penyakit Terdahulu : tidak jelas Riwayat Pemakaian Obat
: Parasetamol
II.3. Pemeriksaan Fisik Keadaan Umum
:
Sensorium : Somnolen
Tekanan Darah : 11070 mmHg
Nadi :
96 xmenit Pernafasan
: 20 xmenit Temperatur
: 37,3°C
Kepala :
Normosefalik
Thoraks :
Simetris fusiform Jantung : Bunyi jantung normal,desah -
Paru – paru : Pernafasan vesikuler, ronkhi -
Abdomen :
Soepel, peristaltik normal
II.4. Pemeriksaan Neurologis
Sensorium : Somnolen
Tanda perangsangan meningeal :
Kaku kuduk - , Kernig sign -,Brudzinski III - Tanda peninggian TIK
: Nyeri kepala + , kejang - , muntah -
Nervus Kranialis :
Universitas Sumatera Utara
N I : Sulit dinilai
N II, III : Pupil isokor Ø 3 mm, RC ++
Funduskopi Optic disc
kanan kiri
- Warna merah gelap merah gelap
- Batas tidak jelas
tidak jelas - Ekskavasio
cembung cembung
- Pembuluh darah - AV
24 24
Perdarahan retina -
- Kesan : Papil Edema
N III, IV, VI : Fenomena doll’s eye + N V
: Refleks kornea + N VII
: Sudut mulut jatuh kanan N IX, X
: Refleks muntah + N XI
: Sulit dinilai N XII
: Lidah istirahat medial Sistim Motorik :
Trofi : normotrofi
Tonus : normotonus
Kekuatan otot : sulit dinilai, kesan lateralisasi kanan
Refleks Fisiologis :
kanan kiri
BicepsTriceps : +
↑+↑ ++ KPR APR :
+ ↑+↑
++ Refleks Patologis
: +
- Sistim sensibilitas
: sulit dinilai Vegetatif
: dalam batas normal Vertebra
: dalam batas normal Gejala Serebellar
: tidak dijumpai Gejala ekstrapiramidal
: tidak dijumpai Fungsi luhur
: sulit dinilai
Universitas Sumatera Utara
II.5. Diagnosa Awal