EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VIII MTs Negeri Kedondong Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

(1)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Efektivitas Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Matematika Realistik Dalam Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap MTs Negeri Kedondong Kabupaten Pesawaran Tahun Pelajaran 2011/2012)” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

3. Bapak Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pen-didikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu PenPen-didikan Universitas Lampung;


(2)

4. Ibu Dra. Nurhanurawati, M.Pd., selaku Pembimbing Akademik sekaligus pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, nasihat dan sumbangan pemikiran dalam penyusunan skripsi ini;

5. Ibu Dra. Rini Asnawati, M.Pd., selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, arahan serta sumbangan pemikiran dalam penyusunan skripsi ini; 6. Bapak Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd., selaku pembahas yang telah memberikan

bimbingan, saran serta arahan kepada penulis;

7. Ibu Dra. Arnelis Djalil, M.Pd., selaku guru pamong di SMA YP Unila yang telah memberikan bimbingan, saran dan masukan selama PPL;

8. Seluruh dosen yang telah mendidik dan membimbing penulis selama menyele-saikan studi;

9. Bapak Abdul Rahman, S.Pd., selaku Kepala MTs Negeri Kedondong Kabupaten Pesawaran yang telah memberikan izin penelitian;

10. Bapak Triono, S.Pd., selaku guru mitra yang telah banyak memberikan arahan dan masukan selama penelitian;

11. Siswa/ siswi kelas VIII-C, VIII-D, dan VIII-F MTs Negeri Kedondong Kabupaten Pesawaran tahun pelajaran 2011/2012 atas perhatian dan kerjasama selama penelitian;

12. Bapak dan Ibu tercinta, yang tidak pernah lelah selalu mendoakan dengan segala ketulusan hati dan kasih sayangnya;

13. Kakak dan adik-adikku tersayang, serta keluarga besarku yang selalu menya-yangi, mendoakan, dan selalu menjadi penyemangat dalam hidupku;

14. Sahabatku Rita, efa, dan Tina yang selalu mendengarkan keluh kesahku, memberikan dukungan, dan motivasinya;


(3)

15. Teman-teman seperjuangan (angkatan 2007 NR Pendidikan Matematika): Adi, Ali, Dani, Heru, Ifan, Haris, Momon, Komang, Bg Ken, Robert, Munif, Bg Lihin, Bily, Leni, Indah, Lia, Fitri, Dina N, Reni, Ratna, Nesha, Achiez, Uya, Indri, Berta, Yulva, Vera, Sri, Vina, Yesi, Dwi A, Tanti, Dhea, Fiska, Marista, Sevia, Harvi, Ana, Devi, Mira, Mb Yemi, Dina A, Mb Endah, atas semua bantuan yang telah diberikan. Semoga kebersamaan kita selalu menjadi kenangan yang terindah;

16. Teman-teman seperjuangan PPL di SMA YP Unila Bandar Lampung (Sevia, Mb Deki, Adis, Memey, Dian, Lina, Vira, Ani, Bg Lihin, Bg Eko, Ralek, Sehan, dan Septian) atas kebersamaan selama 3 bulan yang luar biasa;

17. Teman-teman angkatan 2007 reguler, kakak-kakakku angkatan 2004 sampai 2006 dan adik-adikku angkatan 2008 sampai 2011 atas kebersamaannya; 18. Teman-teman kosan 31 (Santi, Mb Dini, Adel, Tahtia, Debi, Kiki, Pita, ulfa,

Mendes, Tia N’dut, Laili, dan Via) atas persahabatan dan kebersamaannya; 19. Almamater tercinta yang telah mendewasakanku;

20. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Penulis berharap semoga Allah SWT senantiasa membalas semua kebaikan yang telah diberikan dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Juli 2012 Penulis,


(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Kerta Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran pada tanggal 16 September 1989, anak kedua dari lima bersaudara yang merupakan buah hati dari Bapak Husin Saleh dan Ibu Rita Wati.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri I Tanjung Kerta Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran pada tahun 2001. Pada tahun 2004, penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di MTs Negeri Kedondong Kabupaten Pesawaran dan menyelesaikan pendidikan menengah atas di MAN Kedondong Kabupaten Pesawaran pada tahun 2007.

