Intensitas Nyeri Pada Anak Usia Prasekolah Pada Saat Pemasangan Infus yang Dirawat di RSUD dr. Pirngadi Medan

(1)

Jadwal Tentatif Penelitian

Lampiran 1

Kegiatan Sep '15 Okt '15 Nov '15 Des '15 Jan '16 Feb '16 Mar '16 Apr '16 Mei '16 Jun '16 Jul '16 Agst '16

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Mengajukan Judul

Menetapkan Judul

Menyiapkan Sidang Proposal (Konsul

dan Revisi)

Sidang Proposal

Revisi Proposal

Uji Validitas dan

Reliabilitas

Pengumpulan Data

Penelitian

Analisa Data

Penyusunan

Laporan Skripsi

Ujian Skripsi

Revisi Skripsi

Mengumpulkan

Skripsi


(2)

Lampiran 2 Penjelasan Tentang Penelitian

Saya yang bernama Jeni Nursaadah/ 121101033 adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Medan. Saat ini saya sedang melakukan penelitian dengan judul Intensitas Nyeri Pada Anak Usia Prasekolah Pada Saat Pemasangan Infus yang dirawat di RSUD Dr. Pirngadi Medan

Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Peneliti menjamin bahwa penelitian yang dilakukan tidak akan memberi dampak yang membahayakan bagi anak. Saya akan melakukan wawancara selama 8 menit yang meliputi pertanyaan data demografi yaitu, umur, jenis kelamin, suku, agama, pengalaman dipasang infuse sebelumnya, dan menjelaskan bagaimana menggunkan Wong-Baker Face Pain Rating Scale.

Partisipasi orangtua dan anak dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga orangtua dan anak bebas untuk menolak atau mengundurkan diri setiap saat tanpa ada sanksi apapun. Semua informasi yang orangtua dan anak berikan akan dirahasiakan dan hanya akan dipergunakan dalam penelitian ini. Demikianlah informasi ini saya sampaikan, atas kesediaan dan partisipasi dari bapak dan ibu saya ucapkan terimakasih.

Medan, Juni 2015 Peneliti

121101033 (Jeni Nursaadah)


(3)

ii

Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Setelah mendengarkan penjelasan dari peneliti tentang penelitian yang berjudul “Intensitas Nyeri Pada Anak Usia Prasekolah Pada Saat Pemasangan Infus yang dirawat di RSUD Dr. Pirngadi Medan”, maka saya dengan sukarela dan tanpa paksaan bersedia dan mengijinkan anak saya menjadi responden dalam penelitian tersebut.

Medan, Juni 2016 Responden

( )


(4)

Lampiran 3 KUESIONER PENELITIAN

Kode : Tanggal/waktu : Tempat :

Bagian I. Kuesioner Data Demografi

Petunjuk : orang tua anak akan ditanyakan informasi tentang data pribadi anaknya

Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan keadaan anak yang sebenarnya dan diberi tanda ( √ ) dikotak yang disediakan.

1. Umur Anak : Tahun

2. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

3. Suku :

4. Agama :

5. Pengalaman dipasang : Belum Pernah


(5)

iv

Bagian II : Skala Nyeri Wajah/ Wong-Baker Face Pain Rating Scale

Score Intensitas nyeri yang dirasakan anak : / ………..

Tidak Nyeri

Nyeri Ringan

Nyeri Sedang

Nyeri Berat

Nyeri Sangat

Berat

Nyeri Sangat

Berat Sekali


(6)

Wong Baker FACES Pain rating scale

Developed for young patients to communicate how much pain they are feeling.

Instructions

Explain to the child that each face is for a person who feels happy because he has no pain (hurt) or sad because he has some or a lot of pain.

Face 0 is very happy because he doesn't hurt at all. Face 1 hurts just a little bit.

Face 2 hurts a little more. Face 3 hurts even more. Face 4 hurts a whole lot more.

Face 5 hurts as much as you can imagine, although you do not have to be crying

to feel this bad.

Ask the child to choose the face that best describes how he/she is feeling. Reference: Hockenberry MJ, Wilson D, Winkelstein ML: Wong's Essentials of Pediatric Nursing, ed, 7, St Louis, 2005 p.1259.


(7)

vi

Skala Penilaian Nyeri Wajah Wong-Baker Lampiran 4

Dikembagkan untuk pasien muda untuk mengkomunikasikan seberapa nyeri yang mereka rasakan.

Instruksi

Jelaskan kepada anak tersebut bahwa setiap wajah di atas merupakan orang yang merassa senang sebab dia tidak merasa sakit atau sedih sebab dia merasa sakit atau sangat sakit.

Face 0 sangat senang sebab dia sama sekali tidak merasa sakit Face 2 nyeri sedikit/ nyeri ringan

Face 4 agak lebih sakit/ nyeri sedang Face 6 lebih nyeri lagi/ nyeri berat Face 8 sangat nyeri/ nyeri berat

Face 10 sakitnya tak bisa dibayangkan meskipun tidak harus menangis/ nyeri sangat

berat sekali

Suruh anak tersebut memilih wajah yang paling sesuai dengan rasa sakit yang dialaminya.

Reference: Hockenberry MJ, Wilson D, Winkelstein ML: Wong's Essentials of Pediatric Nursing, ed, 7, St Louis, 2005 p.1259. Used with permission. © Mosby

Tidak Nyeri

Nyeri Ringan

Nyeri Sedang

Nyeri Berat

Nyeri Sangat

Berat

Nyeri Sangat

Berat Sekali


(8)

Lampiran 5

Master Tabel Data Demografi dan Intensitas Nyeri no. Umur JK Suku Agama Pengalaman

sebelumnya Intensits NYeri

1 2 1 1 2 1 6

2 4 1 1 2 1 2

3 1 2 1 2 1 10

4 4 2 2 1 2 6

5 4 2 1 5 1 8

6 1 1 1 1 1 10

7 3 2 2 1 2 4

8 3 2 4 1 1 2

9 3 1 2 1 1 2

10 1 2 3 1 1 8

11 2 2 1 2 1 6

12 4 1 1 2 2 2

13 2 1 4 1 2 10

14 4 2 1 1 2 10

15 4 2 2 1 1 8

16 3 2 1 2 2 6

17 4 1 1 1 1 8

18 4 1 3 1 2 4

19 4 1 1 5 1 0

20 4 2 2 1 2 6

21 2 2 1 1 1 6

22 4 2 3 1 2 10

23 1 1 1 2 2 8

24 2 1 5 3 1 10

25 2 2 5 3 2 10

26 1 2 4 1 1 10

27 1 1 1 1 2 10

28 3 2 2 2 1 8

29 4 2 3 1 2 2

30 3 2 2 2 1 8

31 3 1 4 2 1 4

32 3 2 4 1 1 6

33 3 2 5 4 2 6

34 2 2 5 3 1 8

35 1 2 1 1 2 10

36 3 1 5 4 1 6

37 3 1 1 2 1 6

38 2 1 4 2 1 8

39 3 2 5 5 1 8


(9)

viii

Lampiran 6

1. Data Demografi

Statistics

Umur Jenis Kelamin Suku Agama

N Valid 40 40 40 40

Missing 0 0 0 0

Mean 2.72 1.58 2.42 1.90

Median 3.00 2.00 2.00 1.50

Variance 1.179 .251 2.353 1.477

Frequency Table

Umur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 3Tahun 1 17.5 17.5 17.5

4Tahun 9 22.5 22.5 40.0

5Tahun 12 30.0 30.0 70.0

6Tahun 12 30.0 30.0 100.0

Total 40 100.0 100.0


(10)

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid laki-laki 17 42.5 42.5 42.5

Perempuan 23 57.5 57.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

Suku

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Batak 17 42.5 42.5 42.5

Jawa 7 17.5 17.5 60.0

Melayu 4 10.0 10.0 70.0

Minang 6 15.0 15.0 85.0

dan lainnya 6 15.0 15.0 100.0


(11)

x

Agama

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Islam 20 50.0 50.0 50.0

Krisen 12 30.0 30.0 80.0

Hindu 3 7.5 7.5 87.5

Budha 2 5.0 5.0 92.5

dan lainnya 3 7.5 7.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

Pengalaman sebelumnya

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid belum pernah 25 62.5 62.5 62.5

sudah pernah 15 37.5 37.5 100.0

Total 40 100.0 100.0


(12)

2. Inyensitas Nyeri

Frequencies

Statistics

Intensitas Nyeri

N Valid 40

Missing 0

Mean 6.80

Median 8.00

Std. Deviation 2.857

Minimum 0

Maximum 10

Intensitas Nyeri

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak Nyeri 1 2.5 2.5 2.5

Nyeri Ringan 5 12.5 12.5 15.0

Nyeri Sedang 3 7.5 7.5 22.5

Nyeri Berat 10 25.0 25.0 47.5

Nyeri sangat Berat 10 25.0 25.0 72.5

Nyeri sangat Berat sekali 11 27.5 27.5 100.0


(13)

xii

3. Hasil Crosstab Antara Usia, Jenis Kelamin, Suku, dan Pengalaman dipasang Infus Sebelumnya dengan Intensitas Nyeri

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Usia * Intensits Nyeri 40 100.0% 0 .0% 40 100.0%

Jenis Kelamin *

Intensits Nyeri 40 100.0% 0 .0% 40 100.0%

Suku * Intensits Nyeri 40 100.0% 0 .0% 40 100.0%

Pengalaman Sebelumnya * Intensitas Nyeri

40 100.0% 0 .0% 40 100.0%

Usia * Intensits Nyeri Crosstabulation

Intensits Nyeri Total Tidak Nyeri Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat Nyeri Sangat Berat Nyeri Sangat Berat Sekali

Usia 3tahun Count 0 0 0 0 2 5 7

% within

Usia .0% .0% .0% .0% 28.6% 71.4% 100.0%

% within Intensits Nyeri

.0% .0% .0% .0% 20.0% 45.5% 17.5%


(14)

% of Total .0% .0% .0% .0% 5.0% 12.5% 17.5%

4tahun Count 0 0 0 3 2 4 9

% within

Usia .0% .0% .0% 33.3% 22.2% 44.4% 100.0%

% within Intensits Nyeri

.0% .0% .0% 30.0% 20.0% 36.4% 22.5%

% of Total .0% .0% .0% 7.5% 5.0% 10.0% 22.5%

5tahun Count 0 2 2 5 3 0 12

% within

Usia .0% 16.7% 16.7% 41.7% 25.0% .0% 100.0%

% within Intensits Nyeri

.0% 40.0% 66.7% 50.0% 30.0% .0% 30.0%

% of Total .0% 5.0% 5.0% 12.5% 7.5% .0% 30.0%

6tahun Count 1 3 1 2 3 2 12

% within

Usia 8.3% 25.0% 8.3% 16.7% 25.0% 16.7% 100.0%

% within Intensits Nyeri

100.0

% 60.0% 33.3% 20.0% 30.0% 18.2% 30.0%

% of Total 2.5% 7.5% 2.5% 5.0% 7.5% 5.0% 30.0%

Total Count 1 5 3 10 10 11 40

% within


(15)

xiv

% within Intensits Nyeri

100.0

% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 2.5% 12.5% 7.5% 25.0% 25.0% 27.5% 100.0%

