Perlindungan Hukum Bagi Nasabah yang Menyimpan Dana pada Perusahaan Perdagagangan Derivatif Melalui Transaksi Online

(1)

DAFTAR PUSTAKA BUKU

Munir Fuady, Hukum Perbankan Modern Buku Kesatu, Cetakan ke-II Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003.

Edi Broto Suwarno, Derivatif: Tinjauan Hukum dan Praktek di Pasar Modal Indonesia, makalah yang disampaikan dalam Finance Law Workshop: Derivatives Transaction, tanggal 21 September 2003, Jakarta: Hotel Borobudur.

Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia,Jakarta: Prenadamedia Group, 2014.

Johny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif Surabaya: Bayu Media Publishing, 2005.

Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Cetakan Ketiga, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001.

Ronny Hanitijo Sumitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998.

Soejano Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum Jakarta: UI Press, 1986.

H.B. Sutopo, Metode Penelitian Kualitatif Bagian II Surakarta: UNS Press, 1988 Francesca Taylor mastering Derivatives Market, A. Step By Step Guide to the

Products, Application and Risks (Geat Britain: Pitman Publising, 1996 Bob Reynolds, Understanding Derivative, London: Pitman Publishing, 19951 David Lynch, Growth in Asia-Pacific Markets, Derivatives The Risks That

Remain,eds. Elizabeth Sheedy & Sheelagh McCracken, Australia: All n & Unwin, 1997.

Nicholas G. Apostolou, DBA< CPA, Keys to Intvesting in Options and Futures, Barron’s, 1991.

G. Gastineau & M. Kritzman, A Dictionary of Financial Risk Management, New York: Frank J. Fabozzi Associates, 1992.

Bank of International Settlements (BIS), The BIS Statistick On International Banking and Fianancial Market Activity, BIS Monetary and E conomic Department, Basle, August, BOPCOM98/1/20, 1995.


(2)

International Monetary Fund (IMFI), Financial Derivatives, Eleventh Meeting of the Commit e on Balance of Payments Statistics, Prepared by the Statistics Departement, IMF, Washington, DC, October 21-23, 1998.

Ana Rokhmatussa,Hukum Investasi, Jakarta, Sinar Grafika, 2009.

Dian Ediana, Transaksi Derivatif dan Masalah Regulasi Ekonomi Di Indonesia

Jakarta: Elex Media Kompotindo, 2008.

Adrian Sutedi, Produk-Produk Derivatif dan Aspek Hukumnya Bandung: Alfabeta, 20121

Frank J. Fafozzi, Pasar dan Lembaga Keuangan, 2009.

Syahrani, Rinduan. Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata. Bandung: Alumni, 2012.

Philipus M Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia Bina Ilmu, Surabaya, 1987.

Lili Rasyidi dan l.B. Wyasa Putra, 2003, Hukum Sebagai Suatu Sistem, Cet. 2, Bandung.2003.

Erman Rajagukguk, dkk, Hukum Perlindungan Konsumen, Bandung: Mandar Maju, 2000.

H. Budi Untung, Kredit Perbankan di Indonesia, Yogyakarta: Andi,2005 O.C.Kaligis, Aspek Hukum Transaksi Derivatif di Indonesia, Ed, 1., Cet. 1.,

Bandung: Alumni, 2010.

Zulkarnain Sitompul, Hukum Perbankan, Slide Mata Kuliah Hukum Perbankan Program Magister Hukum Ekonomi Universitas Indonesia T.A. 2010/ 2011.

PERATURAN PERUNDANGAN-UNDANGAN

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata). Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal


(3)

Peraturan Bapepam No. IV.A.1 tentang Tata Cara Permohonan Izin Usaha Reksa Dana Berbentuk Perseroan.

Peraturan Bapepam No. IV.A.2 tentang Pedoman Anggaran Dasar Reksa Dana Berbentuk Perseroan

Peraturan Bapepam No. IV.A.3 tentang Pedoman Pengelolaan Reksa Dana Berbentuk Perseroan.

Peraturan Bapepam No. IV.A.4 tentang Pedoman Kontrak Pengelolaan Reksa Dana Berbentuk Perseroan.

Peraturan Bapepam No. IV.A.5 tentang Pedoman Kontrak Penyimpanan Kekayaan Reksa Dana Berbentuk Perseroan.

Peraturan Bapepam No. IV.B.1 tentang Pedoman Pengelolaan Reksa Dana Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif.

Peraturan Bapepam No. IV.B.2 tentang Pedoman Kontrak Reksa Dana Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif.

Peraturan Bapepam No. IX.C.9 tentang Pernyataan Pendaftaran Dalam Rangka Penawaran Umum Efek Beragun Aset (Asset Backed Securities).

Peraturan Bapepam No. IX.C.10 tentang Pedoman Bentuk dan Isi Prospektus Dalam Rangka Penawaran Umum Efek Beragun Aset (Asset Backed Securities).

Peraturan Bapepam No. V.G.5 tentang Fungsi Manajer Investasi Berkaitan Dengan Efek Beragun Aset (Asset Backed Securities).

Peraturan Bapepam No. IX.K.1 tentang Pedoman Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (Asset Backed Securities).

Peraturan Perdagangan Bursa Efek. INTERNET

Politkum.Blogspot.Com/2013/05/Pengertian-Perlindungan-Hukum.Html (diakses tanggal 1 Mei 2015).

http://www.idx.co.id/id-id/beranda/produkdanlayanan/derivatif.aspx, diakses tanggal 1 Maret 2015

Http://www.scribd.com/doc/152586260/Derivatif-Dan-Hedging#scribd (diakses tanggal 21 Mei 2015)


(4)

Spicaalmilia.files.wordpress.com/.../ketentuan-hukum-pasar-derivatif, (diakses tanggal 31 Maret 2015).

http://www.pn-kotabumi.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=1143:tra

nsaksi-derivatif-dalam-bisnis-internasional-dan-problema-yuridisnya&catid=1:latest-news

Sitiwulandariblog.blogspot.com/2013/12/etika-bisnis-dalam-manajemen-keuangan.html (diakses tanggal 1 April 2015)

http://memebali.blogspot.com/2013/06/contoh-kasus-kecurangan-derivatif.html (diakses tanggal 1 Maret 2015)

Papers.ssrn.com/sol3/papers. Contoh Kasus Kecurangan Derivatif (diakses tanggal 1 April 2015)

Opsi right adalah suatu hak untuk membeli saham suatu perusahaan, yang pada umumnya diberikan kepada para Direktur, Pejabat, atau Pegawai tertentu dengan suatu syarat serta harga tertentu.

Muhamadnahdi.blogspot.com/2008/01/artikel-Perdagangan Derivatif.html (diakses tanggal 10 Maret 2015).

Muhamadnahdi.Blogspot.Com/2008/01/Artikel-Perdagangan-Derivatif.Html (diakses tanggal 21 Mei 2015)

Unit khusus Museum Bank Indonesia, Sejarah Bank Indonesia: Perbankan Periode 1983-1997, hlm. 4. (diakses pada tanggal 1 April 2015).

Sugiri Permana, Transaksi Derivatif Pada Pasar Modal dalam Tinjauan Hukum Perjanjian, Makalah yang dikutip dari http://www.badilag.net/index diakses pada tanggal 1 April 2015.

Gerald Hanweck, The Sensitivity of Bank Net Interest Margins and Profitability to Credit, Interes Rate, and Term-Structure Shocks Across Bank Product Specializations,2001

M. Hatta, Pasar Derivatif dan Cengkraman Kapitalisme, Jurnal Ekonomi Ideologis, 18 Desember 2008, dikutip dalam www.jurnal-ekonomi.org (diakses tanggal 1 April 2015)

Sejarawan.blogspot.com/2010/09/analisa-yuridis-mengenai-kasus-kasus.html (diakses tanggal 1 April 2015)


(5)

Setyaerrynugraha.blogspot.com/2012/11/option-dan-futures-instrumen-derivatif.html (diakses tanggal 1 April 2015).

Spicaalmilia.Files.Wordpress.Com/.../Ketentuan-Hukum-Pasar-Derivatif (diakses tanggal 1 April 2015).

Cardingdantransaksionline.wordpress.com/about/pengertian-transaksi-online (diakses tanggal 21 Mei 2015)


(6)

BAB III

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH YANG MENYIMPAN DANA PADA PERUSAHAAN PERDAGANGAN DERIVATIF

A. Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Perdagangan Derivatif

Transaksi derivatif dalam sejarah sebenarnya dapat ditarik jauh ke belakang, yakni sejak berdirinya Chase Manhattan Risk Management Group yang didirikan dalam tahun 1963. Pada saat itu perusahaan tersebut membuat sertifikat yang mengatur tentang para bankir di London yang membuat sejenis pinjaman dalam 2 mata uang (dual currency), salah satu diantaranya dikaitkan dengan harga-harga di masa depan (future). Selanjutnya transaksi derivatif ini kemudian berkembang menjadi derivatif dengan jenis dan metode yang komprehensif dalam bentuk kontrak forward, futures swaps, option dan lain-lain. Sementara obyek dari transaksi derivatif juga terus berkembang dan beragam, seperti valuta asing, tingkat suku bunga, bunga komoditi, instrumen ekuiti, dan lain-lain. Jika yang diperdagangkan berupa barang komoditi tersebut dengan commodity future trading (CFT), sementara jika yang diperdagangkan adalah instrumen keuangan disebut dengan financial future trading. Sedangkan yang dimaksud dengan kontrak opsi memberikan hak, bukan kewajiban kepada pemiliknya untuk membeli (atau menjual) suatu aset keuangan pada harga tertentu dari (atau kepada) pihak lain.28

28


(7)

Transaksi derivatif para pihak selalu mengambil posisi yang berhadap-hadapan atas apa yang akan terjadi di masa mendatang di mana salah satu pihak harus membayar sejumlah uang kepada pihak lainnya, karena akan ada pihak yang menang dan pihak yang kalah.29

Pialang berjangka merupakan unsur utama dan berada digaris depan dalam kegiatan perdagangan berjangka. Kegiatan utamanya ialah sebagai perantara antara investor jual dan investor beli yang melakukan transaksi di perdagangan berjangka. Tindakan dari pada pialang berjangka ialah untuk dan atas perintah/amanat dari pihak investor.

Pialang berjangka adalah satu-satunya badan usaha yang boleh menerima amanat (order) dari nasabah dan meneruskannya untuk ditransaksikan dibursa. Perdagangan dengan sistem margin, pialang berjangka berhak menarik margin

(uang jaminan) atas setiap transaksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Pialang berjangka merupakan perusahaan yang berbadan hukum Perseroan Terbatas. Pialang berjangka merupakan anggota bursa yang memiliki izin usaha Bapebti. Pasal 49 s/d 56 Undang-undang No.32 tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi mengatur ketentuan bahwa pialang berjangka wajib memiliki pedoman perilaku sebagai bentuk perlindungan terhadap investor.30

Pialang berjangka terbagi dalam dua kategori keanggotaan yaitu pialang berjangka yang merangkap sebagai anggota kliring dan pialang berjangka non anggota kliring. Transaksi yang mendapat jaminin lembaga kliring ialah transaksi

29Ibid

. 30

Syahrani, Rinduan. Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata. (Bandung: Alumni,


(8)

yang didaftarkan pialang berjangka berstatus anggota kliring yang memperoleh jaminan.

