Analisis Potensi Pengembangan Kawasan Agropolitan Distrik Cilimus Berbasis Agribisnis Komoditas Ubi Jalar di Kabupaten Kuningan

ANALISIS POTENSI PENGEMBANGAN
KAWASAN AGROPOLITAN DISTRIK CILIMUS BERBASIS
AGRIBISNIS KOMODITAS UBI JALAR
DI KABUPATEN KUNINGAN

YATI MARYATI

SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ”Analisis Potensi
Pengembangan Kawasan Agropolitan Berbasis Agribisnis Komoditas Ubi Jalar di
Distrik Cilimus Kabupaten Kuningan” adalah karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan
tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal dan dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.


Bogor,

Juni 2009
Yati Maryati
A 156070154

ABSTRACT
YATI MARYATI. Analysis of Potensial Development Agropolitan Cilimus
District Based on Sweet Potato Agribussiness in Kuningan Regency. Under
direction of ERNAN RUSTIADI and DARMAWAN.
Kuningan Regency has a great potency in agricultural sector. The dominant
commodity which developed by the community in Cilimus District is sweet potato.
The value added of whole products were very low because there were no
agroindustries. So that the regency government will build the integrated
agropolitan zone development based on sweet potato commodity in Cilimus
District. The purposes of the research are: 1) to identify the land suitability and
potential location, 2) to analyze financial feasibility, 3) to analyze efficiency and
the prospect of market, (4 ) to identify potential agro-industry development and
value added sweet potato commodity, 5) to identify choice of the public opinion

about type of agro-industry developmentand 6) to identify effect of development
agropolitan district Cilimus to local economic development. The research was
conducted in Cilimus District in Kuningan Regency. This study used land
suitability analysis, financial analysis, chain of marketing and industrial tree,
analytical hierarchy process (AHP). The result showed that there are two types
of potential lands (wet land and dry land); prospective products are flour sweet
potato, sauce sweet potato, fructose, frozen sweet potato. There are 3 levels of
collecting traders from village, district until sending trader, and the sending trader
enjoyed the biggest profit. The direction of development based on location,
chosen product, the actor and the market prospect. All the activities are designed
in a District Cilimus which including many stakeholders participation.
Keywords: agropolitan, sweet potato, agro-industry.

RINGKASAN

YATI MARYATI. Analisis Potensi Pengembangan Kawasan Agropolitan
Distrik Cilimus Berbasis Agribisnis Komoditi Ubi Jalar Di Kabupaten
Kuningan. Dibimbing oleh ERNAN RUSTIADI and DARMAWAN.
Masterplan
Agropolitan

Kabupaten
Kuningan
Tahun
2005,
mengidentifikasi bahwa Distrik Cilimus sebagai distrik prioritas pengembangan
dengan salah satu komoditi unggulan utamanya adalah komoditi ubi jalar dengan
tingkat produksi mencapai 100 ribu ton/tahun. Distrik adalah istilah dalam
agropolitan, yang menunjukkan suatu pengembangan kawasan yang tidak
dibatasi oleh batas administrasi. Distrik Cilimus meliputi 9 kecamatan, yaitu
Cilimus, Pancalang, Mandirancan, Cigandamekar, Cipicung, Japara, Jalaksana,
Cipicung dan Karamatmulya.
Di samping lokasi yang memenuhi persyaratan tumbuh tanaman, aspek
keuntungan finansial merupakan suatu keharusan dalam pengusahaan suatu
komoditi. Aspek pasar merupakan aspek yang menentukan bagi keberhasilan
budidaya ubi jalar. Petani tidak kesulitan menjual komoditi ubi jalar karena
banyak pedagang pengumpul yang akan membeli. Namun yang menjadi
masalah apakah rantai pemasaran ubi jalar telah efisien, jika dilihat dari margin
share yang diterima petani. Keberhasilan pengembangan kawasan agropolitan
Distrik Cilimus sangat ditentukan oleh adanya keterlibatan stakeholder. Untuk itu
perlu diketahui bagaimana preferensi stakeholder dalam memilih jenis

pengembangan agribisnis komoditas ubi jalar yang paling tepat dan diharapkan
dapat mendukung perkembangan kawasan agropolitan Distrik Cilimus.
Selanjutnya apakah pengembangan kawasan agropolitan Distrik Cilimus
mempunyai dampak terhadap kesejahteraan petani secara umum.
Tujuan Penelitian ini yaitu (1) Mengetahui lokasi dan luas lahan potensial
yang dapat dijadikan acuan untuk estimasi produksi komoditas ubi jalar; (2)
Menganalisis kelayakan finansial usahatani tanaman ubi jalar pada tiap kelas
kesesuaian lahan; (3) Menganalisis efisiensi kelembagaan pemasaran ubi jalar;
(4) Menganalisis potensi pengembangan agribisnis dan nilai tambah dari
komoditas ubi jalar; (5) Mengetahui pilihan stakeholder terhadap jenis
pengembangan agribisnis komoditas ubi jalar; (6) Mengetahui dampak
pengembangan kawasan agropolitan Distrik Cilimus yang berbasis komoditas ubi
jalar terhadap perkembangan ekonomi lokal.
Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara maupun pengamatan
langsung terutama untuk memperoleh data sosial ekonomi. Data sekunder yang
digunakan adalah luas panen, luas tanam, produktivitas komoditi ubi jalar, data
analisa ekonomi usahatani pertanian, data curah hujan, peta Rupa Bumi
Indonesia (RBI), peta tanah, peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), peta
administrasi dan peta pengunaan lahan eksisting (land-use).

Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis
kesesuaian lahan pada tingkat ordo berdasarkan kriteria FAO (1976), yaitu S1
(sangat sesuai), S2 (sesuai), S3 (cukup sesuai) dan N (tidak sesuai), analisis
finansial untuk tanaman semusim yang meliputi instrumen Revenue/Cost (R/C
Ratio), Benefit/Cost Ratio (B/C Ratio) dan Break Event Point (BEP), Return of
Investment; analisis margin tata niaga; analisis pohon industri; dan analisis
preferensi masyarakat dengan metode Analytical Hierarchy Proccess/AHP serta
uji beda beda pendapatan dengan menggunakan analisis t-student.