Jenis Kelamin * Intensits Nyeri Crosstabulation

Intensits Nyeri Total Tidak Nyeri Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat Nyeri Sangat Berat Nyeri Sangat Berat Sekali Jenis Kelamin

Laki-laki Count 1 3 2 3 3 5 17

% within Jenis Kelamin

5.9% 17.6% 11.8% 17.6% 17.6% 29.4% 100.0%

% within Intensits Nyeri

100.0% 60.0% 66.7% 30.0% 30.0% 45.5% 42.5%

% of Total 2.5% 7.5% 5.0% 7.5% 7.5% 12.5% 42.5%

Perempuan Count 0 2 1 7 7 6 23

% within Jenis Kelamin

.0% 8.7% 4.3% 30.4% 30.4% 26.1% 100.0%

% within Intensits Nyeri

.0% 40.0% 33.3% 70.0% 70.0% 54.5% 57.5%


(16)

% of Total .0% 5.0% 2.5% 17.5% 17.5% 15.0% 57.5%

Total Count 1 5 3 10 10 11 40

% within Jenis Kelamin

2.5% 12.5% 7.5% 25.0% 25.0% 27.5% 100.0%

% within Intensits Nyeri

100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 2.5% 12.5% 7.5% 25.0% 25.0% 27.5% 100.0%

Suku * Intensits Nyeri Crosstabulation

Intensits Nyeri

Total Tidak

Nyeri

Nyeri Ringan

Nyeri Sedang

Nyeri Berat

Nyeri Sangat

Berat

Nyeri Sangat Berat Sekali

Suku batak Count 1 2 0 5 3 6 17

% within Suku 5.9% 11.8% .0% 29.4% 17.6% 35.3% 100.0%

% within

Intensits Nyeri 100.0% 40.0% .0% 50.0% 30.0% 54.5% 42.5%

% of Total 2.5% 5.0% .0% 12.5% 7.5% 15.0% 42.5%

jawa Count 0 1 1 2 3 0 7


(17)

xvi

% within

Intensits Nyeri .0% 20.0% 33.3% 20.0% 30.0% .0% 17.5%

% of Total .0% 2.5% 2.5% 5.0% 7.5% .0% 17.5%

melayu Count 0 1 1 0 1 1 4

% within Suku .0% 25.0% 25.0% .0% 25.0% 25.0% 100.0%

% within

Intensits Nyeri .0% 20.0% 33.3% .0% 10.0% 9.1% 10.0%

% of Total .0% 2.5% 2.5% .0% 2.5% 2.5% 10.0%

minang Count 0 1 1 1 1 2 6

% within Suku .0% 16.7% 16.7% 16.7% 16.7% 33.3% 100.0%

% within

Intensits Nyeri .0% 20.0% 33.3% 10.0% 10.0% 18.2% 15.0%

% of Total .0% 2.5% 2.5% 2.5% 2.5% 5.0% 15.0%

dll Count 0 0 0 2 2 2 6

% within Suku .0% .0% .0% 33.3% 33.3% 33.3% 100.0%

% within

Intensits Nyeri .0% .0% .0% 20.0% 20.0% 18.2% 15.0%

% of Total .0% .0% .0% 5.0% 5.0% 5.0% 15.0%

Total Count 1 5 3 10 10 11 40

% within Suku 2.5% 12.5% 7.5% 25.0% 25.0% 27.5% 100.0%

% within

Intensits Nyeri 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 2.5% 12.5% 7.5% 25.0% 25.0% 27.5% 100.0%


(18)

Pengalaman Sebelumnya * Intensitas Nyeri Crosstabulation Intensitas Nyeri Total Tidak Nyeri Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat Nyeri Sangat Berat Nyeri Sangat Berat Sekali Pengalaman Sebelumnya belum pernah

Count 1 3 1 6 9 5 25

% within Pengalaman Sebelumnya

4.0% 12.0% 4.0% 24.0% 36.0% 20.0% 100.0%

% within Intensitas Nyeri

100.0% 60.0% 33.3% 60.0% 90.0% 45.5% 62.5%

% of Total 2.5% 7.5% 2.5% 15.0% 22.5% 12.5% 62.5%

sudah pernah

Count 0 2 2 4 1 6 15

% within Pengalaman Sebelumnya

.0% 13.3% 13.3% 26.7% 6.7% 40.0% 100.0%

% within Intensitas Nyeri

.0% 40.0% 66.7% 40.0% 10.0% 54.5% 37.5%

% of Total .0% 5.0% 5.0% 10.0% 2.5% 15.0% 37.5%

Total Count 1 5 3 10 10 11 40

% within Pengalaman Sebelumnya


(19)

xviii

% within Intensitas Nyeri

100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 2.5% 12.5% 7.5% 25.0% 25.0% 27.5% 100.0%


(20)

Lampiran 7 Taksasi Dana Penelitian

1. Proposal

Biaya pembelian buku Rp 150.000

Penelusuran literature dari internet Rp 50.000 Pencetakan literature dari internet Rp 50.000 Fotokopi literature dari buku Rp 100.000

Pencetakan proposal Rp 20.000

Penggandaan dan penjilidan proposal Rp 50.000 Biaya print selama konsul proposal Rp 50.000

2. Pengumpulan data

Biaya izin penelitian dilokasi Rp 200.000

Biaya izin etik Rp 100.000

Terjemahan Rp 100.000

Fotokopi kuisioner Rp 40.000

Transportasi Rp 100.000

Souvenir Rp 90.000

3. Analisa data dan penyusunan laporan

Pencetakan skripsi Rp 100.000

Terjemahan abstrak Rp 100.000

Penggandaan skripsi Rp 150.000


(21)

xx


(22)

(23)

xxii


(24)

Lampiran 10

Riwayat Hidup

Nama : Jeni Nursaadah

Tempat tanggal lahir : Payakumbuh, 3 Juni 1994

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Kelurahan Parak Betung no.14 kota payakumbuh Sumatera Barat

No. Telp/HP : 082370730913

E-mail : nersjejen.jn@gmail.com

Riwayat pendidikan :

1. SDI Raudhatul Jannah (2001-2006)

2. SMP n 1 Kota Payakumbuh (2006- 2009)

3. SMA n 2 Kota Payalumbuh (2009-2012)


(25)

xxiv


(26)

(27)

xxvi


(28)

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi Prof. Dr.(2013). Prosedur Penelitian-Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta

Dahlan, M.Sopiyudin. (2009). Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika

Hjermstad, Marianne Jensen, et al. "Studies comparing Numerical Rating Scales, Verbal Rating Scales, and Visual Analogue Scales for assessment of pain intensity in adults: a systematic literature review." Journal of pain and symptom management 41.6 (2011): 1073-1093.

Hockenberry, M.J. (2008). Wong’s clinical manual of pediatric nursing. (6th ed). Missouri: Mosby

MD, Shobha Malviya. (2006). Assessment of Pain in Children. University of Michigan, Ann Arbor, MI: Presented at SPA Annual Meeting

National Initiative on Pain Control™ (NIPC™). Pain Assesment Scale. Diakses pada tanggal 15 Oktober 2015 pukul 06.11 dari

Prasetyo, Sigit Nian. 2010. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta: Graha Ilmu


(29)

Potter, P.A., & Perry, A.G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan: Konsep proses dan praktik. (Yasmin Asih, dkk, Penerjemah). Jakarta: EGC

Sugiyono, Prof. DR. (2011). Statistika untuk Penelitian. Bandung: ALFABETA,cv

Wong, D. L., Eaton, M. H., Wilson, D., Winkelstein, M. L., Schwartz, P. (2009). Buku ajar keperawatan pediatrik, volume 1. Jakarta : EGC.

Yudiyanta., Khoirunnisa, Novita., Novitasari, ratih Wahyu. Assesment Nyeri. CDK-226/ vol.42 no 3, th.2015. Departemen Neurologi, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada diakses pada tanggal 14 Desember

2015 pukul 07.27 dari

Guyton .1999, “Buku Ajar: Fisiologi Kedokteran”,Eds 9, EGC, Jakarta

Kozier. 2000, “Fundamental of Nursing”4thEds, Wesley Publishing Company, California USA

McCaffery, M& Beebe, A. 1994, “Pain Clinical Manual for Nursing Practice”,Mosby, London

Megel,M.E &Houser, C.W& Gleaves, L.S. 1998, “Children’s responses to immunization: Lullabies as distraction”, Issues in Comprehensive Pediatric Nursing, vol 21, no.2, pp. 129-145


(30)

Moore,J.2001, “No more tears: A randomized controlled double-blind trial of Amethocaine gel vs placebo in management of procedural pain in neonates”, Journal of Advanced Nursing, vol 34, pp. 475-482

Notoatmojo,S.2002, “Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan”,Yogjakarta, Andi Offset

Tesler, M.D & Holzemer, W.L & Savend ra, M.C.1998, “Pain Behaviors: Postsurgical Responses of Children and Adolescents”, Journal of Pediatric Nursing, vol 13, no 1, pp.41 -47

Woodgate, R& Kristjanson, L.J.1995, “Young Children’s behavioural responses to acute pain: strategies for getting better”, Journal of Advanced Nursing, vol. 22, pp 243-2

Yates P & Dewar, A & Edwar, H & Fentiman, B & Nash, R. 1998, “ The Prevalence and perception of pain amongs hospital in - patients”, Journal of Clinical Nursing,vol.7 no. 6, pp. 521-53


(31)

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL 3.1. Kerangka Penelitian

Kerangka konseptual adalah model pendahuluan yang menggambarkan sebuah masalah penelitian, dan merupakan refleksi dari hubungan variabel-variabel yang diteliti (Swarjana, 2012). Kerangka konseptual dalam penelitian ini betujuan untuk menggambarkan nyeri yang dirasakan anak usia prasekolah dengan menggunakan alat ukur nyeri yaitu Wong-Baker Face Pain Rating Scale saat dilakukan pemasangan infuse yang dirawat inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan.

Dari uraian tersebut, maka dapat digambarkan kerangka konsep penelitian sebagai berikut:

Skema 1: Kerangka konsep penelitian Nyeri yang

dirasakan anak usia prasekolah yang dilakukan pemasangan infus

Wong-Baker Face Pain Rating Scale

0: Tidak Nyeri 2: Nyeri Ringan 4: Nyeri Sedang 6: Nyeri Berat

8: Nyeri sangat Berat

10: Nyeri Sangat Berat Sekali


(32)

3.2. Defenisi Operasional

Tabel 3.2 Defenisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel Penelitian

Defenisi

Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

Nyeri Suatu rasa yang

tidak nyaman, baik ringan, sedang maupun berat yang dirasakan oleh anak usia prasekolah yang dipasang infus yang dirawat di ruang rawat melati 1 RSUD dr. Pirngadi Medan

yang diukur

dengan

Wong-Baker Face Pain Rating Scale yaitu berdasarkan respon ekspresi wajah yang digambarkan dengan skala angka. Alat ukur nyeri yaitu: Wong-Baker Face Pain Rating Scale 0: tidak ada nyeri

2: nyeri sedikit

4: agak nyeri

6: nyeri terasa banyak 8: nyeri sangat berat 10: nyeri sangat berat sekali Observasi dan wawancara 0: Tidak Nyeri 2: Nyeri Ringan 4: Nyeri Sedang 6: Nyeri Berat 8: Nyeri sangat Berat 10: Nyeri Sangat Berat Sekali Ratio


(33)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah deskriptive, desain ini bertujuan untuk melihat gambaran intensitas nyeri yang dirasakan oleh anak usia prasekolah yang dipasang infus yang dirawat di RSUD dr. Pirngadi Kota Medan tanpa adanya suatu perlakuan dari peneliti.

