Gambaran Status Gizi Pada Anak Sekolah Dasar Di SDN 064977 Kecamatan Medan Tembung Kota Medan

(1)

LAPORAN HASIL PENELITIAN

GAMBARAN STATUS GIZI PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI SDN 064977 KECAMATAN MEDAN TEMBUNG KOTA MEDAN

Oleh:

PARASTIKA WISESA D 100100256

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(2)

Gambaran Status Gizi Pada Anak Sekolah Dasar di SDN 064977 Kecamatan Medan Tembung Kota Medan

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh :


(3)

ABSTRAK

Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan keserasian antara perkembangan fisik dan mental. Dalam masa tumbuh kembang anak, kecukupan gizi merupakan hal mutlak yang harus selalu diperhatikan orangtua. Anak sekolah pada umumnya berada dalam masa pertumbuhan yang sangat cepat dan aktif sehingga gizi memegang peranan penting dalam tumbuh kembang anak. Masalah gizi lebih dan gizi kurang tidak hanya ditemukan pada orang dewasa tetapi telah ditemukan juga pada anak-anak. Menurut laporan Riskesdas pada tahun 2007 menunjukkan bahwa prevalensi anak yang memiliki gizi lebih di kota Medan adalah sebesar 17.75% dan gizi kurang sebesar 18.59%. Anggapan masyarakat pada umumnya menyatakan bahwa sebagian besar anak yang bergizi kurang berasal dari ekonomi menengah ke bawah dan bermukim di pinggiran kota atau perdesaan. Hal ini membuat peneliti tertarik untuk menilai status gizi pada anak sekolah dasar negeri di SDN 064977 Kota Medan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai status gizi anak sekolah dasar di SDN 064977. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode cross sectional. Sampel penelitian ini adalah seluruh murid di SDN 064977. Status gizi dilihat melalui pengukuran antropometri dan menggunakan grafik CDC-NCHS 2000 berdasarkan BMI/U.

Hasil dari penelitian ini memperlihatkan sebanyak 81.5% responden memiliki gizi baik. Dapat disimpulkan bahwa status gizi anak sekolah dasar negeri memiliki status gizi baik.


(4)

ABSTRACT

Nutrition is one of the essential factors that determine the level of health and harmony between the physical and mental development. During the child development stages, adequate of nutrition is an absolute thing that parents should always be well considered. Actually the junior high school students are experiencing cognitive changes in physical and mentally development because of that nutrition plays an important role in the child’s development stages. The occurred problems of over nutrition and malnutrition are not rarely found only in adults but have been found also in children. According to statistic reports Riskesdas in 2007 showed that the prevalence of overweight children in Medan has shown at 17.75% and 18.59% for malnutrition. Public has already generally assumed that the majority numbers of less nutritious children comes from lower economic and living in suburban or rural background. These guidelines considers the researchers in assessing the observes about nutritional status of children in junior high school (SDN) 064977 Medan.

This research was aimed to gaining a better understanding about the nutritional status of junior high school student in SDN 064977. In addition, this research is using a descriptive cross-sectional study methods. Sample this study were all students at SDN 064 977. Nutritional status seen through anthropometric measurements and use graphs CDC-NCHS, 2000 based on BMI / U.

The results of this study showed as much as 81.5% of identified respondents are have a good nutritional status. Overall the shown statistic determined that the nutritional status of junior high school student (SDN) 064977 Medan is good


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih karunia-Nya yang telah memelihara dan memampukan penulis sehingga dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini tepat pada waktunya. Karya tulis ilmiah yang berjudul ”Gambaran Status Gizi Anak Sekolah Dasar di SDN 064977 Kecamatan Medan Tembung Kota Medan” ini ditulis merupakan syarat untuk menyelesaikan pendidikan jenjang sarjana (S1) Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

1. Prof. Dr Bistok Saing, Sp.A(K) selaku dosen pembimbing, yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Dalam proses penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis dibantu oleh banyak pihak sehingga karya tulis ilmiah ini akhirnya dapat terselesaikan. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

2. dr. Isti Ilmiati Fujiati, M.Sc. CM-FM, M.Pd.Ked dan dr. Sri Sofyani Sp.A(K) selaku dosen penguji, yang telah memberikan saran, arahan dan masukan yang bermanfaat bagi penulisan karya tulis ilmiah ini.

3. Keluarga tercinta, terutama Papa dan Mama, IPTU K. Dabungke dan G. Pakpahan, S.Pd. Terima kasih atas kasih sayang dan kesabaran yang tiada habisnya dalam mengajari dan mendidik penulis serta membantu memberikan dukungan moril dan materi. Kepada adik-adikku tercinta (Papin, Pivi, Ira dan Cindy) terima kasih atas dorongan semangat yang diberikan kepada penulis.

4. Oloan Johannes Sirait, S.H yang selalu memberikan semangat, dukungan, bantuan dan arahan bagi penulis selama ini.

5. Teman-teman penulis (Inez, Kristin, Pepita, Maria) dan yang lain yang ikut membantu penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.


(6)

Penulis menyadari dalam penulisan ini banyak ditemui kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik sangat diharapkan demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini sehingga bermanfaat bagi semua pihak. Demikian saya ucapkan terima kasih.


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN……… ii

ABSTRAK……… iii

ABSTRACT………...……… iv

KATA PENGANTAR………. v

DAFTAR ISI………. vii

DAFTAR TABEL……….... ix

DAFTAR GAMBAR……….……… xi

DAFTAR LAMPIRAN……….……… xii

BAB 1 PENDAHULUAN………….……… 1

1.1.Latar Belakang…….………... 1

1.2.Rumusan Masalah.……….. 3

1.3.Tujuan Peneliti.………... 4

1.4.Manfaat Penelitian.………. 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA…...………... 6

2.1. Status Gizi………... 6

2.1.1. Pengertian Status Gizi………. 6

2.1.2. Macam-Macam Status Gizi………. 6

2.1.2.1. Malnutrisi………... 6

2.1.2.2. Gizi Baik……….... 7

2.1.2.3. Overweight………. 7

2.1.2.4. Obesitas……….. 7

2.1.3. Penilaian Status Gizi……… 7

2.1.4. Pemeriksaan Antropometri...………... 9

2.1.5. Standar Penilaian Status Gizi...………... 11


(8)

2.2. Anak Sekolah Dasar………... 13

2.2.1. Perkembangan Anak……….... 13

2.2.2. Penegertian Anak Sekolah Dasar………... 15

2.2.3. Pola Tumbuh dan Kembang Anak Sekolah Dasar…….….. 15

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL….... 17

3.1. Kerangka Konsep………..…. 17

3.2 Definisi Operasional………..….. 18

BAB 4 METODE PENELITIAN……….…. 20

4.1. Jenis Penelitian………..……. 20

4.2. Waktu dan Tempat Pengumpulan Data………..……… 20

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian………..………… 20

4.4. Metode Pengumpulan Data………...…………. 21

4.5. Metode Analisis Data………..……… 21

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………..………….. 22

5.1. Hasil Penelitian………..………. 22

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian………..……… 22

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel...………..………. 22

5.1.3. Hasil Penelitian Data………..………...29

5.2. Pembahasan………..………... 32

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN………..……… 35

6.1. Kesimpulan……….……… 35

6.2 Saran………...………..35

DAFTAR PUSTAKA………..……… 36


(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Kategori Ambang Batas BMI/IMT 8

5.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin 22 5.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Usia Pada Anak

Kelas I

23

5.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Status Gizi Dari Pengukuran BMI Yang Telah Diplot Pada Grafik

CDC-NCHS 2000 Pada Anak Kelas I

23

5.4 Distribusi Sampel Berdasarkan Usia Pada Anak Kelas II

24

5.5 Distribusi Sampel Berdasarkan Status Gizi Dari Pengukuran BMI Yang Telah Diplot Pada Grafik

CDC-NCHS 2000 Pada Anak Kelas II

24

5.6 Distribusi Sampel Berdasarkan Usia Pada Anak Kelas III

25

5.7 Distribusi Sampel Berdasarkan Status Gizi Dari Pengukuran BMI Yang Telah Diplot Pada Grafik

CDC-NCHS 2000 Pada Anak Kelas III

25

5.8 Distribusi Sampel Berdasarkan Usia Pada Anak Kelas IV

26

5.9 Distribusi Sampel Berdasarkan Status Gizi Dari Pengukuran BMI Yang Telah Diplot Pada Grafik

CDC-NCHS 2000 Pada Anak Kelas IV

26

5.10 Distribusi Sampel Berdasarkan Usia Pada Anak Kelas V

27

5.11 Distribusi Sampel Berdasarkan Status Gizi Dari Pengukuran BMI Yang Telah Diplot Pada Grafik

CDC-NCHS 2000 Pada Anak Kelas V


(10)

5.12 Distribusi Sampel Berdasarkan Usia Pada Anak Kelas VI

28

5.13 Distribusi Sampel Berdasarkan Status Gizi Dari Pengukuran BMI Yang Telah Diplot Pada Grafik

CDC-NCHS 2000 Pada Anak Kelas VI

28

5.14 Distribusi Status Gizi Dari Pengukuran BMI Yang Telah Diplot Pada Grafik CDC-NCHS 2000

Berdasarkan Jumlah Total Sampel

29

5.15 Distribusi Status Gizi Dari Pengukuran BMI Yang Telah Diplot Pada Grafik CDC-NCHS 2000

Berdasarkan Jenis Kelamin

30

5.16 Distribusi Status Gizi Dari Pengukuran BMI Yang Telah Diplot Pada Grafik CDC-NCHS 2000

Berdasarkan Usia


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

3.1 Kerangka konsep penelitian status gizi yang dilihat dari pemeriksaan antropometri


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 Absensi Bimbingan

Lampiran 3 Body mass index-for-age percentiles: Boys, 2 to 20 years

Lampiran 4 Body mass index-for-age percentiles: Girls, 2 to 20 years

Lampiran 5 Formulir Isian Oleh Peneliti Lampiran 6 Izin Survei Awal Penelitian Lampiran 7 Izin Penelitian

Lampiran 8 Lembar Penjelasan

Lampiran 9 Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan Lampiran 10 Ethical Clearance

Lampiran 11 Lampiran

Lampiran 12 Tabel Data Induk Penelitian Lampiran 13 Output SPSS


(13)

ABSTRAK

Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan keserasian antara perkembangan fisik dan mental. Dalam masa tumbuh kembang anak, kecukupan gizi merupakan hal mutlak yang harus selalu diperhatikan orangtua. Anak sekolah pada umumnya berada dalam masa pertumbuhan yang sangat cepat dan aktif sehingga gizi memegang peranan penting dalam tumbuh kembang anak. Masalah gizi lebih dan gizi kurang tidak hanya ditemukan pada orang dewasa tetapi telah ditemukan juga pada anak-anak. Menurut laporan Riskesdas pada tahun 2007 menunjukkan bahwa prevalensi anak yang memiliki gizi lebih di kota Medan adalah sebesar 17.75% dan gizi kurang sebesar 18.59%. Anggapan masyarakat pada umumnya menyatakan bahwa sebagian besar anak yang bergizi kurang berasal dari ekonomi menengah ke bawah dan bermukim di pinggiran kota atau perdesaan. Hal ini membuat peneliti tertarik untuk menilai status gizi pada anak sekolah dasar negeri di SDN 064977 Kota Medan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai status gizi anak sekolah dasar di SDN 064977. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode cross sectional. Sampel penelitian ini adalah seluruh murid di SDN 064977. Status gizi dilihat melalui pengukuran antropometri dan menggunakan grafik CDC-NCHS 2000 berdasarkan BMI/U.

