POTENSI PENGEMBANGAN PRODUKSI UBI JALAR (Ipomea batatas L.) DI KECAMATAN CILIMUS KABUPATEN KUNINGAN.

(1)

POTENSI PENGEMBANGAN PRODUKSI UBI JALAR (Ipomea batatas L.) DI KECAMATAN CILIMUS KABUPATEN KUNINGAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Geografi

Oleh : ALIN ALIYANI

0906113

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

POTENSI PENGEMBANGAN PRODUKSI UBI JALAR (Ipomea batatas L.) DI KECAMATAN CILIMUS KABUPATEN KUNINGAN

Oleh Alin Aliyani

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Alin Aliyani 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN ALIN ALIYANI

0906113

POTENSI PENGEMBANGAN PRODUKSI UBI JALAR (Ipomea batatas L ) DI KECAMATAN CILIMUS KABUPATEN KUNINGAN

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: Pembimbing I

Prof. Dr. Ir. Dede Rohmat, MT NIP. 19640603 198903 1 001

Pembimbing II

Drs. Jupri, MT NIP. 19600615 198803 1 003

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Geografi Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Hj. Epon Ningrum, M.Pd NIP. 19620304 198704 2 001


(4)

ii ABSTRAK

POTENSI PENGEMBANGAN PRODUKSI UBI JALAR (Ipomea batatas L.) DI KECAMATAN CILIMUS KABUPATEN KUNINGAN

Pembimbing I : Prof. Dr. Ir. Dede Rohmat, MT Pembimbing II : Drs. Jupri, MT

Oleh : Alin Aliyani (0906113)

Skripsi ini berjudul “Potensi Pengembangan Produksi Ubi Jalar (Ipomea batatas L.) di Kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan.” Usahatani ubi jalar banyak

dilakukan oleh masyarakat setempat, namun setiap tahunnya produksi ubi jalar bersifat fluktuatif. Disamping itu, produktivitas yang dihasilkan masih dibawah angka maksimal. Sehingga di daerah penelitian ini masih memiliki potensi pengembangan dalam rangka meningkatkan produksi ubi jalar. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kondisi geografi baik fisik maupun sosial yang mendukung budidaya ubi jalar, menganalisis potensi pengembangan produksi, dan mengidentifikasi upaya yang dilakukan masyarakat dalam meningkatkan produksi ubi jalar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan jenis metode survei. Adapaun teknik pengumpulan data yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan observasi lapangan dan teknik wawancara. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi literatur dan studi dokumentasi. Data dianalisis dengan menggunakan teknik matching antara syarat tumbuh dengan kondisi seluruh lahan pertanian di Kecamatan Cilimus. Disamping itu, terdapat data yang dianalisis dengan menggunakan teknik persentase, yang hasilnya disajikan dalam bentuk tabel dan gambar. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi fisik dan sosial ekonomi menudukung dalam pengembangan bidudaya ubi jalar di Kecamatan Cilimus. Kondisi fisik meliputi iklim, ketersediaan air, jenis tanah, kemiringan lereng dan topografi. Sedangkan kondisi sosial ekonominya meliputi tingkat pendidikan dan pengalaman petani,luas dan kepemilikan lahan, tenaga kerja, modal, manajemen, dan pemasaran. Dilihat dari kondisi tersebut maka terdapat potensi pengembangan produksiubi jalar baik dengan cara ekstensifikasi, intensifikasi, ataupun peningkatan indeks pertanaman (IP). Luas lahan yang berpotensi untuk pengembangan tanaman ubi jalar di lokasi penelitian adalah 2.604,86 Ha. Dengan adanya potensi-potensi tersebut maka terdapat upaya-upaya yang dilakukan oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan produksi yakni dengan meningkatkan produktivitas, perluasan areal, pengamanan produksi, dan penguatan kelembagaan. Rekomendasi yang diajukan dalam penelitian ini adalah agar petani dan pemerintah bekerja sama untuk mengembangkan potensi agrobisnis yang ada.Selain itu, petani berpartisipasi dalam kelembagaan kelompok tani yang menjadi program pemerintah setempat.

Kata Kunci : Budidaya ubi jalar, Faktor-faktor geografis, Produksi, Potensi pengembangan


(5)

iii ABSTRACT

THE POTENCY OF SWEET POTATO (Ipomea batatas L.) PRODUCTION DEVELOPMENT IN CILIMUS DISTRICT, KUNINGAN REGENCY

Adviser I : Prof. Dr. Ir. Dede Rohmat, MT Adviser II : Drs. Jupri, MT

By : Alin Aliyani (0906113)

This minithesis is entitled “The Potency of Sweet Potato (Ipomea batatas L.) Production Developmentin Cilimus Subdistrict, Kuningan Regency.” Many

farming business of sweet potato were made by local community; however, annual production of sweet potato was fluctuating. In addition, the resulting productivity is still under maximal rate. So there is development potential in this district to increase production of sweet potato. The aims of this research are to identify geographic conditions, both physical and social, which are supporting cultivation of sweet potato, to analyze the potency of production development, and to identify efforts made by community in increasing production of sweet potato. Method used in this research is descriptive of survey type. The data collection techniques are primary data and secondary data. The primary data were derived from field observations and interviews. The secondary data were acquired by literature study and documentation study. The data were analyzed by using matching technique between the growing condition and the entire farming land condition in Cilimus Subdistrict. Furthermore, there are data being analyzed by using percentage technique, the results are presented in the form of table and figure. The results of the research suggest that physical and socio-economic conditions are supporting cultivation of sweet potato in Cilimus Subdistrict. The physical conditions include climate, supply of water and type of land, slope, and topography. The socio-economic conditions include farmer education and experience, land area and ownership, labor, capital, management, and marketing. In light of the conditions, there is potency of sweet potato crop development in extensification, intensification, or improvement of per crop index. Land area having potential for development of sweet potato crop in research location are 2.604,86 Ha. Given the potentials, some efforts were made by community to increase production; that is, improving productivity, extensification of area, security of production, and institutional reinforcement. Recommendations to be proposed under this research are farmers and government should be collaborated on a development of existing agrobusiness potential. In addition, farmers should be participated in farmer organization as a part of local government program.

Keywords: Cultivation of sweet potato, Geographical factors, Production, Development Potential


(6)

vii DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 11

E. Struktur Organisasi ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13

A. Analisis Geografi Terhadap Budidaya Ubi Jalar (Ipomea batatas L.) .... 13

B. Budidaya Ubi Jalar (Ipomea batatas L.) ... 14

C. Daya Dukung Ubi Jalar (Ipomea batatas L) ... 21

D. Pengembangan Pertanian ... 34

E. Strategi Pengelolaan Produksi Ubi Jalar ... 37

F. Sumber Daya Lahan ... 39

G. Kerangka Pemikiran ... 42

BAB III METODE PENELITIAN ... 43

A. Lokasi Penelitian ... 43

B. Metode Penelitian ... 45

C. Populasi dan Sampel ... 46

D. Variabel Penelitian ... 53

E. Definisi Operasional ... 54

F. Instrumen Penelitian ... 56

G. Teknik pengumpulan data ... 57

H. Alat Pengumpulan data ... 59

I. Teknik Pengolahan Data ... 61

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 64

A. Kondisi Geografis Daerah Penelitian ... 64

1. Kondisi Fisik ... 64

a. Letak dan Luas Wilayah Penelitian ... 64


(7)

viii

c. Geologi... 70

d. Geomorfologi ... 74

e. Kondisi Hidrologi ... 76

f. Tanah ... 81

g. Penggunaan lahan ... 85

2. Kondisi Sosial Daerah Penelitian ... 90

a. Jumlah dan Kepadatan Penduduk ... 90

b. Komposisi Penduduk ... 91

c. Transportasi dan Komunikasi ... 98

B. Karakteristik Petani Responden ... 99

1. Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia ... 99

2. Berdasarkan Tempat Tinggal ... 101

3. Berdasarkan Tanggungan Keluarga dan Mata Pencaharian ... 102

4. Berdasarkan Pendidikan ... 105

5. Berdasarkan Pengalaman Usahatani ... 109

C. Kondisi Fisik dan Sosial yang Mendukung Budidaya Ubi Jalar ... 111

1. Kondisi Fisik ... 111

a. Iklim ... 115

b. Ketersediaan Air ... 121

c. Topografi ... 125

d. Kemiringan Lereng ... 128

e. Tanah ... 132

2. Faktor Sosial Ekonomi ... 139

a. Tingkat Pendidikan dan Pengalaman Petani ... 140

b. Luas Lahan Garapan ... 146

c. Tenaga Kerja ... 149

d. Modal ... 154

e. Pengelolaan (Manajemen) ... 160

D. Potensi Pengembangan Produksi Ubi Jalar ... 177

1. Potensi Produksi ... 179

a. Intensifikasi ... 180

b. Ekstensifikasi ... 185

c. Peningkatan Intensitas Pertanaman (IP) ... 191

2. Potensi Pasar ... 191

E. Upaya Masyarakat dalam Meningkatkan Produksi Ubi Jalar ... 197

1. Meningkatkan Produktivitas ... 198

2. Perluasan Areal ... 202

3. Pengamanan Produksi ... 202

4. Penguatan Kelembagaan ... 203

F. Implikasi Penelitian Terhadap Pendidikan Geografi... 204

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 206

A. Kesimpulan ... 206


(8)

ix

DAFTAR PUSTAKA ... 211 LAMPIRAN – LAMPIRAN ... 216 RIWAYAT HIDUP ... 247


(9)

1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Pertanian merupakan kegiatan yang penting dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Sehingga perlu adanya keterampilan dalam mengelola usaha pertanian tersebut. Sejak dahulu nenek moyang kita sudah memperkenalkan teknik atau cara dalam bercocok tanam dan hal ini dilakukan secara turun temurun. Menurut Jumin (2002: 2) “Pada mulanya tindakan agronomi manusia berawal dari berburu dan mengumpulkan hasil hutan untuk dimakan. Mereka berpindah pindah tempat, hanya mengandalkan naluri yang purbais.”Pertanian berkembang di Indonesia, hal ini didukung oleh keadaan fisik yang merupakan negara kepulauan sehingga berpotensi dalam bidang pertanian. Maka dengan adanya potensi tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara agraris. Dimana sebagian besar penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam atau bertani, dengan itu pertanian menjadi sektor yang memegang peranan penting bagi kehidupan masyarakat Indonesia.

Dalam memenuhi kebutuhannya manusia melakukan banyak cara, seperti memanfaatkan segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya. Menurut Suratiyah (2009: 8) mengemukakan bahwa:

Pertanian adalah seluruh kegiatan manusia dalam pengelolaan sumberdaya alam hayati dalam agroekosistem yang sesuai, dengan bantuan teknologi, modal, tenaga kerja, dan manajemen untuk mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan, yang mencakup usaha hulu, usaha tani, usaha hilir, dan usaha jasa penunjang.