4.2. Populasi dan Sampel

4.2.1.Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah anak yang berusia prasekolah yang dirawat inap di Ruang melati RSUD Pirngadi Medan. Dari data bulan Maret-Mei 2015 terdapat sekitar 45 anak (dari buku dokumentasi rawat inap ruang melati 1, 2016).

4.3.Sampel Penelitian

Sampel merupakan sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap dapat mewakili dari seluruh populasi (Arikunto, 2006). Sampel pada penelitian ini adalah anak usia prasekolah. Tehnik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan kriteria yang dikehendaki peneliti (Hidayat, 2007) .

Rumus untuk menentukan besar sampel yang saya gunakan adalah rumus slovin:


(34)

�= N × z

2 × p × q

d2 (N1) + z2 × p × q

= 45 × (1,96)

2 × 0,5 × 0,5 0,052× (451) + (1,96)2× 0,5 × 0,5 = 40,3

= 40 orang responden

Dimana: n = perkiraan besar sampel

N = perkiraan besar populasi

z = nilai standar normal untuk α = 0,05 (1,96)

p = perkiraan proporsi, jika tidak diketahui dianggap 50%

q = 1- p (100%- p)

d = tingkat kesalahan yang dipilih (d = 0,05)

Kriteria inklusi dari penelitian ini adalah pasien anak usia prasekolah (3-6 tahun), anak dan wali bersedia menjadi responden, mendapatkan tindakan invasif, yaitu pemasangan infus, dapat berbahasa Indonesia dengan baik, dapat diajak berkomunikasi, tingkat kesadaran compos mentis dan orang tua atau keluarga setuju anaknya menjadi responden. Kriteria eksklusi dari penelitian ini yaitu anak tidak kooperatif, kondisi anak sangat lemah, kesadaran menurun.


(35)

4.3. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai dari pembuatan proposal yaitu bulan September 2015 sampai dengan Juli 2016. Lokasi penelitian dilaksanakan di Ruang Melati 1 Rumah Sakit Umum Daerah Pirngadi Medan. Dilakukan di rumah sakit ini karena merupakan rumah sakit tipe B rujukan wilayah Sumatera Utara yang merupakan rumah sakit umum daerah, rumah sakit pendidikan dan penelitian, lokasi rumah sakit yang strategis dan pengurusan surat izin penelitian yang mudah sehingga dapat memudahkan peneliti mengambil sampel sesuai dengan kriteria sampel yang sudah peneliti tentukan.

4.4. Pertimbangan Etik

Pertimbangan etik dalam penelitian ini bertujuan agar peneliti dapat menjaga dan menghargai hak asasi para respondennya. Peneliti mengurus Etichal Clearence di Komisi Etik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, dimana ethical clearence (kelayakan etik) adalah keterangan tertulis yang diberikan oleh komisi etik penelitian untuk riset yang melibatkan makhluk hidup yang menyatakan bahwa suatu proposal riset layak dilkasanakan setelah memenuhi persyaratan tertentu.

Setelah mendapatkan izin dari Komisi Etik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara selanjutnya peneliti mengirimkan surat permohonan untuk mendapatkan izin penelitian ke Rumah Sakit Umum Daerah Pirngadi Medan melalui Badan Diklat dan Litbang lalu ke ruangan yang dituju. Setelah mendapat ijin dari kepala ruangan, peneliti menemui calon responden.


(36)

Setelah mendapat izin persetujuan kemudian melakukan penelitian dengan menekankan pertimbangan etik, meliputi: (1) prinsip kemanfaatan/beneficience, responden berhak mendapatkan manfaat dari penelitian dan perlindungan dari ketidaknyamanan dan kerugian, bebas dari eksploitasi. Penerapan prinsip kemanfaatan dalam penelitian ini adalah peneliti telah berupaya melindungi responden, menghindari kerugian dan ketidaknyamanan responden sehingga tindakan yang dilakukan bermanfaat bagi anak dan keluarga yaitu menilai respon nyeri pada anak usia balita;

(2) prinsip menghargai hak asasi manusia/respect for human dignity, responden mempunyai hak otonomi untuk menentukan nasibnya sendiri dengan membuat keputusan secara sadar dan dipahami dengan baik dan bebas dari paksaan. Peneliti dalam penelitian ini menghormati hak dan martabat responden dengan memberikan kebebasan pada anak dan keluarga dalam partisipasinya pada penelitian yang dilakukan. Peneliti juga memberikan penjelasan secara rinci dan menjamin penelitian tidak mengandung unsur bahaya atau merugikan responden. Proses persetujuan dilakukan melalui informed consent. Setelah diberikan penjelasan mengenai tujuan dan pelaksanaan penelitian, jika orang tua anak setuju dilanjutkan dengan penandatanganan lembar persetujuan;

(3) prinsip keadilan/justice, Responden mempunyai hak untuk mendapatkan perlakuan yang adil dan hak untuk mendapatkan privacy. Peneliti dalam penelitian ini berusaha menjaga kerahasiaan (anonymity) responden dengan tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data dan semua


(37)

informasi yang diperoleh dijaga kerahasiaannya serta informasi dan data yang di dapat hanya akan digunakan sebagai hasil penelitian.

4.5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan disusun oleh peneliti mengacu kepada tinjauan pustaka. Instrumen penelitian berupa kuesioner data demografi dan lembar pengkajian Wong-Baker Face Pain Rating Scale.

4.5.1. Kuesioner Data Demografi

Instrumen penelitian data demografi adalah usia, jenis kelamin, suku, agama dan pengalaman dipasang infus sebelumnya.

4.5.2. Instrumen Pengkajian Nyeri

Instrumen yang digunakan adalah Face Pain Rating Scale yang dapat menggambarkan rasa nyeri yang dirasakan anak usia prasekolah saat dilakukan pemasangan infus. Alat ukur nyeri ini, terdiri atas gambar, angka dan kemudian dipresentasikan dalam bentuk pernyataan yaitu nilai 0 artinya tidak nyeri, 2 artinya nyeri ringan, 4 artinya nyeri sedang, 6 artinya nyeri berat, 8 artinya nyeri sangat berat, 10 artinya sangat nyeri sekali/ nyeri yang sangat menyakitkan..

4.6. Uji Validitas

Uji validitas adalah suatu instrumen akan dikatakan valid bila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Dan untuk instrumen pada penelitian ini, uji validitasnya tidak dilakukan karena instrumen penelitian ini yaitu Wong-Baker Face Pain Rating Scale sudah merupakan alat ukur nyeri yang sudah baku, namun agar tidak


(38)

menimbulkan kerancuan saat penggunaan dan untuk menyamakan persepsi dalam penggunaan bahasa, maka peneliti mengalih bahasakan dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia dengan ahlinya yaitu di Pusat Bahasa Universitas Sumatera Utara karena instrumen yang sudah baku tersebut dalam bentuk Bahasa Inggris.

4.7. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar derajat atau kemampuan alat ukur untuk mengukur sasaran yang akan diukur, sehingga dapat digunakan untuk penelitian dalam lingkup yang sama. Pada penelitian ini, tidak ada dilakukan uji reliabilitas instrumen, dikarenakan instrumen sudah baku.

4.8. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan di ruang rawat inap Melati 1 RSUD Dr. Pirngadi Medan selama bulan Mei sampai dengan Juli 2016. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah yaitu mengajukan permohonan izin kepada dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Kemudian mengajukan permohonan izin kepada direktur RSUD Pirngadi Medan. Setelah mendapat izin dari direktur RSUD Pirngadi yang melalui Badan Diklat dan Litbang lalu lanjut memohon izin ke Kepala SMF Anak RSUD dr. Pirngadi Medan. Setelah mendapat izin dari kepala SMF Anak, lanjut memohon izin dari kepala ruangan Melati 1. Setelah mendapat izin dari kepala ruangan, peneliti mendata anak yang dirawat inap yang memenuhi kriteria inklusi untuk dijadikan responden. Kemudian peneliti menjelaskan kepada keluarga dan responden tentang tujuan, manfaat penelitian dan proses penelitian yang akan


(39)

dilakukan serta dampak yang mungkin terjadi selama dan setelah proses pengumpulan data.

Setelah orang tua/ wali dari anak setuju sebagai responden, sebelim dilakukan pemasangan infus, terlebih dahulu peneliti menjelaskan bagaimana cara penggunaan Wong-Baker Face Pain Rating Scale/ skala nyeri wajah, setelah itu ketika akan dilakukan pemasangan infus, penelitia melakukan observasi pada anak. Adapun yang diobservasi pada anak yaitu melihat respon ekspresi pada anak ketika akan dipasang infus apakah anak tidak menangis, apakah anak hanya cemberut, atau menangis bahkan menjerit. Setelah 20 menit selesai pemasangan infus, baru peneliti melakuka wawancara pada anak dengan cara bertanya dan meminta anak menunjuk ekspresi wajahnya yang sesuai dengan gambar pada saat merasakan nyeri pada waktu pemasangan infus. Setelah ditunjuk oleh anak, penelitia mempersentasekannya dalam bentuk angka sesuai dengan gambar. Dan peneliti menuliskan hasilnya ke dalam lembar pengkajian.

9. Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dengan komputer menggunakan program statistik. Pengolahan data dilakukan dengan melewati beberapa tahapan, yaitu : (1) Editing, peneliti melakukan pengecekan data yang diperoleh meliputi kelengkapan identitas dan data tentang hasil isian kuesioner kecemasan anak; (2) Coding, peneliti memberi kode pada isian keusioner secara manual sebelum diolah dengan menggunakan komputer; (3) Scoring dan Entry data, memberikan penilaian terhadap item-item yang perlu diberi penilaian dan memasukkan data


(40)

dari hasil isian kuesioner kecemasan ke dalam komputer agar data dapt dianalisis menggunakan program statistik; (4) Tabulating, peneliti meringkas jawaban dari hasil kuesioner kecemasan menjadi tabel yang memuat semua jawaban responden. Setelah dilakukan semua tahapan tersebut, data diolah dengan menggunakan sitem computer, setelah mendapatkan hasil, hasil tersebut akan ditampilkan menjadi sebuah informasi.


(41)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Dalam bab ini diuraikan data hasil penelitian secara umum mengenai gambaran intensitas nyeri anak usia prasekolah yang dilakukan pemasangan infus yang di rawat di ruang rawat anak melati 1 RSUD Dr.Pirngadi medan yang telah dilaksanakan pada Mei 2016 sampai dengan Juli 2016. Pengumpulan data dilakukan pada 40 orang responden. Penyajian data meliputi karakteristik responden, dan tingkat nyeri pada anak usia prasekolah dengan menggunakan Wong-Baker Face Pain Rating Scale.