Hasil dari penelitian ini memperlihatkan sebanyak 81.5% responden memiliki gizi baik. Dapat disimpulkan bahwa status gizi anak sekolah dasar negeri memiliki status gizi baik.


(14)

ABSTRACT

Nutrition is one of the essential factors that determine the level of health and harmony between the physical and mental development. During the child development stages, adequate of nutrition is an absolute thing that parents should always be well considered. Actually the junior high school students are experiencing cognitive changes in physical and mentally development because of that nutrition plays an important role in the child’s development stages. The occurred problems of over nutrition and malnutrition are not rarely found only in adults but have been found also in children. According to statistic reports Riskesdas in 2007 showed that the prevalence of overweight children in Medan has shown at 17.75% and 18.59% for malnutrition. Public has already generally assumed that the majority numbers of less nutritious children comes from lower economic and living in suburban or rural background. These guidelines considers the researchers in assessing the observes about nutritional status of children in junior high school (SDN) 064977 Medan.

This research was aimed to gaining a better understanding about the nutritional status of junior high school student in SDN 064977. In addition, this research is using a descriptive cross-sectional study methods. Sample this study were all students at SDN 064 977. Nutritional status seen through anthropometric measurements and use graphs CDC-NCHS, 2000 based on BMI / U.

The results of this study showed as much as 81.5% of identified respondents are have a good nutritional status. Overall the shown statistic determined that the nutritional status of junior high school student (SDN) 064977 Medan is good


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di tiap-tiap negara, baik negara miskin, negara berkembang, dan negara maju. Negara miskin cenderung dengan masalah gizi kurang, berkaitan dengan penyakit infeksi. Negara maju cenderung dengan masalah gizi lebih, berkaitan dengan masalah penyakit degeneratif seperti jantung, tekanan darah tinggi, dan diabetes. Sementara itu pada negara berkembang, seperti Indonesia, mempunyai masalah gizi ganda yakni perpaduan masalah gizi lebih dan gizi kurang (Soekirman, 2000).

Masalah gizi lebih atau obesitas bukan saja ditemukan pada orang dewasa tetapi pada saat ini telah ditemukan juga pada anak-anak. Obesitas pada anak berpotensi menimbulkan penyakit jantung koroner, diabetes melitus, hipertensi, ginjal, mudah lelah dan lainnya yang dapat mulai timbul sebelum atau setelah masa dewasa. Obesitas pada anak juga berpengaruh terhadap psikologisnya. Anak yang kurang disenangi dalam pergaulan akan menarik diri. Akibatnya, aktivitas fisik akan berkurang secara otomatis menambah kegemukan (Lidia, 2007).

Penyakit jantung koroner, diabetes melitus, hipertensi merupakan contoh penyakit degeneratif yang diakibatkan oleh masalah gizi lebih yang dewasa ini menjadi penyebab utama kematian di negara maju dan negara berkembang, termasuk di Indonesia. Pada tahun 2006, jumlah penyandang diabetes di Indonesia mencapai 14 juta orang. Laporan Riskesdas (2007), menunjukkan bahwa prevalensi total penyandang diabetes sebesar 5.7% dari 24.417 penduduk usia >15 tahun di perkotaan. Diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi Diabetes Melitus (DM) di Indonesia mencapai 21.3 juta orang (Diabetes Care 2004 dalam Depkes 2009).

Menurut Damayanti dari RS Cipto Mangunkusumo yang melakukan penelitian pada anak-anak sekolah dasar di 10 kota besar Indonesia periode 2002-2005 dengan metode acak, hasil yang diperoleh ternyata prevalensi kegemukan, yaitu overweight dan obesitas, pada anak-anak usia sekolah dasar tertinggi ada di


(16)

Jakarta (25%), kedua Semarang (24.3%), dan Medan menempati posisi ketiga (17.75%), Denpasar (11.7%), Surabaya (11.4%), Padang (7.1%), Manado (5.3%), Yogyakarta (4%) dan Solo (2.1%). Angka ini hampir sama dengan prevalensi obesitas di Inggris (10-17%) dan Amerika (10-12%). Penelitian yang dilakukan oleh Lidia (2007) di salah satu sekolah dasar swasta yang ada di Medan, didapati prevalensi obesitas sebesar 54.7%. Maka, obesitas pada anak merupakan masalah yang cukup mengkhawatirkan di Indonesia khususnya kota Medan sebagai peringkat ketiga (Andra, 2007).

Begitu juga dengan masalah gizi kurang, kekurangan gizi pada anak akan menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Status gizi buruk pada anak-anak di Sumatera Utara pada tahun 2003 yang tergolong sangat tinggi yaitu sebesar 12.35% dan gizi kurang 18.59%. Gizi kurang pada anak akan menghambat pertumbuhan dan kurangnya energi dan protein (zat pembangun) sehingga perlu diperhatikan menu yang seimbang (Habeahan, 2009). Masalah terutama pada anak usia sekolah dasar (6-12 tahun), usia pra-remaja (13-15 tahun), usia remaja (16-18 tahun), dan kelompok ibu hamil, khusunya ibu hamil di pedesaan (Riskesdas, 2010).

Prevalensi gizi kurang pada anak laki-laki lebih tinggi yaitu 13.2% daripada anak perempuan yaitu 11.2%. Menurut tempat tinggal, prevalensi gizi kurang di perkotaan sedikit lebih rendah dari anak di pedesaan yaitu berturut-turut sebesar 11.9% dan 12.5%. Prevalensi gizi kurang berhubungan terbalik dengan pendidikan kepala rumah tangga yaitu semakin tinggi pendidikan kepala rumah semakin rendah prevalensi gizi kurang. Prevalensi gizi kurang terlihat paling rendah pada rumah tangga yang kepala rumah tangganya berpendidikan tamat D1 ke atas yaitu 8.9%. Sedangkan menurut jenis pekerjaan kepala rumah tangga, terlihat paling tinggi pada jenis pekerjaan berpenghasilan tidak tetap (petani/nelayan/buruh) yaitu sebesar 12.8% dan paling rendah pada rumah tangga dengan keadaan ekonomi rumah tangga, semakin baik keadaan ekonomi rumah tangga semakin rendah prevalensi gizi kurang. Pada keadaan ekonomi rumah tangga terendah terlihat prevalensi gizi kurang tertinggi yaitu 13.2% dan pada


(17)

keadaan ekonomi rumah tangga yang tertinggi prevalensinya 9.2% (Riskesdas, 2010).

Gizi kurang (malnutrisi) melatarbelakangi penyakit dan kematian pada anak, meskipun sering luput dari perhatian. Pada tahun 1990, kurang lebih 30% balita di dunia memiliki berat badan rendah, dengan kisaran 11% (sekitar 6.4 juta orang) di Amerika Latin, 27 % (31.6 juta orang) di Afrika, dan 41% (154.8 juta) di Asia. Prevalensi berat badan rendah terus menurun dari 42.6% pada tahun 1975 menjadi 34.6% di tahun 1995, tetapi kasus malnutrisi tidak berkurang sesuai dengan angka yang diharapkan. Sebagian besar anak di dunia (sekitar 80%) yang menderita malnutrisi bermukim di wilayah yang juga miskin akan bahan pangan kaya zat gizi, terlebih zat gizi mikro. Tahun 1995, didapati lebih dari 200 juta (30%) anak balita mengalami malnutrisi, keadaan ini menyebabakan 50% anak-anak meninggal dunia. Sekarang, asupan gizi anak-anak sekolah dasar di beberapa wilayah Indonesia sangat memprihatinkan, padahal setiapa harinya dibutuhkan asupan gizi yang baik supaya anak-anak ini memiliki pertumbuhan, kesehatan, dan perkembangan intelektual yang baik sehingga menjadi generasi penerus bangsa yang berkualitas (Badiuzzaman T. M., 2010).

Dari uraian di atas, jelaslah bahwa penilaian status gizi pada anak-anak sekolah dasar sangat penting untuk diketahui sebagai dasar acuan pertumbuhan dan perkembangan anak. Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana gambaran status gizi pada anak sekolah dasar di SDN 064977 Kecamatan Medan Tembung Kota Medan karena belum pernah dilakukan penelitian penilaian status gizi pada sekolah ini dan juga karena mudah dijangkau oleh peneliti.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:


(18)

1.3Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Menilai status gizi anak sekolah dasar SDN 064977 Medan 1.3.2 Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Mengukur berat badan dan tinggi badan anak sekolah dasar SDN 064977

2. Mengetahui ada tidaknya gizi kurang maupun gizi lebih pada anak sekolah dasar SDN 064977

3. Mengetahui distribusi status gizi anak sekolah dasar SDN 064977 berdasarkan kelas, usia dan jenis kelamin

1.4Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberi manfaat untuk: a. Bagi peneliti:

1) menambah wawasan dan pengetahuan dalam penerapan ilmu yang diperoleh semasa perkuliahan,

2) dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan masyarakat, 3) dapat meningkatkan kemampuan dalam menerapkan pengetahuan

statistik kedokteran ke dalam penelitian,

4) dapat meningkatkan daya nalar, minat, dan kemampuan dalam meneliti berbagai macam bidang penelitian lainnya,

5) sebagai persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran. b. Bagi mahasiswa, dapat digunakan sebagai bahan informasi, masukan, dan

perbandingan untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian yang telah dilakukan penulis

c. Bagi anak sekolah dasar SDN 064977, dapat menambah wawasan dan pengetahuan mereka akan pentingnya gizi untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Bagi anak yang memiliki gizi baik, tetap mempertahankan pola makan sebagaimana biasanya. Anak yang bergizi kurang, memperbaiki pola makan dengan meningkatkan konsumsi


(19)

karbohidrat dan protein. Dan anak yang memiliki gizi lebih memperhatikan asupan makanan agar tidak berlebih

d. Bagi pihak sekolah dan masyarakat, dapat menambah wawasan dan pengetahuan mereka tentang cara menilai status gizi anak dan pentingnya memberikan perhatian yang cukup mengenai masalah status gizi pada anak sekolah dasar SDN 064977.


(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Status Gizi

2.1.1 Pengertian Status Gizi

Status gizi adalah keadaan kesehatan individu-individu atau kelompok-kelompok yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan energi dan zat gizi yang diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak fisiknya diukur secara antropometri (Almatsier, 2001).

Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi. Dibedakan atas status gizi buruk, gizi kurang, gizi baik, dan gizi lebih (Almatsier, 2001).

Keadaan gizi adalah keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan gizi dan penggunaan zat gizi tersebut atau keadaan fisiologi akibat dari tersedianya zat gizi dalam sel tubuh (Supariasa, 2002).

Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat keadaan gizi normal tercapai bila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi. Tingkat gizi seseorang dalam suatu masa bukan saja ditentukan oleh konsumsi zat gizi pada masa lampau, bahkan jauh sebelum masa itu (Budiyanto, 2002).

2.1.2 Macam - Macam Status Gizi 2.1.2.1 Malnutrisi

Keadaan dimana masukan nutrisi yang tidak cukup jumlah atau macamnya, disebabkan asupan kurang, gangguan pencernaan atau absorbsi (Alfyan M Taufik., 2010). Ada tiga bentuk:

a. Malnutrisi ringan: gizi kurang yang ditandai oleh adanya hambatan pertumbuhan.

b. Malnutrisi sedang: hampir sama dengan malnutrisi ringan, namun tanda dan gejala klinis lebih banyak ditemukan.


(21)

c. Malnutrisi berat: misalnya marasmus, kwashiorkor, ataupun keduanya. Marasmus adalah salah satu bentuk kekurangan gizi yang buruk yang diakibatkan oleh kekurangan kalori protein yang berat dan kronis, sering ditemui pada balita. Kwashiorkor adalah defisiensi protein yang disertai dengan defisiensi nutrien lainnya yang biasa dijumpai pada bayi dan balita.