Luas lahan yang berpotensi untuk pengembangan tanaman ubi jalar
lahan basah (sawah irigasi dan tadah hujan) adalah seluas 8.230 ha, dengan
estimasi produksi ubi jalar mencapai 166.950 per musim tanam. Sedangkan
lahan kering yang potensial adalah belukar seluas 2.080 ha dan ladang seluas
1.640 ha, dengan estimasi produksi ubi jalar dapat mencapai 80.032 per musim
tanam. Saat ini produksi ubi jalar di Kabupaten Kuningan mencapai 104.833
ton/tahun dan permintaan pasar mencapai 131.000 ton/tahun. Estimasi produksi
ini dapat dijadikan acuan untuk menutupi kekurangan produksi (minus) ubi jalar
sebesar 26.000 ton/tahun
Komoditas ubi jalar merupakan komoditas secara finansial layak untuk
diusahakan, ditunjukkan oleh nilai Revenue Cost Ratio (R/C Ratio) dan B/C Ratio

sebesar 2.84 dan 1.84 (pada lahan S1). Nilai titik impas (BEP) harga usahatani
ubi jalar pada lahan S (sesuai) sebesar Rp.353. Berdasarkan nilai ROI sebesar
184%, berarti setiap Rp.100 modal yang diinvestasikan, usahatani ubi jalar akan
menghasilkan keuntungan sebesar Rp.184. Nilai–nilai tersebut secara umum
menunjukkan bahwa usahatani ubi jalar relatif sangat menguntungkan
dibandingkan dengan tanaman palawija lainnya.
Margin share yang diterima petani belum sebanding dengan resiko biaya
dan tenaga yang telah dikeluarkan petani. Ini menunjukkan kalau rantai tata
niaga ubi jalar di kawasan agropolitan Distrik Cilimus belum efisien, karena pada
umumnya masih dikuasai pedagang pengumpul dan pedagang besar. Dengan
telah berkembangnya dan bertambahnya industri pengolahan ubi jalar di Distrik
Cilimus, petani ubi jalar memiliki pilihan dalam memasarkan komoditas ubi jalar.
Petani dapat menjual ubi jalar ke industri pengolahan selain dijual ke pedagang
pengumpul dan pedagang besar. Keadaan ini dapat membuat posisi tawar
(bargaining position) petani dalam tata niaga ubi jalar menjadi lebih baik.
Potensi pengembangan komoditas ubi jalar, ada 10 jenis produk turunan
(derivatif) yang dapat dikembangkan dari ubi jalar, sebanyak 5 (lima) produk
turunan ubi jalar telah dilakukan di Distrik Cilimus, baik skala rumah tangga,
industri kecil dan industri menengah. Produk turunan yang telah dikembangkan
adalah ubi jalar untuk konsumsi rumah tangga, ubi jalar beku, tepung ubi jalar,

pasta ubi jalar dan pati ubi jalar. Sedangkan potensi produk turunan ubi jalar
yang potensial dapat dikembangkan menjadi industri adalah pati menjadi
dekstrim, asam cuka (asam asetat), alkohol, gula fruktosa dan pakan ternak.
Analisis AHP (Analytical Hierachy Proccess) menunjukkan pendapat
stakeholder yang menjadi responden dalam penelitian. Pada saat ini pilihan
terbaik adalah menjual langsung ubi jalar dalam bentuk segar daripada dilakukan
proses pengolahan pada komoditas ubi jalar. Pilihan ini diduga dilatarbelakangi
oleh beberapa alasan, diantaranya pada saat harga ubi jalar tinggi, pengolahan
ubi jalar menjadi tidak efisien selain memerlukan waktu, biaya proses
pengolahan ubi jalar cukup tinggi, apalagi di saat adanya kenaikan BBM (bahan
bakar minyak) sehingga memerlukan modal yang cukup besar.
Hasil uji statistik t–student menunjukkan adanya perbedaan nyata antara
rata–rata pendapatan petani ubi jalar monokultur dengan petani ubi jalar
tumpang sari. Hal ini menunjukkan bahwa usahatani ubi jalar mempunyai
pengaruh cukup besar dalam meningkatkan pendapatan petani secara umum.
Untuk melihat perkembangan kawasan agropolitan Distrik, dilihat dari
indeks kemampuan daya beli yang cenderung meningkat. Periode tahun 2005–
2006, indeks kemampuan daya beli meningkat 0.52. Sedangkan periode tahun
2006–2007 indeks kemampuan daya beli meningkat 0.65. Meskipun peningkatan
indeksnya hanya 0.13 poin, tapi itu sudah cukup signifikan mengingat komponen

ini, sensitif terhadap kebijakan makro ekonomi seperti kenaikan harga kebutuhan
pokok, indeks harga konsumen (IHK) dan kenaikan bahan bakar minyak (BBM).

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2008

Hak Cipta dilindungi Undang – Undang :
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
dan menyebutkan sumber :
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan
karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalah.
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruhnya
karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa ijin IPB.

ANALISIS POTENSI PENGEMBANGAN
KAWASAN AGROPOLITAN DISTRIK CILIMUS
BERBASIS AGRIBISNIS KOMODITAS UBI JALAR
DI KABUPATEN KUNINGAN


YATI MARYATI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah

SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

Judul Penelitian

:

Analisis Potensi Pengembangan Kawasan Agropolitan
Distrik Cilimus Berbasis Agribisnis Komoditas Ubi Jalar
di Kabupaten Kuningan


Nama

:

Yati Maryati

NRP

:

A 156070154

Program Studi

:

Ilmu Perencanaan Wilayah

Disetujui
Komisi Pembimbing


Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr.
Ketua

Dr. Ir. Darmawan, M.Sc.
Anggota

Diketahui
Ketua Program Studi
Ilmu Perencanaan Wilayah

Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr.

Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS.

Tanggal Ujian : 23 Juni 2009

Tanggal Lulus :

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia
dan hidayah-Nya sehingga karya tulis ilmiah ini berhasil diselesaikan pada
waktunya. Tema yang dipilih dalam karya tulis ini adalah ”Analisis Potensi
Pengembangan Kawasan Agropolitan Distrik Cilimus Berbasis Agribisnis
Komoditas Ubi Jalar di Kabupaten Kuningan”.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
Bapak Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr. selaku ketua komisi pembimbing, dan Dr. Ir.
Darmawan, M.Sc. selaku anggota komisi pembimbing dan Ir. Fredian Tony,
M.Sc. selaku penguji luar komisi yang telah banyak memberikan bimbingan,
saran dan masukan. Selain itu penulis juga sampaikan terima kasih kepada
Pusbindiklatren Bappenas atas kesempatan beasiswa yang diberikan dan
kepada Pemerintah Kabupaten Kuningan yang telah memberikan ijin belajar.
Kepada seluruh staf pengajar dan manajemen Program Studi Ilmu Perencanaan
Wilayah (PWL) IPB, penulis sampaikan ucapan terima kasih atas bekal ilmu dan
wawasan serta bantuan atas kelancaran administrasi selama melaksanakan
studi. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada petani dan
stakeholder yang telah bersedia menjadi narasumber untuk bahan dalam
penyusunan karya tulis ini. Tak lupa ucapan terima kasih untuk teman–teman
PWL Khusus dan Reguler angkatan 2007, atas bantuan, kerjasama dan
dorongan yang tiada henti dalam proses penyelesaian karya tulis ini. Terakhir
dan terpenting, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada seluruh keluarga
besar yang berada di Kuningan, Bandung dan Jakarta, atas pengertian, do’a dan
kasih sayang yang tiada henti.
Ibarat kata pepatah ’tak ada gading yang tak retak’, meskipun dalam
karya tulis ini masih banyak ditemui kekurangan dan keterbatasan, namun
semoga tetap dapat bermanfaat.