5.1.1. Karakteristik responden

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden sebagian besar berusia 5-6 tahun yaitu sebanyak 12 orang anak (30%), jenis kelamin sebagian besar perempuan yaitu 23 orang anak (57,5%), sebagian besar besuku Batak yaitu sebanyak 17 orang anak (42,5%), beragama Islam yaitu 20 orang (50%), dan sebanyak 25 orang anak (62,5%) belum pernah dilakukan pemasangan infus. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.1-3


(42)

Tabel 5.1-3 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden berdasarkan data demografi (n=40)

Karakteristik Responden f %

Usia 3 tahun 4 tahun 5 tahun 6 tahun 7 9 12 12 17,5 22,5 30 30 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 17 23 42,5 57,5 Suku Batak Jawa Melayu Minang Dan lainnya 17 7 4 6 6 42,5 17,5 10 15 15 Agama Islam Kristen Hindu Budha Dan lainnya 20 12 3 2 3 50 30 7,5 5 7,5 Pengalaman sebelumnya Belum pernah Sudah pernah 25 15 62,5 37,5

Untuk menambah informasi, maka peneliti melakukan crosstab pada data

karakteristik responden dengan intensitas nyeri yang hasilnya dapat dilihat pada tabel 5.1-4 – 5.1-7.


(43)

Tabel 5.1-4 Distribusi frekuensi dan persentase crosstab usia dengan intensitas nyeri .

Usia*Intensitas Nyeri Crosstabulation

Usia Intensitas Nyeri

f %

Usia 3tahun Tidak Nyeri Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat Nyeri Sangat Berat Nyeri sangat Berat Sekali 0 0 0 0 2 5 0 0 0 0 28,6 71,4 Usia 4tahun Tidak Nyeri

Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat Nyeri Sangat Berat Nyeri sangat Berat Sekali 0 0 0 3 2 4 0 0 0 33,3 22,2 44,4 Usia 5tahun Tidak Nyeri

Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat Nyeri Sangat Berat Nyeri sangat Berat Sekali 0 2 2 5 3 0 0 16,7 16,7 41,7 25 0 Usia 6tahun Tidak Nyeri

Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat Nyeri Sangat Berat Nyeri sangat Berat Sekali 1 3 1 2 3 2 8,3 25 8,3 16,7 25 16,7


(44)

Tabel 5.1-5 Distribusi frekuensi dan persentase crosstab jenis kelamin dengan intensitas nyeri .

Jenis Kelamin*Intensitas Nyeri Crosstabulation

Jenis kelamin Intensitas Nyeri f %

Laki-Laki Tidak Nyeri

Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat

Nyeri Sangat Berat Nyeri sangat Berat Sekali 1 3 2 3 3 5 5,9 17,6 118 17,6 17,6 29,4

Perempuan Tidak Nyeri

Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat

Nyeri Sangat Berat Nyeri sangat Berat Sekali 0 2 1 7 7 6 0 8,7 4,3 30,4 30,4 26,1

Tabel 5.1-6 Distribusi frekuensi dan persentase crosstab Suku dengan intensitas nyeri .

Suku*Intensitas Nyeri Crosstabulation

Suku Intensitas Nyeri f %

Batak Tidak Nyeri Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat

Nyeri Sangat Berat Nyeri sangat Berat Sekali

1 2 0 5 3 6 5,9 11,8 0 29,4 17,6 35,3

Jawa Tidak Nyeri

Nyeri Ringan

0 1

0 14,3


(45)

Nyeri Sedang Nyeri Berat

Nyeri Sangat Berat Nyeri sangat Berat Sekali

1 2 3 0 14,3 28,6 42,9 0 Melayu Tidak Nyeri

Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat

Nyeri Sangat Berat Nyeri sangat Berat Sekali

0 1 1 0 1 1 0 25 25 0 25 25 Minang Tidak Nyeri

Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat

Nyeri Sangat Berat Nyeri sangat Berat Sekali

0 1 1 1 1 2 0 16,7 16,7 16,7 16,7 33,3 Dan Lainnya Tidak Nyeri Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat

Nyeri Sangat Berat Nyeri sangat Berat Sekali

0 0 0 2 2 2 0 0 0 33,3 33,3 33,3


(46)

Tabel 5.1-7 Distribusi frekuensi dan persentase crosstab pengalaman dipasang infus sebelumnya dengan intensitas nyeri .

Pengalaman dipasang infus sebelumnya*Intensitas Nyeri crosstabulation

Pengalaman dipasang infus

sebelumnya

Intensitas nyeri f %

Belum Pernah Tidak Nyeri Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat

Nyeri Sangat Berat

Nyeri sangat Berat Sekali 1 3 1 6 9 5 4 12 4 24 36 20 Sudah Pernah Tidak Nyeri

Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat

Nyeri Sangat Berat

Nyeri sangat Berat Sekali 0 2 2 4 1 6 0 13,3 13,3 26,7 6,7 40

Hasil croostab ini bukan termasuk dalam tujuan utama dalam penelitian ini hanya sebagai data tambahan yang akan menjadi informasi tambahan dalam penelitian ini.


(47)

5.1.2 Intensitas nyeri anak usia prasekolah yang dilakukan pemasangan infuse yang dirawat di ruang rawat anak melati 1

Table 5.1.2-8 menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengungkapkan rasa nyeri yang dirasakan saat dilakukan pemasangan infuse yaitu nyeri berat sebanyak 10 orang (25%) hingga nyeri sangat berat sekali sebanyak 11 orang (27,5%).

Table 5.1.2-8 Distribusi frekuensi dan persentasi tingkaat nyeri yang dirasakan anak usia prasekolah yang dilakukan pemasangaan infus (n=40)

Intensitas Nyeri f %

Tidak Nyeri 1 2,5

Nyeri Ringan 5 12,5

Nyeri Sedang 3 7,5

Nyeri Berat 10 25

Nyeri Sangat Berat 10 25

Nyeri Sangat Berat Sekali 11 27,5

Mean 6,8

Std. Deviasi 2.857


(48)

5.2. Pembahasan

Dari hasil penelitian ini, anak usia prasekolah sudah mampu mengungkapkan rasa nyeri yang dirasakan ketika anak dipasang infus. Karena pada usia 4 tahun, anak-anak dapat secara akurat menunjuk area tubuh atau menandai area yang nyeri pada gambar (Savedra, dkk, 1989, 1993; Van Cleve dan Savedra, 1993)

Dari hasil penelitian ini, dengan menggunakan pengukuran subjektif dengan skala ukur nyeri Wong-Baker face pain rating scale, anak usia prasekolah sudah mampu memahami dan mampu menggungkapan rasa nyeri yang dirasakan dengan menunjuk skala wajah yang sesuai dengan rasa nyeri yang mereka rasakan. Sebanyak 1 orang anak (2,5%) mengatakan bahwa tidak ada rasa nyeri yang dirasakannya, sebanyak 5 orang anak (12,5%) mengungkapkan rasa nyeri yang di rasakannya termasuk nyeri ringan, sebanyak 3 orang anak (7,5%) menunjukkan gambar yang menggambarkan bahwa nyeri yang diraskan termasuk nyeri sedang, sebanyak 10 orang anak (25%) memilih gambar dengan menunjukkan bahwa nyeri yang dirasakan termasuk kategori nyeri berat, sebanyak 10 orang anak (25%) nyeri yang dirasakannya termasuk nyeri sangat berat, dengan jumlah 11 orang anak (27,5%) mengungkapan rasa nyeri yang di rasakan termasuk dalam kategori nyeri sangat berat sekali. Karena menurut Beyer, Denyes, dan Villaruel, (1992); Wong dan Baker (1988) anak-anak minimal usia 3 tahun sudah dapat memnggunakan skala nyeri, yaitu skala nyeri wajah.

Dari penelitian ini, satu orang anak mengungkapkan bahwa tidak merasakan nyeri/ sakit saat dilakukan pemasangan infus. Anak ini berusia 6 tahun dan


(49)

berjenis kelamin laki-laki, meskipun sakit dia tetap ceria dan bercerita. Saat dilakukan pemasangan infus, anak ini bercerita dengan perawat yang bertugas. Jadi bercerita juga dapat menjadi pengalih/ distraksi saat dilakukan pemasangan infus.

Dari penelitian ini, dapat kita lihat bahwa jumlah responden sebagian besar adalah berjenis kelamin perempuan yaitu 23 orang (57,5%) sehingga dari hasil crosstab yang dilakukan bahwa ada hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat nyeri. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Laura (2008) yang menunjukkan bahwa wanita lebih sensitif terhadap rangsangan nyeri. Brattberg melaporkan bahwa perempuan mengungkapkan rasa nyeri yang lebih tinggi daripada laki-laki. Pada perempuan letak persepsi nyeri berada pada limbik yang berperan sebagai pusat utama emosi seseorang sedangkan pada lakilaki terletak pada korteks prefrontal yang berperan sebagai pusat analisa dan kognitif. Jadi secara emosional perempuan lebih sensitif dalam mempersepsikan nyeri.

Dari hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden adalah bersuku batak yaitu 17 orang (42,5%). Dan dari hasil tabel penyilangan menunjukkan bahwa ada hubungan tingkat nyeri dengan suku. Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan Jihan (2009) bahwa suku Batak merupakan suku yang apresiatif dalam mengungkapkan nyeri yang dirasakannya. Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon terhadap nyeri misalnya seperti suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang harus diterima karena mereka melakukan kesalahan jadi mereka tidak mengeluh jika ada nyeri. Telah ditemukan bahwa orang Jawa dan Batak mempunyai respon yang


(50)

berbeda terhadap nyeri. Dia menemukan bahwa pasien Jawa mencoba untuk mengabaikan rasa sakit dan hanya diam, menunjukkan sikap tabah, dan mencoba mengalihkan rasa sakit melalui kegiatan keagamaan. Ini berarti bahwa pasien Jawa memiliki kemampuan untuk mengelola nya atau rasa sakitnya. Di sisi lain, pasien Batak merespon nyeri dengan berteriak, menangis, atau marah dalam rangka untuk mendapatkan perhatian dari orang lain, sehingga menunjukkan ekspresif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasien dengan budaya yang berbeda dinyatakan dalam cara yang berbeda yang mempengaruhi persepsi nyeri.

Menurut hasil penelitian ini, 21 orang anak atau sekitar 55% anak menangis keras, dan takut ketika dilakukan pemasngan infuse karena menurut mereka nyeri yang dirasakan termasuk nyeri berat. Hal ini sesuai dengan data dari Craig KD dkk dalam Developmental changes in infant pain expression during immunization injection (1984) ada beberapa karakteristik perkembangan respons anak terhadap nyeri yaitu (1). Menangis keras dan berteriak; (2). Ekspresi verbal seperti “aduh”, “auw”, “sakit”; (3). Memukul-mukulkan lengan daan kaki; (4). Tidak kooperatif dan memrlukan restrain fisik; (5). Meminta agar prosedur dihentikan; (6). Bergelayut paddaa orang tua, perawat, atau oraang bermakna lainnya; (7). Meminta dukungan emosional, seperti pelukan atau bentuk lain kenyamanan fisik; (8). Dapat menjadi gelisah dan peka terhadaap nyeri yang berkelanjutan.