2.1.2.2 Gizi Baik

Keadaan tubuh yang mencerminkan keseimbangan antara konsumsi dan penggunaan gizi oleh tubuh.

2.1.2.3 Overweight

Penimbunan lemak berlebihan pada jaringan subkutan atau jaringan lainnya.

2.1.2.4 Obesitas

Penimbunan lemak yang berlebihan secara merata pada seluruh jaringan. Obesitas biasanya disebabkan oleh masukan energi yang melebihi kebutuhan tubuh dan biasanya disertai kurangnya aktivitas jasmani.

2.1.3 Penilaian Status Gizi

Status gizi dapat ditentukan dengan cara penilaian langsung atau tidak langsung, meliputi: pemeriksaan antropometri, pemeriksaan klinis, pemeriksaan biokimia, dan survei asupan makanan (Arisman, 2010). Pemeriksaan dengan antropometri merupakan cara yang lebih praktis karena mudah dilaksanakan.

Penilaian antropometri yang penting dilakukan ialah penimbangan berat dan pengukuran tinggi badan. Pemeriksaan ini penting, terutama pada anak yang berkelas ekonomi dan sosial rendah (Arisman, 2010).

Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting. Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air, dan mineral pada tulang.


(22)

Disamping itu pula berat badan dapat dipergunakan sebagai bahan dasar perhitungan dosis obat dan makanan ( William A., 2010).

Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah lain dari keadaan sekarang, jika umur diketahui dengan tepat. Di samping itu tinggi badan merupakan ukuran kedua yang penting, karena dengan menghubungkan berat badan terhadap tinggi badan (quac sitck), faktor umur dapat dikesampingkan ( William A., 2010).

Untuk mengetahui kekurangan ataupun kelebihan gizi, dapat dilakukan penilaian status gizi berupa pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT) yang juga merupakan salah satu tolak ukur pertumbuhan anak. Menurut Centers of Disease Control (CDC), status gizi pada anak terbagi atas gizi baik, malnutrisi ringan, malnutrisi sedang, malnutrisi berat, overweight, dan obesitas. Pengukuran IMT merupakan salah satu pengukuran antropometri untuk mengetahui komposisi tubuh seseorang. IMT digunakan secara luas dengan formula:

BB (kg) IMT =

TB (m²)

Batas ambang IMT menurut WHO membedakan antara laki-laki (normal 20.1-25.0) dan perempuan (normal 18.7-23.8).

Tabel 2.1 Kategori Ambang Batas BMI/IMT

Klasifikasi Interpretasi

< 16,0 Severe thinness

16,00 – 16,99 Moderate thinness

17,00 – 18,49 Mild thinness

18,50 – 24,99 Normal

25,00 – 29,99 Grade 1 overweight

30,00 – 39,99 Grade 2 overweight


(23)

2.1.4 Pemeriksaan Antropometris

Pengukuran status gizi anak berdasarkan antropometris adalah jenis pengukuran paling sederhana dan praktis karena lebih mudah dilakukan, murah, cepat, dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang besar, serta hasil pengukurannya akurat. Secara umum antropometri adalah ukuran tubuh manusia. Antropometris merupakan pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi yang dapat dilakukan terhadap berat badan, tinggi badan, dan lingkaran-lingkaran bagian tubuh serta tebal lemak di bawah kulit (Supariasa, 2002).

Tujuan yang hendak dicapai dalam pemeriksaan antropometris adalah besaran komposisi tubuh yang dapat dijadikan isyarat dini perubahan status gizi. Tujuan ini dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu untuk: (1) penapisan status gizi, (2) survei status gizi, dan (3) pemantauan status gizi. Penapisan diarahkan pada orang per orang untuk keperluan khusus. Survei ditujukan untuk memperoleh gambaran status gizi masyarakat pada saat tertentu, serta faktor-faktor yang berkaitan dengan itu. Pemantauan bermanfaat sebagai pemberi gambaran perubahan status gizi dari waktu ke waktu (Arisman, 2010).

Ukuran antropometris bergantung pada kesederhanaan, ketepatan, kepekaan, serta ketersediaan alat ukur; disamping keberadaan nilai baku acuan yang akan digunakan sebagai pembanding. Jika nilai baku suatu negara (Indonesia) belum tersedia, boleh digunakan nilai baku Internasional. Pembolehan ini didasarkan atas asumsi bahwa potensi tumbuh kembang anak pada umumnya serupa. Hubungan berbagai ukuran antropometris (terutama berat dan tinggi badan) pada anak normal yang sehat secara relatif mantap. Buku acuan ditujukan sebagai acuan semata, bukan menggambarkan keidealan. Interpretasi perbandingan ini digunakan sebagai bahan pertimbangan saat seseorang dipaksa untuk memutuskan apakah nilai yang diharapkan itu harus 100% atau 90% atau dengan proporsi lain lagi. Sekedar pembakuan, WHO menganjurkan penggunaan data dari NCHS sebagai acuan (Arisman,2010).

Penilaian antropometris status gizi didasarkan pada pengukuran berat dan tinggi badan, serta usia. Data ini dipakai dalam menghitung 3 macam indeks,


(24)

yaitu indeks (1) berat terhadap tinggi badan (BB/TB) yang diperuntukkan sebagai petunjuk dalam penentuan status gizi sekarang; (2) tinggi badan terhadap usia (TB/U) yang digunakan sebagai petunjuk tentang keadaan gizi di masa lampau; dan (3) berat badan terhadap usia (BB/U) yang menunjukkan secara sensitif gambaran status gizi saat ini (saat diukur). Kekurangan tinggi terhadap usia meriwayatkan suatu masa ketika pertumbuhan tidak terjadi (gagal) pada usia dini selama periode yang cukup lama (Soekirman, 2000 dikutip dalam Agustina, 2009).

Pertambahan berat badan merupakan parameter yang paling sesuai karena cukup sensitif, erat hubungannya dengan konsumsi energi dan protein yang merupakan dua jenis zat gizi yang paling sering menimbulkan masalah kesehatan gizi pada skala nasional atau daerah luas regional di Indonesia. Parameter ini juga cukup sensitif terhadap perubahan-perubahan akut mengenai konsumsi bahan makanan pokok dan mudah pelaksanaannya. Pemantauannya dapat dilakukan berkesinambungan oleh masyarakat itu sendiri dengan biaya murah tanpa memerlukan peralatan rumit dan keahlian khusus (Sediaoetama, 2006 yang dikutip oleh Simarmata, 2009).

Antropometris sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain: usia, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul, dan tebal lemak di bawah kulit.

Faktor usia sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan penentuan usia akan menyebabkan interpretasi status gizi menjadi salah. Hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan usia yang tepat. Menurut Puslitbang Gizi Bogor (1980), batasan usia yang digunakan adalah tahun usia penuh (Completed Year). Contoh: Usia: 7 tahun 2 bulan, dihitung 7 tahun


(25)

2.1.5 Standar Penilaian Status Gizi

Standar (baku) rujukan CDC-NCHS 2000 ditetapkan sebagai pembanding dalam status gizi dan pertumbuhan perorangan maupun masyarakat di Indonesia. Standar ini dipaparkan dalam persentil dan ketentuan Eid indeks dari BMI.

Hasil pengukuran status gizi berdasarkan Eid Indeks dapat digolongkan dalam persentil malnutrisi berat ( <3rd ), malnutrisi sedang ( 3rd-5th ), malnutrisi ringan ( 5th-10th ), gizi baik ( 10th-85th ), overweight ( 85th-97th) dan obesitas ( ≥97th).

2.1.6 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi

Faktor yang secara langsung mempengaruhi status gizi adalah asupan makan dan penyakit infeksi. Berbagai faktor yang melatarbelakangi kedua faktor tersebut misalnya faktor ekonomi, keluarga, produktivitas, dan kondisi perumahan (Suhardjo, 1996).

Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi: a. Faktor Langsung

1. Konsumsi Pangan

Penilaian konsumsi pangan rumah tangga atau secara perorangan merupakan cara pengamatan langsung dapat menggambarkan pola konsumsi penduduk menurut daerah, golongan sosial ekonomi dan sosial budaya. Konsumsi pangan lebih sering digunakan sebagai salah satu teknik unuk memajukan tingkat keadaan gizi (Suhardjo, 1996).

2. Infeksi

Antara status gizi kurang dan infeksi terdapat interaksi bolak-balik. Infeksi dapat menimbulkan gizi kurang melalui mekanismenya. Yang paling penting adalah efek langsung dari infeksi. Sistematik pada katabolisme jaringan menyebabkan kehilangan nitrogen. Meskipun hanya terjadi infeksi ringan sudah menimbulkan kehilangan nitrogen (Suhardjo, 2000).


(26)

b. Faktor Tidak Langsung 1. Tingkat Pendapatan

Tingkat pendapatan sangat menentukan pola makan yang dibeli. Dengan uang tambahan, sebagian besar pendapatan tambahan itu untuk pembelanjaan makanan. Pendapatan merupakan faktor yang paling penting untuk menentukan kualitas dan kuantitas makanan, maka erat hubungannya dengan gizi.

Arti pendapatan dan manfaatnya bagi keluarga:

a) Peningkatan pendapatan berarti memperbesar dan meningkatkan pendapatan golongan miskin untuk memperbaiki gizinya.

b) Pendapatan orang-orang miskin meningkat otomatis membawa peningkatan dalam jumlah pembelanjaan makanan untuk keluarga (Khomsan, 2003).

2. Pengetahuan Gizi

Pengetahuan tentang gizi adalah kepandaian memilih makanan yang merupakan sumber zat-zat gizi dan kepandaian dalam mengolah bahan makanan yang akan diberikan.

Pengetahuan tentang ilmu gizi secara umum dapat bermanfaat dalam sikap dan perlakuan dalam memilih bahan makanan. Dengan tingkat pengetahuan gizi yang rendah akan sulit dalam penerimaan informasi dalam bidang gizi, bila dibandingkan dengan tingkat pengetahuan gizi yang baik (Sayogo, 1996).

Pengetahuan dapat diperoleh melalui pengalaman diri sendiri maupun orang lain. Status gizi yang baik adalah penting bagi kesehatan setiap orang, termasuk ibu hamil, ibu menyusui dan anaknya. Setiap orang akan mempunyai gizi yang cukup jika makanan yang kita makan mampu menyediakan zat gizi yang cukup diperlukan tubuh. Pengetahuan gizi memegang peranan yang sangat penting di dalam penggunaan dan pemilihan bahan makanan dengan baik, sehingga dapat mencapai keadaan gizi seimbang (Suhardjo, 2000).


(27)

3. Pendidikan

Suatu proses penyampaian bahan atau materi pendidikan oleh pendidik kepada sasaran pendidikan (anak didik) guna mencapai perubahan tingkah laku (tujuan). Pendidikan itu adalah suatu proses, maka dengan sendirinya mempunyai masukan dan keluaran. Masukan proses pendidikan adalah sasaran pendidikan atau anak didik yang mempunyai karakteristik, sedangkan keluaran proses pendidikan adalah tenaga atau lulusan yang mempunyai kualifikasi tertentu sesuai dengan tujuan institusi yang bersangkutan (Madanijah, 2004).

2.2 Anak Sekolah Dasar 2.2.1 Perkembangan Anak

Pada saat ini masa anak-anak dibagi menjadi dua periode yang berbeda, yaitu periode awal anak-anak dan periode akhir anak-anak. Periode awal berlangsung dari umur dua sampai enam tahun dan periode akhir dari enam tahun sampai tiba saatnya anak matang secara seksual (Marpaung L., 2007).