Bogor,

Juni 2009
Penulis

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 24 Mei 1971 dari pasangan
Jacub Supardiaman dan Tuti Sumartini. Kemudian dibesarkan dan
menyelesaikan pendidikan Taman Kanak–Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD) dan
Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Sumedang. Setelah itu menamatkan
pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di Bandung.
Tahun 1990 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI
(Ujian Saringan Masuk IPB), dan selama pendidikan penulis mengambil jurusan
Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian dan lulus pada tahun 1995.
Setelah lulus pendidikan sarjana, penulis sempat bekerja di perusahaan
swasta dan KADIN Jawa Barat. Kemudian diterima dan memulai karir sebagai
Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada Tahun 1998 dan ditempatkan sebagai staf
pada Bagian Ekonomi Sekretariat Daerah Kabupaten Kuningan. Pada Tahun
2002 ditempatkan di Kantor Promosi dan Penanaman Modal Daerah, selanjutnya
pada Tahun 2005 sampai sekarang ditempatkan di Dinas Komunikasi dan
Informatika Kabupaten Kuningan. Kesempatan untuk melanjutkan ke jenjang
pascasarjana diberikan melalui beasiswa pendidikan dari Pusbindiklatren
Bappenas pada tahun 2007 dan pada tahun yang sama penulis diterima pada
Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor.

DAFTAR ISI
hal
DAFTAR TABEL…………………………………………………………………

iii

DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………...

v

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………..…………..……………

vi

PENDAHULUAN……………..………………………………………………....

1

Latar Belakang…………………….………………………....................

1

Perumusan Masalah………………………………………………..……

3

Tujuan.……………………………………………..................................

8

Manfaat Penelitian.……………………………………………….……...

8

TINJAUAN PUSTAKA………..…………………………………….…………..

9

Komoditas Ubi Jalar.……………………………………………..………

9

Pengembangan Wilayah………………………………………..……….

10

Keterkaitan Antar Wilayah…………...……..…………………………...

12

Pengembangan Kawasan Agropolitan..............................................

12

Pengembangan Agropolitan di Kuningan..........................................

15

Evaluasi Kesesuaian Lahan.......................…………………………...

17

Kelayakan Finansial...........................................................................

19

Marjin Pemasaran..............................................................................

20

Aspek Produksi Pertanian.................................................................

20

Sistem Agribisnis,Agroindustri dan Nilai Tambah..............................

21

Pohon Industri..............................................……………………….....

24

Analytical Hierachy Process…………...…………………………….....

24

METODE PENELITIAN…………..…………………………………................

27

Kerangka Pemikiran..........................................................................

27

Lokasi dan Waktu Penelitian.............................................................

30

Pengumpulan Data............................................................................

31

Metode Wawancara...........................................................................

31

Analisis Kelas Kesesuaian Lahan......................................................

34

Analisis Kelayakan Finansial.............................................................

34

Analisis Margin Tata Niaga................................................................

36

Analisis Pohon Industri......................................................................

36

Analisis Preferensi Masyarakat.........................................................

37

Analisis Uji Beda Pendapatan...........................................................

38

ii
KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN..............................................

41

Kabupaten Kuningan............................................................................

41

Penggunaan Lahan..............................................................................

45

Kawasan Agropolitan Distrik Cilimus....................................................

47

HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................

52

Keragaan Usahatani Ubi Jalar...........................................................

52

Identifikasi Kelas Kesesuaian Lahan.................................................

54

Kesesuaian Lahan Ubi Jalar di Kabupaten Kuningan.......................

55

Kesesuaian Lahan Ubi Jalar di Distrik Cilimus..................................

57

Persebaran Lokasi Lahan Potensial Tanaman Ubi Jalar di Distrik

59

Cilimus...............................................................................................
Kelayakan Finansial Tanaman Ubi Jalar...........................................

62

Pola Tata Niaga Komoditas Ubi Jalar................................................

64

Margin Tata Niaga Komoditas Ubi Jalar............................................

69

Potensi Produksi dan Pasar untuk Komoditas Ubi Jalar...................

73

Potensi Pengembangan Agroindustri Komoditas Ubi Jalar...............

77

Keragaman Produk Turunan dari Komoditas Ubi Jalar.....................

81

Preferensi Masyarakat.......................................................................

83

Skenario Pengembangan Industri.....................................................

89

Peningkatan Kinerja Usahatani Ubi Jalar..........................................

90

Perkembangan Kawasan Agropolitan Distrik Cilimus........................

93

SIMPULAN DAN SARAN...........................................................................

98

Simpulan............................................................................................

98

Saran.................................................................................................

99

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................

100

LAMPIRAN..................................................................................................

104

iii
DAFTAR TABEL
Hal
2

1

Produksi Tanaman Palawija di 4 Distrik Agropolitan.............................

2

Pendapatan Usahatani Ubi Jalar Dibandingkan dengan Ubi Kayu,
Kedelai dan Jagung...............................................................................

4

3

Negara Importir Utama Ubi Jalar Dunia Tahun 2003–2003...................

6

4

Sistem Urutan (Rangking) Saaty...........................................................

25

5

Tujuan, Metode Analisis, Data, Sumber Data dan Output.....................

32

6

Jenis dan Luas Tanah di Kabupaten Kuningan.....................................

42

7

Penggunaan Lahan Eksisting di Kabupaten Kuningan..........................

44

8

Jenis Penggunaan Lahan di Kabupaten Kuningan................................

45

9

Pembagian Distrik Pengembangan Kawasan Agropolitan....................

48

10

Perkembangan Produksi Tanaman Pangan di Distrik Cilimus Tahun
2004–2007.............................................................................................

49

11

Kesesuaian Lahan Tanaman Ubi Jalar di Kabupaten Kuningan...........

55

12

Kesesuaian Lahan Tanaman Ubi Jalar di Distrik Cilimus......................

57

13

Kesesuaian Lahan Berdasarkan Penggunaan Lahan Eksisting ...........

59

14

Lahan Potensial Berdasarkan Peruntukan Lahan dalam RTRW...........

60

15

Hasil Analisis Finansial untuk Komoditas Ubi Jalar...............................