Tahun 2007, penulis tercatat sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif di Forum Pembinaan dan Pengkajian Islam (FPPI) sebagai anggota bidang sosmas pada tahun ajaran 2007/2008. Penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA YP Unila Bandar Lampung pada tahun 2011.


(5)

PERSEMBAHAN

Teriring do’a dan rasa syukur kehadirat Allah SWT,

Ku persembahkan karya sederhana ini kepada:

Ayah dan Ibuku tercinta yang telah membesarkan,

mendidik, dan mendoakan serta memberikan kasih

sayangnya dengan tulus dan ikhlas untuk kebahagiaan

dan keberhasilanku

Kakakku (K’Ris ) dan adikku (Yesi, Arul , dan liza) yang

senantiasa menjadi motivasi dan semangatku

Keluarga besar Ibu dan Ayah yang senantisa menjadi

motivasiku

Sahabatku (Rita, Efa, dan Tina) yang selalu membantu,

dan mendukungku

Para pendidik yang telah mendidikku

Teman-teman seperjuangan


(6)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DALAM

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

(Studi Pada Siswa Kelas VIII MTs Negeri Kedondong Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

Oleh SEFTIANA

Penelitian eksperimen semu ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas Pendekatan Matematika Realistik pada pokok bahasan kubus dan balok dalam meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII MTs Negeri Kedondong Kabupaten Pesawaran Tahun Pelajaran 2011/2012. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas VIII-C dan kelas VIII-D yang diambil dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Pendekatan Matematika Realistik efektif diterapkan pada siswa kelas VIII MTs Negeri Kedondong Kabupaten Pesawaran semester genap Tahun Pelajaran 2011/2012 dalam meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis.

Kata kunci: efektivitas, Pendekatan Matematika Realistik, pemahaman konsep matematis.


(7)

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DALAM

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

(Studi Pada Siswa Kelas VIII MTs Negeri Kedondong Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

(Skripsi)

Oleh

SEFTIANA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(8)

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DALAM

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

(Studi Pada Siswa Kelas VIII MTs Negeri Kedondong Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

Oleh SEFTIANA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(9)

Judul Skripsi : EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATE- MATIKA DENGAN PENDEKATAN

MATEMATIKA REALISTIK DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VIII MTs Negeri Kedondong Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

Nama Mahasiswa : Seftiana Nomor Pokok Mahasiswa : 0743021046

Program Studi : Pendidikan Matematika

Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dra. Rini Asnawati, M.Pd. Dra. Nurhanurawati, M.Pd. NIP 19620210 198503 2 003 NIP 19670808 199103 2 001

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.


(10)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dra. Rini Asnawati, M.Pd. ____________

Sekretaris : Dra. Nurhanurawati, M.Pd. ____________

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd. ____________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... ... 1

B. Rumusan Masalah ... ... 5

C. Tujuan Penelitian ... ... 6

D. Kegunaan Penelitian ... ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... ... 8

1. Efektivitas Pembelajaran ... ... 8

2. Pendekatan Matematika Realistik ... ... 9

3. Pembelajaran Konvensional ... 15

4. Pemahaman Konsep Matematis ... 17

B. Kerangka Pikir ... ... 20

C. Hipotesis Penelitian ... 22

1. Hipotesis Umum ... 22


(12)

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel ... ... 23

B. Desain Penelitian ... ... 23

C. Prosedur Penelitian ... ... 24

D. Data Penelitian ... ... 26

E. Teknik Pengumpulan Data ... ... 26

F. Instrumen Penelitian dan Pengembangan ... 27

G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 31

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 36

1. Data Gain Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa ………... 36

2. Kualitas Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa ………. 39

B. Pembahasan ... ... 39

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... ... 42

B. Saran ... ... 42

DAFTAR PUSTAKA


(13)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2005. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta: Jakarta

Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Undang- Undang SISDIKNAS ( Sistem Pendidikan Nasional )UU RI No. 20 tahun 2003. Jakarta.

Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Usaha Nasional : Surabaya Hadi, Sutarto. 2005. Pendidikan Matematika Realistik. Tulip. Banjarmasin.

__________. PMR : Menjadikan Pelajaran Matematika Lebih Bermakna Bagi Siswa. 28 Mei 2009. http://www.duniaguru.com/indeks.php.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara: Bandung

Hawa, Siti. 2006. Kegiatan Eksperimen Pada Pengajaran Matematika Sebagai Upaya Meningkatkan Aktivitas Pembelajaran Matematika SD. Forum Kependidikan. Jakarta. Herdian. 2010. Kemampuan Pemahaman Matematika. [on line]. Tersedia: http://herdy07.

wordpress.com/. (28 Agustus 2010)

Juliantara, Ketut. 2009. Pembelajaran Konvensional. [on line]. Tersedia: http://www.kompasiana.com/ikpj. ( 21 Agustus 2010)

Nasution, Arif. 2008. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta

Noer, Sri Hastuti. 2010. Jurnal Pendidikan MIPA. Jurusan P.MIPA. Unila Nurjaya. PMRI. 28 Mei 2009. http://nurjaya.files.wordpress.com/.

Soejadi. 2002. Pemanfaatan Realitas dan Lingkungan dalam Pembelajaran Matematika. Bumi Aksara. Jakarta

Sudijono, Anas. 2001. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Tarsito: Bandung


(14)

Sunartombs. 2009. Pembelajaran Konvensional Banyak Dikritik Namum Paling Disukai. [on line]. Tersedia: http://sunartombs.wordpress.com/2009/03/02/

pembelajaran-konvensional-banyak-dikritik-namun-paling-disukai/. (21 Agustus 2010) Sutikno, M. Sobry. 2005. Pembelajaran Efektif. NTP Pres. Mataram.

Yustisia, Sella Erin. 2011. PengaruhPenerapan Model Pembelajaran Van Hiele terhadapPemahamanKonsepGeometri. Unila.TidakDiterbitkan

Zulkardi. 2003. Realistic Mathematics Education Theory Meets Web Technology. Prosiding Konferensi Nasional X Matematika. Majalah Ilmiah Himpunan Matematika Indonesia. ITB. Bandung.


(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep ... 20

3.1 Desain Penelitian ... 24

3.2 Interprestasi Nilai Tingkat Kesukaran ... 29

3.3 Interpretasi Nilai Daya Pembeda ... 30

3.4 Data Uji Tes Pemahaman Konsep Matematis ... 31

3.5 Klasifikasi Normalisasi Gain ... 32

4.1 Data Gain Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa ... 36

4.2 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Gain ... 37

4.3 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data Gain ... 38


(16)

MOTTO

“Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan”

(QS. Al - Insyirah : 6)

Berpikir positif, bekerja, berdoa.

Lakukan dengan cinta dan suka cita.

Niscaya hidupmu akan bahagia.

If fate gives us lemon, try to make lemonade.

Jika takdir memberi kita jeruk, cobalah membuat es jeruk.

(Anonim)

Lihatlah ke atas untuk memacu semangat.

Lihatlah ke bawah untuk mensyukuri nikmat.


(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan suatu bangsa, karena melalui pendidikan diharapkan akan lahir sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu membangun masyarakat ke arah yang lebih baik. Oleh sebab itu, pendidikan memegang peranan penting sebagai sarana yang tepat untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, disebutkan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.