1. Awal masa anak-anak

Para ahli psikologi menggunakan beberapa sebutan untuk awal masa anak-anak. Pada masa ini anak berada pada usia kelompok, masa dimana anak-anak mempelajari dasar-dasar perilaku sosial yang diperlukan untuk penyesuaian diri sebagai persiapan kehidupan sosial yang lebih tinggi. Pada awal masa anak-anak ini disebut juga masa menjelajah karena awal masa anak-anak mengalami perkembangan di seputar penguasaan dan pengendalian lingkungan dimana anak-anak ingin mengetahui keadaan lingkungannya, bagaimana mekanismenya, bagaimana perasaannya dan bagaimana ia dapat menjadi bagian dari lingkungan. Masa ini disebut juga dengan masa bertanya karena ingin menjelajahi lingkungan anak, mereka sering sekali bertanya untuk mengetahuinya. Yang paling menonjol dalam periode ini adalah meniru pembicaraan dan tindakan orang lain, namun walaupun demikian masa ini anak lebih menunjukkan kreatifitas dalam bermain dibanding masa-masa lain dalam kehidupannya.


(28)

Awal masa anak-anak adalah masa untuk mempelajari keterampilan tertentu karena pada masa ini anak mau mengulang suatu aktifitas sampai mereka terampil, anak-anak juga bersifat pemberani dan mudah belajar keterampilan tanpa mengganggu keterampilan yang sudah ada. Selama masa awal anak-anak, anak-anak memiliki keinginan yang kuat untuk belajar berbicara dengan alasan lebih mudah diterima sebagai anggota kelompok.

Antara usia dua dan tiga tahun, anak menunjukkan minat yang nyata untuk melihat anak-anak lain berusaha mengadakan kontak sosial dengan mereka. Dengan meningkatnya kemampuan intelektual terutama kemampuan berfikir dan melihat hubungan-hubungan, dengan meningkatnya kemampuan untuk menjelajah lingkungan karena bertambah besarnya koordinasi dan pengendalian motorik dan dengan meningkatnya kemampuan untuk bertanya dengan menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti orang lain, maka pengertian anak tentang orang, benda, dan situasi meningkat dengan pesat. Peningkatan pengertian ini timbul dari arti-arti baru yang diasosiasikan dengan arti-arti yang dipelajari selama masa bayi.

Pola kepribadian mulai terbentuk pada masa ini. Dengan berjalannya periode awal masa anak-anak, anak semakin banyak berhubungan dengan teman-teman sebayanya yang membawa pengaruh dalam pembentukan konsep diri anak.

2. Akhir masa anak-anak

Akhir masa anak-anak berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba saatnya individu menjadi matang secara seksual. Masa ini ditandai oleh kondisi yang mempengaruhi penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial anak.

Para ahli psikologi mengatakan bahwa akhir dari masa anak-anak adalah usia berkelompok dimana tertuju pada keinginan diterima oleh teman-teman sebaya sebagai anggota kelompok, terutama kelompok yang


(29)

bergengsi dalam pandangan teman-teman. Masa ini adalah masa penyesuaian diri. Masa ini disebut juga masa kreatif dan masa bermain, karena luasnya minat dan kegiatan bermain dan bukan karena banyaknya waktu untuk bermain (Hurlock, 1993).

Akhir masa anak-anak merupakan periode pertumbuhan yang lambat dan relatif seragam sampai mulai terjadi perubahan-perubahan pubertas. Keterampilan yang dipelajari anak-anak sebagian pada kesempatan untuk belajar. Pada akhir masa anak-anak ini, ada waktu dimana anak sering mengalami emosi yang hebat. Karena emosi cenderung kurang menyenangkan, maka dalam periode ini meningginya emosi menjadi periode ketidakseimbangan, yaitu saat dimana anak menjadi sulit dihadapi. Pada akhir masa anak-anak ini, anak-anak sangat terpukau dengan anggapan bahwa mereka harus menyesuaikan diri dengan standar dalam penampilan, berbicara, dan berperilaku seperti yang ditetapkan oleh kelompok (Hurlock, 1993).

2.2.2 Pengertian Anak Sekolah Dasar

Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun), usia bermain/toddler (1-2.5 tahun), prasekolah (2.5-5 tahun), usia sekolah (5-11 tahun), hingga remaja (11-18 tahun) (Hidayat, 2009). Sedangkan sekolah dasar merupakan tempat anak memperoleh pendidikan formal pertama (Sujanto, 1996). Berdasarkan uraian di atas maka anak sekolah dasar adalah anak yang sedang mengenyam pendidikan formal pertama di sekolah dasar.

2.2.3 Pola Tumbuh dan Kembang Anak Sekolah Dasar

Masa SD disebut juga masa anak sekolah, yaitu masa matang untuk belajar, maupun masa matang untuk sekolah (Sujanto, 1996). Pertumbuhan dan perkembangan pada masa anak sekolah akan mengalami proses


(30)

pertumbuhan yang lambat dan relatif seragam sampai perubahan pubertas. Penambahan berat badan pertahun dapat mencapai 2.5 kg dan ukuran tinggi badan sampai 5 cm pertahun. Pada usia sekolah dasar ini secara umum aktivitas fisik pada anak semakin tinggi dan memperkuat kemampuan motorik anak. Kemampuan kemandirian anak akan semakin dirasakan dimana lingkungan luar rumah dalam hal ini sangat berperan cukup besar, sehingga beberapa masalah sudah mampu menunjukkan penyesuaian diri dengan lingkungan yang ada, rasa tanggung jawab dan percaya diri dalam tugas sudah mulai terwujud sehingga dalam menghadapi kegagalan maka anak sering kali dijumpai reaksi kemarahan atau kegelisahan, perkembangan kognitif, psikososial, interpersonal, psikoseksual, moral, dan spiritual sudah mulai menunjukkan kematangan pada masa ini. Khusus perkembangan masa ini, anak banyak mengembangkan kemampuan interaksi sosial, belajar tentang nilai moral dan budaya dari lingkungan keluarganya dan mulai mencoba mengambil bagian dari kelompok untuk berperan, terjadi perkembangan secara lebih khusus lagi, terjadi perkembangan konsep diri, keterampilan membaca, menulis serta menghitung, belajar menghargai sekolah (Hidayat, 2009).


(31)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Pada penelitian ini, kerangka konsep tentang menilai status gizi anak dapat dijabarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1 Kerangka konsep penilaian status gizi yang dilihat dari pemeriksaan antropometri

Ket: Yang diamati dalam penelitian adalah kotak yang bergaris tebal ( ) Pemeriksaan Antropometri

Status Gizi ( berdasarkan usia, jenis


(32)

3.2 Definisi Operasional

1. Pemeriksaan Antropometri

Definisi Pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi yang dapat dilakukan terhadap berat badan, tinggi badan, dan lingkaran-lingkaran bagian tubuh serta tebal lemak di bawah kulit.

Cara Ukur Pemeriksaan antropometri dilakukan dengan pengukuran berat badan dan tinggi badan sampel.

Pengukuran berat badan dengan cara: pastikan timbangan injak diletakkan di lantai yang datar, lihat posisi jarum harus menunjuk ke angka 0 (nol), anak sebaiknya memakai baju yang tipis dan tidak memegang atau mengantongi sesuatu. Kemudian anak berdiri di atas timbangan tanpa dipegangi lalu baca angka yang ditunjukkan oleh jarum pada timbangan.

Pengukuran tinggi badan dengan cara: badan dengan posisi berdiri tegak menghadap ke depan, tumit menempel pada dinding. Turunkan batas atas pengukur sampai menempel di ubun-ubun, kemudian baca angka pada batas tersebut. Pastikan anak tidak memakai sandal atau sepatu.

Alat Ukur Berat badan akan diukur dengan menggunakan timbangan injak (kapasitas maksimum 120 kg, ketelitian 0.5 cm) dengan tipe manual merek dagang GEA tahun kalibrasi 2013.

Tinggi badan akan diukur dengan menggunakan pengukur tinggi badan tarik (kapasitas maksimum 200 cm, ketelitian 0.1 cm) dengan tipe manual merek dagang GEA.

Untuk mendapatkan hasil pengukuran berat badan dan tinggi badan yang lebih akurat, pengukuran dilakukan oleh penulis sendiri dan dilihat kembali oleh satu orang lain yang membantu proses pengukuran sehingga kesalahan dalam pengukuran dapat diminimalisasi.

Hasil Ukur Berat badan: kilogram (kg) Tinggi badan: centimeter (cm) Skala Berat badan: numerik


(33)

2. Status Gizi

Definisi Keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi.

Cara Ukur Penilaian status gizi dilakukan dengan pengukuran langsung pada sampel untuk mengetahui antropometri tubuhnya dengan melakukan pengukuran pada berat badan dan tinggi badan, dilanjutkan dengan pemeriksaan BMI dari tubuh dengan rumus

BB (kg) BMI =

TB (m²)

Selanjutnya BMI akan diplotkan ke growth chart CDC-NCHS 2000 berdasarkan usia dan jenis kelamin dengan memproyeksikan titik hasil pengukuran BMI sesuai dengan usia subjek ke kurva persentil 50 BMI yang kemudian dilanjutkan dengan ketentuan eid indeks dari BMI

Alat Ukur Growth chart CDC-NCHS 2000

Hasil Ukur Setiap BMI yang sudah diplot pada growth chart CDC-NCHS 2000 mempunyai indikasi tersendiri yang akan menentukan jenis persentil yang ditunjukkan

<3rd percentile malnutrisi berat

3rd to 5th percentile malnutrisi sedang

5th to 10th percentile malnutrisi ringan

10th to 85th percentile gizi baik

85th to 97th percentile Overweight

≥97th percentile Obesitas


(34)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan rancangan potong lintang (cross sectional). Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran status gizi anak sekolah dasar. Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara objektif.

4.2 Waktu dan Tempat Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 064977 Jalan Bhayangkara No. 303 Kelurahan Indra Kasih, Kecamatan Medan Tembung, Kotamadya Medan. Adapun pertimbangan memilih lokasi tersebut dengan beberapa alasan yaitu, SDN 064977 adalah sekolah dengan jumlah 435 anak yang terdiri dari laki-laki dan perempuan, sehingga penelitian ini mencakup jumlah populasi yang relatif banyak untuk dijadikan sampel penelitian dan dapat mewakili sekolah lainnya, belum pernah diadakan penelitian pada sekolah ini sebelumnya, serta lebih mudah dijangkau peneliti.

Pengukuran dan pengumpulan data akan dilakukan mulai bulan Juli 2013, dilanjutkan dengan pengolahan dan analisis data.

4.3 Populasi dan Sampel Penekitian

Populasi penelitian adalah seluruh murid di SDN 064977 pada tahun 2013 yang berjumlah 435 anak.

Sampel penelitian adalah jumlah murid dari kelas I sampai kelas VI SDN 064977. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara total sampling, yaitu seluruh populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dijadikan sebagai sampel penelitian. Adapun kriteria inklusi pada penelitian ini adalah seluruh murid SDN 064977 pada tahun 2013. Kriteria eksklusi adalah murid yang tidak


(35)

bersedia untuk ikut serta dalam penelitian, murid yang sedang sakit, dan murid yang tidak hadir.

4.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan merupakan data primer dengan parameter pengukuran berupa berat badan dan tinggi badan. Responden pada penelitian ini adalah murid SDN 064977.

Pengukuran berat badan dilakukan dengan menggunakan alat timbangan injak sesuai dengan prosedur pengukuran timbangan injak dan dinilai dalam satuan kilogram (kg). Pengukuran tinggi badan dilakukan dengan pengukur tinggi badan tarik dan dinilai dalam satuan centimeter (cm). Sementara data usia dan jenis kelamin murid diperoleh melalui pengamatan dan wawancara langsung terhadap murid.