Sektor pertanian merupakan bidang perekonomian yang masih menjadi fokus pemerintah untuk terus dikembangkan. Kondisi sosial budaya petani merupakan masalah utama dalam fungsi sektor pertanian dalam pembangunan nasional dan kemampuan sektor tersebut untuk bersaing pada abad yang akan datang. Soetrisno (2002: 3) mengemukakan bahwa:

Berdasarkan data statistik yang ada, saat ini sekitar 75% penduduk Indonesia tinggal di wilayah pedesaan. Lebih dari 54% diantaranya menggantungkan hidup pada sektor pertanian, dengan tingkat pendapatan


(10)

yang relative rendahjika dibandingkan dengan penduduk yang tingaldiperkotaan.

Melihat penduduk Indonesia yang sebagiannya menggantungkan hidup pada sektor pertanian, maka harus ada upaya dalam memajukan sistem pertanian yang ada. Sehingga potensi-potensi tersebut bisa termanfaatkan dengan baik. Salah satu komoditas pertanian yang mengalami peningkatan dan memiliki permintaan pasar dalam negeri yang cukup tinggi adalah bahan pangan. Karena setiap orang pasti membutuhkan bahan pangan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Bahan pangan harus terus dikembangkan, karena manusia tidak lepas dari makanan. Pengembangan tersebut bisa dilakukan dengan intensifikasi, ekstensifikasi ataupun diversifikasi. Setiap wilayah di permukaan bumi memiliki karakteristik yang khas dalam mengembangkan pertanian, baik secara fisis maupun sosial. Luas wilayah Indonesia dengan keragaman agroklimatnya yang memungkinkan pengembangan berbagai jenis tanaman. Peluang pasar yang tinggi diharapkan komoditas bahan pangan Indonesia semakin meningkat sesuai sasaran utama pembangunan nasional.

Pengembangan pertanian di masa datang menghadapi berbagai tantangan yang semakin berat dan kompleks. Penyusutan ketersediaan lahan subur akibat pertambahan penduduk dan pengembangan industri. Menurut Gumbira Sa’id dan Harizt Intan (2004: 53) “Kemajuan pertanian sangat tergantung dari kekuatan dan kemauan seluruh masyarakat untuk mengembangkan komoditas unggulan dalam rangka meningkatkan pendapatan para petani.” Peran masyarakat dalam persaingan pasar dunia masih sangat kurang. Oleh karena itu, upaya dan kemauan masyarakat pertanian dalam pengembangan pertanian sangat diperlukan.

Menurut Hanafie (2010: 26) untuk mengembangkan pertanian dan mengimplementasikan suatu rencana pengembangan pertanian yang efektif, diperlukan lima syarat sebagai berikut :

1. Adanya kemauan mengembangkan pertanian dalam pikiran pimpinan 2. Adanya tingkat kemantapan politik dan kontinuitas perencanaan

pembangunan/pengembangan pertanian

3. Adanya ahli administrasi dan organisasi sebagai pemikir, serta tenaga lokal terampil sebagai pelaksana


(11)

5. Adanya pasar yang luas bagi hasil pertanian

Dalam Pengembangan pertanian disesuaikan pula dengan potensi yang ada di wilayah tersebut. Salah satu komoditas bahan pangan yang berkembang di Indonesia adalah ubi jalar (Ipomea batatas L.) yang banyak dibudidayakan di dataran rendah sampai dataran tinggi. Ubi jalar menyimpan potensi besar sebagai pangan alternatif maupun pengembangan bidang bisnis. Ubi jalar cukup populer di masyarakat Indonesia. Selain sebagai sumber karbohidrat, potensi ubi jalar dalam rangka penganekaragaman pangan pokok bersumber daya lokal sangat baik. Hal ini terutama disebabkan oleh potensi produktivitasnya yang tinggi dan potensi pasar lokal, regional dan internasional yang cukup baik.

Tingkat harga ubi jalar yang rendah dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat salah satu faktor penting untuk mendorong usaha diversifikasi pangan pokok selain beras. Ubi jalar merupakan bahan pangan lokal sumber karbohidrat yang dimanfaatkan umbi akarnya dan dibedakan berdasarkan warna umbinya, yaitu putih, kuning, merah/jingga dan ungu. Ubi jalar dapat diolah menjadi berbagai jenis pangan olahan bahkan berpotensi sebagai bahan baku industri modern (industri perekat, fermentasi, tekstil, farmasi dan kosmetik) seperti yang terdapat di negara maju Amerika Serikat. Di Indonesia ubi jalar dimanfaatkan sebagai bahan baku tepung, nasi instan, mie, dan beras mutiara. Sehingga dari gambaran tersebut ubi jalar memiliki potensi yang baik dalam sektor pertanian. Luas areal panen ubi jalar nasional pada tahun 2011 mencapai sekitar 178.121 Ha yang mengalami penurunan rata-rata 0,7%, dengan produksi dan produktivitasnya mengalami peningkatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1

Perkembangan Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Ubi Jalar (Ipomea

batatas L) di Indonesia Periode 2007-2011

No Komponen Produksi Tahun

2007 2008 2009 2010 2011

1. Luas Panen (Ha) 177,0 174,6 183,9 181,1 178,1 2. Produksi (000 Ton) 1.887 1.882 2.058 2.051 2.196 3. Produktivitas (Ton/Ha) 10,66 10,78 11,19 11,33 12,32 Sumber : Kementrian Pertanian, 2012 dan Hasil Pengolahan


(12)

Menurut data luas areal panen selama periode 1970 - 2009, Provinsi Papua dan Jawa Barat merupakan dua daerah dengan luas panen ubi jalar terbesar di Indonesia, sedangkan menurut tingkat produksi, Provinsi Jawa Barat lebih tinggi dibandingkan dengan Papua (Kementrian Pertanian, 2010). Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi dengan kontribusi produksi ubi jalar tertinggi secara nasional. Selama periode 2007-2011, produksi ubi jalar Jawa Barat meningkat rata-rata 1,90 persen per tahun. Kabupaten Kuningan merupakan kabupaten dengan kontribusi produksi tertinggi (24,7%) pada tahun 2011 mencapai 96,610 ribu ton (Dinas Pertanian: 2011).

Kabupaten Kuningan merupakan daerah yang memiliki potensi dalam bidang pertanian. Beberapa komoditas unggulan Kabupaten Kuningan dapat dilihat pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2

Komoditas Unggulan Tanaman Pangan Kabupaten Kuningan

No Komoditi Produksi (Ton)

1. Padi gogo 9.731

2. Padi sawah 394.566

3. Jagung 24.231

4. Ubi Jalar 101.459

5. Ubi Kayu 51.110

6. Kacang Hijau 422

7. Kacang Tanah 3.778

8. Kedele 1.934

Sumber : Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kuningan, 2011

Bedasarkan Tabel 1.2 dapat diketahui bahwa komoditas unggulan Kabupaten Kuningan salah satunya adalah ubi jalar (Ipomea batatas L). Budidaya ubi jalar mulai terus dikembangkan, bahkan di Kecamatan Cilimus sudah di kenal sebagai salah satu sentra produksi yang produktif di wilayah Jawa Barat yang menyediakan pasokan ubi jalar ke beberapa wilayah (Badan Pusat Statistik: 2011). Dalam hal ini ubi jalar merupakan salah satu produk yang diunggulkan. Menurut Permadi (2009) “Produk agribisnis ubi jalar Kabupaten Kuningan memiliki dua varietas yakni varietas kuningan white dan kuningan red. Kedua varietas ini telah didaftarkan ke PBB sebagai varietas milik masyarakat Kabupaten Kuningan.” Dengan memiliki varietas yang di unggulkan maka sistem


(13)

budidaya harus di tingkatkan, mulai dari lahan, keterampilan petani sampai ke pengolahan pasca panen.

Di Kecamatan Cilimus terdapat agroindustri formal yang mengolah ubi jalar. Produk yang dihasilkan yaitu berupa pasta ubi jalar yang sebagian besar di ekspor ke Negara Jepang. Jepang adalah Negara terbesar pengimpor ubi jalar dari Indonesia. Hal ini bisa terlihat bahwa di daerah tersebut terdapat potensi pasar dari hasil budidaya tersebut. Dengan adanya industri tersebutmaka pertanian ubi jalar di Kecamatan Cilimus dapat dikembangkan dan sosial ekonomi masyarakat pun akan semakin maju. Luas lahan dan produksi ubi jalar setiap tahunnya bersifat fluktuatif. Maka upaya untuk menaikkan produksi per kapita per tahun di setiap daerah ini sangat ditentukan oleh ketersediaan sumberdaya yang ada. Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan No.11 Tahun 2005 (Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Kuningan: 2005) “Masterplan agropolitan di KabupatenKuningan ada empat Distrik Pengembangan Agropolitan, yaitu : Distrik Kuningan, Distrik Cilimus, Distrik Ciawigebang, dan Distrik Luragung.” Setiap Distrik memiliki karakteristik yang berbeda ditinjau dari potensi sumberdaya alam dan pemanfaatannya dalam bentuk kegiatan pertanian.

Dalam hal ini komoditas ubi jalar dijadikan sebagai basis komoditas unggulan dalam mendukung pengembangan kawasan agropolitan Distrik Cilimus, didasarkan pada beberapa pertimbangan, diantaranya adalah lokasi dan potensi wilayah. Perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas dapat dilihat pada Tabel 1.3.

Tabel 1.3

Perkembangan Luas panen, Produksi, dan Produktivitas Ubi Jalar (Ipomea

Batatas L) di Kecamatan Cilimus Periode 2008-2012

No Komponen

Produksi

Tahun

2008 2009 2010 2011 2012

1. Luas Panen (Ha) 2.284 2.349 1.561 2.116 1.883 2. Produksi (Kw) 395.230 425.850 279.510 425.132 370.960

3. Produktivitas

(Kw/Ha) 173,04 181,29 179,06 200,91 202,38 Sumber : UPTD PTP3 Kecamatan Cilimus, Badan Pusat Statistik (2012) dan Hasil Pengolahan


(14)

Gambar 1.1 Perkembangan Luas Panen Ubi Jalar di Kecamatan Cilimus

Gambar 1.2 Perkembangan Produksi Ubi Jalar di Kecamatan Cilimus

Gambar 1.3 Perkembangan Produktivitas Ubi Jalar di Kecamatan Cilimus

0 500 1.000 1.500 2.000 2.500

2007 2008 2009 2010 2011

Lu a s T a n a m (H a ) Tahun

Perkembangan Luas Panen Ubi Jalar di Kecamatan Cilimus 0 100.000 200.000 300.000 400.000 500.000

2007 2008 2009 2010 2011

P ro d u ks i (kw ) Tahun

Perkembangan Produksi Ubi Jalar di Kecamatan Cilimus 150 160 170 180 190 200 210

2007 2008 2009 2010 2011

P ro d u kt iv it a s (K w /H a ) Tahun

Perkembangan Produktivitas Ubi Jalar di Kecamatan Cilimus


(15)

Menurut Grafik dalam Gambar 1.1 luas tanam ubi jalar di Kecamatan Cilimus bersifat fluktuatif. Begitupun dengan produksi ubi jalar bisa dilihat pada Gambar 1.2. Namun perkembangan keduanya cenderung mengalami penurunan. Sedangkan menurut grafik dalam Gambar 1.3 produktivitas ubi jalar mengalami peningkatan. Hal ini bisa dipengaruhi oleh kondisi fisik maupun kondisi sosial dari wilayah tersebut. Hasil produksi dan produktivitas ubi jalar pada tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 1.4.