Pendidikan merupakan proses interaksi antar individu maupun individu dengan lingkungan sehingga terjadi perubahan tingkah laku. Proses interaksi tersebut dapat terjadi di dalam sekolah maupun di luar sekolah. Kegiatan pokok dalam proses pendidikan di sekolah adalah kegiatan pembelajaran. Dengan kata lain, berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan, salah satunya bergantung pada


(18)

2 kegiatan pembelajaran yang dialami siswa. Oleh karena itu, tuntutan mendasar yang dialami dunia pendidikan saat ini adalah peningkatan mutu pembelajaran. Pada saat ini usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan sudah banyak dilaku-kan, salah satunya dalam bidang pendidikan matematika. Karena matematika merupakan ilmu sains yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, maka perlu dipelajari dan dipahami dengan baik. Matematika juga merupakan ilmu pengetahuan yang terorganisir secara sistematik, dimana antara materi yang satu dengan materi yang lain saling berkaitan. Untuk memahami suatu materi matematika diperlukan pemahaman dari materi sebelumnya. Oleh sebab itu, dalam penyajian materi matematika guru harus dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna sesuai keinginan siswa sehingga siswa mendapatkan pengalaman-pengalaman belajar yang baru yang terkait dengan pengalaman sebelumnya. Dengan adanya pengalaman-pengalaman belajar tersebut, siswa akan lebih mudah memahami konsep-konsep matematika.

Dalam pandangan siswa dari sekolah dasar sampai sekolah menengah atas secara umum, mata pelajaran matematika adalah mata pelajaran yang sulit untuk dimengerti. Salah satu yang menyebabkan sulitnya matematika bagi siswa adalah pembelajaran matematika kurang bermakna. Guru dalam pembelajaran kurang mengaitkan pengetahuannya dengan pengetahuan yang dimiliki siswa. Hal ini terjadi karena guru lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran sebagai pemberi informasi atau pengetahuan untuk siswa. Sedangkan siswa hanya sebagai penerima informasi dengan cara mendengarkan, mencatat dan menghafal penjelasan yang diberikan oleh guru. Pembelajaran yang demikian membuat


(19)

3 siswa merasa bosan dan mengantuk pada saat proses pembelajaran berlangsung. Selain itu, pengetahuan yang telah didapat oleh siswa di kelas akan mudah dilupakan serta siswa tidak termotivasi untuk mengikuti pelajaran matematika. Hal inilah yang dapat menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa.

Rendahnya hasil belajar siswa lebih terlihat jelas pada pokok bahasan yang bersifat abstrak sehingga memerlukan visualisasi atau model pembelajaran khusus. Dengan kata lain, pembelajaran matematika hendaknya diawali dengan hal yang konkret ke abstrak, dari hal yang sederhana ke kompleks, dan dari yang mudah ke sulit. Penyajian konsep matematika secara konkret dapat memotivasi siswa untuk menemukan konsep yang sedang dipelajari sekaligus memberikan pemahaman kepada siswa tentang penerapan konsep tersebut dalam kehidupan nyata. Dengan demikian, diharapkan pemahaman konsep siswa dapat berkembang. Dengan berkembangnya pemahaman konsep, berarti tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Berkaitan dengan hal tersebut, dalam meningkatkan pemahaman konsep banyak faktor yang harus diperhatikan. Salah satunya adalah dengan memilih model pembelajaran, strategi, atau pendekatan pembelajaran yang efektif di kelas sehingga siswa dapat memahami konsep-konsep matematika yang telah disampaikan dengan lebih baik.

Salah satu pendekatan pembelajaran matematika yang berorientasi pada mate-matisasi pengalaman sehari-hari adalah pembelajaran dengan Pendekatan Matematika Realistik (PMR). PMR merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang bermula dari penyajian permasalahan riil bagi siswa dan siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga siswa termotivasi dalam menemukan dan


(20)

4 menggunakan konsep matematika untuk menyelesaikan masalah baik secara individu maupun kelompok.