63

16

Perbandingan Nilai R/C Ratio dan B/C Ratio antara Ubi Jalar dengan
Komoditas Palawija Lainnya..................................................................

64

17

Marjin Tata Niaga Ubi Jalar di Distrik Cilimus Kabupaten Kuningan 1..

69

18

Marjin Tata Niaga Ubi Jalar di Distrik Cilimus Kabupaten Kuningan 2..

70

19

Perkiraan Neraca Produksi dan Permintaan Ubi Jalar di Kabupaten
Kuningan................................................................................................

72

20

Estimasi Potensi Produksi Ubi Jalar di Lahan Basah............................

73

21

Estimasi Potensi Produksi Ubi Jalar di Lahan Kering............................

74

22

Harga Produk Ubi Jalar di Kabupaten Kuningan Tahun 2006–
2008.......................................................................................................

75

23

Urutan Prioritas Faktor Kriteria Penentu Prioritas Pemilihan Jenis
Pengembangan Agribisnis Ubi Jalar......................................................

84

24

Urutan Prioritas Pemilihan jenis Pengembangan Agribisnis Ubi Jalar
di Distrik Agropolitan Cilimus Kabupaten Kuningan...............................

85

25

Kontribusi Pendapatan dari Usahatani Ubi Jalar terhadap Pendapatan
Rumah Tangga Petani...........................................................................

94

26

Hasil Analisis Uji t-student Perbandingan Pendapatan Petani Ubi
Jalar Monokultur dengan Petani Ubi Jalar Tumpang Sari.....................

95

27

Perbandingan Capaian IPM Kab. Kuningan Tahun 2006–2007............

96

iv
DAFTAR GAMBAR
Hal
1

Keterkaitan Perkotaan dan Perdesaan dalam Agropolitan....................

14

2

Mata Rantai Kegiatan Agribisnis............................................................

21

3

Kerangka Pikir Penelitian.......................................................................

30

4

Peta Administrasi Kabupaten Kuningan................................................

33

5

Diagram Alur Penelitian.........................................................................

40

6

Peta Penggunaan Lahan Eksisting Kabupaten Kuningan.....................

46

7

Peta Distrik Agropolitan Kabupaten Kuningan......................................

50

8

Tanaman Ubi Jalar di Distrik Cilimus Kabupaten Kuningan..................

53

9

Peta Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Ubi Jalar di Kabupaten
Kuningan................................................................................................

56

10

Peta Kelas Kesesuaian Tanaman Ubi Jalar di Distrik Cilimus..............

58

11

Peta Lahan Potensial Tanaman Ubi Jalar di Distrik Cilimus.................

61

12

Pola Tata Niaga Ubi Jalar di Kabupaten Kuningan...............................

65

13

Teknologi Pengolahan Sementara Ubi Jalar.........................................

79

14

Pohon Industri Pengolahan Ubi Jalar....................................................

82

15

Diagram Hirarki Pemilihan Jenis Pengembangan Ubi Jalar..................

83

v
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
1

Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Ubi Jalar (lpomoea
batatas)................................................................................................

105

2

Hasil Percobaan Pemupukan Ubi Jalar pada 3 Jenis Tanah...............

106

3

Luas Tanam, Luas Panen, dan Produksi Komoditas Ubi Jalar di
Kabupaten Kuningan Tahun 2004–2006.............................................

107

4

Data Peta Satuan Lahan Evaluasi di Distrik Cilimus Kabupaten
Kuningan..............................................................................................

108

5

Kesesuaian Lahan Evaluasi di Distrik Cilimus Kabupaten
Kuningan..............................................................................................

114

6

Analisis Kelayakan Usahatani Komoditas Ubi Jalar.............................

120

7

Analisis Kelayakan Usahatani Komoditas Padi....................................

121

8

Analisis Kelayakan Usahatani Komoditas Jagung...............................

122

9

Analisis Kelayakan Usahatani Komoditas Kedelai...............................

123

10

Kuesioner Analisis Usahatani..............................................................

124

11

Kuesioner Marjin Pemasaran...............................................................

126

12

Kuesioner Preferensi Masyarakat........................................................

129

13

Jenis dan Sumber Data Penelitian.......................................................

133

14

Data Pendapatan Petani Ubi jalar Monokultur dan Tumpang Sari......

134

15

Hasil Analisis Beda Pendapatan Petani (Uji t–student).......................

135

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Secara umum peran sektor pertanian masih besar baik dalam skala
nasional maupun regional. Sektor ini masih mampu memberi kontribusi yang
cukup signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional pada Tahun
2007 sebesar 12%. Karena sektor pertanian mempunyai keterkaitan erat dengan
sektor

industri

yang

menjadi

subsistem

hilirnya

sehingga

berpotensi

meningkatkan nilai tambah. Dengan keterkaitan ini, sektor pertanian diharapkan
dapat mengatasi permasalahan ketenegakerjaan, pangan dan pertumbuhan
perekonomian regional.

Peran penting lain sektor pertanian adalah sebagai

basis pengembangan ekonomi regional termasuk di wilayah perdesaan sehingga
berperan dalam pengembangan wilayah dan dapat mengurangi kesenjangan
pembangunan.
Sebagai daerah agraris yang mayoritas penduduknya bertani, sektor
pertanian memegang kendali utama perekonomian di Kabupaten Kuningan.
Pada tahun 2007, sektor pertanian menyumbang 33,18 persen dalam Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Kuningan. Dominasi sektor
pertanian didukung suburnya lahan pertanian di daerah ini. Di Kuningan bagian
Timur yang sebagian besar dataran rendah lebih cocok untuk tanaman padi dan
palawija. Sedangkan di Kuningan bagian Barat, yang merupakan dataran tinggi
(kaki Gunung Ciremai) lebih cocok dengan tanaman hortikultura.
Dengan pertimbangan arahan kebijakan pengembangan wilayah pada
tingkat makro serta arahan kebijakan pembangunan daerah Kabupaten Kuningan
sebagaimana dituangkan dalam Perda Kabupaten Kuningan No. 30 Tahun 2004
tentang Program Pembangunan Daerah (Propeda) dan kebijakan sektoral yang
mengarah pada pengembangan kegiatan agribisnis dengan basis ekonomi
pertanian yang mantap yang didukung oleh kegiatan industri yang berorientasi
kepada agroindustri dan pengembangan sektor pariwisata, maka model
pendekatan teoritis yang dapat diaplikasikan dalam proses penyusunan RTRW
Kabupaten Kuningan adalah Konsep Agropolitan.
Konsep Agropolitan didefinisikan sebagai kota pertanian yang tumbuh
dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis serta mampu
melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan pertanian
(agribisnis) di wilayah sekitarnya (Deptan, 2002). Konsep tersebut ditindaklanjuti