Perusahaan Pialang atau juga disebut broker Anggota Bursa (AB), adalah pihak yang membantu investor untuk melakukan pembelian atau penjualan komoditi pada bursa. Perusahaan Pialang melakukan pembelian dan penjualan (menawarkan) dilantai Bursa atas perintah atau permintaan (order) investor. Perusahaan Pialang hanya akan melakukan pembelian atau penjualan jika sudah mendapat perintah (amanat) dari investor.

Nasabah dalam perusahaan perdagangan derivatif mempunyai hak dan kewajiban sebagai berikut :31

1. Bahwa Nasabah berhak memperoleh profit/keuntungan sesuai dengan order nilai jual dan beli yang diputuskan pada suatu keadaan tertentu atas komoditi, forex dan index, yang dimaksud oleh Nasabah. Dan tidak menutup kemungkinan untuk sebaliknya.

2. Bahwa Nasabah berhak menarik kembali semua margin/equity yang tersedia sewaktu-waktu, berdasarkan trading list, kecuali hari besar/libur. 3. Bahwa Nasabah berhak memperoleh laporan trading list setiap hari, yang

menjelaskan posisi order jual atau beli, dan posisi margin/equity (keuangannya). Khusus Nasabah online trading dapat mengakses langsung melalui internet browser dan melihat trading list secara langsung sesuai dengan nomor rekening Nasabah dan mencetaknya sendiri melalui

31


(9)

komputernya masing-masing tanpa harus meminta lagi kepada perusahaan perdagangan derivatif.

4. Bahwa Nasabah berhak memperoleh informasi harga pasar komoditi/forex/index yang fair, sesuai dengan harga pasaran internasional dari waktu ke waktu. Yang berasal dari sumber data Internasional Reuters atau sejenisnya. Dan juga dapat mengakses dan melihat secara langsung pada perangkat lunak yang sudah tersedia.

5. Bahwa Nasabah dianjurkan untuk melakukan transaksi perdagangan berjangka secara langsung tanpa menunjuk broker/trader/kuasanya, namun apabila Nasabah menginginkan untuk menunjuk pelaksana transaksi kepada broker/trader/kuasanya tersebut, maka wajib memberi surat kuasa secara tertulis kepada yang bersangkutan untuk kemudian diserahkan kepada perusahaan perdagangan derivatif.

6. Bahwa password Nasabah disalahgunakan oleh orang yang tidak bertanggung jawab, merupakan risiko dari Nasabah yang bersangkutan sepenuhnya. Dan perusahaan perdagangan derivatif menganjurkan kepada Nasabah untuk sesering mungkin mengganti password online trading masing-masing demi menjaga kepentingan bersama.

B. Bentuk-Bentuk Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Yang Menyimpan Dana pada Perusahaan Perdagangan Derivatif

Perlindungan hukum dapat diartikan sebagai segala bentuk norma mau-pun tindakan yang bertujuan memberikan kondisi aman, nyaman dan kepastian


(10)

hukum bagi subyek hukum baik orang perorangan (natuurlijkepersoon) maupun badan hukum (rechtpersoon). Dengan adanya perlindungan hukum diharapkan dapat menghidarkan terjadinya persengketaan, seandainya pun terjadi sengketa, sudah terdapat norma hukum untuk penyelesaiannya.32

Tujuan dari perlindungan hukum adalah untuk mencapai suatu keadilan, sebab fungsi hukum tidak hanya dalam upaya mewujudkan kepastian hukum, tetapi juga agar tercapainya jaminan dan keseimbangan yang sifatnya tidak sekedar adaptif dan fleksibel, akan tetapi berfungsi juga untuk menciptakan keseimbangan antara kepentingan pengusaha dengan konsumen, penguasa/ pemerintah dengan rakyat. Bahkan hukum sangat dibutuhkan untuk melindungi mereka yang lemah atau belum kuat secara sosial, ekonomi dan politik untuk memperoleh keadilan sosial.33

UUPM lahir dimaksudkan untuk memberikan maximum security terhadap pemegang saham yang menanamkan dananya melalui pembelian saham di pasar modal.UUPM juga dimaksudkan untuk memperkuat hak-hak pemegang saham yang telah diatur di dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.Prinsip-prinsip pokok yang diatur UUPM adalah perlindungan kepada pemodal khususnya masyarakat umum serta memperjelas dan menjamin berjalannya prinsip transparansi perusahaan emiten baik dari segi keuangan, manajemen, produksi dan lain-lain yang erat dengan pertanggungjawabannya sebagai perusahaan publik kepada masyarakat. Jaminan berjalannya prinsip

32

Philipus M Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia (Bina Ilmu,

Surabaya, 1987), hlm. 1. 33

Lili Rasyidi dan l.B. Wyasa Putra, 2003, Hukum Sebagai Suatu Sistem, Cet. 2,


(11)

transparansi ini sangat penting bagi masyarakat atau pemodal potensial sebagai bahan pertimbangan dalam menginvestasikan dananya.

UUPK bukan satu-satunya yang mengatur perlindungan konsumen di Indonesia. Sebelumnya telah ada peraturan perundang-undangan yang materinya melindungi kepentingan konsumen antara lain: Pasal 202-205 KUHP, Ordonansi Bahan-bahan Berbahaya (1949), Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, dan sebagainya. Lahirnya UUPK diharapkan menjadi payung hukum (umbrella act) di bidang konsumen dengan tidak menutup kemungkinan terbentuknya peraturan perundang-undangan lain yang materinya memberikan perlindungan hukum terhadap konsumen34

Keberatan terhadap perjanjian standar yaitu: (1) Isi dan syarat-syarat sudah dipersiapkan oleh salah satu pihak, (2) Tidak mengetahui isi dan syarat-syarat perjanjian standar dan kalaupun tahu tidak mengetahui jangkauan akibat hukumnya, (3) Salah satu pihak secara ekonomis lebih kuat, (4) Ada unsur

“terpaksa” dalam menandatangani perjanjian. Adapun alasan penciptaan

perjanjian standar adalah demi efisiensi.35

Mekanisme perlindungan hukum terhadap nasabah melalui tindakan pengawasan dan pemberian sanksi tidak lepas dari upaya untuk mengimplementasikan prinsip kehati-hatian (prudential principle) terhadap bank yang menjalankan usahanya termasuk dalam pelaksanaan transaksi derivatif.

34

Erman Rajagukguk, dkk, Hukum Perlindungan Konsumen, (Bandung: Mandar Maju,

2000), hlm 4 35


(12)

Prinsip kehati-hatian adalah suatu prinsip yang menegaskan bahwa bank dalam menjalankan kegiatan usaha, baik dalam pengimpunan dana dari masyarakat maupun terutama dalam penyaluran dana kepada masyarakat, harus dilakukan sangat berhati-hati. Tujuan dijalankan prinsip kehati-hatian ini agar bank selalu dalam keadaan sehat dan baik, serta mematuhi ketentuan-ketentuan dan norma-norma hukum yang berlaku didunia perbankan.36

Prinsip kehati-hatian tertera dalam Pasal 2 dan Pasal 29 ayat (2) Undang-Undang Perbankan , yang masing-masing menyatakan sebagai berikut :

Pasal 2 :

Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi yang menggunakan prinsip kehati-hatian.

Pasal 29 ayat (2) :

Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lainnya berhubungan dengan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian.

Dalam rangka menjalankan asas ini, maka pengelolahan sebuah bank secara baik berdasarkan prinsip-prinsip perbankan yang sehat dan dinamis (prudential banking) harus menjalankan langkah-langkah berikut :37

1. Perumusan kebijaksanaan bank

Langkah pertama dilakukan okeh top manajemen bank, yaitu para anggota direksi (bersama-sama dengan para komisaris) adalah menyusun suatu

36

O.C.Kaligis, Aspek Hukum Transaksi Derivatif di Indonesia, Ed, 1., Cet. 1., (Bandung:

Alumni, 2010), hlm, 11-14. 37


(13)

ramalan bisnis dengan melihat jondisi internal dan eksternal. Kondisi internal yang perlu dilihat dalam pola dasar manajemen bank guna perumusan kebijaksanaan adalah fasilitas yang tersedia distribusi aktiva pendapatan dan biaya. Sedangkan kondisi eksternal yang perlu ditelaah adalah peraturan-peraturan yang berlaku, situasi moneter lokal dan nasional, dan kondisi perdagangan.

Secara ringkas ada 2 (dua) macam kebijaksanaan bank yang perlu diperhatikan dengan sungguh-sungguh, yaitu kebijaksanaan yang di rumuskan sesudah pertimbangan-pertimbangan yang matang terhadap konsekuensi dari semua pilihan yang tersedia, dan kebijaksanaan yang timbul dari tindakan tunggal atau berulang-ulang.

Dalam prudential banking, dewan komisaris mempunyai kedudukan yang penting. Mereka bertugas tidak hanya melakukan pengawasan umum ataupun mengawasi kebijaksanaan, tetapi juga melakukan analisis atas berbagai masalah bank dan memberikan masukan-masukan penting bagi direksi dan staf-staf professional.

2. Penyusunan rencana pengembangan organisasi

Suatu langka utama untuk mencapai tujuan organisasi dan untuk menunaikan kewajiban dan tanggung jawab adalah rencana organisasi dan mengembangnya. Pada dasarnya, perencanaan organisasi atau mengevaluasi oranisasi yang ada adalah pembagian kerja (devision of work) yang logis, penetapan garis wewenang yang jelas, pengukuran pelaksanaan dan prestasi. Melalui rencana demikian, akan dapat dibuat


(14)

struktur organisasi yang sehat dan efektif. Bagi bank-bank yang telah berjalan, dapat juga dilakukan reorganisasi guna menyesuaikan organisasi pada kebutuhan bisnis.

3. Staffing dan pengembangan managerial skill

Top manajemen bertanggung jawab terhadap lancarnya rancana organisasi dengan membuat program yang diranca dan dilaksanakan untuk menjamin

staffing yang sesuai dengan struktur organisasi, sekurang-kurangnya untuk jabatan senior dan pengawas. Perlu ditekan pada umumnya, perencanaan manajemen bukan lah melaksanakan sendiri pemecahan masalah-masalah tertentu yang dihadapi, melainkan mengawasi bahwa tindakan-tindakan yang semestinya telah dilaksanakan oleh orang-orang lain dengan cara yang teratur, efektif dan berkelanjutan.

4. Pengawasan internal

Kelancaran operasi bank adalah kepentingan paling utama dari direksi. Melalui pengawasan, para manejer dapat menentukan tercapai tidaknya harap mereka. Disamping itu, pengawasan ini dapat membantu manejer mengambil keputusan yang baik.

5. Penetapan sistim manajemen

Sistim manajemen yang kita maksudkan dalam pembahasan ini adalah berhubungan dengan tata cara bank mengatur pola operasional dari berbagai aktivitas bank. Pola ini erat pila dengan sistim sentralisasi maupun desentralisasi.


(15)

6. Sound banking business sebagai suatu sistim universal yang harus diikuti oleh manajemen bank

Pengelolaan bisnis harus berdasarkan norma perbankan yang sehat dengan memadukan unsur agent of development dan financial intermediary, sehingga peran bank dalam ekonomi akan benar-benar terasa manfaatnya. Sebagai agent of development, bank tidak semata-mata mengejar profit, tetapi juga memperhatikan prioritas-prioritas pembiayaan pembangunan nasional sesuai dengan tahap-tahap yang diterapkan. Dengan demikian, bank sebagai financial intermediary atau perantara keuangan dari dua pihak, yakni pihak yang kelebihan dana dan pihak yang kekurangan dana, hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip tersebut diatas dalam rangka melindungi pihak-pihak yang berkaitan dengannya.