Dari hasil penelitian ini, dapat dilihat bahwa respon nyeri yang dirasakan anak usia prasekolah yang dilakukan pemasangan infus bervariasi itu dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah pengalaman sebelumnya, apakah anak belum pernah ataau sudah pernah mendapatkan tindakan infuse. Sebanyak 25


(51)

orang anak atau 62,5 % belum pernah diinfuse sebelumya. Karena pengalaman pertama menimbulkan rasa takut akan cedera tubuh sehingga ras nyeri sering terjadi. Dan ini seiring dengn konsep perkembangan nyeri pada anak menurut Bibace R, Walsh ME (1980) dan Hurley A, Whelan EG (1988) mengatakan bahwa konsep nyeri pada pemikiran praoperasional (usia 2-7 Tahun) yaitu (1). Berhubungan dengan nyeri terutama sebagai pengalaman fisik dan konkret; (2). Dapat menganggap nyeri sebagiaa hukuman akibat kesalahan; (3). Cenderung menganggap seseorang sebagai yang bertanggung jawab untuk nyeri yang dialaminya dan dapat menyerang orang tersebut. Dan juga Hasil ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Potter & Perry (2006) bahwa jika individu pernah mengalami nyeri maka dimasa akan datang individu akan mampu untuk mentoleransi nyeri dengan lebih baik.

Dan dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa rata-rata intensitas nyeri pada anak usia prasekolah yang dipasang infus yaitu 6,8 yang berarti termasuk dalam kategori antara nyeri berat dengan nyeri sangat berat. Dan ini sesuai dengan pembahasan di atas bahwa intensitas nyeri yang dirasakan dapat dipengaruhi oleh faktor usia, jenis kelamin, suku.


(52)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden berusia 5-6 tahun, sebagian besar perempuan, suku batak dan beragama Islam. Sedangkan tingkat intensitas nyeri anak usia prasekolah ketika dilakukan pemasangan infus yang dirawat di ruang rawat anak melati 1 RSUD Dr. Pirngadi Medan sebagian besar nyeri yang dirasakan termasuk dalam kategori nyeri berat hingga nyeri sangat berat sekali yaitu 25-27,5%.


(53)

6.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diberikan saran guna perbaikan dan pemanfaatan penelitian mengenai “Intensitas Nyeri Pada Anak Usia Prasekolah Pada Saat Pemasangan Infus yang dirawat di RSUD Dr. Pirngadi Medan”

6.2.1. Bagi pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pendidikan keperawatan tentang intesitas nyeri pada anak usia prasekolah sehingga perawat dapat melakukan asuhan keprawatan secara menyeluruh kepada anak dengan tingakat nyeri berat.

6.2.2. Bagi Peneliti Keperawatan

Pada penelitian ini, peneliti merekomendasikan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti bagaimana respon perilaku anak ketika merasakan nyeri sehingga bisa dikategorikan apakah nyeri yang dirasakan anak termasuk kategori ringan, sedang atau berat.

6.2.3. Bagi Pelayanan Keperawatan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi informasi dan masukan kepada petugas kesehatan (perawat) dan keluarga agar dapat membantu anak mengurangi rasa sakit/ nyeri yang dirasakan dengan teknik Atraumatic Care agar tidak menimbulkan nyeri yang berat yang akan berdampak muncul trauma berikutnya.


(54)

BAB 2

TINJAUAN TEORI 2.1. Nyeri

2.1.1.Definisi

Secara umum nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan maupun berat. Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan eksistensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007).

Menurut Engel (1970) menyatakan nyeri sebagai suatu dasar sensasi ketidaknyamanan yang berhubungan dengan tubuh dimanifestasikan sebagai penderitaan yang diakibatkan oleh persepsi jiwa yang nyata, ancaman atau fantasi luka. Nyeri adalah apa yang dikatakan oleh orang yang mengalami nyeri dan bila yang mengalaminya mengatakan bahwa rasa itu ada. Definisi ini tidak berarti bahwa anak harus mengatakan bila sakit. Nyeri dapat diekspresikan melalui menangis, pengutaraan, atau isyarat perilaku (Mc Caffrey & Beebe, 1989 dikutip dari Betz & Sowden, 2002).

Nyeri adalah ketidak nyamanan dan pengalaman seseorang yang mendalam yang dikatakan oleh orang yang mengalaminya dan tidak dapat dirasaakan orang lain dan terjadi pada setiap bagian dari kehidupan seseorang (Berman & Synder, 2012; Hockenberry &Wilson, 2009). Dan nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari ekedar sensasi tunggal yang disebabkan oleh stimulus tertentu dan subjektif individu (Potter & Perry, 2005).


(55)

Menurut International Association for Study of Pain (1979), nyeri merupakan suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang bersifat aktual atau potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan. Sedangkan definisi di bidang keperawatan adalah segala sesuatu yang dikatakan seseorang tentang nyeri tersebut dan terjadi kapan saja saat seseorang mengatakan merasakan nyeri. Dari definisi diatas menempatkan seorang pasien sebagai seorang yang ahi di bidang nyeri, karena hanya pasienlah yang tahu tentang nyeri adalah sesuatu yang sangat subjektif, tidak ada ukuran objektif padanya, sehingga hanya orang yang merasakannya yang paling akurat dan tepat dalam mendefinisikannya (McCaffery, 1980 dikutip dari Prasetyo, 2010).

2.1.2.Teori Nyeri

1.2.1. Teori Specificity

Teori ini mengatakan bahwa ujung syaraf spesifik berkolerasi dengan sensasi seperti sentuhan, hangat, dingin dan nyeri. Sensasi nyeri berhubungan dengan pengaktifan ujung-ujung syaraf bebas oleh rangsangan mekanik, kimia dan temperature yang berlebihan (Kozier, 1996).

1.2.2. Teori Intensity

Nyeri adalah hasil rangsangan yang berlebihan pada reseptor. Setiap rangsangan sensori mempunyai potensi untuk menimbulkan nyeri jika menggunakan intensitas yang cukup (Kozier, 1996).


(56)

1.2.3. Gate Control Theory (Teori Pintu Gerbang)

Teori yang paling populer dan dipercaya adalah teori pintu gerbang yang dikenalkan oleh Melzack danWall (1988). Adapun bunyi teori pintu gerbang adalah: keberadaan (eksistensi) dan intensitas pengalaman nyeri tergantung pada pengiriman system syaraf yang mengontrol pengiriman rangsang nyeri; jika pintu terbuka rangsangan yang dihasilkan dari sensori nyeri dapaat dirasakan secara sadar, jika pintu tertutup, rangsang nyeri tidak dapat mencaapai batas kesadaran dan sensori yang dialami.

2.1.3.Klasifikasi Nyeri

Kita harus mengetahui tipe-tipe dari nyeri, agar dapat menambah pengetahuan dan membantu tenaga kesehatan khususnya perawat ketika akan memberikan tindakan. Untuk menentukan tipe-tipe nyeri, kita dapat melihatnya dari segi : (1) Durasi nyeri; (2) Tingkat keparahan dan intensitas, seperti nyeri berat atau ringan; (3) Model transmisi, seperti reffered pain (nyeri yang menjalar); (4) Lokasi Nyeri, superficial atau dari dalam; (5) Kausatif, dari penyebab nyeri itu sendiri.

Nyeri akut yaitu nyeri yang terjadi setelah terjadinya cedera akut atau intervensi bedah dan memiliki awitan yang cepat dengan intensitas yang bervariatif (ringan-berat) dan berlangsung untuk waktu yang singkat (Meinhart & McCaffery, 1983; NIH;1986). Berdurasi singkat (kurang dari 6 bulan), memiliki onset tiba-tiba, dan terlokalisir. Dan biasanya disebabkan oleh trauma, bedah, atau inflamasi (Smeltzer, 2001).


(57)

Nyeri kronik adalah nyeri yang disebabkan oleh penyakit kronik; kanker, luka bakar. Nyeri kronik berlangsung lebih lama daripada nyeri akut yaitu berlangsung lebih dari 6 bulan. Nyeri kronik apat dirasakan klien hamper setiap harinya dalam suatu periode yang panjang. Penderita kanker maligna yang tidak terkontrol, akan merasakan nyeri terus menerus yang dapat berlangsung hingga kematian (Smeltzer, 2001).

2.1.4.Faktor yang mempengaruhi persepsi dan reaksi terhadap nyeri

McCaffery dan pasero (1999) menyatakan bahwa hanya klienlah yang paling mengerti dan memahami tentang nyeri yang dirasakannya. Tugas sebagai seorang perawat adalah harus bisa memahami dan mengetahui faktor apa yang mempengaruhi persepsi dan reaksi terhadap nyeri yang dirasakan pasien.

Usia merupakan faktor yang sangat penting dalam mempengaruhi nyeri pada individu. Anak yang masih kecil belum dapat mengucapkan kata-kata untuk mengungkapkan nyeri secara verbal. Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara signifikan dalam berespon terhadap nyeri. Tetapi beberapa budaya menganggap bahwa seorang anak laki-laki harus lebih berani dan tidak boleh menangis dibanding anak perempuan.

Menangis dan merintih merupakan suatu ekspresi yang mengindikasikan ketidakmampuan dalam mengontrol nyeri. Namun klien yang berkebangsaan Meksiko-Amerika yang menangis keras tidak selalu mempersepsikan pengalaman nyeri sebagai sesuatu yang berat atau mengharapkan perawat melakukan intervensi (Calvillo dan Flaskerud, 1991 dalam Prasetyo, 2010).


(58)

Tingkat seorang pasien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Menurut Gill (1990), perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya distraksi dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun (prasetyo, 2010). Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan seseorang cemas.

Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau, dan saat ini nyeri yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya. Mudah tidaknya seseorang mengatasi nyeri tergantung pengalaman di masa lalu dalam mengatasi nyeri. Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan sebaliknya pola koping yang maladaptif akan menyulitkan seseorang mengatasi nyeri. Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan dan perlindungan.

Dari beberapa faktor di atas, faktor yang sangat penting adalah usia. Karena respon nyeri setiap usia sangat lah berbeda, dan pengkajian dengan menggunakan alat ukur intensitas nyeri setiap usia juga berbeda.

2.1.5.Persepsi nyeri

Persepsi nyeri melibatkan proses sensori ketika terdapat rangsang nyeri.Persepsi meliputi interpretasi seseorang terhadap nyeri. Prosesnya dimulai ketika seseorang pertama kali menyadari adanya nyeri. Ambang nyeri maupun intensitas nyeri adalah bagian dari persepsi nyeri. Ambang dari persepsi (nyeri) adalah intensitas terendah dari stimulus atau rangsang yang menyebabkan


(59)

seseorang mengenali adanya nyeri. Intensitas nyeri juga bersifat subyektif.(McNelly & Marie, 1999). Intensitas nyeri dapat mencerminkan tingkat kerusakan suatu jaringan tubuh.

2.1.6. Fisiologi Nyeri

Nyeri adalah suatu proses fisiologis kompleks yang dapat dibagi dalam tiga peristiwa neurokimiawi, yaitu: transduksi, transmisi, dan modulasi.

Transduksi terjadi pada tempat dimulainya nyeri. Reseptor nyeri (nosiseptor) di perifer dirangsang oleh kejadian mekanik, termal, atau kimiawi. Rangsang ini menimbulkan pelepasan substansi penghasil nyeri.