2
dengan penyusunan Masterplan Agropolitan yang ditetapkan melalui Peraturan
Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 11 Tahun 2005. Dalam Masterplan tersebut
telah ditetapkan menjadi 4 (empat) Distrik Pengembangan Agropolitan, yaitu :
Distrik Kuningan, Distrik Cilimus, Distrik Ciawigebang, dan Distrik Luragung.
Setiap distrik memiliki karakteristik yang berbeda ditinjau dari potensi sumber
daya alam dan pemanfaatannya dalam bentuk kegiatan pertanian.
Dari perspektif pengembangan wilayah, maka pertimbangan penting yang
biasa digunakan untuk melihat potensi komoditas suatu kawasan adalah
komoditas tersebut dapat mencukupi kebutuhan sendiri dan mampu mensuplai
ke kawasan lain serta komoditas tersebut memiliki daya saing pasar terhadap
komoditas lainnya. Dalam hal ini, komoditas ubi jalar dijadikan sebagai basis
komoditas unggulan dalam mendukung pengembangan kawasan agropolitan
Distrik Cilimus, didasarkan pada beberapa pertimbangan, diantaranya dari data
produksi 7 komoditas palawija utama di setiap distrik pengembangan agropolitan,
menunjukkan bahwa produksi komoditas ubi jalar sebagian besar dihasilkan di
Distrik Cilimus (Tabel 1).
Tabel 1 Produksi Tanaman Palawija Utama di 4 Distrik Agropolitan
Kecamatan
Kuningan
Luragung
Ciawigebang
Cilimus

Padi
Sawah
67.634
94.851
68.558
89.170
320.213

Kacang Kacang
Jagung Kedelai Tanah
Hijau
(dalam ton)
10.646
25
440
440
9.959
808
1.303
1.303
584
60
2.110
2.110
1.754
12
920
920
22.943
905
4.773
4.773

Ubi
Kayu

Ubi
Jalar

24.558
9.864
8.230
4.089
46.741

3.275
407
3.731
86.199
93.594

Sumber : MasterPlan Agropolitan Kabupaten Kuningan (2005)

Data produksi ubi jalar pada tahun 2005, Indonesia hanya menghasilkan
1,2 persen dari total produksi dunia. Departemen Pertanian (2005) menyebutkan
kebutuhan nasional mencapai 2.170.426 ton/tahun dengan produksi mencapai
2.753.356 ton/tahun. Sebagian besar surplus produksi ubi jalar secara nasional
diekspor ke negara Malaysia, Singapura, Jepang, Korea dan Cina. Produktivitas
ubi jalar di Indonesia secara umum masih sangat rendah jika dibandingkan
dengan beberapa negara lain yaitu rata-rata 9,8 ton/ha, sedangkan di Cina telah
mencapai 20.85 ton/ha dan Jepang mencapai 24.73 ton/ha. Produksi ubi jalar di
Kabupaten Kuningan pada tahun 2007 telah mencapai 104.833 ton (30 persen
dari total produksi Provinsi Jawa Barat) dengan produktivitas 18,8 ton/ha.

3
Selain itu berdasarkan dari hasil penelitian sebelumnya dalam Masterplan
Agropolitan (2003), menunjukkan bahwa komoditas ubi jalar di Distrik Cilimus :
(1) nilai LQ (Location Quetiont) >1, yang berarti bahwa terjadinya pemusatan
produksi ubi jalar di kawasan Distrik Cilimus secara relatif dibandingkan dengan
total produksi Kabupaten Kuningan, selain itu ditunjukkan dapat memenuhi
kebutuhan sendiri dan mampu mensuplai ke luar distrik; (2) nilai LI (Location
Indeks) mendekati 1, yang berarti bahwa produksi ubi jalar cenderung
berkembang memusat; (3) budidaya ubi jalar memiliki nilai R/C Ratio sebesar
2,94. Nilai R/C Ratio >1 menunjukkan bahwa secara finansial usahatani ubi jalar
menguntungkan; (4) komoditas ubi jalar memiliki daya saing agribisnis yang baik
dibandingkan komoditas lain, hal ini didukung dengan keberadaan beberapa
industri pengolahan ubi jalar di Distrik Cilimus; (5) Komoditas ini dipilih karena
dilihat dari perkembangan luas areal tanam yang mencapai 6.150 ha dan
produktivitas yang semakin meningkat mencapai 18.8 ton/ha.
Namun untuk dapat mengembangkan komoditas ubi jalar di Distrik
Cilimus

dalam

suatu

sistem

agribisnis

diperlukan

perencanaan

yang

komprehensif sehingga dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi
petani, pengusaha, masyarakat, pemerintah dan stakeholder lainnya serta tidak
saja bagi pengembangan kawasan agropolitan Distrik Cilimus tetapi juga bagi
perkembangan ekonomi wilayah Kabupaten Kuningan secara keseluruhan.

Perumusan Masalah
Konsep agropolitan di Kabupaten Kuningan terdiri dari beberapa distrik
dimana distrik-distrik agropolitan didefinisikan sebagai kawasan pertanian yang
mayoritas penduduknya bekerja disektor pertanian dengan kecenderungan
menggunakan pola pertanian modern. Pengembangan kawasan agropolitan
dimaksudkan untuk meningkatkan pendapatan/kesejahteraan petani melalui
percepatan pengembangan wilayah dan peningkatan keterkaitan desa dan kota
dengan mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang berdaya
saing tinggi, berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan otonomi di kawasan
agropolitan.
Hasil identifikasi yang sudah tertuang dalam Masterplan Agropolitan
Kabupaten Kuningan Tahun 2005, bahwa distrik terpilih yang menjadi Distrik
Prioritas Pengembangan adalah Distrik Cilimus dengan komoditas unggulan
adalah ubi jalar dengan produksi mencapai 104.833 ton/tahun. Distrik adalah