Sebagai bentuk pelaksanaan prinsip kehati-hatian (prudential principle) terhadap bank yang menjalankan transaksi derivative, setidaknya terdapat tiga mekanisme pengawas terhadap perbankan dalam pelaksanaan transaksi derivitif di Indonesia, yaitu pengawasan yang dilakukan oleh otoritas pengawas perbangkan di Indonesia, yaitu Bank Indonesia (pengawas eksternal), pengawasan yang dilakukan secara internal oleh bank itu sendiri (pengawasan iternal) dan pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat (pengawasan masyarakat).38

38

Zulkarnain Sitompul, Hukum Perbankan, Slide Mata Kuliah Hukum Perbankan


(16)

C. Dasar Hukum yang Mengatur Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Perdagangan Derivatif

Efek derivatif merupakan Efek turunan dari Efek “utama” baik yang bersifat penyertaan maupun utang. Efek turunan dapat berarti turunan langsung

dari Efek “utama” maupun turunan selanjutnya. Derivatif merupakan kontrak atau

perjanjian yang nilai atau peluang keuntungannya terkait dengan kinerja aset lain. Aset lain ini disebut sebagai underlying assets.39

Dalam pengertian yang lebih khusus, derivatif merupakan kontrak finansial antara 2 (dua) atau lebih pihak-pihak guna memenuhi janji untuk membeli atau menjual assets/commodities yang dijadikan sebagai obyek yang diperdagangkan pada waktu dan harga yang merupakan kesepakatan bersama antara pihak penjual dan pihak pembeli. Adapun nilai di masa mendatang dari obyek yang diperdagangkan tersebut sangat dipengaruhi oleh instrumen induknya yang ada di spot market.

Derivatif yang terdapat di Bursa Efek adalah derivatif keuangan (financial derivatif). Derivatif keuangan merupakan instrumen derivatif, di mana variabel-variabel yang mendasarinya adalah instrumen-instrumen keuangan, yang dapat berupa saham, obligasi, indeks saham, indeks obligasi, mata uang (currency), tingkat suku bunga dan instrumen-instrumen keuangan lainnya.

Instrumen-instrumen derivatif sering digunakan oleh para pelaku pasar (pemodal dan perusahaan efek) sebagai sarana untuk melakukan lindung nilai

(hedging) atas portofolio yang mereka miliki.

39

http://www.idx.co.id/id-id/beranda/produkdanlayanan/derivatif.aspx, diakses tanggal 1 Maret 2015


(17)

Dasar Hukum

1. UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

2. Peraturan Pemerintah no.45 tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal

3. SK Bapepam No. Kep.07/PM/2003 Tgl. 20 Februari 2003 tentang Penetapan Kontrak Berjangka atas Indeks Efek sebagai Efek

4. Peraturan Bapepam No. III. E. 1 tgl. 31 Okt 2003 tentang Kontrak Berjangka dan Opsi atas Efek atau Indeks Efek

5. SE Ketua Bapepam No. SE-01/PM/2002 tgl. 25 Februari 2002 tentang Kontrak Berjangka Indeks Efek dalam Pelaporan MKBD Perusahaan Efek 6. Persetujuan tertulis Bapepam nomor S-356/PM/2004 tanggal 18 Pebruari

2004 perihal Persetujuan KBIE-LN (DJIA & DJ Japan Titans 100)

Dalam perkembangannya, Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 23/74/KEP/DIR tanggal 18 Februari 1991 tentang Margin Trading tersebut kemudian diubah dengan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 28/119/KEP/DIR dan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 28/13/UD tanggal 29 Desember 1995 tentang transaksi Derivatif. Pertimbangan dikeluarkannya Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 28/119/KEP/DIR tanggal 29 Desember 1995 tentang transaksi derivatif adalah :

1. Iklim perbankan dan pasar financial yang sehat memiliki pilihan utama dalam menunjang perkembangan perekonomian rasional dan stabilitas moneter.


(18)

2. Era globalisasi yang ditunjang oleh teknologi sistem informasi dan komunikasi yang semakin canggih telah mendorong berkembangnya produk pasar financial internasional termasuk transaksi derivatif.

3. Transaksi derivatif khususnya di pasar uang dan valuta asing, disadari memberikan manfaat namun mengandung risiko yang tinggi bagi pelaku pasar, termasuk perbankan dalam negeri.

Berdasarkan ketentuan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 28/119/KEP/DIR Tahun 1995 tersebut, pengaturan tentang transaksi derivatif dimaksudkan untuk menciptakan iklim perbankan dan pasar financial yang sehat agar menunjang pembangunan nasional dan stabilitas moneter. Hal ini juga dipicu oleh perkembangan teknologi dan informasi yang semakin canggih sehingga mendorong berkembangnya produk pasar financial internal termasuk transaksi derivatif yang melibatkan pergerakan dana lintas batas (cross border transaction) baik dalam valuta asing maupun mata uang domestik.40

Dampak dari adanya perkembangan teknologi dan informasi yang semakin canggih tersebut juga mengakibatkan terjadinya internasionalisasi rupiah. Permasalahan yang muncul dari adanya internasionalisasi rupiah tersebut adalah dimanfaatkannya rupiah sebagai kegiatan spekulasi, yang pada akhirnya memicu volatilitas dan depresiasi rupiah. Semula internasionalisasi rupiah ini dipandang mendorong arus modal masuk yang berasal dari investasi asing. Namun dalam perkembangannya dengan sistem devisa bebas yang belum disertai dengan rambu-rambu yang memadai kemajuan rekayasa keuangan (financial engineering), telah

40


(19)

mengakibatkan internasionalisasi rupiah di pasar keuangan mempunyai andil dalam menimbulkan gejolak nilai tukar di Indonesia.

Dalam kenyataannya, pemilikan rupiah yang dimiliki non resident, selain dimanfaatkan untuk kegiatan transaksi ekonomi, dapat pula digunakan dan pada akhirnya sulit dipisahkan.

Perlindungan hukum terhadap investor oleh pialang berjangka berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi yang diatur dalam Pasal 52 ayat (1) serta ketentuan dalam penyelenggaraan terhadap Undang-undang Nomor 32 tahun 1997 yaitu Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Perdagangan Berjangka Komoditi. Praktiknya dalam pelaksanaannya oleh Perusahaan Pialang Berjangka atau Wakil Pialang tidak terimplementasikan dengan semestinya.

Berdasarkan hasil wawancara terkait perlindungan hukum terhadap investor dalam transaksi forex margin trading. Terhadap Peraturan Perundang-undangan dan Peraturan Bappebti tidak menyebutkan lebih jelas tentang bentuk upaya perlindungan hukum yang harus dilakukan Perusahaan Pialang Berjangka terhadap Investor.

Peraturan Bappebti No.64/Bappebti/Per/1/2009 hanya mengatur tentang Ketentuan Teknis Perilaku Pialang Berjangka. Pialang Berjangka dalam pelaksanaan kegiatan Perdagangan Berjangka Komoditi, berkewajiban:

a. Membuat dan melaksanakan Prosedur Operasional Standar (POS) tentang tata cara penerimaan Investor yang disetujui oleh Bappepti ;


(20)

b. Membentuk unit yang berfungsi untuk menyelenggarakan pelatihan mengenai Perdagangan Berjangka kepada calon Investor ;

c. Membuat materi pelatihan mengenai Perdagangan Berjangka yang paling sedikit meliputi

d. Peraturan perundang-undangan di bidang perdagangan Berjangka ; e. Pengetahuan tentang komoditi dan kontrak Berjangka ;

f. Pengetahuan tentang mekanisme transaksi dan risiko di bidang Perdagangan Berjangka ;

g. Hak-hak dan kewajiban Investor ;

h. Sarana penyelesaian peselisihan perdata ;

Berdasarkan peraturan Perundang-undangan diatas hanya menyebutkan tentang ketentuan teknis perilaku pialang berjangka yang pada dasarnya belum dapat mengakomodir kepentingan investor sepenuhnya. Peraturan tersebut hanya berlaku sebagai ketentuan formal dan sebagai wujud upaya perlindungan hukum terhadap kepentingan investor dalam praktik transaksi perdagangan berjangka khususnya transaksi forex margin trading. Pelaksanaannya hanya saja masih ada penyimpangan-penyimpangan terhadap ketentuan yang sudah ada yang berakibat timbulnya kerugian bagi investor.

Wanprestasi yang dilakukan Perusahaan Pialang tempat mereka berinvestasi ialah adanya pelanggaran terhadap Pasal 52 ayat (1) Undang-undang Nomor 32 tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi yang juga diatur dalam Peraturan Bappebti Nomor 64/BAPPEBTI/Per/1/2009 tentang Ketentuan Teknis Perilaku Pialang Berjangka.


(21)

BAB IV

AKIBAT HUKUM APABILA TERJADI KECURANGAN DALAM PERDAGANGAN DERIVATIF

A. Pelanggaran yang dapat terjadi pada Perusahaan Perdagangan Derivatif Hakekat dari Transaksi derivatif adalah upaya lindung nilai (hedging) atau mengelolah manajemen risiko, akan tetapi transaksi derivatif berkembang sedimikian rupa sehingga secara subjektif atau keinginan dan tujuan dari pihak yang berkontrak mempergunakannya sebagai ajang untung-untungan (judi) untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya.

Transaksi derivatif sebagai suatu kontrak yang dinilainya tergantung pada suatu turunan dari asset yang mendasarinya (underlying asset) ada produk awal dan produk turunan, yang biasanya para pihak mengadakan transaksi jual beli dollar yang ditentukan pada saat perjanjian dan dilaksanakan saat yang akan datang, sedangkan nilai dollar terhadap rupiah tersebut saat akan datang belum pasti. Dengan demikian transaksi derivatif merupakan transaksi yang dapat bersifat spekulatif.

Secara objektif bahwa hakekat dari pada tujuan derivatif adalah upaya lindung nilai (hedging), para pengusaha atau pelaku bisnis menghendaki stabilitas terhadap nilai tukar mata uang yang diterima atau di investasikan, dan juga bank-bank devisa Indonesia atau bank-bank asing beroperasi secara Internasional, transaksi derivatif bukanlah suatu transaksi bermasalah, maka apabila transaksi derivatif dikatakan ajang judi atau pertaruhan hanya disebabkan nilai dollar terhadap rupiah


(22)

belum pasti dimasa akan datang. Transaksi dalam dunia usaha atau bisnis dibutuhkan dan terus berkembang, yang jadi permasalahan yang membuat ramainya pembicaraan tentang transaksi derivatif, transaksi derivatif tersebut dikemas sedemikian rupa seolah-olah untuk lindung nilai akan tetapi dalam prakteknya untuk mendapat income yang sebesar-besarnya berdasarkan untung-untungan belaka dengan jaminan suatu aset tanpa adanya perhitungan atau dokumen yang memadai yang akibatnya nilai kurs rupiah anjlok, pada akhirnya menjerit dan minta perlindungan hukum pada Pengadilan.41

Dunia hukum menyadari bahwa setiap transaksi bisnis pasti ada risiko untung dan rugi, semakin besar risiko semakin besar pula kemungkinan untung atau rugi. Risiko menanggung kerugian bukanlah termasuk kesalahan (unsur salah). Hukum perdata Indonesia dengan berpedoman pada Kitab Undang Undang Hukum Perdata (KUHPerdata), perjanjian atau transaksi untung-untungan keberadaannya diakui oleh hukum, yaitu pada Pasal 1774 KUHPerdata, akan tetapi dalam Pasal 1788 KUHPerdata pada pokoknya menyatakan bahwa perjanjian untung-untungan tidak mempunyai akibat hukum, dalam arti para pihak tidak dapat saling menuntut pelaksanaan perjanjian tersebut apabila salah satu pihak ingkar janji atau wanprestasi. Bank Indonesia melalui SK Direksi Bank Indonesia NO. 28/119/KEP/DIR tanggal 29 Desember 1995 tentang Transaksi Derivatif telah mengatur Transaksi Derivatif dengan mengedepankan prinsip kehati-hatian bank kemudian dicabut oleh Peraturan Bank Indonesia NO. 10/38/PBI/2008. Prinsip kehati-hatian bank tentang transaksi derivatif juga telah