Transmisi dari impuls berlanjut saat masuk ke dalam kornu dorsalis medulla spinalis melalui serat-serat delta A yang besar dan bermielin tipis, serta serat-serta C kecil tanpa myelin. Dari sini impuls dibawa melalui jalur anterolateral pada thalamus dan kemudian korteks. Di korteks inilah impuls diterima sebagai nyeri. Banyak faktor, termasuk budaya, pengalaman masa lalu, arti nyeri, dan masalah emosional ikut membentuk persepsi seseorang terhadap nyeri. Dan transduksi dan transmisi terjadi pada jalur aferens.

Modulasi nyeri terjadi pada otak di tingkat substansia grisea periakueduktus dan medulla oblongata, juga dalam kornu dorsalis, medulla spinalis, saat opioid endogen dilepaskan dalam jalur posterolateral, yaitu suatu jalur eferen.

Resepsi nyeri adalah unsur neurologia yang terlibat didalam respon nyeri. Tubuh memiliki banyak receptor nyeri. Receptor nyeri, yang disebut nosiseptor, terangsang oleh karena rusaknya sel-sel reseptor atau dilepaskannya zat-zat kimia misalnya bradikinin,serotonin dan lain-lain. Pada dasarnya ada tiga jenis stimulus


(60)

yang dapat mengaktifkan nosiseptornya masing-masing yaitu stimulus yang bersifat mekanis, suhu dan kimia.Reseptor-reseptor khusus menerima rangsang nyeri dan kemudian mengahantarkannya ke medulla spinalis melalui serabut afferent pada susunan saraftepi. Impuls nyeri bergerak dengan cepat menuju otak tempat stimulus diolah sehingga intensitas dan lokasi dapat dipersepsikan (McNelly & Marie, 1999).

2.1.7. Sifat Nyeri

Jenis Deskripsi contoh

Akut Kuat, berkaitan dengan kerusakan

jaringan atau inflamasi; intensitass secara terus-menerus dan berkurang sampai beberapa hari sampai minggu

Nyeri bedah, luka bakar, fraktur

Persisten kronis

Nyeri persisten atau mendekati persisten selama 3 bulan atau lebih

Arthritis, krisis sel sabit

kambuhan Episode nyeri berulang dengan interval nyeri- tidak nyeri secara bergantian

Sakit kepala, nyeri abdomen, dada, atau ekstremitas

neuropatik Nyeri persisten yang berkaitan dengan eksitabilitas persisten atau abnormal pada sistem saraf perifer atau puasat tanpa berlanjutnya cedera ringan; sering digambarkan sebagai rasa “terbakar”, “aneh”, atau “rasa tertusuk”

Sindrom nyeri

amputasi, cedera pleksus, distrofi refleks simpatik

psikogenik Nyeri persisten yang merupakan manifestasi dari penyakit psikiatrik

Gangguan somatisasi,

gangguan nyeri somatoform,

gangguan konversi Table 2.1. Sifat Nyeri


(61)

2.2. Respon Perilaku Anak terhadap Nyeri

Pemasangan infus merupakan salah satu intervensi yang diberikan pada bayi dan anak yang mendapatkan therapi injeksi via infus misalnya post operasi, atau pada anak yang mengalami gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit karena diare, demam berdarah, luka bakar dan penyakit lainnya yang membutuhkan cairan pengganti dari cairan tubuhnya yang hilang. Tindakan ini dapat menimbulkan rasa nyeri dan ketakutan pada anak.

Megel, Houser & Gleaves(1998) menjelaskan bahwa respon nyeri terdiri dari tiga elemen yaitu perilaku yang jelas terlihat (overt behaviours), perilaku yang tersembunyi (covert behaviours) dan responfisiologis. Perilaku yang jelas terlihat bisa diamati misalnya menangis,menyeringai,menendang, berteriak dan menarik diri. Perilaku yang tersembunyi diasosiakan dengan pikiran dan sikap terhadap pengalaman nyeri yang dirasakannya. Sedang respon fisiologis berkaitan dengan aktivasi sistem saraf simpatik dimana menyebakan pupil dilatasi, berkeringat, perubahan tanda vital seperti peningkatan denyut nadi, tekanan darah danpernafasan. Guyton (1999) setuju bahwa perubahan fisiologis dalam tekanan darah , kecepatan pernafasan, tekanan darah, telapak tangan berkeringat diobservasi sebagai respon anak terhadap stimulus yang menyakitkan.

Cara terbaik mengkaji nyeri pada neonates adalah dengan penggunaan indeks perilaku. Mimik wajah, perubahan nada suara dan aktivitas, serta menangis adalah indikator nyeri yang paling banyak dipakai. Neonatus prematur dan yang sakit kritis mungkin tidak berespon terhadap nyeri seperti neonatus yang sehat dan cukup bulan. Indeks perilaku juga merupakan indikator nyeri berguna pada bayi


(62)

setelah masa neonatus. Selain mimik wajah, perubahan nada dan aktivitas, serta menangis, bayi ini menunjukkan sikap menjauh dari stimulus nyeri dan aneka vokalisasi.

Anak usia 1 sampai 3 tahun (toddler) tetap harus diperhatikan respon perilaku pada saat mengkaji nyeri. Meskipun begitu, macam perilakunya bertambah, termasuk menggosok tempat nyeri dan perilaku agresif (menggigit, memukul, menendang). Sebagian toddler bisa mengutarakan bila ia sakit, namun tidak dapat menggambarkan intensitas nyeri.

Pada anak usia prasekolah (3-6 tahun), psikoseksual anak pada kelompok usia ini membuatnya sangat rentan terhadap ancaman cedera tubuh. Prosedur intrusive, baik yang menimbulkan nyeri maupun yang tidak, merupakan ancaman bagi anak usia prasekolah yang konsep integritas tubuhnya belum berkembang baik. Anak prasekolah dapt bereaksi terhadap injeksi sama khawatirnya dengan nyeri saat jarum dicabut. Mereka takut intrusi atau pungsi tubuh tidak akan menutup kembali dan “isi tubuh” mereka akan bocor keluar (Wong, 2008).

Reaksi nyeri pada masa prasekolah cenderung sama pada masa toddler, meskipun beberapa perbedaan menjadi jelas. Agresi fisik dan verbal lebih spesifik dan mengarah pada tujuan. Bukan menunjukkan resistensi tubuh total, anak prasekolah malah mendorong orang yang akan melakukan prosedur agar menjauh, mencoba mengamankan peralatan, atau berusaha mengunci diri di tempat yang aman. Ekspresi verbal secara khusus menunjukkan kemajuan perkembangan mereka dalam berespon terhadap stress. Anak dpat menganiaya perawat secara verbal dengan menggunakan kata-kata, “pergi dari sini” atau “ saya benci kamu”.


(63)

Mereka juga menggunakan lebih banyak pendekatan yang cerdik untuk mempengaruhi orang tersebut agar menyerah dalam melakukakan aktivitas yang dimaksud. Permintaan yang banyak digunakan adalah, “ Tolong saya jangan disuntik; Saya akan bersikap baik bila tidak disuntik.”

Anak parsekolah dapat menunjukkan letak nyeri mereka dan menggunakan skala nyeri dengan tepat. Anak-anak yang berusia 3 tahun dapt menggunakan alat pengkajian yang menggunakan ekspresi wajah terhadap nyeri.

Karakteristik perkembangan respon anak prasekolah terhadap nyeri yaitu bisa menangis keras aatau berteriak; ekspresi verbal seperti “aduh”, “auw”, “sakit”, memukul-mukulkan kaki atau lengan; berusaha mendorong stimulus menjauh sebelum nyeri terjadi; tidak kooperatif; memerlukan restrain fisik; meminta agar prosedur dihentikan; bergelayut pada orang tua, perawat, atau orang bermakna laainnya; memintaa dukungan emosional, seperti pelukan atau bentuk lain kenyamanan fisik; dpat menjadi gelisah dan peka terhadap nyeri yang berkelanjutan.

Anak usia sekolah mampu mendeskripsikan nyeri mereka (Marie, 2002). Metode pelaporan sendiri dengan menggunakan skala tingkatan intensitas nyeri secara numerik telah terbukti bermanfaat untuk anak usia sekolah (Nelson, 1999).

Pada usia 9 atau 10 tahun, sebagian besar anak usia sekolah menunjukkan ketakutan yang lebih sedikit atau resitensi yang lebih terbuka terhadap nyeri dibandingkan anak-anak yang lebih kecil. Secara umum mereka telah memepelajari metode koping untuk menghadapi rasa tidak nyaman, seperti


(64)

berpegangan dengan erat, mengepalkan tangan atau mengatup gigi, atau mencoba bertindak berani dengan “meringis”, menarik, mendorong atau tawar menawar.

Anak usia sekolah mengkomunikasikan secara verbal nyeri yang mereka alami berkaitan dengan letak, intensitas, dan deskripsinya. Tidak seperti anak yang lebih kecil, yang mengalami kesulitan memilih kata-kata untuk menggambarkan nyeri, anak-anak yang berusia 8 tahun atau lebih menggunakan berbagai kata dan frase, seperti “menyakitkan”, “luka”, “terbakar”, “tersengat”, “sakit”, “seperti pisau tajam” (Tesler dkk, 1991 dalam Wong, 2008).

Anak usia sekolah juga menggunakan kata-kata yang mengendalikan reaksi mereka terhadap nyeri. Misalnya anak-anak ini dapat meminta perawat untuk berbicara dengannya selama prosedur, sedangkan yang lainnya memilih menjauhkan diri dengan tidak melihat pada apa yang sedang terjadi. Sebagian besar menghargai penjelasan prosedur yang diberikan dan tampak tidak terlalu takut jika mereka mengetahuinya. Sebaliknya anak yang lain berusaha untuk untuk mendapatkan kendali dengan berupaya menunda kejadian tersebut. Permintaan yang khas adalah, “suntik saya kalau saya sudah selesai melakukan ini.”. meskipun kemampuan membuat keputusan semakin meningkatkan rasa kendali mereka, namun penundaan yang tidak terbatas dapat menyebabkan kecemasan semakin bertambah. Jika diberi pilihan, seperti memilih tempat injeksi, cara terbaik adalah dengan mengurutkan tempat injeksi yang mungkin dan membatasi jumlah teknik “penundan”.

Serupa dengan penerimaan pasif mereka terhadap nyeri adalah permintaan mereka yang tidak terarah akan dukungan atau bantuan. Anak usia sekolah akan


(65)

jarang memulai percakapan tentang perasaan mereka disaat periode kesendirian atau stres. Penampilan ketenangan, dan penerimaan mereka yang terlihat sering kali menyamarkan kebutuhan mereka terhadap dukungan. Penting untuk mewaspadai petunjuk-petunjuk nonverbal, seperti ekspresi wajah yang serius, menjawab dengan setengah hati seperti “saya baik-baik saja”, diam, kurang aktivitas, atau isolasi sosial, sebagai tanda membutuhkan bantuan. Biasanya jika seseorang mengidentifikasi pesan tidak terungkap dan menawarkan bantuan, maka mereka siap menerimanya (Wong, 2008).