Tabel 1.4

Luas panen, Produksi, dan Produktivitas Ubi Jalar (Ipomea Batatas L) Menurut Desa di Kecamatan Cilimus Tahun 2012

No. Desa Luas Panen

(Ha) Produksi (Kw)

Produktivitas (Kw/Ha)

1. Bandorasa Kulon 176 35.720 202,95

2. Bandorasa Wetan 184 37.350 202,99

3. Bojong 159 32.120 202,01

4. Linggamekar 119 24.040 202,02

5. Linggasana 131 26.460 201,98

6. Linggarjati 114 23.030 202,02

7. Linggaindah 103 20.810 202,04

8. Cilimus 161 32.680 202,98

9. Caracas 149 30.250 203,02

10. Sampora 146 29.640 203,01

11. Kaliaren 134 27.070 202,01

12. Setianegara 135 27. 270 202,00

13. Cibeureum 122 24.520 200,98

Jumlah 1.883 370.960 202,38

Sumber : UPTD PTP3 Kecamatan Cilimus

Berdasarkan Tabel 1.4 dapat diketahui bahwa produktivitas ubi jalar di Kecamatan Cilimus pada tahun 2012 adalah 202,38 Kw/Ha, dimana produksi ubi jalarnya adalah 370.960 kwintal dengan luas panen 1.883 hektar. Hal tersebut masih di bawah angka yang di harapkan atau di bawah titik optimal. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Juanda dan Bambang (2000: 7) “mengemukakan bahwa potensi hasil tanaman ubi jalar adalah 25 ton – 35 ton per Hektar”. Varietas unggul ubi jalar yang dianjurkan antara lain adalah Daya, Prambanan, Borobudur, Mendut, dan Kalasan. Beberapa permasalahan memang masih dihadapi dalam pengembangan ubi jalar, baik dari segi produktivitas maupun pengolahannya. Hal ini berpengaruh terhadap sulitnya menetapkan harga jual ubi jalar yang relatif murah.


(16)

Sesungguhnya berbagai cara dapat dilakukan demi tingginya produktivitas. Menurut Juanda dan Bambang (2000: 20) “Peningkatan produktivitas tanaman ubi jalar dapat dilakukan dengan cara memperbaiki sistem budidaya dan varietasnya. Disamping itu menurut Banoewidjojo (1983: 8) “Peningkatan produktivitas tanaman pada dasarnya dapat ditempuh melalui dua landasan pokok, ialah memperluas areal pertanian, dan meningkatkan produksi setiap kesatuan luas.

Mengingat tanaman ubi jalar mempunyai banyak manfaat, maka sudah sepatutnya untuk terus dikembangkan, baik melalui intensifikasi ataupun ekstensifikasi. Hal tersebut guna meningkatkan nilai tambah dan pendapatan bagi petani. Kecamatan Cilimus memiliki potensi untuk pengembangan pertanian tanaman pangan, dimana tersedianya sumberdaya alam yang cukup. Beberapa penggunaan lahan yang terdapat di Kecamatan Cilimus yaknihutan, semak belukar, padang rumput, perkebunan, ladang, sawah tadah hujan, sawah irigasi, dan permukiman. Untuk lebih jelasnya masing- masing luas dari penggunaan lahan tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.5.

Tabel 1.5

Komposisi Penggunaan Lahan di Kecamatan Cilimus

No. Jenis Penggunaan Lahan

Luas

Ha %

1. Hutan 520,30 14,64

2. Semak Belukar 113,36 3,19

3. Padang Rumput 3,05 0,09

4. Perkebunan 436,67 20,74

5. Ladang/Tegalan 373,33 10,51

6. Sawah Tadah Hujan 1.177,79 27,53

7. Sawah Irigasi 617,07 14,56

8. Permukiman 310,34 8,74

Jumlah 3.551,91 100


(17)

Gambar 1.4

Grafik Komposisi Penggunaan Lahan di Kecamatan Cilimus

Berdasarkan Tabel 1.5 dan Gambar 1.4 dapat diketahui bahwa jenis penggunaan lahan yang mendominasi daerah penelitian adalah sawah tadah hujan dengan luas wilayah 1.177,79 Ha atau sebesar 27,53 % dari luas wilayah Kecamatan Cilimus. Penggunaan lahan sawah tadah hujan, biasanya dimanfaatkan masyarakat untuk menanam ubi jalar dan padi. Waktu penanaman padi dilakukan ketika musim hujan dengan curah hujan yang cukup tinggi. Setelah itu petani menanam ubi jalar dan dalam setahun dapat dua kali tanam ubi jalar. Tujuan penanaman secara bergantian tersebut adalah untuk menjaga produktivitas tanah serta mengurangi kerugian disaat musim penghujan.

Penanaman ubi jalar bisa dilakukan pada lahan kering ataupun lahan basah. Namun waktu penanaman harus disesuaikan, di lahan kering biasanya di lakukan pada awal musim hujan, sedangkan di lahan basah pada saat kemarau datang. Berdasarkan penggunaan lahan, di daerah penelitian memiliki lahan yang cukup untuk melakukan usahatani ubi jalar. Sehingga dari hal tersebut daerah penelitian memiliki potensi untuk mengembangkan ubi jalar.Potensi lahan yang luas dan produktivitas yang belum maksimalmenjadi faktor untuk mengembangkan usahatani ubi jalar. Usaha untuk merebut persaingan yang masih terbuka ini dapat

15%

3% 0%

21%

10% 27%

15% 9%

Komposisi Penggunaan Lahan di Kecamatan Cilimus

Hutan

Semak Belukar Padang Rumput Perkebunan Ladang/Tegalan Sawah Tadah Hujan Sawah Irigasi Permukiman


(18)

dilakukan dengan melalui program intensifikasi dan ekstensifikasi tanaman ubi jalar, disertai dengan pengembangan industri pengolahan ubi jalar.

Melihat Kondisi tersebut maka penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian terutama mengembangkan produksi ubi jalar sebagai tanaman unggulan di Kabupaten Kuningan.Dalam hal ini Penulis memberi judul “Potensi Pengembangan Produksi Ubi Jalar (Ipomea Batatas L.) di Kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang penulis kemukakan dalam latar belakang masalah maka inti masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana potensi pengembangan produksi ubi jalar (Ipomea batatas L.) di Kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan” Untuk membatasi permasalahan diatas dapat diambil beberapa permasalahan yang menjadi batasan dalam penelitian ini:

1. Bagaimana kondisi geografi baik fisik maupun sosial yang mendukung budidaya ubi jalar (Ipomea batatas L.) di Kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan ?

2. Seberapa besar potensi pengembangan produksi ubi jalar (Ipomea batatas L.) di Kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan ?

3. Upaya apa saja yang dilakukan masyarakat dalam meningkatkan produksi ubi jalar(Ipomea batatas L.) di Kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi kondisi geografi baik fisik maupun sosial yang mendukung budidaya ubi jalar (Ipomea batatas L.) di Kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan

2. Menganalisis potensi pengembangan produksi ubi jalar jalar (Ipomea batatas


(19)

3. Mengidentifikasi upaya yang dilakukan masyarakat dalam meningkatkan produksi ubi jalarjalar (Ipomea batatas L.) di Kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat memberikan masukan pada semua pihak yang berhubungan dengan “Potensi Pengembangan Budidaya Ubi Jalar(Ipomea batats L.) di Kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan”

1. Bagi pemerintah, sebagai bahan masukan untuk menentukan sebuah kebijakan perekonomian dalam bidang agribisnis

2. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan informasi agribisnis Kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan

3. Bagi peneliti lain, diharapakan dapat menjadi salah satu bahan pustaka yang berkaitan dengan pengembangan ubi jalar (Ipomea batatas L.)

4. Memberikan informasi dan memperkaya pengetahuan mengenai potensi pengembangan budidaya ubi jalar, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

E.Struktur Organisasi BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Strukur Organisasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Budidaya Ubi Jalar (Ipomea batatas L.) B. Pendukung Budidaya Ubi Jalar

C. Pengembangan Pertanian


(20)

E. Sumber Daya Lahan

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian B. Metode Penelitian C. Populasi dan Sampel D. Variabel Penelitian E. Definisi Operasional F. Teknik Pengumpulan Data G. Alat Pengumpulan Data H. Teknik Pengolahan Data

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi fisik dan sosial daerah penelitian B. Karakteristik Petani Responden

C. Kondisi Fisik dan Sosial Ekonomi yang Mendukung Budidaya Ubi Jalar

D. Potensi Pengembangan Produksi Ubi Jalar

E. Upaya Masyarakat dalam Meningkatkan Produksi Ubi Jalar

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan


(21)

Alin Aliyani, 2013

BAB III

METODE PENELITIAN A.Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian terletak di Kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan. Kecamatan ini berada di kaki Gunung Ciremai dan berada di bagian utara Kabupaten Kuningan. Berdasarkan Peta Rupabumi skala 1 : 25.000 Lembar 1309-122 Kuningan, Lembar 1309-124 Sumber, Lembar 1309-211 Ciawigebang, dan Lembar 1309-213 Sindanglaut. Kecamatan Cilimus berada pada 06o 51' 35''– 06o54' LS dan 108o24'30'' - 108o30' 58''BT. Sedangkan letak Kecamatan Cilimus berdasarkan lokasi relatif berbatasan dengan :

Sebelah barat : Kecamatan Beber Kabupaten Cirebon Sebelah selatan : Kecamatan Jalaksana

Sebelah timur : Kecamatan Cigandamekar Sebelah utara : Kecamatan Mandirancan

Luas Kecamatan Cilimus adalah 35,52 km2(3.324 Ha) atau sekitar 2,97 % dari total luas wilayah Kabupaten Kuningan (1.117,96 km2). Bagian utara dan barat Kecamatan Cilimus merupakan daerah lereng dan perbukitan dengan ketinggian 500- 800 mdpl, sementara bagian selatan dan timur daerah dataran dengan ketinggian berkisar 360 – 450 mdpl. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Kecamatan Cilimus dilengkapi fasilitas jalan beraspal dalam kondisi baik, sehingga membuat daerah ini mudah dijangkau dan mudah berinteraksi dengan daerah lain di luar kecamatan. Kecamatan Cilimus berada di sebelah utara Kota Kuningan dengan jarak lebih kurang 12 km, melewati Kecamatan Jalaksana dan Kecamatan Keramatmulya, jika dari Bandung jaraknya lebih kurang 184 km ke arah timur, melewati Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Majalengka.