4
istilah dalam agropolitan, yang menunjukkan suatu pengembangan kawasan
yang tidak dibatasi oleh batas administrasi. Distrik Cilimus meliputi 9 kecamatan,
yaitu Cilimus, Pancalang, Mandirancan, Cigandamekar, Cipicung, Japara,
Jalaksana, Cipicung dan Karamatmulya.
Ubi jalar merupakan tanaman yang relatif mudah dibudidayakan, tahan
terhadap kekeringan dan air, cepat menghasilkan, mudah disimpan dan tahan
lama dan mempunyai rasio produksi dan lahan yang cukup tinggi. Varietas lokal
ubi jalar AC Putih dan AC Merah yang banyak dibudidayakan di Kabupaten
Kuningan. Setiap tahun produksi ubi jalar sekitar 100.000 ton, atau sekitar 30
persen dari total produksi Provinsi Jawa Barat. Varietas ubi jalar yang banyak
ditanam di Kuningan adalah varietas lokal, yaitu varietas Anak Ciremai (AC),
Bogor, Jakarta, Jitok, Ceret, dan Lempengan. Sentra ubi jalar di Distrik Cilimus
berada di Kecamatan Cilimus, Cigandamekar, dan Jalaksana.
Meskipun usahatani ubi jalar relatif lebih menguntungkan dari sisi
keuntungan finansial dibandingkan dengan tanaman palawija yang lainnya
(seperti terlihat pada Tabel 2). Namun sejumlah permasalahan dihadapi, antara
lain kuantitas dan kualitas ubi jalar yang dihasilkan masih belum merata untuk
setiap petani. Pada umumnya transaksi jual beli sebagian besar masih dilakukan
di lokasi panen turut melemahkan posisi tawar petani, sehingga petani tidak
memiliki kesempatan untuk membandingkan harga. Sebagian besar penguasaan
lahan petani pemilik berskala kecil, rata–rata kurang dari 0,5 hektar, hal ini
menjadikan usahatani ubi jalar menjadi kurang efisien.

Masalah lain yang

dihadapi petani masih terbatasnya akses modal terhadap lembaga keuangan,
sehingga sulit bagi petani untuk mengembangkan usahataninya.
Tabel 2 Pendapatan Usahatani Ubi Jalar Dibandingkan dengan Ubi Kayu,
Kedelai dan Jagung
Uraian
Produksi (kg/ha)
Harga Satuan (Rp/kg)
Penerimaan (Rp/ha)
Biaya Saprodi (Rp/ha)
Biaya Tenaga Kerja (Rp/ha)
Biaya Lainnya (Rp/ha)
Total Biaya Produksi (Rp/ha)
Umur Panen

Ubi Jalar
10.560
600
6.336.000
1.560.000
2.275.000
250.000
4.085.000
4

Ubi Kayu
10.500
250
2.625.000
1.080.000
1.275.000
150.000
2.505.000
9

Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Barat (2005)

Jagung
1.400
2.200
3.080.000
677.500
1.615.000
450.000
2.742.500
3

5
Selain mudah dibudidayakan, umur tanam ubi jalar sekitar 4 bulan. Umur
tersebut umumnya relatif lebih pendek dibandingkan dengan jenis umbi-umbian
yang lain.

Pada lahan basah (sawah) atau kering (ladang), ubi jalar dapat

dibudidayakan melalui model tumpang sari, tetapi bisa juga ditanam sebagai
komoditas utama. Karena keterbatasan pengetahuan petani mengenai kondisi
lahan, pada saat ini petani di Distrik Cilimus cenderung menanam tanaman ubi
jalar tanpa memperhatikan kesesuaian lahan dan tanpa pola tanam yang
terencana. Untuk menghindari agar petani tidak dirugikan dengan menanam ubi
jalar di lokasi yang tidak sesuai dengan kriteria tumbuh tanaman (biofisik) dan
aspek spasial (tata ruang), maka diperlukan arahan bagi masyarakat untuk
memilih lokasi yang potensial menghasilkan produksi ubi jalar yang tinggi.
Lokasi potensial penting untuk diketahui, selain untuk melihat aspek kesesuaian
lahan juga untuk melihat potensi produksi yang dapat dihasilkan dari areal tanam
tersebut.
Selain lokasi areal tanam, faktor kelayakan usaha juga merupakan hal
yang perlu diperhatikan. Aspek keuntungan finansial merupakan suatu
keharusan dalam pengusahaan suatu komoditas.

Ada kalanya skala usaha

petani hanya mencapai break event point (BEP) dan tidak memperoleh
keuntungan yang cukup memadai dari hasil tanaman ubi jalar. Ini kemungkinan
terjadi, karena selama ini petani belum melakukan perhitungan aspek
keuntungan finansial bagi usahatani tanaman ubi jalar.

Agar petani tidak

mengalami kerugian, maka perlu dilakukan analisis kelayakan finansial pada tiap
kelas kesesuaian lahan untuk tanaman ubi jalar.
Dari aspek pemasaran, ubi jalar dari Distrik Cilimus sebagian besar
dibawa ke luar Distrik Cilimus (Kuningan, Cirebon, Bandung, dsb). Permintaan
pasar dunia terhadap komoditi ubi jalar (beserta produk turunannya) untuk
kebutuhan makanan olahan dan industri masih cukup tinggi (Fuglie, 2004). Dari
Tabel 3 menunjukkan potensi peluang pasar dunia untuk komoditas ubi jalar
dilihat dari 9 (sembilan) negara impotir ubi jalar terbesar di dunia. Sedangkan
menurut data BPS (2008), negara Malaysia, Singapura, Jepang, Korea dan Cina
merupakan pasar ekspor ubi jalar maupun produk olahannya yang berasal dari
Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa peluang ekspor komoditas ubi jalar
sebenarnya masih terbuka luas.

6
Tabel 3 Negara Impotir Utama Ubi Jalar Dunia Tahun 2000–2003
No

Negara

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Kanada
Italia
Inggris
Amerika Serikat
Malaysia
Perancis
Jepang
Singapura
Saudi Arabia
Lainnya
Dunia

Volume (Ton)
Tahun 2000

Tahun 2001

18.543.000
10.029.000
6.145.000
8.026.000
4.389.000
4.859.000
3.678.000
3.001.000
500.000
21.671.000
18.543.000

19.117.000
14.811.000
7.431.000
6.825.000
4.388.000
5.367.000
4.845.000
3.621.000
1.592.000
23.458.000
91.455.000

Tahun 2002

Tahun 2003

19.917.000
20.056.000
10.595.000
13.290.000
9.604.000
11.578.000
6.160.000
6.593.000
5.790.000
8.223.000
5.121.000
6.479.000
3.174.000
5.901.000
3.056.000
4.173.000
1.617.000
2.356.000
18.535.000
22.847.000
83.569.000 101.496.000

Sumber : FAO (2004)