Hasil pengukuran berat badan dan tinggi badan dikumpulkuan untuk kemudian dicari status gizi yang disesuaikan dengan usia dan jenis kelamin masing-masing murid dengan menggunakan baku yang telah tersedia dari grafik CDC-NCHS 2000 berdasarkan ketentuan Eid Indeks untuk BMI dapat

digolongkan dalam persentil malnutrisi berat ( <3rd ), malnutrisi sedang ( 3rd-5th ), malnutrisi ringan ( 5th-10th ), gizi baik ( 10th-85th ), overweight ( 85th-97th) dan obesitas( ≥97th) dan dilakukan pencatatan sesuai de ngan jenis variabel yang diteliti.

4.5 Metode Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan dari setiap pengukuran diolah dan dimasukkan dalam bentuk tabel-tabel distribusi untuk mempermudah pengolahan dan pembahasan data serta pengambilan kesimpulan dengan menggunakan bantuan SPSS (Statistical Package for the Social Science) dan kemudian seluruh data dimasukkan ke dalam komputer (data entry) untuk dianalisa secara deskriptif dan dilakukan pembahasan sesuai dengan pustaka yang ada. Hasil penelitian ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan grafik.


(36)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 064977 yang berlokasi di Jalan Bhayangkara No. 303 Medan, Indonesia. Sekolah Dasar ini telah berdiri sejak tahun 1978 dan memiliki jenjang akreditasi B (baik). Setiap tahunnya, sekolah ini menerima siswa-siswi baru sebanyak lebih kurang 50 orang anak. Sekolah ini memiliki beberapa ruangan diantaranya; ruang kelas, ruang kepala sekolah dan ruang guru, kantin, kamar mandi, dan lapangan.

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Sampel

Karakteristik sampel dideskripsikan berdasarkan jenis kelamin, usia dan status gizi mulai dari kelas I sampai dengan kelas VI. Data lengkap mengenai karakteristik sampel tersebut dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini.

Tabel 5.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

Laki-Laki 234 53.8

Perempuan 201 46.2

Total 435 100

Distribusi jenis kelamin anak sekolah dasar memperlihatkan anak laki-laki ditemukan lebih banyak daripada anak perempuan pada penelitian ini. Dari 435 orang anak sekolah dasar, terdapat 234 orang anak laki-laki (53.8%) dan 201 orang anak perempuan (46.2%).


(37)

Tabel 5.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Usia Pada Anak Kelas I

Usia (tahun) Jumlah Persentase (%)

5 3 4.9

6 53 86.9

7 5 8.2

Total 61 100

Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat pada anak kelas I yang berjumlah 61 orang bahwa jumlah sampel mayoritas adalah berusia 6 tahun yaitu sebanyak 53 orang anak (86.9%). Usia 5 tahun adalah sebanyak 3 orang anak (4.9%) dan usia 7 tahun adalah sebanyak 5 orang anak (48.2%). Maka mean usia pada anak kelas I adalah 6 tahun.

Tabel 5.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Status Gizi Dari Pengukuran BMI Yang Telah Diplot Pada Grafik CDC-NCHS 2000 Pada Anak Kelas I

Status gizi Jumlah Persentase (%)

Malnutrisi berat 0 0

Malnutrisi sedang 0 0

Malnutrisi ringan 14 23

Gizi baik 44 72.1

Overweight 3 4.9

Obesitas 0 0

Total 61 100

Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat pada anak kelas I yang berjumlah 61 orang bahwa jumlah sampel mayoritas memiliki status gizi baik yaitu sebanyak 44 orang anak (72.1%), diikuti dengan malnutrisi ringan sebanyak 14 orang anak (23%), dan overweight sebanyak 3 orang anak (4.9%). Sedangkan malnutrisi berat, malnutrisi sedang, dan obesitas tidak dijumpai pada anak sekolah dasar ini.


(38)

Tabel 5.4 Distribusi Sampel Berdasarkan Usia Pada Anak Kelas II

Usia (tahun) Jumlah Persentase (%)

6 2 2.7

7 67 91.8

8 4 5.5

Total 73 100

Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat pada anak kelas II yang berjumlah 73 orang bahwa jumlah sampel mayoritas adalah berusia 7 tahun yaitu sebanyak 67 orang anak (91.8%). Usia 6 tahun adalah sebanyak 2 orang anak (2.7%) dan usia 8 tahun adalah sebanyak 4 orang anak (5.5%). Maka mean usia pada anak kelas II adalah 7 tahun.

Tabel 5.5 Distribusi Sampel Berdasarkan Status Gizi Dari Pengukuran BMI Yang Telah Diplot Pada Grafik CDC-NCHS 2000 Pada Anak Kelas II

Status gizi Jumlah Persentase (%)

Malnutrisi berat 0 0

Malnutrisi sedang 0 0

Malnutrisi ringan 5 6.8

Gizi baik 63 86.3

Overweight 5 6.8

Obesitas 0 0

Total 73 100

Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat pada anak kelas II yang berjumlah 73 orang bahwa jumlah sampel mayoritas memiliki status gizi baik yaitu sebanyak 63 orang anak (86.3%), diikuti dengan malnutrisi ringan sebanyak 5 orang anak (6.8%), dan overweight sebanyak 5 orang anak (6.8%). Sedangkan malnutrisi berat, malnutrisi sedang, dan obesitas tidak dijumpai pada anak sekolah dasar ini.


(39)

Tabel 5.6 Distribusi Sampel Berdasarkan Usia Pada Anak Kelas III

Usia (tahun) Jumlah Persentase (%)

7 3 4.2

8 64 90.1

9 4 5.6

Total 71 100

Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat pada anak kelas III yang berjumlah 71 orang bahwa jumlah sampel mayoritas adalah berusia 8 tahun yaitu sebanyak 64 orang anak (90.1%). Usia 7 tahun adalah sebanyak 3 orang anak (4.2%) dan usia 9 tahun adalah sebanyak 4 orang anak (5.6%). Maka mean usia pada anak kelas III adalah 8 tahun.

Tabel 5.7 Distribusi Sampel Berdasarkan Status Gizi Dari Pengukuran BMI Yang Telah Diplot Pada Grafik CDC-NCHS 2000 Pada Anak Kelas III

Status gizi Jumlah Persentase (%)

Malnutrisi berat 0 0

Malnutrisi sedang 0 0

Malnutrisi ringan 1 1.4

Gizi baik 68 95.8

Overweight 2 2.8

Obesitas 0 0

Total 71 100

Berdasarkan tabel 5.7 dapat dilihat pada anak kelas III yang berjumlah 71 orang bahwa jumlah sampel mayoritas memiliki status gizi baik yaitu sebanyak 68 orang anak (95.8%), diikuti dengan overweight sebanyak 2 orang anak (2.8%), dan malnutrisi ringan sebanyak 1 orang anak (1.4%). Sedangkan malnutrisi berat, malnutrisi sedang, dan obesitas tidak dijumpai pada anak sekolah dasar ini.


(40)

Tabel 5.8 Distribusi Sampel Berdasarkan Usia Pada Anak Kelas IV

Usia (tahun) Jumlah Persentase (%)

8 5 6.3

9 72 91.1

10 2 2.5

Total 79 100

Berdasarkan tabel 5.8 dapat dilihat pada anak kelas IV yang berjumlah 79 orang bahwa jumlah sampel mayoritas adalah berusia 9 tahun yaitu sebanyak 72 orang anak (91.1%). Usia 8 tahun adalah sebanyak 5 orang anak (6.3%) dan usia 10 tahun adalah sebanyak 2 orang anak (2.5%). Maka mean usia pada anak kelas IV adalah 9 tahun.

Tabel 5.9 Distribusi Sampel Berdasarkan Status Gizi Dari Pengukuran BMI Yang Telah Diplot Pada Grafik CDC-NCHS 2000 Pada Anak Kelas IV

Status gizi Jumlah Persentase (%)

Malnutrisi berat 0 0

Malnutrisi sedang 0 0

Malnutrisi ringan 4 5.1

Gizi baik 65 82.3

Overweight 10 12.7

Obesitas 0 0

Total 79 100

Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat pada anak kelas IV yang berjumlah 79 orang bahwa jumlah sampel mayoritas memiliki status gizi baik yaitu sebanyak 65 orang anak (82.3%), diikuti dengan overweight sebanyak 10 orang anak (12.7%), dan malnutrisi ringan sebanyak 4 orang anak (5.1%). Sedangkan malnutrisi berat, malnutrisi sedang, dan obesitas tidak dijumpai pada anak sekolah dasar ini.


(41)

Tabel 5.10 Distribusi Sampel Berdasarkan Usia Pada Anak Kelas V

Usia (tahun) Jumlah Persentase (%)

9 4 5.3

10 55 72.4

11 12 15.8

12 5 6.6

Total 76 100

Berdasarkan tabel 5.10 dapat dilihat pada anak kelas V yang berjumlah 76 orang bahwa jumlah sampel mayoritas adalah berusia 10 tahun yaitu sebanyak 55 orang anak (72.4%). Usia 9 tahun adalah sebanyak 4 orang anak (5.3%), usia 11 tahun adalah sebanyak 12 orang anak (15.8%), dan usia 12 tahun adalah sebanyak 5 orang anak (6.6%). Maka mean usia pada anak kelas V adalah 10 tahun.

Tabel 5.11 Distribusi Sampel Berdasarkan Status Gizi Dari Pengukuran BMI Yang Telah Diplot Pada Grafik CDC-NCHS 2000 Pada Anak Kelas V

Status gizi Jumlah Persentase (%)

Malnutrisi berat 0 0

Malnutrisi sedang 0 0

Malnutrisi ringan 22 28.9

Gizi baik 45 59.2

Overweight 9 11.8

Obesitas 0 0

Total 76 100

Berdasarkan tabel 5.11 dapat dilihat pada anak kelas V yang berjumlah 76 orang bahwa jumlah sampel mayoritas memiliki status gizi baik yaitu sebanyak 45 orang anak (59.2%), diikuti dengan malnutrisi ringan sebanyak 22 orang anak (28.9%), dan overweight sebanyak 9 orang anak (11.8%). Sedangkan malnutrisi berat, malnutrisi sedang, dan obesitas tidak dijumpai pada anak sekolah dasar ini.


(42)

Tabel 5.12 Distribusi Sampel Berdasarkan Usia Pada Anak Kelas VI

Usia (tahun) Jumlah Persentase (%)

10 2 2.7

11 65 86.7

12 7 9.3

13 1 1.3

Total 75 100

Berdasarkan tabel 5.12 dapat dilihat pada anak kelas VI yang berjumlah 75 orang bahwa jumlah sampel mayoritas adalah berusia 11 tahun yaitu sebanyak 65 orang anak (86.7%). Usia 10 tahun adalah sebanyak 2 orang anak (2.7%), usia 12 tahun adalah sebanyak 7 orang anak (9.3%),dan usia 13 tahun adalah sebanyak 1 orang anak (1.3%). Maka mean usia pada anak kelas VI adalah 11 tahun.