(22)

(23)

Alin Aliyani, 2013 B.Metode Penelitian

Penggunaan suatu metode penelitian berpengaruh besar terhadap keberhasilan penelitian itu sendiri. Menurut Arikunto (2006: 26) mengungkapkan bahwa “Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam menggunakan data penelitiannya.” Sedangkan menurut Surakhmad (1994: 139)

menjelaskan bahwa “Metode adalah cara utama yang digunakan untuk mencapai

tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesis atau penelitian dengan mempergunakan teknik serta alat-alat tertentu.”

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

Berdasarkan penjelasan oleh Nazir (1989: 63) “Metode deskriptif adalah suatu

metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Sedangkan MenurutPrastowo ( 2011: 201) mengemukakan bahwa :

Metode deskriptif merupakan jenis penelitian yang berusaha mengungkap fakta suatu kejadian, objek, aktivitas, proses, dan manusia secara apa adanya pada waktu sekarang atau jangka waktu yang masih memungkinkan dalam ingatan responden. Di dalamnya tidak terdapat perlakuakn atau manipulasi terhadap objek penelitian, sebagaimana yang terjadi pada metode eksperimen.

Jenis metode penelitian deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk menggambarkan seberapa besar potensi pengembangan produksi ubi jalar di Kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan. Dalam penelitian ini, salah satu metode deskriptif yang digunakan adalah survei. Menurut Tika (2005: 6) “Metode survei adalah metode penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan sejumlah besar

data berupa variabel, unit atau individu dalam waktu yang bersamaan.” Survei

dipilih karena memiliki beberapa keuntungan seperti yang dikemukakan oleh Tika (2005: 7) sebagai berikut:

Keuntungan survei adalah sebagai berikut:

1) Dilibatkan oleh banyak orang untuk mencapai generalisasi atau kesimpulam yang dapat dipertanggungjawabkan.

2) Dapat menggunakan berbagai teknik pengumpulan data.

3) Sering tampil masalah – masalah yang sebelumnya tidak diketahui 4) Dapat dibenarkan atau mewakili teori tertentu.


(24)

Alin Aliyani, 2013

Sedangkan Menurut Prastowo (2011: 177) mengemukakan bahwa :

Metode survei adalah metode penyelidikan tentang perulangan kejadian, peristiwa, atau masalah dalam berbagai situasi dan lingkungan yang dilakukan untuk memperoleh keterangan-keterangan faktual guna (sebatas) mendapatkan informasi tentang variabel dengan menggunakan instrumen, seperti kusioner, wawancara, atau kadang observasi. Metode penelitian survei juga merupakan penelitian yang melibatkan unit yang cukup besar.

C.Populasi dan Sampel 1. Populasi

Menurut Sugiyono (2011: 80) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.” Sedangkan menurut Sumaatmadja (1988: 112) “Populasi adalah keseluruhan gejala, individu, kasus, dan masalah yang akan kita teliti, yang ada didaerah penelitian menjadi objek penelitian geografi. Berdasarkan pada pengertian tersebut, maka populasi dalam penelitian ini meliputi populasi wilayah dan populasi manusia.

1) Populasi wilayah

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi wilayah yaitu seluruh lahan pertanianubi jalar yang ada di Kecamatan Cilimus. Kegiatan budidaya ubi jalar ini memanfaatkan lahan sawah tadah hujan, sawah irigasi, tegalan, dan perkebunan dengan luas 1883 Ha atau sekitar 60 % dari luas lahan sawah, tegalan dan perkebunan secara keseluruhan.Berdasarkan populasi wilayah dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1.


(25)

Alin Aliyani, 2013

Tabel 3.1

Populasi Wilayah Kecamatan Cilimus

No. Desa Luas (Ha)

1. Bandorasa Kulon 176

2. Bandorasa Wetan 184

3. Bojong 159

4. Linggamekar 119

5. Linggasana 131

6. Linggarjati 114

7. Linggaindah 103

8. Cilimus 161

9. Caracas 149

10. Sampora 146

11. Kaliaren 134

12. Setianegara 135

13. Cibeureum 122

Jumlah 1.883

Sumber : Hasil Penelitian, 2012

2) Populasi Manusia

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi manusia adalah seluruh petani yang menerapkan budidaya ubi jalar di Kecamatan Cilimus. Populasi manusia yang ada di Kecamatan Cilimus dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Populasi Manusia

No Nama Desa Jumlah Petani

1. Cilimus 1.550

2. Bandorasa Wetan 780

3. Bojong 1.075

4. Linggamekar 474

5. Cibeureum 402

6. Linggaindah 1.059

7. Kaliaren 574

8. Sampora 973

9. Caracas 209

10. Bandorasa Kulon 1.032

11. Linggasana 386

12. Linggarjati 848

13. Setianegara 877

Jumlah 10.239


(26)

Alin Aliyani, 2013 2. Sampel

Menurut Sugiyono (2011: 81) “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.” Sedangkan menurut Sumaatmadja (1988: 112) “Sampel merupakan bagian dari populasi (cuplikan contoh) yang mewakili populasi yang bersangkutan.” Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel manusia dan sampel wilayah.

1) Sampel wilayah

Sampel wilayah dalam penelitian ini adalah sampel kelompok, yaitu populasi yang dibagi beberapa kelompok. Dimana tiap-tiap wilayah populasi secara menyeluruh mempunyai karakteristiknya masing-masing.

Pengelompokan wilayah dalam penelitian ini didasarkan atas satuan lahan yang ada di wilayah Kecamatan Cilimus. Satuan lahan di peroleh dari peta satuan lahan yang merupakan penggabungan dari peta jenis tanah, peta kemiringan lereng dan peta penggunaan lahan. Setelah di peroleh peta satuan lahan sebagai satuan pemetaan sampel yang di ambil secara acak/random (Stratified area

random sampling). Dari peta satuan lahan menghasilkan tujuh jenis satuan lahan

yang refresentatif untuk tanaman ubi jalar. Untuk lebih jelasnya Peta Satuan Lahan dan Sampel Penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.2.


(27)

(28)

Berikut adalah sampel wilayah fisik yang diambil di Kecamatan Cilimus dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3

Sampel Wilayah di Kecamatan Cilimus

No Jenis Satuan

Lahan Desa

Kemiringan

Lereng Jenis Tanah

Penggunaan Lahan

1. I-SI-ALCRK Cilimus I

Asosiasi latosol coklat dan regosol kelabu

Sawah irigasi

2. I-STH-ALCRK Bandorasa

Kulon I

Asosiasi latosol coklat dan regosol kelabu

Sawah tadah hujan

3. I-STH-RKL Bandorasa

Wetan I

Kompleks regosol kelabu dan litosol

Sawah tadah hujan

4. I-TG-ALCRK Linggarjati I

Asosiasi Andosol coklat dan regosol coklat

Tegalan/ ladang

5. II-STH-ALCRK Setianegara II

Asosiasi latosol coklat dan regosol kelabu

Sawah tadah hujan

6. I-SI-LCK Caracas I Latosol Coklat

Kemerahan Sawah irigasi 7. I-KB-ALCRK Cibeuruem I

Asosiasi latosol coklat dan regosol kelabu

Perkebunan Sumber : Hasil Penelitian, 2013

2) Sampel manusia

Sampel manusia dalam penelitian ini terdiri dari beberapa petani yang ada di Kecamatan Cilimus. Sampel diambil secara propotionate stratified random

sampling. Penulis membuat kategori dari tingkat jumlah petani yakni tingkat

jumlah petani tinggi yaitu (>1.000), sedang (500-1000) rendah (>500). Berikut pengklasifikasian jumlah petani yang ada di Kecamatan Cilimus dapat dilihat pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Klasifikasi Petani

Kategori

Tinggi Sedang Rendah

Cilimus Bojong Bandorasa Kulon Sampora Bandorasa Wetan Kaliaren Linggarjati Setianegara Linggamekar Cibeureum Caracas Linggaindah Linggasana Sumber : Hasil Penelitian, 2013


(29)

Pada Tabel 3.2 dapat diketahui bahwa setiap desa memiliki jumlah petani yang berbeda-beda dari tinggi hingga rendah. Kelompok jumlah petani tinggi yakni ada 4 desa, kelompok sedang ada 5 desa, dan kelompok rendah ada 4 desa. Dalam hal ini penulis akan menentukan sampel yang bisa mewakili dari semua jumlah populasi. Dikarenakan ada pengelompokkan sampel tersebut maka jenis teknik pengambilan sampelnya yaitu propotionate stratified random sampling. Namun selain itu, dalam pengambilan sample ini juga memperhatikan dari sampel wilayah. Sehingga sampel wilayah dan sampel manusia dapat representatif.

Untuk mengetahui besaran sampel yang diambil dapat mewakili populasi penduduk Dixon dan B. Lench dalam Tika (2005: 25) membuat pendekatan dengan rumus :

Dimana :

n = Jumlah Sampel

Z = Tingkat kepercayaan (Confidence level), nilai confidence level 95 % adalah 1,96

V = Variabilitas

C = Confidence limit atau batas kepercayaan (10)

a. Menghitung persentase karakteristik sampel dengan menggunakan rumus : P =

x 100%

=

x 100%

= 21% Keterangan :

P = Persentase karaktersitik sampel yang dianggap benar

b. Menentukan variabilitas dengan menggunkan rumus : V = √p (100 – p)

= √21 (100 – 21)


(30)

= √1659

= 40,73 Keterangan: V = Variabilitas

c. Menentukan jumlah sampel yang diambil dengan menggunakan rumus:

n

=

]

2

=

]

2

= [7,98308]2 = 64,73

d. Menentukan jumlah sampel yang dikoreksi (dibetulkan) dengan menggunakan rumus:

n' =

=

=

= 64,53

= 65 sampel (pembulatan)

Dengan demikian jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 65 responden. Rumus yang digunakan untuk menghitung proporsi pada sampel menurut Prasetyo dan Jannah (2010 : 130) :

Adapun hasil perhitungan dari rumus tersebut adalah dapat dilihat pada Tabel 3.5.

sampel =


(31)

Tabel 3.5 Sampel Manusia

No Nama Desa Jumlah Petani Proporsi Responden

1. Cilimus 1550 17

2. Bandorasa Wetan 780 9

3. Caracas 209 2

4. Bandorasa Kulon 1032 12

5. Linggarjati 848 10

6. Cibeuruem 402 5

7. Setianegara 877 10

Jumlah 5.698 65

Sumber : UPTD BP3K Kecamatan Cilimus dan Hasil Pengolahan, 2013

D. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2011: 38) “Variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.” Selanjutnya menurut Seowarno (1987: 51) “Variabel adalah karakteristik yang dapat diamati dari suatu (objek) dan mampu memberikan bermacam-macam nilai

atau beberapa kategori.” Dalam penelitian ini terdapat dua macam variabel yang

saling berhubungan yaitu variabel bebas (undependent variable) dan variabel terikat (dependent variable).Kategori variabel pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6