PMR menekankan kepada konstruksi dari konteks masalah konkrit sebagai titik

awal (starting point) bagi siswa dalam memperoleh konsep-konsep matematika.

Masalah konkrit dan objek-objek yang digunakan dalam kehidupan nyata atau lingkungan sekitar digunakan sebagai konteks pembelajaran matematika dan siswa diberi kesempatan agar dapat mengkontruksikan matematika dengan cara dan bahasa mereka sendiri. Ini berarti, siswa didorong untuk membangun makna dari pengalamannya, sehingga pemahaman terhadap materi yang sedang dipelajari meningkat. Dengan demikian, siswa dapat memahami konsep dari materi matematika yang sedang dipelajari. Hal ini sesuai dengan pendapat Van de Henvel-Panhuizen (dalam Suharta, 2002:642) bahwa bila anak belajar matematika terpisah dari pengalaman mereka sehari-hari maka anak akan cepat lupa dan tidak dapat mengaplikasikan matematika dalam kehidupan nyata.

Pembelajaran matematika yang dikaitkan dengan kehidupan nyata akan lebih mudah dipahami dan diingat siswa, sehingga pembelajaran akan lebih bermakna. Menurut Piaget (dalam Hawa, 2006:185) bahwa siswa SMP berada pada fase perkembangan operasional konkret dan kepada siswa sebaiknya diberikan pelajaran yang bersifat konkret dengan contoh-contoh yang jelas. Hal ini membuat siswa lebih tertarik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, siswa akan terlibat aktif dalam mengikuti pelajaran, berdiskusi dan mampu menemukan konsep yang sedang dipelajari secara mandiri.


(21)

5

Dalam penelitian ini PMR dicobakan pada kelas VIII MTs N Kedondong

Pesawaran. MTs ini memiliki siswa-siswi yang heterogen dalam hal kemampuan, jenis kelamin, suku, ras, dan keragaman budaya. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan guru matematika kelas VIII MTsN Kedondong Pesawaran, siswa yang tidak memahami konsep matematika mengalami kesulitan dalam pembelajaran matematika itu sendiri. Hal ini dikarenakan siswa tidak terlibat secara aktif dalam interaksi belajar baik dengan guru maupun dengan temannya. Guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional, dimana guru menjadi sumber informasi untuk siswa, sedangkan keabstrakan objek merupakan karakteristik dari pelajaran matematika, jadi siswa sulit untuk mengerti inti dari pelajaran yang sedang dipelajari. Dengan menggunakan PMR siswa akan diajak untuk menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari, sehingga siswa lebih mudah dalam memahami konsep dari materi pelajaran matematika.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ”Apakah PMR efektif dalam meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII semester genap MTsN Kedondong?”

Dari rumusan masalah diatas, dapat dijabarkan pertanyaan penelitian secara rinci: “Apakah peningkatan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan PMR lebih tinggi daripada peningkatan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional?”


(22)

6

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penerapan PMR dalam meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah:

1. Bagi siswa, memperoleh pengalaman langsung mengenai pembelajaran

matematika yang mengaitkannya dengan permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari dan memberikan suasana baru dalam pembelajaran yang mendorong peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.

2. Bagi guru, memberikan wawasan dalam penerapan pendekatan pembelajaran

yang efektif dilihat dari kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.

3. Bagi Peneliti, dapat menjadi sarana dalam pengembangan diri, menambah

pengalaman dan pengetahuan peneliti terkait dengan penelitian menggunakan PMR dan sebagai refrensi untuk peneliti lain.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini yaitu :

1. Efektivitas pembelajaran adalah tingkat keberhasilan suatu pembelajaran untuk

mencapai tujuan yang diharapkan. Efektivitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keefektifan pembelajaran dengan menggunakan PMR. Dikatakan efektif jika peningkatan pemahaman konsep siswa yang mengikuti pembelajaran dengan PMR lebih tinggi daripada peningkatan pemahaman konsep siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.


