Indeks Berat Badan Menurut Umur BBU Indeks Tinggi Badan Menurut Umur TBU

badan menurut tinggi badan BBTB. BBU bermanfaat untuk memberikan gambaran status gizi seseorang pada saat ini, TBU memberikan gambaran status gizi masa lalu, BBTB merupakan indikator yang baik menilai status gizi saat ini. Penilaian antropometri terutama bagi siswa sekolah dasar yang sering digunakan adalah indeks BBTB dan TBU, sedangkan untuk indeks BBU lebih sesuai untuk BALITA. Perbedaaan penggunaan indeks tersebut akan memberikan gambaran prevalensi status gizi yang berbeda. Supariasa, dkk, 2001

2.6.3. Indeks Berat Badan Menurut Umur BBU

Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang di konsumsi Supariasa, 2001. Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti perkembangan umur. Sebaliknya dalam keadaan yang abnormal terdapat dua kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal. Berdasarkan karakteristik berat badan ini, maka indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi. Mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka indeks BBU lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini current nutritional status. Gibson, 2005 Universitas Sumatera Utara Indeks BBU mempunyai beberapa kelebihan anatara lain : lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum, baik untuk mengukur status gizi akut atau kronis, berat badan dapat berfluktuasi, sangat sensitif terhadap perubahan- perubahan keci, serta dapat mendeteksi kegemukan. Adapun kekurangan indeks BBU, antara lain: − Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat edema maupun asites − Di daerah pedesaan yang masih terpencil dan tradisional, umur sering ditaksir secara tepat karena pencatatan umur yang belum baik − Memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk anak di bawah usia 5 tahun − Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran, seperti pengaruh pakaian atau gerakan anak pada saat penimbangan − Secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah sosial budaya setempat. Misalnya orang tua tidak mau menimbang anaknya, Karena dianggap barang dagangan, dan sebagainya.

2.6.4. Indeks Tinggi Badan Menurut Umur TBU

Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Tinggi badan tumbuh seiring dengan pertumbuhan umur pada keadaan normal. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan karakteristik tersebut, maka indeks ini menggambarkan status gizi masa lalu. Indeks TBU disamping memberikan gambaran status gizi masa lampau, juga lebih erat kaitannya dengan status sosial ekonomi. Keuntungan dari indeks TBU, antara lain : baik untuk menilai status gizi masa lampau, ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah dan mudah dibawa, sedangkan kelemahan dari indeks TBU adalah tinggi badan tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin turun, pengukuran relatif sulit dilakukan karena anak harus berdiri tegak, sehingga di perlukan dua orang untuk melakukannya, ketepatan umur sulit di dapat. Supariasa, 2001 .2.6.5. Indeks Massa Tubuh Menurut IMTU Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menetapkan pelaksanaan perbaikan gizi adalah dengan menentukan atau melihat. Ukuran fisik seseorang sangat erat hubungannya dengan status gizi. Atas dasar itu, ukuran-ukuran yang baik dan dapat diandalkan bagi penentuan status gizi dengan melakukan pengukuran antropometri. Hal ini karena lebih mudah dilakukan dibandingkan cara penilaian status gizi lain, terutama untuk daerah pedesaan Supariasa, dkk., 2001. Pengukuran status gizi pada anak sekolah dapat dilakukan dengan cara antropometri. Saat ini pengukuran antropometri ukuran-ukuran tubuh digunakan secara luas dalam penilaian status gizi, terutama jika terjadi ketidakseimbangan kronik antara intake energi dan protein. Pengukuran antropometri terdiri atas dua dimensi, yaitu pengukuran pertumbuhan dan komposisi tubuh. Komposisi tubuh Universitas Sumatera Utara mencakup komponen lemak tubuh fat mass dan bukan lemak tubuh non-fat mass Riyadi, 2004. Pengukuran status gizi anak sekolah dapat dilakukan dengan indeks antropometri dan menggunakan Indeks Massa Tubuh Menurut Umur IMTU anak sekolah. Rumus IMT

2.7. Klasifikasi Status Gizi