Kategori Variabel Penelitian

Variabel Bebas (X) Variabel Terikat (Y)

1. Faktor fisik a. Iklim

b. Ketersediaan air c. Jenis tanah d. Topografi

e. Kemiringan lereng 2. Faktor sosial Ekonomi

a. Tingkat pendidikan dan Pengalaman Petani

b. Luas Lahan

c. Status kepemilikan Lahan d. Modal

e. Tenaga kerja f. Pemasaran

1. Potensi Pengembangan Produksi Ubi Jalar (Ipomea batatas L.) a. Perluasan lahan (ekstensifikasi) b. Intensifikasi

c. Kelembagaan 2. Potensi Pasar


(32)

E.Definisi Operasional

Judul dari penelitian ini adalah “Potensi Pengembangan Produksi Ubi Jalar(Ipome batatas L.)di Kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan”. Untuk memperjelas maksud judul diatas maka perlu kiranya mengemukakan penjelasan beberapa istilah dari judul tersebut, yaitu :

1) Potensi

Potensi menurut Baharta Dewi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

(1985: 50) “Potensi adalah suatu daya atau tenaga yang diharapkan atau kekuatan yang ada pada suatu objek.” Dalam hal ini yang terdapat pada suatu wilayah atau kawasan yang merupakan sumber-sumber alam dan manusia baik yang sudah terwujud maupun yang belum terwujud. Diharapkan dapat dimanfaatkan bagi kelangsungan dan perkembangan wilayah tersebut. Sumber daya alam yang dapat mendukung perkembangan budidaya ubi jalar agar dapat dijadikan sebagi salah satu pemasukan bagi suatu wilayah serta potensi yang terdiri dari berbagai potensi yang dapat mendukung untuk dikembangkan baik potensi fisik maupun potensi sosial.

a. Potensi fisik, yaitu keadaan fisik di daerah penelitian yang mendukung dalam pertanian ubi jalar seperti kondisi lahan, iklim, ketersediaan air, keadaan tanah, topografi, dan kemiringan lereng.

b. Potensi sosial ekonomi, yaitu potensi-potensi yang berhubungan dengan berbagai kegiatan masyarakat dan potensi penduduk tersebut di suatu wilayah pengembangan. Potensi sosial itu meliputi tingkat pendidikan dan pengalaman, luas lahan dan status kepemilikan lahan, modal, tenaga kerja, manajemen, dan pemasaran.

2) Pengembangan Produksi

Pengembangan menurut UU RI Nomor 18 Tahun 2002 :

Pengembangan adalah kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bertujuan memanfaatkan kaidah dan teori ilmu pengetahuan yang telah terbukti kebenarannya untuk meningkatkan fungsi, manfaat dan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada, atau menghasilkan teknologi baru.


(33)

Adapun pengembangan merupakan usaha yang sengaja di lakukan dalam rangka meningkatkan kualitas atau keadaan suatu tempat atau daerah dalam pembangunan sektor tertentu yang dalam hal ini mengacu pada sektor pembubidayaan. Sedangkan produksi adalah banyaknya produk dalam usaha tani yang diperoleh dalam rentang waktu tertentu. Adapun yang dimaksud dengan pengembangan produksi dalam penelitian ini adalah usaha-usaha yang dilakukan dalam mengembangkan atau meningkatkan produk yang dihasilkan dalam usaha pertanian. Pengembangan produksi yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu perluasan lahan, peningkatan produktifitas, serta pengembangan kelembagaan.

3) Budidaya Ubi Jalar (Ipomea batatas)

Menurut Undang-undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang sistem budidaya tanaman. Menjelaskan bahwa Sistem budidaya tanaman adalah sistem pengembangan dan pemanfaatansumberdaya alam nabati melalui upaya manusia yang dengan modal,teknologi, dan sumberdaya lainnya menghasilkan barang guna memenuhikebutuhan manusia secara lebih baik.

Dalah hal ini budidaya merupakan usaha yang memberikan hasil. Sedangkan ubi jalar (Ipomea batatas) adalah tergolong tanaman budidaya yang merupakan salah satu makanan pokok diantara empat makanan pokok disamping padi, jagung, dan palawija. Menurut Juanda dan Bambang (2000:1) “ubi jalar merupakan peran yang penting sebagai cadangan pangan apabila produksi padi

dan jagung tidak mencukupi lagi.” Adapun yang dimaksud dengan budidaya ubi

jalar dalam penelitian ini yaitu usaha pertanian yang dilakukan untuk mendapatkan hasil.

4) Potensi Pengembangan Produksi

Menurut Direktorat Budidaya Aneka Kacang dan Umbi Ditjen Tanaman Pangan (2012), Pencapaian peningkatan produksi ubi jalar dapat dilakukan melalui dua strategi utama yaitu :

a. Peningkatan Produktivitas

Upaya peningkatan produktivitas (intensifikasi) dapat dilakukan dengan kegiatan pengembangan model inovasi teknologi, pembinaan teknologi pada


(34)

pertanaman eksisting dan sinergitas kegiatan pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tanaman).

b. Perluasan Areal

Perluasana areal (ekstensifikasi) adalah suatu upaya untuk memperluas lahan areal yang memiliki potensi untuk dijadikan tempat budidaya ubi jalar. Penentuan lahan yang cocok tersebut menggunakan proses kesesuaian lahan fisik.

c. Pengamanan Produksi

Pengamanan dilakukan dalam rangka mengamankan produksi. d. Penguatan kelembagaan

Seperti kelembagaan peyuluhan, kelompok tani(Poktan), Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan).

Adapun yang dimaksud potensi pengembangan produksi dalam penelitian ini adalah menganalisis potensi wilayah baik fisik maupun sosial yang menjadi pendukung dalam usahatani ubi jalar, sehingga diperoleh data mengenai potensi pengembangan produksi ubi jalar.

F. Instrumen Penelitian

Menurut Bagong, Suyanto dan Sutinah (2008: 59) Instrumen penelitian adalah perangkat untuk menggali data primer dari reponden sebagai sumber data terpenting dalam sebuah penelitian survei. Dalam penelitian ini maka penulis menggunakan instrument fisik dan Instrumen Sosial (terlampir pada Lampiran I). a. Instrumen fisik yaitu untuk mengukur kondisi fisik didaerah penelitian seperti :

kemiringan lereng, ketinggian tempat, keadaan tanah, jenis tanah, jenis batuan, iklim dan ketersediaan air.

b. Instrumen sosial ekonomi yaitu instrumenyang digunakan untuk mengidentifikasi tingkat pendidikan dan pengalaman petani, luas dan status kepemilikan lahan, modal, tenaga kerja, teknologi budidaya, dan pemasaran.


(35)

Tabel 3.7

Kisi-kisi Instrumen Penelitian

No Jenis

Informasi Indikator

Bentuk Instrumen

Nomor Pertanyaan

1. Latar belakang responden

a. Identitas responden b.Tanggungan keluarga c. Mata pencaharian d.Pendidikandan

Pengalaman bertani

Format Pedoman wawancara

1 – 4 5 6 7 - 11

2. Faktor Fisik

a.Lokasi b.Iklim

c.Topografi/Kemiringan Lereng

d.Jenis tanah e.Ketersediaan air

Format Pedoman Observasi

A1 – A5 B1 – B9 C1 – C3 D1 – D9 E1 – E5 (Dilengkapi Data

Sekunder)

3. Faktor Sosial Ekonomi

a.Luas dan kepemilikan lahan

b.Modal c.Tenaga kerja d.Pemasaran

Format Pedoman wawancara

12 – 16 17 – 18 19 – 20 44 – 49

4. Pengembangan

a.Budiaya Ubi Jalar b.Produksi

c.Upaya masyarakat

Format wawancara

21 – 40 41 – 43 50 – 52

G.Teknik pengumpulan data

Sesuai dengan metodenya maka penulis memakai teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Observasi lapangan

Menurut Tika(2005: 44) mengemukakan bahwa observasi adalah cara dan teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang ada pada objek penelitian.

Tujuan dari observasi ini dilakukan untuk mendapatkan data aktual dan langsung dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis


(36)

terhadap gejala baru fenomena yang ada pada objek penelitian. Untuk itu, observasi lapangan dilakukan untuk mengobservasi lokasi, baik kondisi fisik maupun sosial daerah penelitian dengan terjun langsung ke lapangan. Proses observasi bersifat terstruktur, karena dalam melakukan pengamatan peneliti menggunakan instrumen penelitian. Dalam hal ini data yang dicari berupa data karakteristik lahan pertanian. Pedoman observasi dapat dilihat pada Lampiran I.

2. Wawancara

Menurut Yunus (2010: 357) “Wawancara adalah kegiatan pengumpulan data yang dilakukan peneliti dengan cara menanyakan langsung pada sumber

informasi.” Dalam hal ini, sumber informasi adalah penduduk yang dapat memberikan keterangan melalui media oral. Tujuan wawancara ini adalah untuk memperoleh data secara langsung dari responden dengan melakukan tanya jawab. Dengan adanya wawancara langsung kepada responden maka data yang dihasilkan adalah faktual. Teknik ini mewawancarai seluruh petani yang mengusahakan budidaya ubi jalar yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Pedoman wawancara dapat dilihat pada Lampiran II.

Jenis wawancara yang dilakukan yaitu wawancara bebas terpimpin, kombinasi antara wawancara bebas dan wawancara terpimpin. Selain bebas menanyakan apa saja namun supaya wawancara terarah dan tepat pada sasaran maka dibantu oleh pedoman wawancara atau kuesioner untuk memperoleh data dan informasi mengatasi variabel yang tercakup dalam variabel penelitian. Variabel yang menjadi pertanyaan dalam wawancara ini adalah sebagai berikut:

a. Identitas petani

b. Luas dan status kepemilikan lahan c. Modal

d. Tenaga kerja

e. Teknik budidaya ubi jalar f. Produksi ubi jalar


(37)

3. Studi Literatur

Studi literatur merupakan suatu kajian terhadap berbagai sumber kepustakaan untuk memperoleh data sekunder yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti melalui buku, jurnal, hasil penelitian pihak lain yang berkaitan dengan penelitian, dan data dari beberapa instansi.Teknik ini penulis gunakan untuk memperoleh data dari berbagai buku untuk menunjang penelitian ini, yang dimaksudkan agar menjadi arahan dan bahan pertimbangan sehingga dapat mempertajam analisis dalam pemecahan masalah. Data yang digunakan seperti buku-buku yang berhubungan dengan budidaya ubi jalar, pertanian, ekonomi pertanian, agribisnis dan lain-lain. Referensi dari instansi misalnya data curah hujan, suhu, air, dan jenis tanah.