41

http://www.pn- kotabumi.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=1143:transaksi-derivatif-dalam-bisnis-internasional-dan-problema-yuridisnya&catid=1:latest-news


(23)

diamanatkan dalam Undang Undang No. 23 tahun 1999 diubah dengan Undang Undang No. 3 tahun 2004 tentang Bank Indonesia dan Undang Undang No. 24 tahun 1999 tentang Lalu Lintas Devisa dan Sistem Nilai Tukar. Disamping Undang Undang tersebut, Bank Indonesia telah mengatur tentang Transaksi Derivatif atau yang berkaitan dengan transaksi derivatif tersebut, yaitu :

1. Peraturan Bank Indonesia NO. 5/8/PBI/2003 tentang Penetapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum ;

2. Peraturan Bank Indonesia NO. 7/6/PBI/2005 tentang Transparansi Informasi Produk Bank dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah ;

3. Peraturan Bank Indonesia NO. 10/28/PBI/2008 tentang Pembelian Valuta Asing Terhadap Rupiah Kepada Bank ;

4. Peraturan Bank Indonesia NO. 10/37/PBI/2008 tentang Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah ;

5. Peraturan Bank Indonesia NO. 10/38/PBI/2008 tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia NO.7/31/PBI/2005 tentang Transaksi Derivatif. Dalam Pasal 7 ayat (2) Peraturan Bank Indonesia NO.10/38/PBI/2008, menyatakan bahwa transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperkenankan sepanjang bukan merupakan struktur produk yang terkait dengan transaksi valuta asing terhadap rupiah. Sedangkan yang dimaksud Structured product dalam Surat Edaran Bank Indonesia NO. 10/42/DPD tanggal 27 November 2008 angka 5.a adalah produk yang dikeluarkan oleh Bank yang merupakan kombinasi suatu aset dengan derivatif dan mata uang valuta asing terhadap mata uang rupiah untuk tujuan mendapat tambahan income yang dapat mendorong transaksi pembelian


(24)

valuta asing terhadap rupiah untuk tujuan spekulatif dan dapat menimbulkan ketidak stabilan nilai rupiah.

Dari ketentuan tersebut di atas maka transaksi derivatif yang merupakan structured product adalah dilarang, apabila dikaitkan dengan Pasal 1320 KUHPerdata tentang syarat-syarat sahnya perjanjian yaitu syarat tentang klausa yang halal, maka perjanjian tersebut adalah tidak sah oleh karenanya batal demi hukum. Sesuai dengan asas undangan bahwa peraturan perundang-undangan tidak berlaku surut (tidak retroaktif) , dengan demikian setiap transaksi derivatif sebelum berlakunya Peraturan Bank Indonesia NO. 10/38/PBI/2008 mengacu pada peraturan yang ada sebelum berlaku PBI tersebut.

Peraturan-peraturan sebelum berlakunya PBI NO.10/38/PBI/2008 tersebut tidak ada satu ketentuanpun yang menegaskan pelarangan adanya transaksi derivatif yang mangandung structured product, apabila terjadi Transaksi Derivatif yang mengandung Structured product dan bersifat spekulatif sesuai dengan Pasal 1774 dan Pasal 1338 KUHPerdata, maka perjanjian atau transaksi tersebut tetap sah dan tidak batal demi hukum.

Dalam Pasal 1788 KUHPerdata menegaskan bahwa Undang-Undang tidak memberikan suatu tuntutan hukum dalam hal adanya utang yang terjadi karena perjudian atau pertaruhan. Pertaruhan sama dengan untung-untungan sebagimana dimaksud Pasal 1774 KUHPerdata yang juga sama artinya dengan spekulatif.

Transaksi Derivatif dan prinsip kehati-hatian bank sebagaimana yang disampaikan dalam diskusi temu wicara antara Bank Indonesia dan Mahkamah Agung RI tanggal 2 September 1999 di Ujung Padang dan diawal tahun 2005 di


(25)

Palembang, mengemukakan bahwa Pemilikan Produk Derivatif yang tepat pada beberapa jenis produk derivatif sangat menentukan dalam meminimal risiko, risiko operasional adalah risiko kerugian yang timbul akibat dari tidak memadainya sistem, pengendalian, kesalahan manusia, atau antara lain kerugian karena kontrak tidak mempunyai kekuatan hukum dalam hal terjadi kebangkrutan atau ketidak mampuan pihak lawan dalam melaksanakan kewajiban.

Meskipun transaksi derivatif tersebut (yang Structured Product) adalah sah, namun pihak Bank Indonesia menyadari tentang kekuatan hukum perjanjian atau transaksi derivatif tersebut, dengan demikian apabila suatu bank tetap mengeluarkan produk derivatif (strudtured product) karena tidak melakukan kehati-hatian dalam mengelolah menajemen risiko legal, maka risiko kerugian ditanggung pihak Bank itu sendiri (pertimbangan Legal Justice). Apabila dilihat dari sudut sosial ekonomi tentunya pembebanan risiko tersebut dapat mengguncang dunia perbankan meskipun kesalahan ada pada pihak bank itu sendiri karena tidak mengelolah menajemen risiko legal yang tepat.

Terhadap transaksi yang sedang berjalan, pihak Bank Indonesia telah memberi acuan dengan PBI NO. 10/37/PBI/2008 pada Pasal 13 ayat (2) BAB peralihan, menegaskan Transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang masih outstanding dalam suatu kontrak yang jatuh waktu setelah berlakunya Peraturan Bank Indonesia ini dapat diselesaikan tanpa pergerakan dana pokok antara lain meliputi :

1. Percepatan penyelesaian (early termination) atau penghentian (unwind) ; 2. Restrukturisasi kontrak ;


(26)

3. Penyelesaian dengan menggunakan dana pinjaman dari bank.

Dalam http/web.Bisnis.com/keuangan/perbankan/11. d 100.Cr.17 html tertanggal 30 januari 2009 Deputi Guburnur Bank Indonesia Budi Mulya menegaskan untuk menjaga gejolak nilai tukar rupiah lebih dalam, bank sentral akan mengawal penyelesaian masalah produk derivatif yang diedarkan sedikitnya 15 bank penerbit tersebut, diketahui paling banyak dikeluarkan oleh Bank Asing dan Bank Nasional Milik Asing. Bukan hanya masyarakat yang dirugikan, kami otoritas sangat terganggu dengan ini, karena ini memberikan tekanan pada rupiah. Produk ini kami larang dan kedepan tidak ada lagi.

Keberadaan Peraturan Bank Indonesia NO. 10/37/PBI/2008 dan PBI NO. 10/38/PBI/28 serta apa yang dikemukakan Deputi Guburnur Bank Indonesia tersebut, menunjukan bahwa Bank Indonesia belum mampu mengantisipasi suatu kejadian yang akan datang, meskipun selalu diadakan temu wicara dengan pihak yang terkait.

B. Pihak-pihak yang Bertanggung Jawab Apabila Terjadi Kecurangan dalam Transaksi Online Penyimpanan Dana di Perusahaan Derivatif

Skandal keuangan yang berasal dari pelaksanaan fungsi keuangan yang dijalankan secara tidak etis telah menimbulkan berbagai kerugian bagi para investor. Pelanggaran etika bisnis dalam bidang keuangan dapat terjadi misalnya melalui praktik window dressing terhadap laporan keuangan perusahaan yang akan mengajukan pinjaman ke bank. Melalui praktik ini seolah-olah perusahaan


(27)

memiliki rasio-rasio keuangan yang sehat sehingga layak untuk mendapatkan kredit.42

Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian”. Untuk mengelola sebuah bank secara baik berdasarkan prinsip-prinsip perbankan yang sehat dan dinamis

(prudential banking), ada beberapa langkah yang harus diperhatikan secara seksama. Langkah-langkah itu terdiri dari:

1. Perumusan kebijaksanaan bank Langkah pertama yang dilakukan oleh top manajemen bank yaitu para anggota direksi (bersama-sama dengan para komisaris) adalah menyusun suatu ramalan bisnis dengan melihat kondisi internal dan eksternal.

2. Kondisi internal yang perlu dilihat dalam pola dasar manajemen bank guna perumusan kebijaksanaan adalah fasilitas yang tersedia, distribusi aktiva pendapatan dan biaya. Sedangkan kondisi eksternal yang perlu ditelaah adalah peraturan-peraturan yang berlaku, situasi moneter lokal dan nasional, kondisi perdagangan dan situasi moneter. Secara ringkas ada 2 macam kebijaksanaan bank yang perlu diperhatikan dengan sungguh-sungguh, yaitu : kebijaksanaan yang dirumuskan sesudah pertimbangan-pertimbangan yang matang terhadap konsekuensi dari semua pilihan yang tersedia. Kebijaksanaan yang timbul dari tindakan tunggal atau berulang-ulang.

42

Sitiwulandariblog.blogspot.com/2013/12/etika-bisnis-dalam-manajemen-keuangan.html (diakses tanggal 1 April 2015)


(28)

C. Akibat Hukum Bagi Pihak Yang Melakukan Kecurangan Dalam Transaksi Online Penyimpanan Dana Di Perusahaan Derivatif

Setiap perjanjian pasti mempunyai akibat hukum, minimal terhadap para pihak yang membuatnya. Hal yang sama juga berlaku terhadap kecurangan tentang kecurangan dalam transaksi online penyimpanan dana di perusahaan derivatif. Akibat hukum dari kecurangan biasanya baru akan kelihatan apabila salah satu pihak melakukan kecurangan terhadap kesepakatan yang dibuat dan disepakati.

Derivatif adalah sebuah kontrak bilateral atau perjanjian penukaran pembayaran yang nilainya diturunkan atau berasal dari produk yang menjadi acuan pokok atau juga disebut produk turunan (underlying product), daripada memperdagangkan atau menukarkan secara fisik suatu aset, pelaku pasar membuat suatu perjanjian untuk saling mempertukarkan uang, aset atau suatu nilai disuatu masa yang akan datang dengan mengacu pada aset yang menjadi acuan pokok. Macam-macam sekuritas derivatif yang umumnya ditransaksikan dalam suatu pasar modal, yaitu :43

1. Futures

Futures adalah sebuah kontrak berjangka yang bersifat mengikat (obligation) bagi kedua belah pihak untuk membeli (long position) atau menjual (short position) suatu underlying assets (aset finansial atau non finansial) tertentu yang penyerahannya dilakukan secara cash settlement di masa yang akan datang (expiration date), dengan harga yang ditetapkan sekarang.44

2. Options

43

http://memebali.blogspot.com/2013/06/contoh-kasus-kecurangan-derivatif.html (diakses tanggal 1 Maret 2015)

44 Ibid


(29)

Options (Opsi) adalah suatu kontrak yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli (call options) atau menjual (put options) underlying assets pada harga tertentu yang ditetapkan sekarang (strike/exercise price atau harga patokan/tebus), untuk penyerahan pada waktu tertentu di masa yang akan datang (expiration date).