(23)

7

2. PMR merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang bermula dari penyajian

permasalahan nyata bagi siswa dan siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga siswa termotivasi dalam menemukan dan menggunakan konsep matematika dengan cara dan pemikirannya untuk menyelesaikan masalah baik secara individu maupun kelompok.

3. Pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran yang biasa digunakan

guru dalam pembelajaran. Dalam hal ini, pembelajaran konvensional yang dimaksud adalah pembelajaran dengan memberikan keterangan terlebih dahulu mengenai definisi, prinsip, dan konsep materi pelajaran serta memberikan contoh-contoh latihan pemecahan masalah dalam bentuk ceramah, tanya jawab dan penugasan.

4. Pemahaman konsep siswa merupakan kemampuan siswa dalam memahami

konsep materi pelajaran matematika yang dapat dilihat dari nilai hasil belajar siswa setelah dilakukan tes pemahaman konsep pada akhir materi kubus dan balok. Indikator pemahaman konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Menyatakan ulang suatu konsep.

2. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu.

3. Memberi contoh dan non-contoh dari konsep.

4. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika.

5. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep.

6. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu.


(24)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Efektivitas Pembelajaran

Dalam kamus bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, atau efektif juga dapat diartikan dengan memberikan hasil yang memuaskan. Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan yang tepat atau mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Sutikno (2005: 7) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif merupakan suatu pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian, pembelajaran dikatakan efektif apabila tujuan dari pembelajaran dapat tercapai.

Nasution (2002: 27) berpendapat bahwa belajar yang efektif hasilnya merupakan pemahaman, pengetahuan, atau wawasan. Dari pendapat tersebut, dalam pembelajaran matematika dikatakan efektif jika siswa belajar dengan menghubungkan pendapat yang dimiliki ke pengetahuan utama, guru harus memahami apa yang diketahui siswa. Guru tahu bagaimana caranya mengajukan


(25)

9 pertanyaan untuk memancing siswa agar mengungkapkan pengetahuannya lebih dulu, kemudian mereka dapat mendesain pengalaman yang dimiliki yang berpengaruh terhadap pengetahuan.

Selanjutnya Hamalik (2001: 171) menyatakan bahwa pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada siswa untuk belajar. Penyediaan ke-sempatan belajar sendiri dan beraktivitas seluas-luasnya diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami konsep yang sedang dipelajari.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran adalah tercapainya tujuan pembelajaran yang diwujudkan pada hasil belajar dari suatu proses interaksi antar siswa maupun antara siswa dengan guru dalam situasi edukatif. Dalam penelitian ini, efektivitas dikatakan tercapai bila peningkatan pemahaman konsep yang menggunakan PMR lebih baik dari pada peningkatan pemahaman konsep pada pembelajaran konvensional.

2. Pendekatan Matematika Realistik

PMR pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda dari tahun 70-an oleh Institute Freudenthal yang diadopsi dari teori pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME). Sejak tahun 1971, Institute Freudenthal

mengembangkan suatu pendekatan teoritis terhadap pembelajaran matematika yang dikenal sebagai RME. RME menggabungkan pandangan tentang apa itu matematika, bagaimana siswa belajar matematika dan bagaimana matematika harus diajarkan. Freudenthal berkeyakinan bahwa siswa tidak boleh dipandang


(26)

10 sebagai passive receivers of ready-made mathematics (penerima pasif matematika yang sudah jadi). Menurutnya pendidikan harus mengarahkan siswa kepada penggunaan berbagai situasi dan kesempatan untuk menemukan kembali matematika dengan cara mereka sendiri.