Aspek pasar merupakan aspek yang menentukan bagi keberhasilan
budidaya ubi jalar. Pada saat ini petani tidak kesulitan menjual komoditas ubi
jalar karena banyak pedagang pengumpul yang akan membeli. Namun yang
menjadi masalah apakah rantai pemasaran ubi jalar telah efisien. Dalam arti
apakah keuntungan yang didapat petani (margin share) cukup sebanding dan
sesuai dengan korbanan petani dalam mengelola usahataninya. Bila belum
efisien, faktor apa yang menyebabkannya dan apa alternatif pemecahan masalah
tersebut sehinga rantai pemasaran ubi jalar menjadi lebih efisien.
Potensi pengembangan komoditas ubi jalar masih sangat luas, selain
dikonsumsi langsung sebagai bahan pangan, produk olahannya berupa tepung
dan pasta dibutuhkan oleh industri pangan, industri pakan ternak, dan industri
kimia. Produk olahan yang dapat diperoleh dari ubi jalar di antaranya adalah
tepung pati, pasta ubi jalar, keripik, selai, saus, sirup, gula fructosa dan alkohol.
Selain itu, tepung ubi jalar dalam jumlah tertentu juga dapat menjadi substitusi
tepung terigu dalam pemakaian sebagai bahan baku pengolahan makanan.
Harus diakui, selama ini sebagian besar masyarakat Indonesia hanya mengolah
ubi jalar secara tradisional yaitu dengan menggoreng, merebus ataupun dikukus.
Tepung pati yang merupakan produk setengah jadi dari ubi jalar dapat digunakan
sebagai salah satu bahan baku dalam pembuatan kembang gula, es krim, roti,
kue dan beberapa minuman sirup.
Di Jepang, tepung pati tersebut menjadi salah satu bahan baku
pengolahan sirup glukosa dan sirup fruktosa. Sedangkan di Amerika Serikat, ubi

7
jalar selain dikonsumsi sebagai bahan pangan juga digunakan sebagai bahan
baku dalam industri lem, fermentasi, tekstil, farmasi dan kosmetik.

Secara

umum, ubi jalar sebenarnya menyimpan potensi sebagai pangan alternatif dan
juga menguntungkan dari segi bisnis. Di Distrik Cilimus sudah ada industri
pengolahan dengan bahan baku ubi jalar yang berbagai produk turunannya telah
diekspor ke Jepang dan Korea. Dengan kapasitas produksi 80 ton ubi jalar
segar per hari, pasokan bahan baku ubi jalar dari Kuningan masih belum
mencukupi dan kekurangannya masih didatangkan dari daerah lain diantaranya
dari Majalengka, Purwakarta, Purbalingga, Garut, Purwakarta, Purwekerto,
Batang, Magelang dan Malang.

Selain itu, untuk mendukung perkembangan

agroindustri ubi jalar, pada saat ini telah dibangun industri pengolahan ubi jalar
(untuk pembuatan chips, grates dan tepung ubi jalar) yang dibangun oleh
Pemerintah Kabupaten Kuningan, namun pada saat ini pengelolaan dan
pemanfaatannya masih belum optimal.
Sebagian besar petani di Distrik Cilimus menjual ubi jalar dalam bentuk
ubi jalar segar (mentah) langsung di on-farm (di lahan). Tata niaga seperti ini,
selain membuat posisi tawar petani menjadi lemah dalam menentukan harga
(karena petani tidak mempunyai kesempatan memilih jalur pemasaran lain) dan
tidak ada nilai tambah yang dapat diperoleh petani. Nilai tambah pengolahan ubi
jalar menjadi berbagi produk pangan cenderung dinikmati oleh pihak lain (industri
pengolahan atau industri makanan). Meskipun ada beberapa petani yang telah
melakukan pengolahan, namun masih terbatas pada pengolahan yang bersifat
tradisional, seperti pembuatan penganan dan kue berbahan dasar ubi jalar.
Keberhasilan pengembangan kawasan agropolitan Distrik Cilimus sangat
ditentukan oleh adanya keterlibatan stakeholder. Untuk itu perlu diketahui
bagaimana preferensi stakeholder dalam memilih jenis pengembangan agribisnis
komoditas ubi jalar yang paling tepat dan diharapkan dapat mendukung
perkembangan kawasan agropolitan Distrik Cilimus. Selanjutnya apakah
pengembangan kawasan agropolitan Distrik Cilimus mempunyai dampak
terhadap kesejahteraan petani secara umum.
Dengan memperhatikan permasalahan dan latar belakang yang telah
diuraikan, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini, yaitu :
1.

Dimanakah lokasi dan berapa luas lahan potensial untuk tanaman ubi jalar
berdasarkan aspek fisik lahan dan spasial?

2.

8
Bagaimanakah kelayakan finasial pengusahaan tanaman ubi jalar pada tiap
kelas kesesuaian lahan?

3.

Bagaimana efisiensi kelembagaan pemasaran komoditas ubi jalar?

4.

Bagaimana potensi pengembangan agribisnis dan nilai tambah dari
komoditas ubi jalar?

5.

Bagaimana preferensi stakeholder terhadap pilihan jenis pengembangan
agribisnis komoditas ubi jalar?

6.

Bagaimana dampak pengembangan kawasan agropolitan di Distrik Cilimus
yang berbasis komoditas ubi jalar terhadap pendapatan keluarga petani
dan kesejahteraan masyarakat lokal?
Tujuan
Dengan memperhatikan latar belakang dan permasalahan, dapat

dirumuskan beberapa tujuan seperti di bawah ini :
1.

Mengetahui lokasi dan luas lahan potensial yang dapat dijadikan acuan
untuk estimasi produksi komoditas ubi jalar.

2.

Menganalisis kelayakan finansial usahatani tanaman ubi jalar pada tiap
kelas kesesuaian lahan.

3.

Menganalisis efisiensi kelembagaan pemasaran ubi jalar.

4.

Menganalisis potensi pengembangan agribisnis dan nilai tambah dari
komoditas ubi jalar.

5.

Mengetahui pilihan stakeholder terhadap jenis pengembangan agribisnis
komoditas ubi jalar.

6.

Mengetahui dampak pengembangan kawasan agropolitan Distrik Cilimus
yang berbasis komoditas ubi jalar terhadap pendapatan keluarga petani
dan kesejahteraan masyarakat lokal.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam beberapa
aspek, diantaranya :
1.

Dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada Pemerintah Kabupaten
Kuningan dalam mengembangkan wilayah, terutama wilayah yang menjadi
kawasan pengembangan agropolitan Distrik Cilimus.

2.

Sebagai proses pembelajaran dan bahan referensi dalam pengembangan
kawasan agropolitan.