4. Studi dokumentasi

Studi dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dengan melihat berbagai dokumen yang ada diberbagai instansi-instansi atau lembaga-lembaga yang terkait dengan penelitian. Dalam hal ini data yang diperlukan yaitu data curah hujan dari Dinas Sumber Daya Air dan Pertambangan, Peta Jenis Tanah untuk mengidentifikasi karakteristik tanah,Peta Geologi untuk menginterpretasi jenis batuan dan penyebarannya, Peta Penggunaan Lahan untuk mengidentifikasi jenis penggunaan lahan di daerah, data tersebut dari BAPPEDA Kabupaten Kuningan. Kemudian untuk data kependudukan berasal dari Kantor Kecamatan Cilimus dan BPS Kabupaten Kuningan.

H.Alat Pengumpulan data 1. Alat penelitian

Dalam penelitian ini penulis memerlukan alat-alat yang mendukung. Alat pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpulkan data dilapangan adalah sebagai berikut:

a. Ceklist lapangan/pedoman wawancara untuk mengetahui data fisik dan

sosial di lapangan secara langsung dengan melakukan observasi langsung ke lapangan.


(38)

b. Global Positioning System (GPS) untuk lebih menetukan letak kawasan

budidaya ubi jalar di Kecamatan Cilimus yang dijadikan daerah penelitian. c. Botol plastik, digunakan untuk menghitung debit sungai. Penggunaan

botol plastik ini merupakan metode pelampung.

d. Alat ukur, untuk mengukur jarak dalam melakukan perhitungan debit. e. pH tester atau kertas lakmus, digunakan untuk mengukur tingkat keasaman

tanah.

f. Busur, untuk menghitung kemiringan lereng secara langsung di lokasi penelitian

g. Kamera, digunakan untuk pengambilan gambar atau mendokumentasikan objek penelitian di lapangan.

h. Pedoman wawancara, adalah sejumlah pertanyaan yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden.

2. Bahan Penelitian

a. Peta Rupabumi skala 1 : 25.000 lembar 1309-122 Kuningan, lembar 1309-124 Sumber, lembar 1309-211 Ciawigebang, dan lembar 1309-213 Sindanglaut. Digunakan untuk memperoleh peta lokasi penelitian yang akan dijadikan pedoman untuk melakukan survey dan identifikasi objek penelitian.

b. Peta Geologi skala 1:100.000. Untuk mengetahui jenis batuan yang tersebar di daerah penelitian.

c. Peta Jenis Tanah skala 1 : 250.000

d. Sumber atau buku-buku yang relevan, data monografi dan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kecamatan Cilimus, yang digunakan sebagai bahan informasi sekunder penelitian.


(39)

I. Teknik Pengolahan Data

Menurut Hasan Iqbal (2004: 24-25) secara sistematis langkah-langkah untuk teknik pengolahan data penelitian yang terkumpul adalah sebagai berikut:

1. Tahap persiapan atau mengoleksi data

Langkah ini dimaksudkan untuk mengetahui kelengkapan data yang terkumpul melalui intrumen penelitian yaitu angket dan pedoman wawancara.

2. Editing data

Pengecekan data-data yang telah dikumpulkan agar data -data yang akan diolah lebih lanjut adalah data-data yang cukup baik dan releven untuk tujuan penelitian.

3. Coding

Coding adalah suatu usaha untuk pengklasifikasian/pengelompokan

jawaban menurut macamya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah data tersebut memenuhi atau belum terhadap pertanyaan peneliti.

4. Tabulasi

Tabulasi data yaitu hasil dari editing dan coding diatas, data-data tersebut kemudian dapat disajikan dalam bentuk tabel, gambar, bagan, dan peta. Data karakteristik lahan berupa parameter-parameter kesesuaian lahan dan pola pengembangan yang terukur dan disajikan persatuan lahan.

5. Interpretasi dan kompilasi peta

Langkah ini dilakukan dengan memanfaatkan data sekunder berupa peta-peta agar diperoleh informasi yang berhubungan dengam karakteristik lahan yang selanjutnya digunakan untuk menentukan kualitas lahan serta pengembangan budidaya tanaman ubi jalar.

6. Skoring dan matching data

Memberikan matching terhadap parameter lahan dan menyajikan dengan persyaratan tumbuh tanaman ubi jalar.


(40)

J. Analisis Data

Setelah data selesai dikumpulkan dengan lengkap dari lapangan, tahap berikutnya yang harus dilakukan adalah tahap analisis data.Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik kuantitatifyaitu dengan memberikan nilai pada masing-masing karakteristik dari sub-sub variabel agar dapat dihitung nilainya. Parameter dari variabel yang dinilai meliputi kondisi fisik, dan kondisi sosial ekonomi.

Teknik analisis data terhadap kondisi fisik yakni dengan menggunakan teknik matching. Adapun teknik matching digunakan untuk menganalisis seberapa besar tingkat kecocokan tumbuh tanaman ubi jalar di lokasi penelitian dengan cara mempertemukan syarat tumbuh untuk tanaman ubi jalar yang merupakan persyaratan tumbuh optimal.

Analisis kondisi fisik lahan diperoleh dengan menggunakan data luas lahan, iklim, Karakteristik tanah, penggunaan lahan, kemiringan lereng, dan morfologi. Data tersebut dari hasil observasi dan interpretasi peta. Teknik penyajian hasil analisis data dalam penelitian ini dalam bentuk peta, tabel, gambar, dan analisis deskriptif.

Disamping itu, dilakukan perhitungan persentase terhadap kondisi sosial para petani ubi jalar di Kecamatan Cilimus. Santoso (2001: 299) mengungkapkan

bahwa “Untuk mengetahui kecenderungan jawaban responden dan fenomena di lapangan digunakan analisis persentase dengan menggunakan formula”. Formula

persentase sebagai berikut :

Keterangan : P = Persentase

f = Ferekuensi setiap kategori jawaban n = Jumlah seluruh responden

100% = Bilangan konstanta


(41)

Untuk mengetahui jawaban responden, penulis menggunakan angka indeks untuk membandingkan suatu objek atau data, baik yang bersifat faktual ataupun perkembangan. Kriteria persentase yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3.8.

Tabel 3.8 Kriteria persentase

No Persentase (%) Keterangan

1. 0 Tidak ada

2. 1 – 24 Sebagian kecil

3. 25 – 49 Kurang dari setengahnya

4. 50 Setengahnya

5. 51 – 74 Lebih dari setengahnya

6. 75 – 99 Sebagian besar

7. 100 Seluruhnya


(42)

206 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis mengenai “Potensi Pengembangan Produksi Ubi Jalar (Ipomea batatas L.)di Kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan”. Maka sebagai bab akhir pada tulisan skripsi ini, dikemukakan kesimpulan dan saran mengenai hasil penelitian.

A.Kesimpulan

Adapun kesimpulan dan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Budidaya ubi jalar (Ipomea batatas L.)diKecamatan Cilimus didukung oleh faktor fisik dan faktor sosial ekonomi. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:

a. Faktor fisik

Suhu rata-rata di daerah ini yaitu 20 – 26 oC dan jumlah curah hujan rata-rata 3016,5 mm/tahun. Berdasarkan klasifikasi iklim Oldeman maka lokasi penelitian termasuk ke dalam tipe C3. Tipe iklim C3 merupakan tipe iklim dengan tanam padi dapat sekali dan palawija dua kali setahun tetapi penanaman palawija yang kedua harus hati – hati jangan jatuh pada bulan kering. Namun dikarenakan di daerah ini terdapat sumber air dari mata air maka penanaman palawija di bulan kering tidak terhambat akibat kekurangan air. Sedangkan berdasarkan klasifikasi iklim menurut Schmidt-Ferguson, daerah ini memiliki nilai R=2,41. Maka menurut kriteria nilai R tipe iklim S-F, dapat diketahui bahwa tipe iklim di Kecamatan Cilimus adalah tipe iklim C dengan sifat agak basah. Hal ini menandakan bahwa daerah penelitian memiliki ketersediaan air yang cukup dan cocok untuk usaha pertanian. Sesuai dengan kondisi iklim, di daerah penelitian banyak lahan yang dimanfaatakan untuk budidaya pertanian, khususnya tanaman palawija yaitu ubi jalar. Persediaan air di lokasi penelitian cukup banyak, yakni bersumber dari mata air-mata air gunung Ciremai. Sehingga banyak di lewati oleh sungai-sungai di antaranya Cigintung, Cihambar, Cipulus, Cikurutuk, Cibacang, Cipereng, Ciawi, Cilame, Cinangka, Cipangsor,


(43)

Cikenden dan sungai-sungai kecil lainnya. Sungai-sungai yang mengalir tersebut dibuat bendung/bendungan agar persediaan air tetap ada, kemudian dibuat saluran irigasi yang berfungsi untuk mengairi lahan pertanian. Kondisi topografi mulai datar hingga berbukit, karena letaknya yang berada di kaki Gunung Ciremai. Lahan yang biasa ditanami ubi jalar yaitu pada kelas kemiringan lereng I dan II, adapun pada kelas III yaitu dengan membuat terasering. Ketinggian tempat daerah ini yang berkisar 400-800 mdpl, semua aspek tersebut memenuhi untuk budidaya ubi jalar. Jenis tanah pada lokasi ini ada empat jenis yaitu Asosiasi Andosol coklat dan Regosol coklat, Asosiasi Latosol coklat dan Regosol kelabu, Kompleks Regosol kelabu dan Latosol, serta Latosol coklat kemerahan. Kondisi tanah tersebut mengandung pasir, kadar lempungnya ringan dan longgar, kondisinya gembur, serta memiliki pH 6-7. Sehingga jenis tanah ini cocok untuk tanaman ubi jalar.

b. Faktor Sosial Ekonomi

Faktor sosial ekonomi dilihat dari faktor pendidikan dan pengalaman petani, lahan garapan, tenaga kerja, modal, dan pengelolaan (manajemen). 1) Tingkat pendidikan dan pengalaman petani, tingkat pendidikan formal petani sebagian besar memiliki latar belakang pendidikan SD, sedangkan pendidikan non formal yaitu dengan mengikuti penyuluhan-penyuluhan yang diadakan oleh pemerintah ataupun pihak swasta. Sehingga walaupun berpendidikan SD, namun dengan adanya penyuluhan-penyuluhan maka segala inovasi dan pengetahuan baru dapat diterima oleh petani. 2) Tenaga kerja, dalam budidaya ubi jalar petani menggunakan tenaga kerja yang berasal dari tenaga kerja keluarga ataupun tenaga kerja setempat. Tenaga kerja keluarga biasanya pada lahan yang sempit, sedengakan tenaga kerja dari luar keluarga yaitu pada lahan yang cukup luas. Sebagian besar menggunakan tenaga kerja setempat, sehingga dengan banykanya tenaga kerja tersebut maka budidaya ubi jalar dapat berkembang di daerah ini. 3) Modal, dalam usahatani ubi jalar petani menggunakan modal yang berasal dari modal sendiri, pinjaman koperasi ataupun pinjaman bank. Untuk


(44)

modal sendiri biasanya lahan yang tidak terlalu luas, sedangkan modal pinjaman biasanya pada lahan sewa yang memiliki lahan cukup luas. modal budidaya ubi jalar per Hektar adalah bekisar Rp 10.000.000,-. Sehingga untuk petani kecil jumlah tersebut cukup besar dan antisipasinya dengan meminjam pada koperasi ataupun bank. 4) Pengelolaan (manajemen), dalam hal ini adalah keterampilan petani dalam melakukan usahatani ubi jalar. Keterampilan yang dimiliki mulai dari penggunaan dan penyiapan bibit, penanaman, pengairan, pemupukan, pemeliharaan tanaman, pengendalian hama dan penyakit, panen, pasca panen, hingga ke pemasaran.