3. Forward

Forward serupa dengan future. Dalam hal konsep tidak ada perbedaan yang signifikan antara futures dan forward. Yang membedakan adalah future

mempunyai kekuatan hukum yang lebih kuat dibandingkan forward, karena diperdagangkan secara resmi di bursa efek dan kontrak yang telah terstandarisasi. Sementara forward diperdagangkan melalui over the counter market sehingga kontrak dapat diformulasikan sesuai kebutuhan kedua belah pihak.

4. Swaps

Swaps adalah kesepakatan antara dua pihak (perusahaan) untuk saling mempertukarkan arus kas di masa tertentu (selama kurun waktu tertentu) yang akan datang.

Fraud (kecurangan) sebagai suatu tindak kesengajaan untuk menggunakan sumber daya perusahaan secara tidak wajar dan salah menyajikan fakta untuk memperoleh keuntungan pribadi. Dalam bahasa yang lebih sederhana, fraud adalah penipuan yang disengaja.

Menurut SA 316, Kecurangan dalam laporan keuangan dapat menyangkut tindakan seperti yang disajikan berikut ini:


(30)

a. Manipulasi, pemalsuan, atau perubahan catatan akuntansi atau dokumen pendukungnya yang menjadi sumber data bagi penyajian laporan keuangan. b. Representasi yang salah dalam atau penghilangan dari laporan keuangan

peristiwa, transaksi, atau informasi signifikan.

c. Salah penerapan secara sengaja prinsip akuntansi yang berkaitan dengan jumlah, klasifikasi, cara penyajian, atau pengungkapan.

Kecurangan seringkali menyangkut hal berikut ini: (a) suatu tekanan atau suatu dorongan untuk melakukan kecurangan, (b) suatu peluang yang dirasakan ada untuk melaksanakan kecurangan. Kecurangan dapat disembunyikan dengan memalsukan dokumentasi, termasuk pemalsuan tanda tangan. Kecurangan juga disembunyikan melalui kolusi di antara manajemen, karyawan, atau pihak ketiga. Contoh Kasus Kecurangan Derivatif

1. PT. Indosat, Tbk.

Pada laporan keuangan periode 2006, PT. Indosat melaporkan adanya

kerugian sebesar Rp 438 miliar yang di klaim sebagai ”Rugi dari perubahan nilai

wajar atas transaksi derivatif-bersih” (Loss on Change in Fair Value of Derivatifes-Net). Pengakuan atas kerugian ini muncul karena perusahaan tidak menerapkan PSAK sebagaimana mestinya.

Dalam PSAK no 55 ”Akuntansi Instrumen Derivatif dan Aktifitas Lindung Nilai” disebutkan bahwa transaksi derivatif mensyaratkan adanya dokumentasi

formal atas analisa manajemen risiko dan analisa efektifitas transaksi jika ingin melindungi risiko dari transaksi derivatif ini. Selain itu suatu entitas diwajibkan


(31)

pula untuk melaporkan setiap transaksi derivatif paling tidak setiap tiga bulan dalam laporan keuangan perusahaan.

Dalam surat yang ditujukan kepada manajemen Indosat (management letter) pada tahun 2004, 2005 dan 2006, auditor eksternal Indosat menyarankan pihak manajemen Indosat untuk segera membenahi kebijakan formal manajemen risiko yang berkaitan dengan transaksi derivatif yang dilakukan oleh Indosat sebesar US$ 275 juta atau sekitar Rp 2,5 trilliun. Transaksi derivatif ini meliputi 17 kontrak perjanjian dengan berbagai institusi keuangan.

Kasus ini memberikan contoh dari besarnya kerugian yang harus ditanggung oleh perusahaan di Indonesia diakibatkan tidak adanya analisa yang memadai terhadap transaksi derivatif yang akan dilakukan. Akibat kerugian ini pula negara kehilangan potensi pajak baik atas laba bersih perusahaan maupun atas deviden yang dibagikan.

2. Panin Bank VS. PT Matahari Pusakatama

Pada tanggal 23 September 1996, PT. Matahari Pusakatama menerima fasilitas pinjaman jangka panjang (PJP) dari Bank Panin sebesar Rp. 41,5 milyar dengan jangka waktu kredit 5 tahun disertai jaminan Hak Tanggungan peringkat pertama atas tiga bidang tanah berikut gedung Matahari Plaza senilai Rp. 41.499.999.911,. Mengingat pendapatan sewa yang diperoleh dari Matahari Department Store adalah dalam mata uang US Dollar, PT. Matahari Pusakatama melihat peluang untuk meminimalkan beban bunga pinjaman rupiahnya melalui transaksi cross currency swap (swap). Tindakan tersebut lebih dikenal dengan


(32)

istilah hedging, yaitu suatu upaya untuk melindungi risiko yang mungkin timbul di dalam suatu transaksi.

Cross currency swap adalah kombinansi dari interest rate swap dan currency swap karena transaksi ini berkenaan dengan suku bunga dan nilai tukar. Interest rate swap adalah suatu perjanjian dimana suatu pihak (A) menyetujui dan mengikatkan dirinya untuk melakukan pembayaran secara berkala kepada pihak lain (B), dimana pembayaran ditentukan dengan merujuk pada suatu jumlah pokok tertentu yang disepakati para pihak untuk keperluan kalkulasi tersebut saja

(notional amount/calculation amount) dan suku bunga tetap (fixed interest rate)

atau mengambang (floating interest rate) dan sebaliknya B menyetujui dan mengikatkan diri untuk melakukan pembayaran secara berkala kepada pihak A, pembayaran mana ditentukan dengan merujuk pada jumlah pokok kalkulasi (notional amount/calculation amount) yang sama dan suku bunga mengambang (floating interest rate) atau tetap (fixed interest rate).

Currency swap adalah suatu perjanjian dimana suatu pihak (A) menyetujui dan mengikatkan diri untuk melakukan pembayaran secara berkala kepada pihak lain (B), dimana pembayaran ditentukan dengan merujuk pada suatu jumlah pokok tertentu yang disepakati para pihak untuk keperluan kalkulasi tersebut saja

(notional amount/calculation amount) dalam mata uang tertentu dan suku bunga mengambang (floating interest rate) atau tetap (fixed interest rate), dan sebaliknya B menyetujui dan mengikatkan diri untuk melakukan pembayaran secara berkala kepada A, dimana pembayaran ditentukan dengan merujuk pada suatu jumlah pokok tertentu yang disepakati para pihak untuk keperluan kalkulasi tersebut saja


(33)

(notional amount /calculation amount) dalam mata uang tertentu dan suku bunga mengambang (floating interest rate) atau tetap (fixed interest rate).

Pada tanggal 30 September 1996, PT. Matahari Pusakatama melakukan transaksi cross currency swap (tukar menukar valuta) dengan Bank Panin, dengan jumlah fasilitas sebesar US$ 17,9 juta dimana pembayaran dilakukan setiap 3 bulan sebesar Rp. 1 milyar ditambah bunga dengan pembayaran pokok pinjaman terakhir sebesar Rp. 22,5 milyar dan jatuh waktu fasilitas tersebut pada tanggal 30 September 2001. Transaksi cross currency swap ini merupakan salah satu bentuk dari transaksi derivatif, dimana transaksi cross currency swap ini berfungsi sebagai perlindungan terhadap adanya gejolak nilai tukar dan bunga antar dua mata uang yang berbeda.

Cross currency swap yang dilakukan antara PT. Matahari Pusakatama dengan Bank Panin adalah sebagai berikut:

PT. Matahari Pusakatama berkewajiban untuk menyerahkan uang sejumlah total US$. 17,9 juta kepada Bank Panin yang dibayar secara cicilan setiap 3 bulan sebesar US$ 431,406.38 ditambah bunga tetap sebesar 10,65%, dengan pembayaran cicilan terakhir sebesar US$. 9,706,643.66 Bank Panin berkewajiban untuk menyerahkan uang sejumlah total Rp 41,5 miliyar kepada PT. Matahari Pusakatama yang dibayar secara cicilan setiap 3 bulan sebesar Rp. 1 Miliyar ditambah bunga tetap sebesar 19,75 % dengan pembayaran cicilan terakhir sebesar 22,5 miliyar.

Sejak terjadinya krisis pada pertengahan 1997, PT. Matahari Pusakatama mulai kesulitan untuk memenuhi kewajiban swapnya karena pendapatan sewa dari


(34)

Matahari Department Store tidak berdasarkan nilai tukar pasar, namun hanya menggunakan nilai tukar sebesar Rp. 4.000, /US$. Di sisi lain PT. Matahari Pusakatama memiliki kewajiban pembayaran dalam mata uang US Dollar kepada Bank Panin. Hal ini mengakibatkan cash flow mismatch pada PT. Matahari Pusakatama yang pada akhirnya mengakibatkan PT. Matahari Pusakatama tidak mampu lagi memenuhi kewajibannya pada Bank Panin, baik kewajiban atas PJP maupun kewajiban atas cross currency swap.

Untuk menyelesaikan seluruh pinjamannya kepada Bank Panin, PT. Matahari Pusakatama minta agar dilakukan restrukturisasi seluruh kewajiban. Proses restrukturisasi telah mulai sejak akhir tahun 2000, dimana PT. Matahari Pusakatama mengajukan unwind terhadap transaksi swap. Perincian atas transaksi unwind yang dilakukan oleh PT. Matahari Pusakatama dilakukan berdasarkan suratsurat konfirmasi transaksi unwind yang telah disetujui oleh PT. Matahari Pusakatama. Dengan dilakukannya transaksi unwind tersebut, maka kewajiban semula PT. Matahari Pusakatama untuk melakukan pembayaran US Dollar berdasarkan transaksi swap telah berubah menjadi kewajiban pembayaran dalam rupiah.

Pada akhir bulan Juni 2001 telah dicapai kesepakatan restrukturisasi seluruh kewajiban PT. Matahari Pusakatama. Kesepakatan ini dicapai dalam suatu pertemuan dengan PT. Matahari Pusakatama di Bank Panin. Adapun garis besar kesepakatan restrukturisasi adalah sebagai berikut:


(35)

1. Selambatnya pada tanggal 29 Juni 2002 Bank Panin telah menerima dana initial payment sebesar 20% dari total kewajiban PT. Matahari Pusakatama pada posisi tanggal 29 Juni 2001;

2. Bank Panin akan memberikan diskon sebesar jumlah initial payment yang dilakukan oleh PT. Matahari Pusakatama.

3. Denda atas tunggakan PJP akan dihapuskan, sementara tunggakan bunga akan ditambahkan pada jumlah kewajiban setelah initial payment dan diskon; 4. Selanjutnya atas sisa kewajiban akan direstrukturisasi.

Bahwa karena PT. Matahari Pusakatama tidak dapat memenuhi kewajiban-kewajibannya maka Bank Panin mengajukan permohonan eksekusi Hak Tanggungan. Atas permohonan PT. Matahari Pusakatama mengajukan bantahan. Menurut keterangan saksi ahli Hariyadi Ramelan, dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan cross currency swap adalah bentuk transaksi derivatif yang dibuat untuk menjadi sarana memprediksi nilai tukar rupiah atau tingkat suku bunga dari perubahanperubahan yang mungkin akan terjadi pada nilai tukar antar mata uang atau tingkat suku bunga.