2.3. Alat Ukur Nyeri/ Skala nyeri

Instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur dan mengkaji intensitas nyeri pada anak menurut Wong (2003) adalah:

Visual Analog Scale (VAS) mengukur besarnya nyeri pada garis sepanjang 10 cm. Biasanya berbentuk horizontal,tetapi mungkin saja ditampilkannya secara vertical. Garis ini digerakkan oleh gambaran intensitas nyeri, misalnya: “no hurt”, sampai “worst hurt”. Baik skala vertical maupun horizontal merupakan pengukuran yang sama valid, tetapi VAS yang vertical lebih sensitive menghasilkan score yang lebih besar dan lebih mudah digunakan dari pada skala horizontal. VAS ini dapat digunakan pada anak yang mampu memahami perbedaan dan mengindikasikan derajat nyeri yang sedang dialaminya (Wong, 2003).

Numerical Rating Scale (NRS) hampir sama dengan Visual Analog Scale, tetapi memiliki angka-angka sepanjanggarisnya. Angka 0-10 atau 0-100 dan anak


(66)

diminta untuk menunjukkan rasa nyeri yang dirasakannya. Skala Numerik ini dapat digunakan pada anak yang lebih muda seperti 3 -4 tahun atau lebih.

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Tidak sangat

Nyeri nyeri

Gambar 2.1. Numerical Rating Scale (NRS)

Dari skala diatas, tingkatan nyeri yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Skala 1 : tidak ada nyeri

Skala 2-4 : nyeri ringan, dimana klien belum mengeluh nyeri, atau masih dapat ditolerir karena masih dibawah ambang rangsang.

Skala 5-6 : nyeri sedang, dimana klien mulai merintih dan mengeluh, ada yang sambil menekan pada bagian yang nyeri

Skala 7-9 : termasuk nyeri berat, klien mungkin mengeluh sakit sekali dan klien tidak mampu melakukan kegiatan biasa

Skala 10 : termasuk nyeri yang sangat, pada tingkat ini klien tidak dapat lagi mengenal dirinya.

Instrumen dengan menggunakan Faces Pain Rating Scale terdiri dari 6 gambar skala wajah yang bertingkat dari wajah yang tersenyum untuk “no pain” sampai wajah yang berlinang air mata. Penjelasan Faces Pain Rating Scale yaitu:


(67)

Gambar 2.2. Face Pain Rating Scale

Nilai 0 : nyeri tidak dirasakan oleh anak Nilai 2 : nyeri dirasakan sedikit saja Nilai 4 : nyeri agak dirasakan oleh anak

Nilai 6 : nyeri yang dirasakan anak lebih banyak Nilai 8 : nyeri yang dirasakan anak secara keseluruhan Nilai 10: nyeri sekali dan anak menjadi menangis

Kelebihan dari skala wajah ini yaitu anak dapat menunjukkan sendiri rasa nyeri yang baru dialaminya sesuai dengan gambar yang telah ada dan skala wajah ini baik digunakan pada anak usia prasekolah.

Verbal Rating Scale(VRS) merupakan alat untuk menilai intensitas nyeri yang digunakan dalam praktek klinis. VRS adalah skala ordinal, biasanya digambarkan menggunakan 4-6 kata sifat untuk menggambarkan peningkatan tingkat intensitas nyeri. Umumnya menggunakan kata-kata umum seperti tidak nyeri (no pain) pada ujung kiri akhir skala, kemudian diikuti dengan nyeri ringan,


(68)

nyeri sedang (tidak menyenangkan), nyeri berat (menyedihkan), nyeri sangat berat (mengerikan), dan nyeri paling berat (menyiksa).

Nyeri yang tak terbayangkan pada ujung kanan akhir skala. Kegunaan skala ini, pasien diminta untuk memilih kata yang menggambarkan tingkat nyeri yang dirasakan. VRS terdiri dari empat intensitas nyeri yang menggambarkan nyeri seperti tidak nyeri, nyeri ringan, nyeri sedang, nyeri berat, setiap kata yang terkait dengan skor jumlah semakin tinggi (0, 1, 2 dan 3).

Pasien diminta untuk menunjuk nomor berapa yang menggambarkan rasa tidak menyenangkannya. Skala rating verbal dapat dibaca oleh pasien atau diucapkan keras oleh pemeriksa, diikuti oleh jawaban pasien. Metode ini mudah dipahami oleh pasien dengan gangguan nonkognitif dan cepat dilakukan, namun alat ini tidak memiliki akurasi dan sensitivitas (American Medical Association, 2010).


(69)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Tindakan perawatan terhadap penyakit yang dialami oleh seorang anak seringkali menjadi krisis yang harus dihadapi anak karena dapat menimbulkan stress pada anak. Karena tindakan medis yang berulang-ulang dapat menimbulkan nyeri yang berulang juga, sehingga akan berdampak perasaan trauma pada anak. Menurut Supartini (2004), hospitalisasi merupakan suatu proses dimana karena alasan tertentu atau darurat mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah. Hospitalisasi adalah bentuk stressor individu yang berlangsung selama individu tersebut dirawat di rumah sakit (Wong, 2004). Menurut WHO, hospitalisasi merupakan pengalaman yang mengancam ketika anak menjalani hospitalisasi karena stressor yang dihadapi dapat menimbulkan perasaan tidak aman. Dan salah satu stressor utama hospitalisasi adalah nyeri (Hockenberry & Wilson, 2009).

Nyeri merupakan suatu mekanisme produksi bagi tubuh, timbul ketika jaringan sedang rusak, dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan rasa nyeri (Arthur C. Curton, 1983 dalam Prasetyo, 2010). International Association for Study of pain mendefinisikan nyeri sebagai suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang bersifat aktual dan potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan.


(70)

Nyeri merupakan suatu hal yang tidak asing lagi dan akan menjadi alasan paling umum dan paling banyak dikeluhkan pasien agar mendapatkan perawatan kesehatan. Namun nyeri juga merupakan suatu hal yang multidimensi, sehingga sulit untuk memberikan batasan terhadap nyeri. Setiap individu berbeda-beda dalam melaporkan sensasi nyeri yang dirasakan. Termasuk salah satunya dengan anak-anak terutama usia balita (Prasetyo, 2010).

Anak-anak terutama terkadang masih kesulitan untuk memahami nyeri dan beranggapan apa yang dilakukan oleh perawat dapat menimbulkan nyeri. Anak-anak terutama usia prasekolah belum mempunyai kosakata yang banyak, sehingga kesulitan dalam menggambarkan secara verbal dan mengekspresikan nyeri kepada orang di sekitarnya (Potter & Perry, 2005).

Sebagai seorang perawat kita harus mengkaji respon nyeri pada anak. Tujuannya agar mendapatkan informasi tingkat keparahan dari sakit yang dirasakan agar dapat menentukan tindakan yang harus dilakukan berikutnya.

Joint Commision on Acrcreditation of Healthcare Organization (JCAHO) 1990 membuat standar dalam penanganan terhadap nyeri. Salah satu langkah dalam standar tersebut yaitu mengkaji keberadaan nyeri pada klien, kemudian menentukan jenis dan intensitas nyeri pada klien (Prasetyo, 2010).

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hj. Henny Suzana Mediani, S.Kp., MNG; AI Mrdiyah, SKp., dan Windy Rakhmawati, SKp (2005) dengan tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran respon nyeri infant dan anak yang menagalami hospitalisasi saat pemasangan infus di RSUD Sumedang. Dan dari hasil penelitian tersebut didapatkan bahwa dengan


(71)

menggunakan alat ukur facial analog, terdapat perbedaan yang signifikan jika dilihat dari skala facial analog pada sat sebelum dan sesudah pemasangan infus.

Banyak sebenarnya cara mengkaji nyeri pada anak, baik secara verbal maupun dengan melihat perubahan perilaku pada anak (non verbal). Tetapi masih banyak perawat yang tidak mempedulikan hal tersebut. Sebagian besar, ketika memberikan tindakan invasive pada klien dan klien merasa nyeri, petugas kesehatan hanya akan berkata sakit sedikit atau sakitnya nanti akan hilang. Padahal ada berbagai cara untuk mengalihkan rasa sakit yang dirasakan. Dan pada sebagian anak-anak, nyeri dapat menjadi suatu trauma pada diri mereka.

Berdasarkan latar belakang diatas, penelitian untuk melihat bagaimana intensitas nyeri pada anak dan berfokus pada anak usia prasekolah yang dilakukan tindakan infus belum pernah dilakukan sebelumya di Medan, dan peneliti merasa perlu penelitian ini dilakukan agar mendapatkan informasi, sehingga informasi tersebut dapat digunakan untuk perencanaan tindakan selanjutnya.

1.2. Rumusan Masalah

Banyak anak-anak yang dirawat ketika akan diberikan tindakan perawatan masih takut, dan bahkan menangis sebelum dilakukan tindakan. Karena mereka trauma dengan sakit yang dirasakan saat dilakukan tindakan infasiv salah satunya pemasangan infus.

Oleh karena itu peneliti ingin meihat bagaimana tingkat nyeri yang dirasakan anak-anak usia prasekolah saat dilakukan tindakan pemasangan infus yang dirawat di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan.


(72)

1.3. Pertanyaan Penelitian

Bagaimana tingkat nyeri yang dirasakan anak-anak usia prasekolah yang dirawat inap di RSUD Pirngadi ketika dilakukan tindakan pemasangan infus.

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1.Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran intensitas nyeri pada anak usia prasekolah yang dilakukan tindakan pemasangan infus yang dirawat di RSUD Pirngadi.

1.4.2.Tujuan Khusus

Untuk melihat tingkat nyeri yang dirasakan oleh anak usia prasekolah yang dilakukan tindakan pemasangan infus yang dirawat di RSUD pirngadi dengan menggunakan skala Wong-Baker Face Pain Rating Scale.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Pendidikan Keperawatan

Hasil dari penelitian ini dapat disosialisasikan kepada mahasiswa mengenai bagaimana respon subjektif anak tentang nyeri yang dirasakannya saat pemasangan infus.

1.5.2. Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai informasi dalam pemberian asuhan

keperawatan untuk pengkajian tingkat keparahan sakit yang dirasakan anak usia prasekolah yang dirawat di rumah sakit dengan menggunakan skala nyeri

yang efektif sehingga sebagai perawat dapat segera memberikan tindakan berikutnya (intervensi) untuk membantu mengurangi rasa nyeri.


(73)

1.5.3. Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi tambahan dan bahan masukan yang berguna bagi pengembangan penelitian keperawatan berikutnya terutama yang berhubungan dengan skala pengukuran tingkat respon nyeri pada anak yang di rawat di rumah sakit.


(74)

Title of the Research Name of Student Student ID Number Study Program Academic Year

: Pain Intensity during Infuse Installment in Preschool Children Hospitalized in RSUD dr. Pimgadi, Medan Jeni Nursaadah

121101033

SI (Undergraduate) Nursing Science 2015/2016

ABSTRACT

Pain a subjective sensory and urifavorahle emotional experience related 10 actual and potential damage of tissues which cause someone to feel pairiful so that he automatically reacts to decrease or even to eliminate his pain. The objective of this research was to find out pain intensity during irifuse installmen! in preschool children hospitalized in RSUD dr. Pirngadi, Medan. The research used descriptive design with 40 preschool children as the samples, using Wong-Baker Face Pain Rating Scale, observing their behavior andfacial expression during the infose installment, and measuring the pain scale by using Wong-Baker Face Pain Rating Scale by asking them which faces in line with the pain and noting the in observation sheets. The result of the research showed that 30% of the respondents were 5-6 years old, 5 7. 5% of them were females, 42.5% of them were Bataknese, 50% of them were Moslems, 62.5% of them underwent the time being installed by irifuses, 2.5% of them had no pain, 12.5% of them had mild pain, 25% of them had serious pain, 25% of them had very serious pain, and 2 7% of them had extremely severe pain. It could be concluded that most of the preschool children had very serious and extremely severe pain. It is recommended thaI nursing researchers study the correlation of pain in pre infuse installment with the pain the feel after it.