2. Potensi pengembangan produksi ubi jalar di Kecamatan Cilimus masih terbuka. Hal ini dilihat berdasarkan kondisi fisik dan sosial ekonomi yang masih prospektif untuk dikembangkan demi majunya daerah tersebut melalui agribisnis. Meningkatkan atau mengembangkan produksi bisa dilakukan dengan berbagai cara yaitu intensifikasi atau perluasan areal tanam (ekstensifikasi). Melalui intensifikasi yaitu dengan meningkatkan mutu melalui berbagai sarana, misalnya pemupukan dan pemeliharaan. Intensifikasi ini bertujuan untuk mencapai produksi maksimal dari tanaman ubi jalar, yaitu 35 ton/Ha. Luas tanam ubi jalar pada tahun 2012 yaitu 1883 Ha dan menghasilkan produksi sebanyak 37.096 ton. Maka jika produksi ubi jalar dapat mencapai 35 ton/ha hasil produksinya adalah 65.905 ton. Maka dari jumlah tersebut, Kecamatan Cilimus masih memiliki potensi produksi sebanyak 28.809 ton, yaitu selisih antara potensi produksi maksimal dengan produksi yang telah dilakukan di lapangan. Sedangkan dengan ekstensifikasi yaitu dengan memperluas areal tanam. Berdasarkan penelitian di lapangan, lahan di Kecamatan Cilimus masih dapat dikembangkan untuk budidaya ubi jalar. Hasil analisis peta luas lahan yang berpotensi untuk pengembangan tanaman ubi jalar di Kecamatan Cilimus adalah seluas 2.604,86 Ha. Penggunaan lahan yang berpotensi untuk pengembangan tanaman ubi jalar pada lahan basah yaitu sawah irigasi dan tadah hujan seluas 1.794,79. Sedangkan pada lahan kering


(45)

yaitu ladang, tegalan, dan perkebunan adalah 810,07 Ha. Berdasarkan jumlah tersebut maka lahan yang masih bisa dijadikan areal tanam budidaya ubi jalar yaitu seluas 721,86 Ha.

3. Adapun upaya-upaya yang dilakukan masyarakat setempat untuk meningkatkan produksi ubi jalar, yaitu dalam penggunaan bibit, pengelolaan dan pemeliharaan. Peningkatan produktivitas dengan menggunakan bibit unggul, pengaturan jarak tanaman pemupukan berimbang, pengairan, pengapuran untuk menaikan pH tanah, waktu tanam yang dilakukan dan lain-lain. Disamping itu dilakukan pula pengamanan produksi dengan melalui pengendalian hama dan penyakit yaitu dengan menggunakan pestisida ataupun non pestisida agar ramah lingkungan. Selain dengan meningkatkan produktivitas dengan meningkatkan mutu atau kualitas , petani pun melakukan perluasan areal tanam pada lahan perkebunan (cengkeh) dan sawah irigasi yang biasa ditanami padi. Penanaman tersebut disesuaikan dengan musim. Apabila musim hujan tiba, petani melakukan penanaman ubi jalar pada perkebunan. Sedangkan pada sawah irigasi yaitu pada saat musim kemarau, setelah menamam padi sawah. Hal ini bertujuan untuk menambah produksi ubi jalar, namun tidak membuka lahan baru. Agar upaya-upaya tersebut terus berlanjut dan adanya inovasi baru, maka petani mencari pengetahuan dengan melalui penguatan lembaga yaitu dengan membentuk kelompok tani. Pada kelompok tani tersebut akan ada penyuluhan ataupun pelatihan mengenai pertanian yang dilakukan oleh pemerintah setempat. Maka permasalahan dalam pertanian bisa diantisipasi secara bersama-sama.

B.Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka rekomendasi yang diajukan dalam rangka pengembangan produksi ubi jalar (Ipomea batatas L.)di Kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan adalah sebagai berikut :

1. Bagi pemerintah, hendaknya memperhatikan faktor fisik dan sosial yang mendukung dalam budidaya ubi jalar. Faktor fisik (iklim, ketersediaan air, topografi, kemiringan lereng, dan jenis tanah) dan faktor sosial ekonomi


(46)

(pendidikan, lahan, tenaga kerja, modal dan manajemen, pemasaran). Maka dari itu agar tetap bertahan dan dapat dikembangkan, peran pemerintah sangat penting. Dalam hal ini berawal dari pengetahuan petani, oleh karena itu pemerintah dan petani perlu saling bekerja sama demi lancarnya usahatani ubi jalar. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani merupakan salah satu cara agar mutu dan kualitas produksi dapat meningkat. Misalnya mendorong petani melalui peningkatan penyuluhan secara rutin, pelatihan pertanian serta pembinaan teknis melalui lokakarya mengenai pertanian ubi jalar. Disamping itu, diharapkan pemerintah memberikan kemudahan dalam mendapatkan sarana dan prasarana produksi serta kemudahan dalam mendapatkan modal melalui pinjaman.

2. Bagi petani, hendaknya dapat bekerja sama dengan pemerintah setempat. Ikut berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan pemerintah, sehingga kegiatan dapat rutin dilakukan. Disamping itu petani dapat menerima berbagai inovasi dan masukan dalam rangka meningkatkan produksi ubi jalar.

3. Potensi pengembangan produksi ubi jalar di Kecamatan Cilimus masih terbuka. Misalnya dapat dilakukan pada lahan perkebunan dan sawah irigasi setelah penanaman padi. Hendakanya petani bisa memanfaatkan lahan yang masih berpotensi untuk tanaman ubi jalar agar produksi ubi jalar bisa meningkat. Disamping itu, sebaiknya sistem tataniaga atau pemasaran ubi jalar lebih diperluas, meningkatkan kemitraan dengan industri-industri ubi jalar yang ada di daerah setempat.

4. Penelitian ini hanya meneliti potensi pengembangan produksi untuk tanaman ubi jalar secara umum. Penulis mengharapkan adanya penelitian selanjutnya yang lebih fokus terhadap evaluasi kesesuaian lahan tanaman ubi jalar serta potensi pengembangan agribisnis ubi jalar yang dapat dilakukan di Kecamatan Cilimus.


(47)

211

DAFTAR PUSTAKA

AAK. (2007). Dasar-dasar Bercocok Tanam. Yogyakarta : Kanisius.

Adiwilangga, Anwas. (1982). Ilmu Usaha Tani. Bandung : Kanisius.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Astuti, S. (2011). Komunikasi Bisnis. Jakarta : Graha Ilmu.

Arsyad, S. (1989). Konservasi Tanah dan Air. Bogor.: IPB.

Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Kuningan. (2005). Master Plan

Agropolitan Kabupeten Kuningan. Kuningan : BAPEDA.

Bagong., Suyanto, dan Sutinah. (2006). Metode Penelitian Sosial.Jakarta : Prenada Media Group.

Balai Informasi Pertanian Lembang. (1982). Pola Tanam Usaha Pertanian Tanaman Pangan. Bandung : Balai Informasi Pertanian Lembang.

Balai Penelitian Tanaman Pangan. (1995). Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi

Ubi Jalar dan Aneka Umbi. Bogor : BPTP.

Badan Pusat Statistik. (2012). Kecamatan Cilimus Dalam Angka 2012. Kuningan : BPS.

Badan Pusat Statistik. (2011). Kecamatan Cilimus Dalam Angka 2011. Kuningan : BPS.

Badan Pusat Statistik. (2011). Kuningan Dalam Angka 2011. Kuningan : BPS.

Baharta Dewi. (1995). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Depdikbud Balai Pustaka.

Banoewidjojo, Moeljadi. (1983). Pembangunan pertanian. Malang : Openi Malang.

Bemmelen, R.W.Van. (1949). The Geology of Indonesia. Tha Hague Martinus.

Darmawijaya. (1991). Kalsifikasi Tanah. Yogyakarta: Gajah Mada University perss.


(48)

Dinas Pertanian. (2011). Statistik Pertanian. Bandung : Dinas Pertanian Tanaman dan Pangan Provinsi Jawa Barat.

Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kuningan (2011). Laporan

Tahunan Tahun 2011. Kuningan : Dinas Pertanian, Peternakan dan

Perikanan.

Direkorat Budidaya Aneka Kacang dan Umbi. (2012). Pedoman Teknis

Pengelolaan Produksi Ubi Jalar dan Aneka Umbi. Jakarta : Kementan.

FAO. (1976). A Framework for Land Evaluation. FAO Soils Bulletin No.32. Rome : Food and Agriculture Organization of The United Nations.

FAO. (1983). Guidelines Land Evaluation for Rainfed Agriculture. FAO Soils Resources Management and Conservation Service. Land and Water Development Division. FAO Soils Bulletin No.52. Rome : Food and Agriculture Organization of The United Nations.

Gumbira Sa’id, E., A. Harizt Intan. (2004). Manajemen Agribisnis. Jakarta : PT. Ghalia Indonesia.

Hanafie, R. (2010). Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta : C.V Andi Offset.

Hardjowigeno, S. (2007). Ilmu Tanah. Jakarta : Akademika Pressindo.

Hardjowigeno, S., Widiatmaka. (2007). Evaluasi Kesesuaian Lahan dan

Perencanaan Tataguna Lahan. Jakarta : Gadjah Mada University Press.

Harjadi, Sri Setyati..(2002). Pengantar Agronomi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka.

Hasan, Iqbal. (2004). Analisis Data dan Penelitian dengan Statistika: Jakarta: Bumi Aksara.

Jamulya dan Sunarto. (1991). Evaluasi Sumber Daya Lahan (Kemampuan Lahan). Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.

Juanda,D., Bambang, C. (2000). Budidaya dan Analisis Usahatani.Jakarta : Kanisius.

Jumin, H.B. (2002). Dasar - Dasar Agronomi. Jakarta: Rajawalipers.

Kartasapoetra,A.G. (2008) . Klimatologi Pengaruh iklim Terhadap Tanah dan

Tanaman. Jakarta : Bumi Aksara.