Bahwa Para pihak yang terlibat dalam permasalahan ini terikat secara hukum untuk memenuhi prestasinya baik itu prestasi yang tercemin dari perjanjian kredit dan perjanjian jaminan, perjanjian cross currency swap maupun perubahan dan penegasan kembali terhadap perjanjian kredit dan perjanjian jaminan yang memuat dua jenis fasilitas yaitu fasilitas pinjaman uang dan fasilitas tukar menukar valuta (cross currency swap), dimana dalam perjanjianperjanjian tersebut telah ditentukan secara pasti mengenai:


(36)

a. jangka waktu pembayaran

b. jangka waktu pembayaran tukar menukar valuta c. bunga

d. denda keterlambatan

Bahwa selanjutnya mengenai perjanjian cross currency swap yang ditanda tangani oleh kedua belah pihak, didalamnya telah membuktikan adanya jadwal pembayaran yang harus dilakukan oleh PT. Matahari Pusakatama, mengingat di dalam perjanjian tersebut dimuat klausula mengenai pembayaran oleh PT. Matahari Pusakatama kepada Bank Panin yang dilakukan dalam US Dollar dan dari Bank Panin kepada PT. Matahari Pusakatama dalam bentuk rupiah.

Bahwa transaksi derivatif yang berupa cross currency swap dalam perkara ini merupakan perjanjian yang dibuat berdasarkan hukum Indonesia Asas kebebasan berkontrak menurut hukum perjanjian Indonesia meliputi ruang lingkup sebagai berikut:

1. Kebebasan untuk membuat atau tidak membuat perjanjian.

2. Kebebasan untuk memilih pihak dengan siapa ia ingin membuat perjanjian.

3. Kebebasan untuk menentukan atau memilih causa dari perjanjian yang akan dibuatnya.

4. Kebeban untuk menentukan obyek perjanjian.


(37)

6. Kebebasan untuk menerima atau menyimpangi ketentuan undang-undang yang bersifat opsional (aanvullend, optional).

Berdasarkan ketentuan Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undangundang bagi mereka yang membuatnya, oleh karena itu para pihak sudah selayaknya PT. Matahari Pusakatama dan Bank Panin selaku pihakpihak di dalam PJP dan cross currency swap terikat dengan klausula yang ada di dalam perjanjian tersebut.

Di dalam Pasal 3 UU No. 4 Tahun 1996 disebutkan mengenai 3 jenis hutang yang dapat dijamin pelunasannya dengan hak tanggungan berdasarkan 2 jenis perjanjian yaitu perjanjian utang piutang dan perjanjian lain, dimana hutanghutang tersebut adalah: 1. Hutang yang telah ada; 2. Hutang yang baru akan ada, tetapi telah diperjanjikan sebelumnya dengan jumlah tertentu; 3. Hutang yang baru akan ada tetapi telah diperjanjikan sebelumnya dengan jumlah yang pada saat permohonan eksekusi hak tanggungan diajukan ditentukan berdasarkan perjanjian hutang piutang atau perjanjian lain yang menimbulkan hubungan hutang piutang yang bersangkutan Berdasarkan ketentuan Pasal tersebut di atas terbuktilah bahwa hutang dari cross currency swap juga dapat diikat dengan jaminan pembebanan Hak Tanggungan. Maka dari itu, PT. Matahari Pusakatama memang telah melakukan suatu tindakan wanprestasi dengan tidak melaksanakan kewajiban yang telah diatur di dalam perjanjian yang telah mereka sepakati bersama, sehingga Bank Panin memiliki hak untuk mengajukan eksekusi atas apa yang menjadi hak tanggungannya.


(38)

3. PT. Mayora Indah Vs Bankers Trust International PLC, CS

Gugatan PT Mayora Indah terhadap Bankers Trust International dan pihakpihak yang terkait dengannya didaftarkan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada tanggal 30 Oktober 1998. Hal tersebut dipicu dengan adanya transaksi derivatif currency and interest rate swap berupa penjualan US$ 51,313,629 pada kurs Rp 2.436/US$ per 14 Juli 2004. Atas transaksi tersebut, disepakati PT Mayora Indah akan membayar suku bunga mengambang dan menerima suku bunga tetap. Bankers Trust dianggap memberikan nasehat yang menyesatkan PT Mayora Indah sehingga terlibat dalam transaksi yang merugikan. Dalam nasehatnya Bankers Trust mengemukakan bahwa PT Mayora Indah akan memperoleh keuntungan berupa penghematan pajak, cash flow dan penghematan biaya.

Ternyata di dalam perjalanannya tidak ada diantara yang dijanjikan tersebut tercapai, malah yang terjadi sebaliknya. Per 31 Desember 1997 PT Mayora Indah 21 membukukan kerugian bersih dari transaksi derivatif sebesar Rp. 113,31 milyar. Bahwa Bankers Trust memberikan nasehat kepada PT Mayora Indah untuk melakukan transaksi derivatif swap dalam bidang spekulasi bunga untuk penghematan biaya. Bankers Trust juga memberi nasehat bahwa tingkat suku bunga rupiah sebesar 15 % sama nilainya dengan tingkat suku bunga US Dollar di pasar antar bank ditamabah 1,4% 1,45 % atas uang pokok senilai Rp. 100 miliyar. Atau bunga rupiah per tahun US$ LIBOR + 1,4 % 1,45 % . Uang pokok Rp. 100 Miliar tersebut hanya nilai fiktif (Bankerst Trust memakai istilah


(39)

tidak pernah ada atau fiktif. Bankers Trust juga memberikan jaminan bahwa mereka sangat ahli dalam transaksi derivatif dan full service dari mereka akan bermanfaat bagi PT Mayora Indah. Selain itu Bankers Trust juga meyakinkan PT Mayora Indah bahwa transaksi derivatif akan memberikan keuntungan baginya berupa arus kas yang positif dari perbedaan tingkat suku bunga rupiah dan suku bunga US Dollar. Bahwa perikatan diantara PT Mayora dengan Bankers Trust didasarkan atas paksaan, kekhilafan atau penipuan sehingga menerbitkan suatu tuntutan untuk membatalkannya (Pasal 1449 KUHPerdata) maka dari itu unsur kesepatan sebagaiman dianut oleh Pasal 1320 KUHPerdata tidak terpenuhi.

Tindakan dari Bankers Trust juga bertentangan dengan SK Dir BI No. 28/119/KEP/DIR dimana Bankers Trust tidak pernah melaksanakan ketentuan Pasal 5 (1) SK Dir BI tersebut, Bankers Trust tidak pernah memberikan penjelasan apapun terhadap PT Mayora Indah mengenai risiko yang akan timbul 22 dari transaksi tersebut dan PT mayora tidak pernah menandatangani Risk Disclosure Statement Bahwa mengingat sifat dari transaksi derivatif/cross currency swap transaction adalah spekulasi dan pengetahuan dan keahlian memprediksi mata uang sangat sedikit bagi nasabah dibandingkan dengan Bank, maka untuk melindungi masyarakat Bank Indonesia menerbitkan SK Dir BI No. 28/119/KEP/DIR yang membatasi transaksi derivatif secara terbatas dengan persyaratan yang sangat berat.

Dengan demikian Bankers Trust dinilai sengaja menjerumuskan PT. Mayora Indah karena tidak memberikan semua fakta yang berkaitan dengan melemahnya mata uang rupiah terhadap US Dollar. Penulis berpendapat, dalam kasus PT.


(40)

Mayora Indah ini transaksi derivatif yang dilakukan bukan merupakan tindakan hedging yang memenuhi unsurunsur dari prudential banking, karena master agreement dari transaksi tersebut juga merupakan hal yang fiktif, sehingga tidak memenuhi keabsahan dari transaksi derivatif.

4. Skandal Enron

Enron merupakan pelopor dalam penggunaan derivatif untuk komoditas energi di pasar global, yaitu dengan menciptakan customized risk-swapping contracts yang dapat menghindarkan perusahaan dari risiko adanya perubahan harga energi dan fluktuasi pasokan energi di masa depan. Derivatif memegang peranan cukup besar dalam kasus Enron, dimana Enron menggunakan derivatif dengan Special Purpose Entities (SPE) miliknya untuk menyembunyikan kerugian dan utang. Enron menggunakan transaksi derivatifnya dengan LJM1 dan Raptor SPEs untuk menyembunyikan kerugian atas saham investasi teknologinya pada Rhythms NetConnections, lalu Enron menggunakan transaksi derivatifnya dengan JEDI dan Chewco SPEs untuk menyembunyikan utang yang ditimbulkan oleh pendanaan bidang bisnis yang baru. Yang bisa diambil dari kejadian ini adalah tanpa derivatif, skema Special Purpose Entities milik Enron tidak akan dapat digunakan. Enron mencatat transaksi dengan sejumlah SPEnya tersebut sebagai derivatif, bukan sebagai pinjaman atau penjualan, karena pinjaman akan mewajibkan Enron untuk mencatat utang, dan penjualan akan mewajibkan Enron untuk membayar pajak. Saat itu, pengungkapan transaksi derivatif bukanlah merupakan suatu keharusan, sehingga Enron memanfaatkan hal ini untuk menutupi utang dan kerugian yang dimilikinya.


(41)

Enron melakukan banyak transaksi derivatif dengan SPEnya untuk menggelembungkan pendapatan serta menyembunyikan utang dan kerugian. Kesalahan Enron adalah dengan mengalihkan risiko yang dimilikinya kepada SPE yang dimiliki oleh Enron, risiko tersebut tetap bertahan pada Enron, seolah-olah Enron mengalihkan risikonya kepada dirinya sendiri.

5. Skandal Yunani dan Goldman Sachs

Yunani melakukan transaksi cross-currency swaps dengan bank Goldman Sachs dimana utang pemerintah Yunani dalam dollar dan yen ditukar dengan euro dalam jangka waktu tertentu, lalu menukarnya kembali ke mata uang yang sesungguhnya di masa depan. Transaksi tersebut terkesan normal, karena pemerintah di Eropa memperoleh dana dari investor di seluruh dunia dengan menerbitkan obligasi dalam yen, dollar, atau franc Swiss. Namun, mereka tetap membutuhkan euro untuk membayar biaya harian mereka. Beberapa tahun kemudian, obligasi tersebut akan dibayarkan kembali dalam nilai mata uang asing yang sebenarnya. Namun, dalam transaksi antara Yunani dan Goldman Sachs digunakan swap dengan nilai kurs fiktif yang mampu membuat Yunani memperoleh dana yang lebih besar daripada nilai sesungguhnya sebesar 10 milyar dollar atau yen. Dengan cara itu, goldman sachs secara rahasia memberikan kredit sebesar 1 milyar dollar kepada Yunani. Kredit yang disamarkan sebagai swap tidak dimunculkan di dalam laporan utang milik Yunani. Hal ini dilakukan oleh


(42)

Yunani untuk bertahan di dalam batas utang demi mempertahankan posisinya sebagai anggota Uni Eropa.45

Meskipun Yunani mampu menyembunyikan utangnya, namun revisi oleh Eurostat pada akhirnya dapat mengungkapkan kondisi defisit Yunani yang sesungguhnya.

6. PT Bank Danamon VS PT Esa Kertas Nusantara (EKN)

PT Bank Danamon Indonesia yang digugat oleh PT Esa Kertas Nusantara (EKN) pada tahun 2009 atas kontrak derivatif yang dilakukan antara kedua belah pihak. EKN adalah perusahaan nasional yang memproduksi coated and uncoated paper untuk tujuan ekspor dengan jumlah karyawan sekitar 1.200 orang dan berlokasi di Karawang dan Jakarta.

