BAB II LANDASAN TEORI
2.1.Pengertian Belajar 1.
Crobach 1954, mengatakan bahwa belajar ditunjukan oleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pada pengalaman.
2. Sartain 1973, belajar ialah suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
3. Crow and Crow 1958, belajar adalah memperoleh kebiasaan-kebiasaan pengetahuan
dan sikap. 4.
C.T. Morgan, memberi definisi belajar ialah perubahan tingkah laku yang relative menetap sebagai hasil dari pengalaman-pengalaman lampau.
Jadi dari pendapat-pendapat beberapa ahli di atas mengenai pengertian belajar trdapat beberapa kesamaan yang menyatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil
interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain pendapat para ahli di atas belajar dapat diartikan pula sebagi aktivitas pengembangan diri melalui pengalaman,
bertumpu pada kemampuan diri belajar di bawah bimbingan pengajar guru.
2.2.Proses Belajar Mengenai proses bagaimana perbuatan belajar itu terjadi, Crobach 1954 mengemukakan ada
tujuh aspek atau elemen dalam proses belajar. Ketujuh elemen ini merupakan langkah-langkah atau proses belajar yang berlangsung dalam diri individu. Ketujuh elemen proses belajar tersebut
ialah sebagai berikut.
1. Tujuan
Artinya perbuatan belajar dimulai karena ada tujuan yang ingin dicapai da perbuatan ditujukan untuk mencapai tujuan itu. Hal ini mengandung implikasi bahwa perbuatan belajar yang efisien
akan berlangsung jika dimulai dengan tujuan yang jelas. Siswa hendaknya menyadari dengan jelas tujuan tersebut.
1. Kesiapan
Sewaktu tindakan dalam belajar diperlukan adanya kesiapan dalam diri individu siswa baik kesiapan fisik maupun kesiapan mental. Kesiapan dapat diartikan sebagai sejumlah pola-pola
respon atau kecakapan tertentu yang diperlukan untuk suatu tindakan. Jadi bila siswa telah sampai pada taraf kematangan tertentu, artinya siswa telah sampai taraf kematangan sosialnya,
maka siswa tersebut telah siap untuk melakukan fungsi-fungsi kegiatan sosial. Berhasil tidaknya
perbuatan belajar yang dilakukan individu akan banyak bergantung kepada kesiapan siswa. Para pengajar seharusnya mengetahui tingkat kesiapan para siswa untuk perbuatan belajar.
1. Situasi
Aspek ketiga dari proses belajar ialah situasi yaitu seluruh obyek-obyek orang atau simbol- simbol dalam lingkungan siswa. Situasi dapat pula diartikan sebagai kemungkinan yang
mempengaruhi respon siswa. Pengalaman siswa dalam suatu situasi akan mempengaruhi respon siswa dalam situasi lain. Demikian proses belajar secara keseluruhan akan berlangsung dalam
situasi tertentu, dalam situasi ini terdapat beberapa kemungkinan untuk melakukan kegiatan belajar. Penerapan dari prinsip ini ialah agar belajar dapat berhasil, maka situasi belajar
hendaknya diperhatikan.
1. Interprestasi pengarahan
Interprestasi dapat diartikan suatu proses pengarahan perhatian kepada bagian-bagian dalam situasi, menghubungkannya dengan pengalaman-pengalaman masa lampau, kemudian
meramalkan apa yang dapat dilakukan dalam situasi tersebut dalam menyampaikan tujuan belajar. Dalam perbuatan belajar kemampuan menafsirkan berbagai kemungkinan dari suatu
situasi adalah menentukan proses belajar.
1. Respon tindakan
Setelah siswa menafsirkan situasi yang dihadapinya, kemudian memilih dan melakukan suatu tindakan yang dianggap paling memadai untuk tujuannya. Misalnya dalam situasi belajar
memecahkan suatu soal, dalam fase ini siswa melakukan tindakan-tindakan yang dianggap paling memadai untuk memecahkan soal-soal itu setelah menafsirkan berbagai kemungkinan
dalam situasi yang dihadapi.
1. Akibat
Akibat merupakan fase yang selanjutnya akan dihadapi oleh siswa setelah melakukkan responnya. Akibat yang akan dialami akan mempunyai berbagai kemungkinan, mungkin berhasil
dan mungkin gagal. Jika berhasil siswa akan merasa puas, dan kemudian merencanakan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan kemudian. Sebaliknya jika gagal, siswa akan merasa
kecewa dan selanjutnya akan memikirkan tindakan-tindakan yang akan dilakukannya kemudian.
1. Reaksi terhadap kegagalan
Pengalaman sukses dan gagal dalam proses belajar itu bersifat individual. Misalnya saja dalam suatu ujian ada siswa yang sudah merasa berhasil kalau dia mendapat nilai enam, tetapi ada
siswa lain yang merasa mendapat nilai enam itu sebagai kegagalan dalam belajar. Reaksi terhadap kegagalan ini tergantung kepada taraf keinginan atau taraf aspirasi siswa mengenai
prestasi belajarnya.
BAB III PEMBAHASAN