Tabel 5.13 Distribusi Sampel Berdasarkan Status Gizi Dari Pengukuran BMI Yang Telah Diplot Pada Grafik CDC-NCHS 2000 Pada Anak Kelas VI

Status gizi Jumlah Persentase (%)

Malnutrisi berat 0 0

Malnutrisi sedang 0 0

Malnutrisi ringan 2 2.7

Gizi baik 70 93.3

Overweight 3 4

Obesitas 0 0

Total 75 100

Berdasarkan tabel 5.7 dapat dilihat pada anak kelas VI yang berjumlah 75 orang bahwa jumlah sampel mayoritas memiliki status gizi baik yaitu sebanyak 70 orang anak (93.3%), diikuti dengan overweight sebanyak 3 orang anak (4%), dan malnutrisi ringan sebanyak 2 orang anak (2.7%). Sedangkan malnutrisi berat, malnutrisi sedang, dan obesitas tidak dijumpai pada anak sekolah dasar ini.


(43)

2.1.3 Hasil Penelitian Data

a. Karakteristik Status Gizi Dari Pengukuran BMI Yang Telah Diplot Pada Grafik CDC-NCHS 2000 Berdasarkan Jumlah Total Sampel Berikut adalah karakteristik status gizi berdasarkan jumlah total sampel pada anak Sekolah Dasar Negeri 064977 Tahun 2013.

Tabel 5.14 Distribusi Status Gizi Dari Pengukuran BMI Yang Telah Diplot Pada Grafik CDC-NCHS 2000 Berdasarkan Jumlah Total Sampel

Status Gizi Jumlah Persentase (%)

Malnutrisi berat 0 0

Malnutrisi sedang 0 0

Malnutrisi ringan 48 11

Gizi baik 355 81.5

Overweight 32 7.5

Obesitas 0 0

Total 435 100

Pada tabel 5.14 yang menggambarkan distribusi status gizi berdasarkan jumlah total sampel menunjukkan bahwa jumlah sampel mayoritas memiliki status gizi baik yaitu sebanyak 355 orang anak (81.5%), dilanjutkan dengan malnutrisi ringan sebanyak 48 orang anak (11%), dan overweight sebanyak 32 orang anak (7.5%). Sedangkan malnutrisi berat, malnutrisi sedang, dan obesitas tidak dijumpai pada anak sekolah dasar.


(44)

b. Karakteristik Status Gizi Dari Pengukuran BMI Yang Telah Diplot Pada Grafik CDC-NCHS 2000 Berdasarkan Jenis Kelamin

Berikut adalah karakteristik status gizi berdasarkan jenis kelamin pada anak Sekolah Dasar Negeri 064977 Tahun 2013.

Tabel 5.15 Distribusi Status Gizi Dari Pengukuran BMI Yang Telah Diplot Pada Grafik CDC-NCHS 2000 Berdasarkan Jenis Kelamin

Status Gizi

Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan Total

n (%) n (%) n (%)

Malnutrisi berat 0 0 0

Malnutrisi sedang 0 0 0

Malnutrisi ringan 23 (9.8) 25 (12.4) 48 (11)

Gizi baik 189 (80.8) 166 (82.6) 355 (81.5)

Overweight 22 (9.4) 10 (5) 32 (7.5)

Obesitas 0 0 0

Total 234 (100) 201 (100) 435 (100)

Pada tabel 5.15 yang menggambarkan distribusi status gizi berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa dari 234 orang anak laki-laki mayoritas memiliki status gizi baik yaitu sebanyak 189 orang anak (80.8%), dilanjutkan dengan malnutrisi ringan sebanyak 23 orang anak (9.8%), dan overweight sebanyak 22 orang anak (9.4%). Pada anak perempuan, dari 201 orang anak perempuan mayoritas memiliki status gizi baik yaitu sebanyak 166 orang anak (82.6%), dilanjutkan dengan malnutrisi ringan sebanyak 25 orang anak (12.4%), dan overweight sebanyak 10 orang anak (5%). Sedangkan malnutrisi berat, malnutrisi sedang, dan obesitas tidak dijumpai baik pada anak laki-laki maupun anak perempuan pada anak sekolah dasar ini.


(45)

c. Karakteristik Status Gizi Dari Pengukuran BMI Yang Telah Diplot Pada Grafik CDC-NCHS 2000 Berdasarkan Usia

Berikut adalah karakteristik status gizi berdasarkan usia pada anak Sekolah Dasar Negeri 064977 Tahun 2013.

Tabel 5.16 Distribusi Status Gizi Dari Pengukuran BMI Yang Telah Diplot Pada Grafik CDC-NCHS 2000 Berdasarkan Usia

Status Gizi Usia (tahun) 5 n(%) 6 n(%) 7 n(%) 8 n(%) 9 n(%) 10 n(%) 11 n(%) 12 n(%) 13 n(%) Total n(%) Malnutrisi Berat

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Malnutrisi Sedang

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Malnutrisi Ringan

0 14 (25.5) 5 (6.7) 1 (1.4) 5 (6.3) 17 (28.8) 4 (5.2) 2 (16.7)

0 48 (11) Gizi Baik 3 (100) 38 (69.1) 66 (88) 69 (94.5) 64 (80) 36 (61) 69 (89.6) 9 (75) 1 (100) 355 (81.5) Overweight 0 3

(5.5) 4 (5.3) 3 (4.1) 11 (13.8) 6 (10.2) 4 (5.2) 1 (8.3)

0 32 (7.5)

Obesitas 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Total 3

(100) 55 (100) 75 (100) 73 (100) 80 (100) 59 (100) 77 (100) 12 (100) 1 (100) 435 (100)

Pada tabel 5.16 yang menggambarkan distribusi status gizi berdasarkan usia menunjukkan bahwa usia yang memiliki status gizi baik tertinggi dijumpai pada usia 8 tahun sebanyak 69 orang anak (94.5%), diikuti dengan usia 11 tahun sebanyak 69 orang anak (89.6%), usia 7 tahun sebanyak 66 orang anak (88%), usia 9 tahun sebanyak 64 orang anak (80%), usia 6 tahun sebanyak 38 orang anak (69.1%), usia 10 tahun sebanyak 36 orang anak (61%), usia 12 tahun sebanyak 9 orang anak (75%), usia 5 tahun sebanyak 3 orang anak (100%), dan usia 13 tahun sebanyak 1 orang anak (100%). Sedangkan malnutrisi berat, malnutrisi sedang, dan obesitas tidak dijumpai pada anak sekolah dasar ini.


(46)

5.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada murid-murid Sekolah Dasar Negeri 064977 Kecamatan Medan Tembung, diperoleh data melalui pendataan status gizi dari tiap-tiap kelas. Data tersebut dijadikan dasar dalam melakukan pembahasan dan dijabarkan sebagai berikut.

Pada tabel 5.14 yang menggambarkan distribusi status gizi berdasarkan jumlah total sampel menunjukkan bahwa jumlah sampel mayoritas memiliki status gizi baik yaitu sebanyak 355 orang anak (81.5%), dilanjutkan dengan malnutrisi ringan sebanyak 48 orang anak (11%), dan overweight sebanyak 26 orang anak (6%). Sedangkan malnutrisi berat, malnutrisi sedang, dan obesitas tidak dijumpai. Maka berdasarkan hasil analisis statistik penelitian ini didapatkan hasil bahwa anak Sekolah Dasar Negeri 064977 memiliki status gizi baik. Hal ini sesuai menurut Tuti Restuastuti (2012) yang menyatakan bahwa anak sekolah pada umumnya berada dalam masa pertumbuhan yang sangat cepat dan aktif. Untuk memastikan kecukupan gizi anak perlu dilakukan pengaturan makanan yang bergizi baik, seimbang dan beraneka ragam jenis. Pada usia anak sekolah dasar, konsumsi makanan lebih banyak dibandingkan usia dewasa sehingga gizi sangat penting untuk diperhatikan.

Habeahan (2009) menyatakan bahwa status gizi buruk pada anak-anak di Sumatera Utara pada tahun 2003 adalah 12.35% dan gizi kurang sebesar 18.59%. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian pada anak Sekolah Dasar Negeri 064977 pada tahun 2013 bahwa prevalensi malnutrisi ringan masih cukup tinggi yaitu besar 11%.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Damayanti pada anak sekolah dasar di 10 kota besar Indonesia periode 2002-2005 menemukan bahwa kota Medan menempati posisi ketiga (17.75%) overweight dan obesitas, dan penelitian yang dilakukan Lydia (2007) pada salah satu sekolah dasar swasta yang ada di Medan menemukan prevalensi obesitas sebesar 54.7%. Hasil penelitian yang dilakukan pada Sekolah Dasar Negeri 064977 kota Medan didapati prevalensi overweight sebesar 6%.


(47)

Pada tabel 5.15 yang menggambarkan distribusi status gizi berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa dari 234 orang anak laki-laki mayoritas memiliki status gizi baik yaitu sebanyak 189 orang anak (80.8%), dilanjutkan dengan malnutrisi ringan sebanyak 23 orang anak (9.8%), dan overweight sebanyak 22 orang anak (9.4%). Pada anak perempuan, dari 201 orang anak perempuan mayoritas memiliki status gizi baik yaitu sebanyak 166 orang anak (82.6%), dilanjutkan dengan malnutrisi ringan sebanyak 25 orang anak (12.4%), dan overweight sebanyak 10 orang anak (5%). Sedangkan malnutrisi berat, malnutrisi sedang, dan obesitas tidak dijumpai baik pada anak laki-laki maupun anak perempuan pada anak sekolah dasar ini. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Nugroho (1999) dan Widyaningtyas (2003) yang menyatakan bahwa jenis kelamin memiliki hubungan pada status gizi anak. Namun, hasil ini berbeda dengan hasil penelitian Rijanti (2002) dan Ikhsanudin (2006) yang tidak menemukan adanya hubungan jenis kelamin dengan status gizi anak.

Status gizi kurang lebih sering dialami oleh anak perempuan. Hal ini dapat disebabkan karena perbedaan pola aktivitas fisik anak laki-laki dengan anak perempuan. Anak laki-laki umumnya memiliki aktivitas fisik yang aktif dibanding anak perempuan. Anak yang aktif cenderung memiliki nafsu makan yang baik, sehingga lebih sering ditemukan gizi baik pada anak laki-laki.

Pada tabel 5.16 yang menggambarkan distribusi status gizi berdasarkan usia menunjukkan bahwa usia yang memiliki status gizi baik tertinggi dijumpai pada usia 8 tahun sebanyak 69 orang anak (94.5%), diikuti dengan usia 11 tahun sebanyak 69 orang anak (89.6%), usia 7 tahun sebanyak 66 orang anak (88%), usia 9 tahun sebanyak 64 orang anak (80%), usia 6 tahun sebanyak 38 orang anak (69.1%), usia 10 tahun sebanyak 36 orang anak (61%), usia 12 tahun sebanyak 9 orang anak (75%), usia 5 tahun sebanyak 3 orang anak (100%), dan usia 13 tahun sebanyak 1 orang anak (100%). Sedangkan malnutrisi berat, malnutrisi sedang, dan obesitas tidak dijumpai pada anak sekolah dasar ini. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Daryono (2003) dan Mulyani (2004) yang tidak menemukan adanya hubungan antara usia dengan status gizi. Namun hasil ini berbeda dengan


(48)

hasil penelitian Rahmat (2001) dan Rijanti (2002) yang menemukan adanya hubungan antara usia dengan status gizi.

Status gizi kurang lebih banyak ditemukan pada murid yang berusia ≥10 tahun dibandingkan dengan murid berusia ˂10 tahun. Hal ini sesuai dengan penelitian Marbun (2002), dimana anak yang berusia 10-12 tahun lebih banyak berstatus gizi kurus daripada yang berusia 7-9 tahun.