Permasalahan tersebut berawal ketika kedua pihak menandatangani perjanjian untuk 17 structured financial product. Perjanjian itu terdiri dari tiga transaksi Forward with Knock Out, delapan transaksi Target Redemption Forward, empat transaksi Cancel-able Forward, dan satu transaksi American Knock Out, sejak Oktober 2007 hingga September 2008. Kedua pihak juga menandatangani perjanjian cross currency swap (CCS). Total nominal transaksi structured financial product dan CCS yang telah dilakukan masing-masing adalah US$29.5 juta dan US$5,5 juta. Pada tahun 2009 perjanjian tersebut menuai masalah. Dodi S Abdulkadir dari kantor hukum MR&P sebagai pengacara EKN, menggugat Danamon karena lalai mengungkap informasi mengenai transaksi derivatif yang berupa structured finance products dan tidak bertujuan untuk

45

Papers.ssrn.com/sol3/papers. Contoh Kasus Kecurangan Derivatif (diakses tanggal 1 April 2015)


(43)

lindung nilai, namun bersifat spekulatif. Padahal EKN membutuhkan produk lindung nilai (hedging). Akibatnya, EKN disesatkan dan mengalami kerugian yang sangat besar dari transaksi derivatif tersebut

Dari hasil sidang, majelis hakim mengabulkan gugatan PT EKN dan meminta Danamon untuk memberikan ganti rugi sebesar Rp 63 miliar. Dalam putusannya, majelis hakim menganggap bahwa transaksi derivatif itu dianggap perbuatan melawan hukum.

7. Kasus Societe Generale

Pada Januari 2008, Société Générale (sebuah bank multinasional asal Prancis) mengalami kerugian sekitar 4,9 miliar Euro dalam 3 hari perdagangan bursa dimulai dari tanggal 21 Januari 2008. Pihak bank menyatakan hal ini terjadi karena fraudulent transactions yang dilakukan oleh Jérôme Kerviel, seorang trader dalam perusahaan. Transaksi yang dilakukan melibatkan futures di wilayah Eropa. Bank menuding Kerviel telah bertindak melebihi otoritasnya dengan terlibat dalam berbagai transaksi tanpa izin dengan nilai total 49,9 miliar Euro, sebuah jumlah yang jauh lebih tinggi dari total nilai pasar perusahaan. Pihak bank mengklaim Kerviel berusaha menutupi aktivitasnya dengan sengaja membuat berbagai transaksi rugi untuk menutupi gains yang ia peroleh sebelumnya. Menurut BBC, Kerviel menghasilkan laba tersembunyi sebesar 1,4 miliar Euro pada akhir 2007. Total transaksi yang dilakukan Kerviel pada periode tersebut diperkirakan mencapai 5% dari total transaksi pasar uang dan futures Euro Stoxx 50, dan dinilai berperan dalam meruginya berbagai bursa saham di Eropa.


(44)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian sebelumnya yang dikaitkan dengan permasalahan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Proses terjadinya harga sesuatu aktiva untuk harga mana seseorang bersedia membelinya dan orang lain bersedia menjual aktiva pada harga tersebut. Jika pasar berjangka (futures) cukup dalam dan digunakan secara kompetitif (secara bersaing), harga-harga yang terjadi pada bursa berjangka dianggap dan dipertimbangkan masyarakat sebagai refleksi penawaran dan permintaan sesuatu komoditi (aktiva)

2. Perlindungan hukum terhadap nasabah melalui tindakan pengawasan dan pemberian sanksi tidak lepas dari upaya untuk mengimplementasikan prinsip kehati-hatian (prudential principle) terhadap bank yang menjalankan usahanya termasuk dalam pelaksanaan transaksi derivatif. Prinsip kehati-hatian adalah suatu prinsip yang menegaskan bahwa bank dalam menjalankan kegiatan usaha, baik dalam pengimpunan dana dari masyarakat maupun terutama dalam penyaluran dana kepada masyarakat, harus dilakukan sangat berhati-hati 3. Kepemilikan komoditi sekarang beralih dari peserta komersial kepada

konsumen komoditi dengan terbitnya surat penguasaan atas komoditi tersetujui yang baru. Mengingat transaksi ini menggunakan akad


(45)

mura>bah}ah. Konsumen Komoditi membayar Peserta Komersial melalui pembayaran tangguh.

B. Saran

Dari hasil penelitian diatas, berikut ini saran-saran

1. Masih banyaknya para pihak yang belum memahami konsep serta esensi dasar dari keberadaan produk derivatif, pada hal jumlah dana transaksi yang dihasilkan cukuplah besar dan kontribusinya dalam perekonomian yang cukup signifikan. Oleh karena itu masih perlu mekanisme yang berkesinambungan dan efektif kepada masyarakat investor mengenai derivatif, sehingga kesan akan tingginya potensi spekulasi yang ada di derivatif dapat diminimalisasikan dan potensi kerugian, baik dari pihak bank maupun nasabah dapat dihindarkan.

2. Mekanisme tentang perlindungan hukum terhadap nasabah dalam transaksi derivatif sudah ditetapkan oleh bank maupun Bank Indonesia, namun dalam hal penegakannya masih belum konsisten.

3. Agar nasabah lebih hati-hati dalam menginvestasikan dana untuk menghindari terjadinya kerugian akibat terjadi kecurangan dalam perdagangan derivatif


(46)

A. Pihak-Pihak Yang Terlibat dalam Penyimpanan Dana pada Perusahaan Derivatif

Pihak-pihak yang dikategorikan sebagai orang-orang dalam Pasar Modal menurut UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal menentukan orang dalam (insider) hanya merupakan orang-orang atau pihak-pihak yang terkait dengan kegiatan di Pasar Modal.

Suatu transaksi derivatif merupakan sebuah perjanjian antara dua pihak yang dikenal sebagai counterparties (pihak-pihak yang saling berhubungan). Dalam istilah umum, transaksi Derivatif adalah sebuah kontrak bilateral atau perjanjian penukaran pembayaran yang nilainya tergantung pada diturunkan dari nilai aset, tingkat referensi atau indeks. Saat ini, transaksi derivatif terdiri dari sejumlah acuan pokok (underlying) yaitu suku bunga (interest rate), kurs tukar

(currency), komoditas (commodity), ekuitas (equity), dan indeks (index) lainya. Mayoritas transaksi derivatif adalah produk-produk Over the Counter (OTC) yaitu kontrak-kontrak yang dapat dinegosiasikan secara pribadi dan ditawarkan langsung kepada pengguna akhir, sebagai lawan dari kontrak-kontrak yang telah distandarisasi (futures) dan diperjualbelikan di bursa. Menurut para dealer dan pengguna akhir (end user) fungsi dari suatu transaksi derivatif adalah untuk


(47)

melindungi nilai (hedging) beberapa jenis risiko tertentu. Selain itu beberapa hal yang menjadi alasan pengguna derivatif, antara lain:23

a. Peralatan untuk mengelola risiko;

Salah satu fungsi ekonomis derivatif terpenting adalah sebagai alat pemindahan risiko pasar (transfer of market risk) yakni pemindahan risiko akibat perubahan harga aktiva secara drastis atau perubahan harga portofolio aktiva yang tidak senonoh oleh pihak yang ingin menghindarinya (hedgers) kepada pihak yang bersedia dan mampu mengendalikannya dengan lebih baik (speculators). Derivatif memperbaiki efisiensi perekonomian dengan memungkinkan pemakai mengenal pasti, mengisolir, dan mengelola risiko harga dasar yang selalu terdapat dalam masalah keuangan individual. Pihak yang merasa terancam risiko dapat memindahkan risikonya kepada pihak lain yang dapat mengendalikan dan menanggung risiko dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya pada satu sisi memang derivatif dapat memindahkan risiko secara efisien, tetapi pada sisi lain dapat menimbulkan risiko-risiko lain.

b. Pencarian untuk hasil yang lebih besar;

Proses terjadinya harga sesuatu aktiva untuk harga mana seseorang bersedia membelinya dan orang lain bersedia menjual aktiva pada harga tersebut. Jika pasar berjangka (futures) cukup dalam dan digunakan secara kompetitif (secara bersaing), harga-harga yang terjadi pada bursa berjangka dianggap dan dipertimbangkan masyarakat sebagai refleksi penawaran dan permintaan suatu komoditi (aktiva). Oleh karena harga yang terjadi di bursa dipublikasikan di

23

Adrian Sutedi, Produk-Produk Derivatif dan Aspek Hukumnya (Bandung: Alfabeta,


(48)

media cetak keuangan, maka setiap produsen, pedagang, dan pelaku pasar lainnya mengetahui berapa harga di pasar tunai menurut harapannya. Akan tetapi proses penentuan harga ini mungkin mendapat pengaruh negatif, jika sejumlah kecil pelaku pasar dapat menguasai pasar :

a. Biaya pendanaan yang lebih rendah;

b. Kebutuhan-kebutuhan yang selalu berubah dan sangat bervariasi dari sekelompok pengguna;

c. Hedging risiko-risiko saat ini dan masa mendatang; d. Mengambil posisi-posisi risiko pasar;

e. Memanfaatkan ketidakefisienan yang ada di antara pasar-pasar.

Pihak-pihak yang terlibat dalam penyimpanan dana pada perusahaan derivatif antara lain :

a. Peserta Pedagang Komoditi, yaitu produsen komoditi (perusahaan perkebunan, pertambangan dan pabrik), prosesor (pengolahan dan penyulingan), pedagang (eksportir, pengumpul dan importir), dan koperasi (koperasi unit desa dan koperasi produksi).

b. Peserta Komersial, yaitu bank dan modal ventura.

c. Peserta Agen, yaitu bank syariah dan lembaga keuangan non-bank.

d. Konsumen Komoditi, yaitu institusional (bank dan perusahaan) dan individual (perorangan).24

24 Ibid.


(49)

Pelaku dalam Transaksi Derivatif:25 1. Pengguna Akhir (End Users)

Berdasarkan Laporan G-30 tahun 1993, sebagian besar pengguna akhir derivatif yaitu sekitar 80% adalah perusahaan-perusahaan, disamping badan-badan pemerintah dan sektor publik. Alasan-alasan yang mendorong pengguna akhir menggunakan instrumen derivatif adalah:

a. Untuk sarana lindung nilai (hedging); b. Memperoleh biaya dana yang lebih rendah; c. Mempertinggi keuntungan;

d. Untuk mendiversifikasikan sumber-sumber dana;

e. Untuk mencerminkan pandangan-pandangan pasar melalui posisi yang diambil.

2. Pialang (Dealer)

Terdiri dari lembaga-lembaga keuangan yang bertindak sebagai pialang. Fungsi dari dealer antara lain:

a. Menjaga likuiditas dan terus menerus tersedianya transaksi; b. Memenuhi permintaan pengguna akhir dengan segera;

c. Memberikan kemampuan untuk mempertinggi likuiditas pasar dan efisiensi harga.

25

Spicaalmilia.files.wordpress.com/.../ketentuan-hukum-pasar-derivatif (diakses tanggal 31 Maret 2015).


(50)

B. Proses Transaksi Penyimpanan Dana Di Perusahaan Derivatif

Nasabah dan Pialang Berjangka secara bersama-sama disebut Para Pihak. Nasabah terlebih dahulu menerima dan mengerti Dokumen Pemberitahuan Adanya Risiko yang harus disampaikan oleh Pialang Berjangka. Para Pihak sepakat untuk mengadakan Perjanjian Pemberian Amanat untuk melakukan transaksi penjualan maupun pembelian Kontrak Berjangka dengan ketentuan sebagai berikut :26

1. Margin dan Pembayaran Lainnya

a. Nasabah menempatkan sejumlah dana (Margin) ke Rekening Terpisah

(Segregated Account) Pialang Berjangka sebagai Margin awal dan wajib mempertahankannya sebagaimana ditetapkan.

b. Membayar biaya-biaya yang diperlukan untuk transaksi yaitu biaya transaksi, pajak, komisi, dan biaya pelayanan, biaya bunga sesuai tingkat yang berlaku, dan biaya lainnya yang dapat dipertanggungjawabkan berkaitan dengan transaksi sesuai amanat Nasabah, maupun biaya rekening nasabah.