Nurses should reduce pain felt by children by using Atraumatic Care before infuse is installed.


(75)

Judul : Intensitas Nyeri Pada Anak Usia Prasekolah Pada Saat Pemasangan Infus yang Dirawat di RSUD dr. Pirngadi Medan

Peneliti : Jeni Nursaadah

NIM : 121101033

Jurusan : S1 Ilmu Keperawatan

Tahun Akademik : 2015/2016

Abstrak

Nyeri Merupakan suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangnkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang bersifat aktual dan potensial, atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan sehingga individu merasakan nyeri dan akan bereaksi untuk mengurangi bahkan menghilangkan rasa nyeri yang dirasakannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui intensitas nyeri yang dirasakan pada anak usia prasekolah yang dilakukan pemasangan infus yang dirawat di RSUD dr. Pirngadi Medan. Desain penelitian ini menggunakan deskriptif dengan jumlah sampel 40 responden. Teknik pengambilan sampel yaitu dengan cara menjelaskan terlebih dahulu

bagaimana cara menggunakan Wong-Baker Face Pain Rating Scale, kemudian

mengobservasi perilaku dan wajah anak saat akan dipasang infus, dan setelah selesai pemasangan, diukur nyeri yang dirasakan anak dengan menggunakan

Wong-Baker Face Pain Rating Scale dengan cara bertanya kepada anak wajah mana yang sesuai dengan nyeri yang dirasakannya dan dicatat di lembar observasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa usia sebagian besar adalah usia 5-6 tahun (30%), jenis kelamin sebagian besar perempuan (57,5%), sebagian besar suku Batak (42,5%), Sebagian besar beragama Islam (50%), dan pengalaman dipasang infus sebelumnya sebagian besar belum pernah (62,5%), sedangkan intensitas nyeri yang dirasakan anak usia prasekolah adalah tidak nyeri 2,5%, nyeri ringan 12,5%, nyeri sedang 7,5%, nyeri berat 25%, nyeri sangat berat 25%, nyeri sangat berat sekali 27,5%. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar nyeri yang dirasakan anak usia prasekolah termasuk dalam kategori nyeri berat - nyeri sangat berat sekali. Saran untuk peneliti keperawatan agar dapat meneliti bagaimana hubungan pengalaman nyeri sebelumnya dengan intensitas nyeri yang dirasakannya. Dan saran bagi pelayanan keperawatan yaitu dapat mengurangi

nyeri yang dirasakan anak dengan teknik Atraumatic Care sebelum dilakukan

pemasangan infus.

Kata kunci : Nyeri, Anak usia prasekolah, pemasangan infuse


(76)

Intensitas Nyeri Pada Anak Usia Prasekolah Pada Saat

Pemasangan Infus yang dirawat di RSUD Dr. Pirngadi Medan

SKRIPSI

Oleh Jeni Nursaadah

121101033

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(77)

(78)

(79)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Intensitas Nyeri Pada Anak Usia Prasekolah Pada Saat Pemasangan Infus yang Dirawat di RSUD dr. Pirngadi Medan”

Dalam penyusuanan skripsi ini penulis banyak menghadapi berbagai hambatan dan kesulitan. Namun, berkat adanya bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. Bapak Setiawan, S.Kp., MNS., Ph.D selaku Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Pemabantu Dekan 1

Fakultas Keperawtan Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Nur Asnah Sitohang, S.Kep., Ns., M.Kep selaku pembimbing yang

telah banyak memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Ikhsanuddin A. Harahap, S.Kp., MNS selaku penguji 1 dan Ibu

Farida Linda Sari Siregar, S.Kep., Ns., M.Kep selaku penguji 2.

5. Bapak Ismayadi, S.Kep., Ns., M.KEs., CWCC., CHt.N selaku Dosen

Pembimbing Akademik saya yang telah memberikan nasehat dan arahan selama 4 tahun ini.


(80)

6. Para staf pengajar Fakultas KEperawatan Universitas Sumatera Utara.

7. Seluruh staf RSUD dr. Pirngadi yang telah memberikan kesempatan

untuk melakukan penelitian dan telah memberikan bantuan selama penelitian.

8. Teristimewa kepada kedua orang tua saya, Ayahanda Jamaris.J dan

ibunda Nur Insan, Adikku Habib Nanda Saputra serta Pak Dang Aliwazir dan keluarga yang telah memberikan do’a, nasehat, dan dorongan baik moril maupun materi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis sangat mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan profesi keperawatan.

Akhirnya kepada Allah SWT penulis berserah diri semoga kita selalu dalam lindungan serta limpahan rahmat-Nya dengan kerendahan hati penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumya dan penulis khususnya.

Medan, Juli 2016

Penulis, Jeni Nursaadah


(81)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Persetujuan Orisinalitas ... ii

Halaman Pengesahan ……… iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ………... vi

Daftar Tabel ……….. ix

Daftar Gambar ………. x

Abstrak ……… xi

BAB 1 Pendahuluan ... 1

1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Rumusan masalah ... 3

1.3 Tujuan penelitian ... 4

1.4 Pertanyaan penelitian ... 4

1.5 Manfaat penelitian ... 5

BAB 2 Tinjauan pustaka ... 6

2.1 Nyeri ... 6

2.1.1 Definisi nyeri ... 6

2.1.2 Teori Nyeri……….. 7

2.1.3 Klasifikasi Nyeri ... 8


(82)

2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi nyeri ... 9

2.1.5 Persepsi Nyeri ... 10

2.1.6 Fisiologi Nyeri ... 11

2.1.7 Sifat Nyeri………... 12

2.2 Respon Perilaku anak terhadap Nyeri ... 13

2.3 Alat ukur nyeri ... 17

BAB 3 Kerangka konseptual ... 21

3.1 Kerangka penelitian ... 21

3.2 Definisi operasional ... 22

BAB 4 Metodologi penelitian ... 23

4.1 Desain penelitian ... 23

4.2 Populasi dan sampel ... 23

4.3 Lokasi dan waktu penelitian... 25

4.4 Pertimbangan Etik ... 25

4.5 Instrumen penelitian ... 27

4.6 Uji Validitas ... 27

4.7 Uji Reliabilitas ……….... 28

4.8 Teknik Pengumpulan Data ... 28

4.9 Analisa Data……… 29

BAB 5 Hasil dan Pembahasan ……… 31


(1)

6. Para staf pengajar Fakultas KEperawatan Universitas Sumatera Utara. 7. Seluruh staf RSUD dr. Pirngadi yang telah memberikan kesempatan

untuk melakukan penelitian dan telah memberikan bantuan selama penelitian.

8. Teristimewa kepada kedua orang tua saya, Ayahanda Jamaris.J dan ibunda Nur Insan, Adikku Habib Nanda Saputra serta Pak Dang Aliwazir dan keluarga yang telah memberikan do’a, nasehat, dan dorongan baik moril maupun materi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis sangat mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan profesi keperawatan.

Akhirnya kepada Allah SWT penulis berserah diri semoga kita selalu dalam lindungan serta limpahan rahmat-Nya dengan kerendahan hati penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumya dan penulis khususnya.

Medan, Juli 2016

Penulis, Jeni Nursaadah


(2)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Persetujuan Orisinalitas ... ii

Halaman Pengesahan ……… iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ………... vi

Daftar Tabel ……….. ix

Daftar Gambar ………. x

Abstrak ……… xi

BAB 1 Pendahuluan ... 1

1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Rumusan masalah ... 3

1.3 Tujuan penelitian ... 4

1.4 Pertanyaan penelitian ... 4

1.5 Manfaat penelitian ... 5

BAB 2 Tinjauan pustaka ... 6

2.1 Nyeri ... 6

2.1.1 Definisi nyeri ... 6

2.1.2 Teori Nyeri……….. 7


(3)

2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi nyeri ... 9

2.1.5 Persepsi Nyeri ... 10

2.1.6 Fisiologi Nyeri ... 11

2.1.7 Sifat Nyeri………... 12

2.2 Respon Perilaku anak terhadap Nyeri ... 13

2.3 Alat ukur nyeri ... 17

BAB 3 Kerangka konseptual ... 21

3.1 Kerangka penelitian ... 21

3.2 Definisi operasional ... 22

BAB 4 Metodologi penelitian ... 23

4.1 Desain penelitian ... 23

4.2 Populasi dan sampel ... 23

4.3 Lokasi dan waktu penelitian... 25

4.4 Pertimbangan Etik ... 25

4.5 Instrumen penelitian ... 27

4.6 Uji Validitas ... 27

4.7 Uji Reliabilitas ……….... 28

4.8 Teknik Pengumpulan Data ... 28

4.9 Analisa Data……… 29

BAB 5 Hasil dan Pembahasan ……… 31


(4)

5.2 Pembahasan ………. 38

BAB 6 Kesimpulan dan Saran ………... 42

6.1 Kesimpulan ……….. 42

6.2 Saran ……… 43

Daftar pustaka ... 44

Lampiran 1. Jadwal tentatif penelitian

Lampiran 2. Inform consent Lampiran 3. Instrument penelitian

Lampiran 4. Validasi Instrumen

Lampiran 5. Master Tabel Data Demografi dan Intensitas Nyeri

Lampiran 6. Tabel Hasil Data Demografi, Intensitas Nyeri, dan Crosstabulasi Data Demografi dengan Intensitas Nyeri

Lampiran 7. Taksasi Dana Penelitian Lampiran 8. Surat Etik Penelitian

Lampiran 9. Surat Izin Penelitian dan Balasan Pengumpulan Data Lampiran 10. Daftar Riwayat Hidup


(5)

Daftar Tabel

Halaman

Tabel 2.1-1 Sifat Nyeri ……… 12

Tabel 3.2-2 Defenisi Operasional Variabel Penelitian ……… 22

Tabel 5.1-3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden Berdasarkan Data Demografi ……… 32

Tabel 5.1-4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Crosstabulasi Usia dengan Intensitas Nyeri ………. 33

Tabel 5.1-5 Distribusi Frekuensi dan Persentase Crosstabulasi Jenis Kelamin dengan Intensitas Nyeri ………. 34

Tabel 5.1-6 Distribusi Frekuensi dan Persentase Crosstabulasi Suku dengan Intensitas Nyeri ………. 34

Tabel 5.1-7 Distribusi Frekuensi dan Persentase Crosstabulasi Pengalaman Dipasang Infus Sebelumnya dengan Intensitas Nyeri …………. 36

Tabel 5.1-8 Distribusi Frekuensi dan Persentase Intensitas Nyeri yang Dirasakan Anak Usia Prasekolah yang Dilakukan Pemasangan Infus …….. 37


(6)

Daftar Gambar

Halaman

Gambar 2.1. Numerical Rating Scale ……….... 18 Gambar 2.2. Face Pain Rating Scale ………. 19 Gambar 3.1 Skem Kerangka Konsep Penelitian ………. 21