TINJAUAN PUSTAKA

Komoditas Ubi Jalar
Ubi jalar (lpomomea batatas L) adalah tanaman bahan pangan yang
memiliki nutrisi tinggi dan mudah dibudidayakan, tahan terhadap kekeringan dan
air, cepat menghasilkan, mudah disimpan dan tahan lama dan mempunyai rasio
produksi dan lahan yang cukup tinggi. Menurut seorang ahli Botani Rusia, Nikolai
Ivanovich Vavilov, tanaman ini berasal dari Amerika Tengah yang menyebar ke
seluruh dunia terutama negara–negara yang beriklim tropis pada abad ke XVI
sampai ke kawasan Asia terutama Filipina, Jepang dan Indonesia. Nama lokal
tanaman ubi jalar sangat bervariasi, di Jawa Barat bernama Boled, di Jawa
Tengah dan Jawa Timur disebut Tela Rambat, di Jepang dikenal dengan nama
Shoyu dan dalam bahasa Inggris dikenal dengan sebutan Sweet Potato.
Mazulla (1994) menyatakan bahwa 17% dari waktu tanam ubi jalar untuk
masa pertumbuhan, 26 % untuk persiapan bibit/stek dan penanaman, 13 %
untuk pembajakan dan pengolahan tanah, 28% untuk pembalikan tanah selama
masa awal pertumbuhan, 16% untuk masa panen. Penggunaan tenaga kerja
yang paling banyak adalah saat penanaman dan panen. Untuk menjaga kualitas
komoditas ubi jalar, pada saat panen proses pencangkulan dan pemotongan ubi
dari tangkainya adalah proses yang harus mendapat perhatian ekstra. Pada saat
ini, ada dua metode yang bisa dilakukan untuk proses panen yaitu : (1). Secara
konvensial, membongkar tanah dengan menggunakan tangan, dan memotong
umbi dari tangkainya; (2). Secara mekanis, membongkar tanah dengan
menggunakan mesin, pengumpulan dan sortir dilakukan dengan manual
(tangan).
Menurut Mtunda et al. (2001), meskipun ubi jalar secara umum
dimanfaatkan sebagai bahan pangan untuk konsumsi rumah tangga. Namun
pemasaran merupakan masalah penting dan yang menjadi kendala utamanya
adalah daya simpan (shelf-life) ubi jalar segar relatif singkat. Perkiraan tingkat
kerusakan ubi jalar ketika tiba di kota tujuan pemasaran adalah berkisar 43–93%.
Beberapa tipe kerusakan diantaranya pecah, terpotong, terinfeksi cylas spp.
(boleng

atau

lanas)

dan

berakar.

Semua

kerusakan

tersebut

dapat

memperpendek shelf-life ubi jalar, berakar dan kehilangan berat (weight-less).
Menurut Smit (1997), budaya lokal yang membiarkan hasil panen ubi jalar
ditumpuk di tempat panen dan melakukan panen secara bertahap, juga

10
merupakan salah penyebab menurunnya kualitas ubi jalar. Keadaan tersebut
dapat menyebabkab ubi jalar rentan terkena hama boleng (cylas). Kerusakan
yang terjadi terutama diakibatkan karena buruknya cara menangani panen dan
pasca panen. Buruknya kualitas komoditas ubi jalar yang dihasilkan selain akan
menyebabkan memperpendek shelf-life ubi jalar juga akan menurunkan nilai
komoditas ubi jalar di pasaran, bahkan dapat menghilangkan kesempatan
mendapatkan keuntungan ekonomi yang lebih besar.
Menurut Fuglie (2004), permintaan komoditas ubi jalar masih sangat
terbuka luas untuk pasar Asia. Meskipun konsumsi per kapita ubi jalar cenderung
mengalami penurunan, tetapi permintaan ubi jalar dalam bentuk pati dan pakan
ternak cenderung mengalami peningkatan

yang cukup

besar.

Prospek

perkembangan komoditas ubi jalar di pasar international sangat tergantung
kepada daya saingnya terhadap produk sumber karbohidrat lainnya seperti pati
jagung (maizena).
Chips ubi jalar dan sawut ubi jalar (grates) merupakan produk turunan
dari ubi jalar yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi.

Chips ubi jalar dapat

digunakan sebagai bahan dasar formulasi pakan ternak (Gerona and Sanchez,
1995; Yen, 1982) atau dapat diproses lebih lanjut menjadi tepung ubi jalar
(CIATT, 1988; Tan and Orias, 1986; Tan, 1990). Sawut ubi jalar (dried grates)
dapat dipakai sebagai bahan dasar pembuatan makanan tradisional (Truong,
1987) dan juga dapat diproses lebih lanjut menjadi tepung ubi jalar. Pengolahan
ubi jalar segar menjadi dried chips dan grates diperlukan untuk mempertahankan
kualitas produk untuk penyimpanan jangka panjang.

Pengembangan Wilayah
Konsep pengembangan wilayah dikembangkan dari kebutuhan suatu
daerah untuk meningkatkan fungsi dan perannya dalam menata kehidupan
sosial, ekonomi, budaya, pendidikan dan kesejahteraan masyarakat. Pengaruh
globalisasi, pasar bebas dan regionalisasi menyebabkan terjadinya perubahan
dan dinamika spasial, sosial, dan ekonomi antar negara, antar daerah
(kota/kabupaten), kecamatan hingga perdesaan.
Pengembangan wilayah merupakan bagian penting dari pembangunan
suatu daerah terutama di perdesaan yang sangat rentan dan berat menghadapi
perubahan yang berskala global. Perubahan ini, jika tidak didukung suatu
perencanaan wilayah yang baik dengan mempertimbangkan aspek internal,

11
sosial dan pertumbuhan ekonomi akan berakibat semakin bertambahnya desadesa tertinggal. Perubahan paradigma perlu dilakukan dalam menata kembali
daerah-daerah yang dikatagorikan miskin dan lemah agar mampu meningkatkan
daya saing, manajemen produksi dan teknologi tepat guna berbasis lokal yang
mampu mempengaruhi daerah lainnya secara timbal balik. Secara sederhana
konsep pengembangan wilayah perlu dilakukan dalam perencanaan perdesaan
untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lokal dan memperkuat masyarakat di
lapisan bawah agar dapat mempengaruhi pasar secara berkelanjutan.
Terminologi wilayah (region) hingga kini belum ada kesepakatan diantara
para

pakar

ekonomi,

pembangunan,

geografi

maupun

bidang

lainnya

(Richardson, 1975; Alkadri 2002). Sebagian ahli mendefinisikan wilayah merujuk
pada tipe-tipe, fungsi wilayah atau kawasan dan korelasi unsur-unsur fisik dan
non fisik dalam pembentukan suatu wilayah. Namun demikian, secara umum
definisi wilayah dapat diartikan sebagai suatu unit geografis yang membentuk
suatu kesatuan. Pengertian unit geografis merujuk pada ruang (spatial) yang
mengandung aspek fisik dan non fisik seperti ekonomi, sosial, budaya, politik,
lingkungan, biologi dan pendidikan. Dalam konteks pembangunan, penerapan
ilmu kewilayahan berpijak pada empat pilar, yaitu: (1) sumber daya alam, (2)
lokasi, (3) ekonomi dan (4) sosial-budaya (socio-culture).
Pengembangan wilayah (regional development) merup