2. Pelaksanaan Amanat

a. Setiap amanat yang disampaikan oleh Nasabah atau kuasanya yang ditunjuk secara tertulis oleh Nasabah, dianggap sah apabila diterima oleh Pialang Berjangka sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dapat berupa amanat tertulis yang ditandatangani oleh Nasabah atau kuasanya, amanat telepon yang direkam, dan/atau amanat transaksi elektronik lainnya.

26


(51)

b. Setiap amanat Nasabah yang diterima dapat langsung dilaksanakan sepanjang nilai Margin yang tersedia pada rekeningnya mencukupi dan eksekusinya tergantung pada kondisi dan sistem transaksi yang berlaku yang mungkin dapat menimbulkan perbedaan waktu terhadap proses pelaksanaan amanat tersebut. Nasabah harus mengetahui posisi Margin dan posisi terbuka sebelum memberikan amanat untuk transaksi berikutnya.

c. Amanat Nasabah hanya dapat dibatalkan dan/atau diperbaiki apabila transaksi atas amanat tersebut belum terjadi. Pialang Berjangka tidak bertanggung jawab atas kerugian yang timbul akibat tidak terlaksananya pembatalan dan/atau perbaikan sepanjang bukan karena kelalaian Pialang Berjangka.

d. Pialang Berjangka berhak menolak amanat Nasabah apabila harga yang ditawarkan atau diminta tidak wajar.

3. Antisipasi penyerahan barang

a. Untuk kontrak-kontrak tertentu penyelesaian transaksi dapat dilakukan dengan penyerahan atau penerimaan barang (delivery) apabila kontrak jatuh tempo. Nasabah menyadari bahwa penyerahan atau penerimaan barang mengandung risiko yang lebih besar daripada melikuidasi posisi dengan offset. Penyerahan fisik barang memiliki konsekuensi kebutuhan dana yang lebih besar serta tambahan biaya pengelolaan barang.


(52)

b. Pialang Berjangka tidak bertanggung jawab atas klasifikasi mutu (grade),

kualitas atau tingkat toleransi atas komoditi yang diserahkan atau akan diserahkan.

c. Pelaksanaan penyerahan atau penerimaan barang tersebut akan diatur dan dijamin oleh Lembaga Kliring Berjangka.

4. Kewajiban Memelihara Margin

a. Nasabah wajib memelihara/memenuhi tingkat Margin yang harus tersedia di rekening pada Pialang Berjangka sesuai dengan jumlah yang telah ditetapkan baik diminta ataupun tidak oleh Pialang Berjangka.

b. Apabila jumlah Margin memerlukan penambahan maka Pialang Berjangka wajib memberitahukan dan memintakan kepada Nasabah untuk menambah Margin segera.

c. Apabila jumlah Margin memerlukan tambahan (Call Margin) maka Nasabah wajib melakukan penyerahan Call Margin selambat-lambatnya sebelum dimulai hari perdagangan berikutnya. Kewajiban Nasabah sehubungan dengan penyerahan Call Margin tidak terbatas pada jumlah Margin awal.

d. Pialang Berjangka tidak berkewajiban melaksanakan amanat untuk melakukan transaksi yang baru dari Nasabah sebelum Call Margin

dipenuhi.

e. Untuk memenuhi kewajiban Call Margin dan keuangan lainnya dari Nasabah, Pialang Berjangka dapat mencairkan dana Nasabah yang ada di Pialang Berjangka.


(53)

5. Hak Pialang Berjangka Melikuidasi Posisi Nasabah

Nasabah bertanggung jawab memantau/mengetahui posisi terbukanya secara terusmenerus dan memenuhi kewajibannya. Apabila dalam jangka waktu tertentu dana pada rekening Nasabah kurang dari yang dipersyaratkan, Pialang Berjangka dapat menutup posisi terbuka Nasabah secara keseluruhan atau sebagian, membatasi transaksi, atau tindakan lain untuk melindungi diri dalam pemenuhan Margin tersebut dengan terlebih dahulu memberitahu atau tanpa memberitahu Nasabah dan Pialang Berjangka tidak bertanggung jawab atas kerugian yang timbul akibat tindakan tersebut.

6. Penggantian Kerugian Tidak Menyerahkan Barang

Apabila Nasabah tidak mampu menyerahkan komoditi atas Kontrak Berjangka yang jatuh tempo, Nasabah memberikan kuasa kepada Pialang Berjangka untuk meminjam atau membeli komoditi untuk penyerahan tersebut. Nasabah wajib membayar secepatnya semua biaya, kerugian dan premi yang telah dibayarkan oleh Pialang Berjangka atas tindakan tersebut. Apabila Pialang Berjangka harus menerima penyerahan komoditi atau surat berharga maka Nasabah bertanggung jawab atas penurunan nilai dari komoditi atas surat berharga tersebut.

7. Penggantian Kerugian Tidak Adanya Penutupan Posisi

Apabila Nasabah tidak mampu melakukan penutupan atas transaksi yang jatuh tempo, Pialang Berjangka dapat melakukan penutupan atas transaksi di Bursa. Nasabah wajib membayar biaya-biaya, termasuk biaya kerugian dan premi


(1)

LEMBAR PENGESAHAN

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH YANG MENYIMPAN DANA PADA PERUSAHAAN PERDAGANGAN DERIVATIF

MELALUI TRANSAKSI ONLINE

Oleh

BENEDICTA CLAUDIA S 110200099

Disetujui Oleh

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

Windha, SH. M.Hum NIP. 19750112 200501 2 002

Pembimbing I Pembimbing II

(Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, M.H) (Dr. Mahmul Siregar, SH, M.Hum) NIP. 195603291986011001 NIP. 197302202002121001

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ABSTRAK

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH YANG MENYIMPAN DANA PADA PERUSAHAAN PERDAGANGAN DERIVATIF MELALUI

TRANSAKSI ONLINE *Benedicta Claudia S

**Bismar Nasution *** Mahmul Siregar

Derivatif (derivatives) secara umum adalah sebuah instrumen keuangan (financial instrument) yang nilainya diturunkan atau didasarkan pada nilai dari aktiva, instrument, atau komoditas yang lain.

Permasalahan dalam penelitian adalah Bagaimanakah proses transaksi penyimpanan dana pada perusahaan perdagangan derivatif. Bagaimanakah perlindungan hukum bagi nasabah yang menyimpan dana pada perusahaan perdagangan derivatif. Bagaimana akibat hukum apabila terjadi kecurangan dalam perdagangan derivative.

.Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian yuridis normatif atau penelitian hukum normatif yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka yang merupakan data sekunder.

Proses transaksi penyimpanan dana pada perusahaan perdagangan derivatif Proses perdagangan sekuritas pada dasarnya adalah untuk mempertemukan pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dengan pihak yang membutuhkan dana (issuer ). Untuk melakukan hal tersebut, perlu adanya beberapa persiapan. Investor yang ingin melakukan transaksi di pasar modal, harus menjadi nasabah di perusahaan Efek atau kantor broker . Pertama kali investor melakukan pembukaan rekening dengan mengisi dokumen pembukaan rekening. Nasabah atau investor dapat melakukan order jual atau beli setelah investor disetujui untuk menjadi nasabah di perusahaan Efek yang bersangkutan. Umumnya setiap perusahaan Efek mewajibkan kepada nasabahnya untuk mendepositkan sejumlah uang tertentu sebagai jaminan bahwa nasabah tersebut layak melakukan jual beli saham. Investor yang sudah menjadi nasabah dari perusahaan efek, sudah dapat melakukan transaksi. Perlindungan hukum bagi nasabah yang menyimpan dana pada perusahaan perdagangan derivatif. Kata Kunci : Perlindungan Hukum Nasabah Perusahaan Perdagagangan Derivatif

*Mahasiswa

**Dosen Pembimbing I *** Dosen Pembimbing II


(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkah, rahmad dan hidayahNya berupa karunia kesehatan dan ilmu pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna melengkapi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Adapun judul skripsi penulis adalah Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Yang Menyimpan Dana Pada Perusahaan Perdagagangan Derivatif Melalui Transaksi Online

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah berusaha sebaik mungkin namun karena keterbatasan yang dimiliki, penulis menyadari masih banyak kekurangan baik dari penyajian materi maupun penyampaiannya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran bagi berbagai pihak guna memberikan masukan demi kesempurnaan skripsi ini.

Dalam masa penulisan skripsi ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulis banyak sekali menerima bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH., M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum, selaku Pembantu Dekan I, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.


(4)

3. Bapak Syafruddin Hasibuan, SH., M.Hum, selaku Pembantu Dekan II, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dr. OK. Saidin, SH., M.Hum selaku pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

5. Ibu Windha, SH., M.Hum selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

6. Ibu Prof. Dr. Bismar Nasution, SH., M.H, selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, petunjuk, nasehat dan saran mulai dari awal sampai akhir sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

7. Bapak Dr. Mahmul Siregar, SH., M.Hum, selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, petunjuk, nasehat dan saran mulai dari awal sampai akhir sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

8. Seluruh staf pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

9. Kepada rekan-rekan mahasiswa/i, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

10.Rekan-rekan diluar kampus yang tidak bisa disebutkan satu persatu

Penulis berharap semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya. Akhirnya penulis mengucapkan banyak terima kasih.

Medan, Januari 2016 Penulis


(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

D. Keaslian Penelitian ... 9

E. Tinjauan Pustaka ... 10

F. Metode Penelitian ... 13

G. Sistematika Penulisan ... 17

BAB II PROSES TRANSAKSI PENYIMPANAN DANA PADA PERUSAHAAN PERDAGANGAN DERIVATIF ... 19

A. Pihak-pihak yang terlibat dalam Penyimpanan Dana pada Perusahaan Derivatif ... 19

B. Proses Penyimpanan Dana di Perusahaan Derivatif……….. ... 23

C. Transaksi Online pada Perusahaan Perdagangan Derivatif ... 35

BAB III PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH YANG MENYIMPAN DANA PADA PERUSAHAAN PERDAGANGAN DERIVATIF ... 38

A. Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam perdagangan Derivatif ... 38

B. Bentuk-bentuk Perlindungan Hukum Bagi Nasabah yang Menyimpan Dana pada perusahaan perdagangan Derivatif ... 41


(6)

C. Dasar Hukum Yang mengatur Perlindungan Hukum terhadap

Nasabah Perdagangan Derivatif ... 48

BAB IV AKIBAT HUKUM APABILA TERJADI KECURANGAN DALAM PERDAGANGAN DERIVATIF ... 53

A. Pelanggaran yang dapat terjadi Pada Perusahaan Perdagangan Derivatif ... 53

B. Pihak-pihak yang bertanggungjawab apabila terjadi Kecurangan dalam transaksi online penyimpanan dana di Perusahaan derivative ... 58

C. Akibat Hukum Bagi pihak yang melakukan kecurangan Dalam transaksi online penyimpanan dana di Perusahaan Derivatif ... 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 76

A. Kesimpulan ... 76

B. Saran ... 77 DAFTAR PUSTAKA