(49)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian, maka kesimpulan yang diperoleh adalah:

a. Status gizi rata-rata pada anak Sekolah Dasar Negeri 064977 adalah gizi baik.

b. Dari penelitian ini diperoleh bahwa persentase gizi baik pada tiap-tiap kelas diatas 50%.

c. Ditemukan tingkat gizi baik tertinggi terdapat pada kelas III (usia 8 tahun) yaitu sebanyak 68 orang anak (95.8%).

d. Ditemukan malnutrisi ringan tertinggi terdapat pada kelas V (usia 10 tahun) yaitu sebanyak 22 orang anak (28.9%). Akan tetapi malnutrisi ringan sudah mulai terjadi pada anak kelas I (usia 6 tahun) yaitu sebanyak 14 orang anak (23%).

e. Ditemukan overweight tertinggi terdapat pada kelas IV (usia 9 tahun) yaitu sebanyak 3 orang anak (4%). Namun pada anak kelas I juga sudah ditemukan overweight yaitu sebanyak 3 orang anak (4.9%).

f. Dari penelitian ini diperoleh bahwa murid laki-laki lebih banyak mengalami overweight dibandingkan dengan murid perempuan. Sedangkan gizi baik dan malnutrisi ringan memiliki distribusi yang merata pada murid laki-laki dan murid perempuan.

6.2 Saran

Dari hasil penelitian yang diperoleh, maka saran-saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:

a. Dari penelitian ini sudah terjadi masalah gizi pada kelas I, oleh karena itu diperlukan penjelasan kepada murid-murid mengenai pengaruh status gizi terhadap tumbuh kembang mereka serta cara mengatasi masalah gizi yang terjadi.


(50)

b. Sebaiknya dalam penelitian yang sama berikutnya, perlu dilakukan pengukuran antropometri menggunakan parameter selain dari penelitian ini.

c. Peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat dan menjadi pemicu dalam melakukan penelitian selanjutnya.


(51)

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, B., 2009. Status Gizi Balita Gizi Kurang Setelah Mendapatkan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMTP) Di Puskesmas Tambusai Kecamatan Tambusai Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau. Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan.

Alfyan, M Taufik., 2010. Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Status Gizi Siswa Di SMA Harapan 1 Medan Tahun 2010. Available from: http://respository.usu.ac.id/handle/123456789/23456. [Accessed 16 Mei 2013].

Almatsier S., 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Andrea, Mei 2007. Penyakit Pada Anak, Tak Kenal Batas Waktu. Majalah Farmacia. Racikan Utama Vol. 6 No.10.

Arisman, 2010. Gizi Dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi, Ed. 2. Jakarta: Kedokteran EGC.

Badiuzzaman, T.M. 2010. Pengaruh Status Gizi Dengan Prestasi Akademik

Anak-Anak Sekolah Dasar Di Kota Medan. Available from:

http://respository.usu.ac.id/handle/123456789/21811. [Accessed 16 Mei 2013].

Budiyono, 2002. Gizi dan Kesehatan. Malang: Bayu Media. CDC, 2005. Growth Charts. Available from: www.cdc.gov

Daryono. 2003. Hubungan Antara Konsumsi Makanan, Kebioasaan Makan Dan Faktor-Faktor Lain Dengan Status Gizi Anak Sekolah Di SD Islam Al Falah Jambi, Tahun 2003. Tesis. FKM UI

. [Accessed 16 Mei 2013].

Departemen Kesehatan, 2010. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), Laporan Nasional 2010. Jakarta: Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan, Depkes RI. Available from: http://litbang.depkes.go.id. [Accessed 16 Mei 2013].


(52)

Habeahan, 2009. Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Anak-Anak Di Yayasan Panti Asuhan Rapha-El Simalingkar Kecamatan Tuntungan Kota Medan Tahun 2009. Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan

Hidayat, A. A., 2009. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba, Medika.

Ikhsanudin, Iik. 2006. Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Gizi Dan Kesehatan Serta Faktor-Faktor Lain Dengan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Kelas 1-3 SD Terpilih Di Kota Cirebon Tahun 2006. Skripsi. FKM UI

Hurlock, E., 1993. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi Kelima, Jakarta: Penerbit Erlangga.

Khomsam, A, 2003. Peranan Pangan Dan Gizi Untuk Kesehatan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Madanijah, 2004. Pendidikan Gizi Dalam Pengantar Pengadaan Pangan Dan Gizi. Jakarta: Penebar Swadaya.

Marpaung, Lidia, 2007. Perilaku Ibu Terhadap Obesitas Pada Anak Usia Sekolah Dasar SD Pertiwi Kecamatan Medan Barat Tahun 2007. Available from: http://respository.usu.ac.id/handle/123456789/14469

Mulyani, N, Siti. 2004. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Siswa Sekolah Dasar Negeri Jampang 2 Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor Tahun 2003. Skripsi. FKM UI.

. [Accessed 16 Mei 2013].

Nugroho, Bangun Tulus. 1999. Studi Beberapa Karateristik Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Anak Kelas 4 & 5 Dari Kelompok Sosek Menengah Keatas di SD Hj, Isriati Kodya Semarang. Skripsi. FKM UI.

Rijanti. 2002. Hubungan Konsumsi Makanan Dan Faktor-Faktor Lain Dengan Status Gizi Anak SD PSKD Kwitang VIII Depok, Tahun 2001. Tesis. FKM UI.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), 2007. Laporan Nasional 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan , Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI.


(53)

Sediaoetama, A.D., 2006. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa Dan Profesi Jilid 1. Jakarta: Dian Rakyat.

Simarmata, D., 2009. Kajian Ketersediaan Pangan Rumah Tangga, Status Ekonomi Keluarga, Pengetahuan Gizi Dengan Status Gizi Anak Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Melati Kecamatan Perbaungan Tahun 2009. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan.

Soekirman, 2000. Ilmu Gizi Dan Aplikasinya. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Suhardjo, 1996. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara. _______, 2000. Perencanaan Pangan dan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara.

Widyaningtyas, Nugrahani, S., 2003. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Lebih Murid Kelas IV/V SDN Pengadilan 2, 3, dan 5 Bogor, 2003. Skripsi. FKM UI

Supariasa, I.D.N., 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Kedokteran EGC.

William, A, 2010. Gambaran Status Gizi Anak Di Panti Asuhan Yayasan Terimakasih Abadi Kecamatan Medan Barat Tahun 2010. Available from: http://respository.usu.ac.id/handle/123456789/21485. [Accessed 16 Mei 2013]


(54)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Parastika Wisesa D

Tempat / Tanggal Lahir : Sidikalang / 14 Desember 1991 Agama : Katolik

Alamat : Jalan Bhayangkara No. 374 Medan Telepon : 085262054517

Orang Tua

a. Ayah : K. Dabungke b. Ibu : G. Pakpahan

Riwayat Pendidikan : 1. TK Kemala Bhayangkari 1 Medan 2. SD Budi Murni 7 Medan

3. SMP St. Thomas 1 Medan 4. SMA St. Thomas 1 Medan Riwayat Pelatihan : -


(55)

Lampiran 12

TABEL DATA INDUK PENELITIAN No Nama

anak Jenis kelamin Usia anak Berat badan Tinggi badan BMI anak Status gizi 1 ARA Laki-laki 6 27 124 17.6 Overweight 2 ARP Laki-laki 6 16 103.8 14.8 Gizi baik 3 DAP Laki-laki 6 20 118.9 14.1 Gizi baik 4 EA Laki-laki 6 22 118.3 15.7 Gizi baik

5 FM Laki-laki 6 16 112.5 12.6 Malnutrisi ringan 6 ITS Laki-laki 6 15 109.5 12.5 Malnutrisi ringan 7 MRT Laki-laki 6 19 113 14.9 Gizi baik

8 RAN Laki-laki 6 17 116.2 12.6 Malnutrisi ringan 9 RA Laki-laki 7 20 113.5 15.5 Gizi baik

10 BI Perempuan 6 15 107.8 12.9 Gizi baik 11 CAN Perempuan 6 17 114 13.1 Gizi baik 12 FN Perempuan 5 15 106.5 13.2 Gizi baik 13 IM Perempuan 6 17 109.3 14.2 Gizi baik 14 LS Perempuan 6 21 117 15.3 Gizi baik 15 SR Perempuan 7 15 106.9 13.1 Gizi baik 16 SNC Perempuan 6 21 117 15.3 Gizi baik 17 VI Perempuan 5 17 110.7 13.9 Gizi baik 18 BPS Laki-laki 6 22 117.5 15.9 Gizi baik 19 DSS Laki-laki 6 16 110.7 13.1 Gizi baik

20 RRA Laki-laki 6 14 116.6 10.3 Malnutrisi ringan 21 EHAS Perempuan 6 23 121 15.7 Gizi baik

22 ES Perempuan 6 16 117.5 11.6 Malnutrisi ringan 23 RS Laki-laki 7 20 115.6 15 Gizi baik

24 SARM Laki-laki 6 15 106.7 13.2 Gizi baik 25 SMS Perempuan 6 15 108 12.9 Gizi baik 26 RA Laki-laki 6 19 114.8 14.4 Gizi baik 27 A Laki-laki 6 24 117 17.5 Overweight 28 G Perempuan 6 21 119 14.8 Gizi baik 29 A Perempuan 6 19 115.7 14.2 Gizi baik 30 BN Perempuan 5 16 106.4 14.1 Gizi baik

31 T Perempuan 6 17 120.8 11.6 Malnutrisi ringan 32 KV Laki-laki 7 19 113.9 14.6 Gizi baik

33 AP Perempuan 6 25 119 17.7 Overweight 34 DSHS Laki-laki 6 18 115.4 13.5 Gizi baik 35 DA Laki-laki 6 19 112 15.1 Gizi baik 36 FB Laki-laki 6 23 118.3 16.4 Gizi baik 37 HR Laki-laki 6 17 115.5 12.7 Gizi baik 38 IA Laki-laki 6 20 115.5 15 Gizi baik


(56)

39 MRP Laki-laki 6 18 117.8 13 Gizi baik 40 RA Laki-laki 6 20 114.5 15.3 Gizi baik

41 ARS Perempuan 6 13 105.7 11.6 Malnutrisi ringan 42 BS Perempuan 6 16 112.6 12.6 Malnutrisi ringan 43 DA Perempuan 6 21 115 15.9 Gizi baik

44 HAD Perempuan 6 19 115.5 14.3 Gizi baik

45 JA Perempuan 6 15 110.4 12.3 Malnutrisi ringan 46 RR Perempuan 6 15 108 12.9 Malnutrisi ringan 47 SK Perempuan 6 24 122.2 16.1 Gizi baik

48 SV Perempuan 6 17 112.4 13.5 Gizi baik

49 VL Perempuan 6 14 113.6 10.8 Malnutrisi ringan 50 CHL Laki-laki 6 19 115.2 14.3 Gizi baik

51 NTS Laki-laki 6 15 111.7 12 Malnutrisi ringan 52 DLB Perempuan 6 20 118.7 14.2 Gizi baik

53 EYS Perempuan 6 21 113.1 16.4 Gizi baik 54 MEM Perempuan 6 19 118.3 13.6 Gizi baik

55 RA Perempuan 6 14 109.8 11.6 Malnutrisi ringan 56 RS Laki-laki 6 16 107 14 Gizi baik

57 EZ Perempuan 6 16 114.9 12.1 Malnutrisi ringan 58 LVS Perempuan 6 14 91.7 16.6 Gizi baik

59 LSK Perempuan 7 22 117.5 15.9 Gizi baik 60 MYN Perempuan 6 19 121 13 Gizi baik 61 OFH Perempuan 6 20 112 15.9 Gizi baik 62 GAUL Perempuan 7 21 118.3 15 Gizi baik 63 LSS Laki-laki 7 24 120.2 16.6 Gizi baik 64 ASH Laki-laki 7 22 114.3 16.8 Gizi baik 65 ASA Perempuan 7 20 112.5 15.8 Gizi baik 66 ARA Perempuan 7 19 113.7 14.7 Gizi baik 67 ASI Laki-laki 7 23 116.1 17.1 Gizi baik 68 AW Laki-laki 8 23 122.5 15.3 Gizi baik 69 CAN Perempuan 7 21 117.3 15.3 Gizi baik 70 CWH Perempuan 7 24 115.8 17.9 Overweight 71 DR Perempuan 7 20 115.1 15.1 Gizi baik 72 DDP Perempuan 7 18 111.5 14.5 Gizi baik 73 DAL Laki-laki 7 22 119.3 15.5 Gizi baik 74 EO Perempuan 7 21 116.2 15.6 Gizi baik 75 FDS Laki-laki 7 24 117.9 17.3 Overweight 76 MGAR Laki-laki 7 19 113 14.9 Gizi baik 77 HNL Perempuan 7 17 109.7 14.1 Gizi baik 78 JFS Laki-laki 7 20 119.7 14 Gizi baik 79 KRS Laki-laki 7 22 118.3 15.7 Gizi baik 80 LDS Perempuan 7 21 116.2 15.6 Gizi baik 81 MAS Laki-laki 7 21 117.4 15.2 Gizi baik 82 MKS Perempuan 7 18 113.3 14 Gzii baik