(1)

210

Alin Aliyani, 2013

Potensi Pengembangan Produksi Ubi Jalar (Ipomea batatas L.) Di Kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

(pendidikan, lahan, tenaga kerja, modal dan manajemen, pemasaran). Maka dari itu agar tetap bertahan dan dapat dikembangkan, peran pemerintah sangat penting. Dalam hal ini berawal dari pengetahuan petani, oleh karena itu pemerintah dan petani perlu saling bekerja sama demi lancarnya usahatani ubi jalar. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani merupakan salah satu cara agar mutu dan kualitas produksi dapat meningkat. Misalnya mendorong petani melalui peningkatan penyuluhan secara rutin, pelatihan pertanian serta pembinaan teknis melalui lokakarya mengenai pertanian ubi jalar. Disamping itu, diharapkan pemerintah memberikan kemudahan dalam mendapatkan sarana dan prasarana produksi serta kemudahan dalam mendapatkan modal melalui pinjaman.

2. Bagi petani, hendaknya dapat bekerja sama dengan pemerintah setempat. Ikut berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan pemerintah, sehingga kegiatan dapat rutin dilakukan. Disamping itu petani dapat menerima berbagai inovasi dan masukan dalam rangka meningkatkan produksi ubi jalar.

3. Potensi pengembangan produksi ubi jalar di Kecamatan Cilimus masih terbuka. Misalnya dapat dilakukan pada lahan perkebunan dan sawah irigasi setelah penanaman padi. Hendakanya petani bisa memanfaatkan lahan yang masih berpotensi untuk tanaman ubi jalar agar produksi ubi jalar bisa meningkat. Disamping itu, sebaiknya sistem tataniaga atau pemasaran ubi jalar lebih diperluas, meningkatkan kemitraan dengan industri-industri ubi jalar yang ada di daerah setempat.

4. Penelitian ini hanya meneliti potensi pengembangan produksi untuk tanaman ubi jalar secara umum. Penulis mengharapkan adanya penelitian selanjutnya yang lebih fokus terhadap evaluasi kesesuaian lahan tanaman ubi jalar serta potensi pengembangan agribisnis ubi jalar yang dapat dilakukan di Kecamatan Cilimus.


(2)

211

DAFTAR PUSTAKA

AAK. (2007). Dasar-dasar Bercocok Tanam. Yogyakarta : Kanisius. Adiwilangga, Anwas. (1982). Ilmu Usaha Tani. Bandung : Kanisius.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Astuti, S. (2011). Komunikasi Bisnis. Jakarta : Graha Ilmu. Arsyad, S. (1989). Konservasi Tanah dan Air. Bogor.: IPB.

Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Kuningan. (2005). Master Plan Agropolitan Kabupeten Kuningan. Kuningan : BAPEDA.

Bagong., Suyanto, dan Sutinah. (2006). Metode Penelitian Sosial.Jakarta : Prenada Media Group.

Balai Informasi Pertanian Lembang. (1982). Pola Tanam Usaha Pertanian Tanaman Pangan. Bandung : Balai Informasi Pertanian Lembang.

Balai Penelitian Tanaman Pangan. (1995). Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Ubi Jalar dan Aneka Umbi. Bogor : BPTP.

Badan Pusat Statistik. (2012). Kecamatan Cilimus Dalam Angka 2012. Kuningan : BPS.

Badan Pusat Statistik. (2011). Kecamatan Cilimus Dalam Angka 2011. Kuningan : BPS.

Badan Pusat Statistik. (2011). Kuningan Dalam Angka 2011. Kuningan : BPS. Baharta Dewi. (1995). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Depdikbud Balai

Pustaka.

Banoewidjojo, Moeljadi. (1983). Pembangunan pertanian. Malang : Openi Malang.

Bemmelen, R.W.Van. (1949). The Geology of Indonesia. Tha Hague Martinus. Darmawijaya. (1991). Kalsifikasi Tanah. Yogyakarta: Gajah Mada University

perss.


(3)

212

Alin Aliyani, 2013

Potensi Pengembangan Produksi Ubi Jalar (Ipomea batatas L.) Di Kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Dinas Pertanian. (2011). Statistik Pertanian. Bandung : Dinas Pertanian Tanaman dan Pangan Provinsi Jawa Barat.

Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kuningan (2011). Laporan Tahunan Tahun 2011. Kuningan : Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan.

Direkorat Budidaya Aneka Kacang dan Umbi. (2012). Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Ubi Jalar dan Aneka Umbi. Jakarta : Kementan. FAO. (1976). A Framework for Land Evaluation. FAO Soils Bulletin No.32.

Rome : Food and Agriculture Organization of The United Nations. FAO. (1983). Guidelines Land Evaluation for Rainfed Agriculture. FAO Soils

Resources Management and Conservation Service. Land and Water Development Division. FAO Soils Bulletin No.52. Rome : Food and Agriculture Organization of The United Nations.

Gumbira Sa’id, E., A. Harizt Intan. (2004). Manajemen Agribisnis. Jakarta : PT. Ghalia Indonesia.

Hanafie, R. (2010). Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta : C.V Andi Offset.

Hardjowigeno, S. (2007). Ilmu Tanah. Jakarta : Akademika Pressindo.

Hardjowigeno, S., Widiatmaka. (2007). Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tataguna Lahan. Jakarta : Gadjah Mada University Press. Harjadi, Sri Setyati..(2002). Pengantar Agronomi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka. Hasan, Iqbal. (2004). Analisis Data dan Penelitian dengan Statistika: Jakarta:

Bumi Aksara.

Jamulya dan Sunarto. (1991). Evaluasi Sumber Daya Lahan (Kemampuan Lahan). Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.

Juanda,D., Bambang, C. (2000). Budidaya dan Analisis Usahatani.Jakarta : Kanisius.

Jumin, H.B. (2002). Dasar - Dasar Agronomi. Jakarta: Rajawalipers.

Kartasapoetra,A.G. (2008) . Klimatologi Pengaruh iklim Terhadap Tanah dan Tanaman. Jakarta : Bumi Aksara.


(4)

Maulidah, Silvana. (2012). Faktor-Faktor Produksi UsahaTani. Malang : Universitas Brawijaya.

Mubyarto. (1989). Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta : Lembaga Pertanian, Pendidikan, dan Penerangan Sosial Ekonomi (LP3ES).

Mulyani, M.S. (1999). Pengantar Ilmu Tanah. Jakarta : Rineka Cipta. Mulyani, M. S. (2008). Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta : Rineka Cipta. Nazir, M. (1989). Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Prasetyo, B., Janah,M. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif : Teori dan Aplikasinya.Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Prastowo, A. (2011). Memahami Metode-Metode Penelitian. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.

Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. (1993). Sumber Daya Lahan. Bogor : PPTA.

Rafi’I, Suryatna. (1995). Meteorologi dan Kimatologi. Bandung : Angkasa.

Rustiadi, E., Pranoto S., (2007). Agropolitan : Membangun Ekonomi Perdesaan. Bogor : Crestprent.

Sandy, M. (1985). Republika Indonesia Geografi Regional. Jakarta : Jurusan Geografi FPMIPA UGM.

Santoso, Gempur. (2001). Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta :

Soekartawi. (1989). Prinsip-Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. Jakarta L Rajawali Pers.

Soekartawi. (1993). Agribisnis : Teori dan Aplikasinya. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Soetriono., Anik, S., Rijanto. (2006). Pengantar Ilmu Pertanian. Malang : Bayumedia Publishing.

Soetrisno, Loekman. (2002). Pembangunan pertanian. Yogyakarta: Kanisius. Soewarno, Bambang. (1987). Metode Kuantitatif dalam penelitian ilmu sosial dan


(5)

214

Alin Aliyani, 2013

Potensi Pengembangan Produksi Ubi Jalar (Ipomea batatas L.) Di Kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

jenderal pendidikan tinggi proyek pengembangan lembaga pendidikan tenaga kependidikan.

Sugiyono.(2011).Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D.Bandung : Alfabeta.

Suparman. (2007). Bercocok Tanam Ubi Jalar. Jakarta : Azka Press.

Sumaatmadja, Nursid. (1988). Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan. Bandung : Alumni.

Surakhmad, W. (1994). Pengantar Penelitian Ilmiah : Dasar, Metode, dan Teknik. Bandung : Tarsito.

Suratiyah, Ken. (2009). Ilmu Usahatani. Depok: Penebar Swadaya.

Sutanto, Rachman. (2005). Dasar - Dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta : Kanisius. Suyanto, Bagong dan Sutinah.(2008). Metode penelitian sosial. Jakarta: Kencana. Sumaatmadja, N. (1988). Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisis

Keruangan.Bandung: Alumni.

Tika, Pabundu. (2005). Metode Penelitian Geografi.Jakarta: Bumi Aksara.

Tim Penulis (2008). Agribisnis Tanaman Perkebunan. Jakarta : Penebar Swadaya. Tjarawiralaksana, A., Muh. Cuhaya.(1983). Usahatani. Jakarta : DIKTI.

Tohir, Kaslan.A. (1983). Seuntai pengetahuan tentang Usahatani Indonesia.Jakarta : PT. Bina Aksara.

Undang-undang RI Nomor 12 Tahun 1992 Tentang Sistem Budidaya Tanaman Pasal 1 ayat 1

UPTD PTP3. (2011). Hasil Produksi Pertanian. Kuningan : Tidak diterbitkan. Waldjasuparja, A. (1986). Dinamika Penduduk dan Tekanannya Terhadap Daya

Dukung Lahan Pertanian Kering di Desa Kertamukti Ciamis. Yogyakarta : Tesis Fakultas Pasca Sarjana. UGM : Tidak Diterbitkan.

Yulipriyanto, Hieronymus. (2010). Biologi Tanah dan Strategi Pengelolaannya. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Yulianto dan Worosprodjo. (1996). Evaluasi Sumber Daya Lahan – Kesesuaian Lahan. Yogyakarta : Fakultas Geografi UGM.


(6)

Yunus, H.S. (2010). Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Sumber dari Internet :

Bapelluh Kuningan. (2013). OPT Pada Tanaman Ubi Jalar. [Online]. Tersedia: http://www.http://epetani.deptan.go.id/budidaya/opt-pada-tanaman-ubi-jalar-7699. [25 Maret 2013].

Permadi. (2009). Wagub Siap Jadi Marketing Ubi Jalar Kuningan. [Online]. Tersedia : http://www.pikiran-rakyat.com [23 Maret 2012].

Purnama, E.S. (2004). “Analisis Prospek Pengembangan Komoditas Ubi Jalar

(Ipomea batatas L.) dan Kelayakan Pembanguna Pabrik Frozen French

Fries Ubi Jalar di Kabupaten Musi Banyuasin Sumatera Selatan.” [Online]. Tersedia :http://repository.mb.ipb.ac.id/695/1/27-01-eka.pdf. [16 April 2012]. Riska. (2013). Intensifikasi Pertanian. [Online]. Tersedia :