(57)

83 MBNH Laki-laki 7 20 116.9 14.6 Gzi baik 84 MR Laki-laki 7 19 113.3 14.8 Gizi baik 85 NRT Laki-laki 7 17 111.4 13.7 Gizi baik 86 NS Perempuan 7 20 115.8 14.9 Gizi baik 87 NSD Perempuan 7 23 118.5 16.4 Gizi baik 88 PAS Laki-laki 6 18 117 13.1 Gizi baik 89 RA Perempuan 7 20 118.6 14.2 Gizi baik 90 RDS Perempuan 7 19 115.5 14.2 Gizi baik 91 RS Laki-laki 8 20 118.5 14.2 Gizi baik 92 RMPL Laki-laki 7 19 113.8 14.7 Gizi baik 93 RM Perempuan 7 17 112.6 13.4 Gizi baik 94 RH Laki-laki 7 24 117.3 17.4 Overweight 95 SS Laki-laki 7 18 113 14.1 Gizi baik 96 SA Laki-laki 7 23 117 16.8 Gizi baik 97 YSPT Perempuan 7 20 115.9 14.9 Gizi baik 98 KA Laki-laki 7 23 119.6 16.1 Gizi baik 99 RJ Laki-laki 7 21 117 15.3 Gizi baik 100 A Laki-laki 7 22 116.7 16.2 Gizi baik

101 AS Laki-laki 7 16 114.5 12.2 Malnutrisi ringan 102 AGL Laki-laki 7 19 124 12.4 Malnutrisi ringan 103 ARS Laki-laki 7 25 118.7 17.7 Overweight 104 AM Laki-laki 7 24 122.3 16 Gizi baik 105 AY Perempuan 7 21 117.3 15.3 Gizi baik 106 AS Perempuan 7 16 110 13.2 Gizi baik 107 BN Perempuan 7 21 115.6 15.7 Gizi baik 108 DJS Perempuan 7 24 121.8 16.2 Gizi baik 109 DLT Perempuan 7 20 115 15.1 Gizi baik 110 DPS Perempuan 7 21 117.5 15.2 Gizi baik 111 D Laki-laki 7 18 112.5 14.2 Gizi baik 112 FMS Laki-laki 7 23 117.9 16.5 Gizi baik 113 HT Laki-laki 6 20 116.5 14.7 Gizi baik 114 JD Laki-laki 7 24 122 16.1 Gizi baik 115 M Laki-laki 7 21 114.1 16.1 Gizi baik 116 MAF Laki-laki 8 20 122.8 13.3 Gizi baik 117 MIF Laki-laki 7 22 117.8 15.9 Gizi baik 118 NI Perempuan 7 19 114.5 14.5 Gizi baik 119 NDL Perempuan 7 24 120.5 16.5 Gizi baik 120 NS Perempuan 7 20 118 14.4 Gizi baik 121 MZN Perempuan 7 25 123.3 16.4 Gizi baik 122 RAWP Laki-laki 7 22 120.4 15.2 Gizi baik

123 RS Laki-laki 7 19 120.6 13.1 Malnutrisi ringan 124 RSO Laki-laki 7 22 117.4 16 Gizi baik

125 RL Perempuan 7 24 119 16.9 Gizi baik


(58)

127 SCS Perempuan 7 21 117.2 15.3 Gizi baik 128 SAS Laki-laki 7 19 113.4 14.8 Gizi baik

129 SSF Laki-laki 7 20 123 13.2 Malnutrisi ringan 130 YA Perempuan 8 28 126.2 17.6 Overweight 131 LM Perempuan 7 15 108 12.9 Gizi baik 132 ZK Laki-laki 7 20 122.1 13.4 Gizi baik 133 EHRG Perempuan 7 23 118.8 16.3 Gizi baik 134 S Laki-laki 7 19 112.5 15 Gizi baik 135 CS Laki-laki 8 24 124.3 15.5 Gizi baik 136 A Perempuan 8 25 119 17.7 Gizi baik 137 AS Perempuan 8 24 126.2 15.1 Gizi baik 138 ADP Laki-laki 8 26 128.2 15.8 Gizi baik 139 AHRK Laki-laki 8 24 131.7 13.8 Gizi baik 140 AH Laki-laki 8 23 129.5 13.7 Gizi baik 141 AFS Laki-laki 8 26 132.3 14.9 Gizi baik 142 DS Laki-laki 8 26 125.8 16.4 Gizi baik 143 DD Laki-laki 8 27 129.3 16.1 Gizi baik 144 DAL Perempuan 8 22 128.2 13.4 Gizi baik 145 EPR Perempuan 9 24 122.4 16 Gizi baik 146 GEZ Perempuan 8 21 120.5 14.5 Gizi baik 147 GTP Perempuan 8 24 124.6 15.5 Gizi baik 148 HS Laki-laki 8 28 132.5 15.9 Gizi baik 149 HSI Laki-laki 8 27 130.3 15.9 Gizi baik 150 I Laki-laki 8 24 127.5 14.8 Gizi baik 151 JDM Laki-laki 8 25 130.6 14.7 Gizi baik 152 JDP Laki-laki 8 27 128.4 16.4 Gizi baik 153 JIR Laki-laki 8 26 128.5 15.7 Gizi baik 154 KA Perempuan 8 22 126.3 13.8 Gizi baik 155 MSS Laki-laki 8 24 130.2 14.2 Gizi baik 156 MRH Laki-laki 7 31 138.6 16.1 Gizi baik 157 MAH Laki-laki 8 27 124.9 17.3 Gizi baik 158 MTW Laki-laki 8 25 124.5 16.1 Gizi baik 159 MAJ Perempuan 8 30 123.2 19.8 Overweight 160 NSN Perempuan 8 25 120.4 17.2 Gizi baik 161 RPH Laki-laki 8 33 131.6 19.1 Overweight 162 RILT Laki-laki 8 29 128.9 17.5 Gizi baik 163 RA Laki-laki 8 26 130.2 15.3 Gizi baik 164 RR Laki-laki 8 26 129.5 15.3 Gizi baik 165 RS Perempuan 8 22 125.6 13.9 Gizi baik 166 SM Perempuan 9 24 127.3 14.8 Gizi baik 167 SDM Perempuan 8 22 124.9 14.1 Gizi baik 168 SSHP Perempuan 8 26 129.6 15.5 Gizi baik 169 TPBN Perempuan 8 25 123.8 16.3 Gizi baik 170 WB Laki-laki 8 29 132.7 16.5 Gizi baik


(1)

KELAS IV

Usia rata-rata

usia anak

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 8 5 6.3 6.3 6.3

9 72 91.1 91.1 97.5

10 2 2.5 2.5 100.0

Total 79 100.0 100.0

Status Gizi

status gizi anak

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid malnutrisi ringan 4 5.1 5.1 5.1

gizi baik 65 82.3 82.3 87.3

overweight 10 12.7 12.7 100.0


(2)

KELAS V

Usia rata-rata

usia anak

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 9 4 5.3 5.3 5.3

10 55 72.4 72.4 77.6

11 12 15.8 15.8 93.4

12 5 6.6 6.6 100.0

Total 76 100.0 100.0

Status Gizi

status gizi anak

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid malnutrisi ringan 22 28.9 28.9 28.9

gizi baik 45 59.2 59.2 88.2

overweight 9 11.8 11.8 100.0


(3)

KELAS VI

Usia rata-rata

usia anak

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 10 2 2.7 2.7 2.7

11 65 86.7 86.7 89.3

12 7 9.3 9.3 98.7

13 1 1.3 1.3 100.0

Total 75 100.0 100.0

Status Gizi

status gizi anak

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid malnutrisi ringan 2 2.7 2.7 2.7

gizi baik 70 93.3 93.3 96.0

overweight 3 4.0 4.0 100.0


(4)

STATUS GIZI SELURUH SISWA

status gizi anak

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid malnutrisi ringan 48 11.0 11.0 11.0

gizi baik 355 81.6 81.6 92.6

overweight 32 7.4 7.4 100.0


(5)

STATUS GIZI BERDASARKAN JENIS KELAMIN

Crosstabulation

status gizi anak

Total malnutrisi

ringan gizi baik overweight

jenis kelamin anak laki-laki Count 23 189 22 234

% within jenis kelamin anak 9.8% 80.8% 9.4% 100.0% % within status gizi anak 47.9% 53.2% 68.8% 53.8%

perempuan Count 25 166 10 201

% within jenis kelamin anak 12.4% 82.6% 5.0% 100.0% % within status gizi anak 52.1% 46.8% 31.3% 46.2%

Total Count 48 355 32 435

% within jenis kelamin anak 11.0% 81.6% 7.4% 100.0% % within status gizi anak 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%


(6)

STATUS GIZI BERDASARKAN USIA

Crosstabulation

status gizi anak

Total

malnutrisi

ringan

gizi baik overweight

usia anak

5

Count

0

3

0

3

% within usia anak

.0%

100.0%

.0%

100.0%

% within status gizi anak

.0%

.8%

.0%

.7%

6

Count

14

38

3

55

% within usia anak

25.5%

69.1%

5.5%

100.0%

% within status gizi anak

29.2%

10.7%

9.4%

12.6%

7

Count

5

66

4

75

% within usia anak

6.7%

88.0%

5.3%

100.0%

% within status gizi anak

10.4%

18.6%

12.5%

17.2%

8

Count

1

69

3

73

% within usia anak

1.4%

94.5%

4.1%

100.0%

% within status gizi anak

2.1%

19.4%

9.4%

16.8%

9

Count

5

64

11

80

% within usia anak

6.3%

80.0%

13.8%

100.0%

% within status gizi anak

10.4%

18.0%

34.4%

18.4%

10

Count

17

36

6

59

% within usia anak

28.8%

61.0%

10.2%

100.0%

% within status gizi anak

35.4%

10.1%

18.8%

13.6%

11

Count

4

69

4

77

% within usia anak

5.2%

89.6%

5.2%

100.0%

% within status gizi anak

8.3%

19.4%

12.5%

17.7%

12

Count

2

9

1

12

% within usia anak

16.7%

75.0%

8.3%

100.0%

% within status gizi anak

4.2%

2.5%

3.1%

2.8%

13

Count

0

1

0

1

% within usia anak

.0%

100.0%

.0%

100.0%

% within status gizi anak

.0%

.3%

.0%

.2%

Total

Count

48

355

32

435

% within usia anak

11.0%

81.6%

7.4%

100.0%