Tujuan PMR adalah memotivasi siswa dalam memahami konsep matematika dengan mengaitkan konsep tersebut dengan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, permasalahan yang digunakan harus mempunyai keterkaitan dengan situasi nyata yang mudah dipahami dan dibayangkan oleh siswa. Sesuatu yang dibayangkan tersebut digunakan sebagai starting point (titik tolak atau titik awal) dalam pemahaman konsep-konsep matematika.

Dipertegas oleh Soejadi (2002: 49) yang mengemukakan bahwa:

”PMR pada dasarnya adalah pemanfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami siswa untuk memperlancar proses pembelajaran matematika sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan matematika secara lebih baik daripada masa lalu”. Realitas yang dimaksud adalah hal-hal nyata yang dapat diamati atau dipahami oleh siswa. Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan tempat siswa berada, seperti lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat yang mudah dibayangkan oleh siswa.

Zulkardi (2003: 14) mengatakan sebagai berikut.

”PMR adalah pendekatan dalam pendidikan matematika yang berdasarkan ide bahwa matematika adalah aktivitas manusia dan matematika harus dihubungkan secara nyata dalam konteks kehidupan sehari-hari siswa sebagai suatu sumber pengembangan sekaligus sebagai aplikasi melalui proses matematisasi baik horizontal maupun vertikal.”


(27)

11 Pada pembelajaran dengan PMR, pemahaman konsep matematika siswa terjadi melalui proses matematisasi baik horizontal maupun vertikal.

Treffers (dalam Hadi, 2005: 20), menjelaskan dua jenis matematisasi tersebut sebagai berikut.

a. Matematisasi Horizontal

Tahap ini dimulai dengan penyajian permasalahan kontekstual (riil) dan siswa diberi kesempatan untuk mencoba menguraikan dengan bahasa dan simbol yang dibuat sendiri. Pada tahap ini, siswa menggunakan pengetahuan matematika yang dimiliki untuk mengorganisasikan dan memecahkan masalah kontekstual yang disajikan. Aktivitas yang dapat dilakukan siswa pada tahap ini adalah pengidentifikasian masalah, mengubah masalah nyata ke masalah matematika, menemukan hubungan dan aturan-aturan.

b. Matematisasi Vertikal

Pada tahap ini, siswa melakukan proses pengorganisasian kembali meng-gunakan sistem matematika itu sendiri. Pada tahap ini, aktivitas yang dapat dilakukan siswa adalah memperlihatkan hubungan dalam rumus, mem-buktikan aturan, dan membuat generalisasi.

De Lange dan Van den Heuvel (dalam Hadi, 2005: 22) mengemukakan bahwa: ”Pembelajaran dengan PMR adalah pembelajaran matematika yang mengembangkan suatu konsep matematika yang dimulai oleh siswa secara mandiri dengan memberikan peluang pada siswa untuk berkreasi mengembangkan pemikirannya”.


(28)

12 Pengembangan konsep berawal dari pemikiran siswa sendiri dan siswa menggunakan strategi masing-masing dalam menemukan konsep tersebut. Guru bertindak sebagai pembimbing siswa dalam menemukan konsep-konsep tersebut. Sedangkan menurut Hadi (2009) yang menyatakan bahwa:

”Pada pembelajaran PMR, peran seorang guru tak lebih dari seorang fasilitator, harus mampu membangun pengajaran yang interaktif, memberikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif menyumbang pada proses belajar dirinya, dan secara aktif membantu siswa dalam menafsirkan persoalan riil dan juga aktif mengkaitkan kurikulum dengan dunia riil, baik fisik maupun sosial. Sementara, siswa berfikir, mengkomunikasikan alasannya, melatih nuansa demokrasi dengan menghargai pendapat orang lain”.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa PMR merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran matematika yang dikaitkan dengan situasi nyata yang dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa dan siswa diberikan kebebasan untuk menemukan dan menerapkan konsep matematika sesuai dengan cara dan pemikirannya sendiri.

PMR mempunyai beberapa karakteristik yang membedakannya dengan pendekatan-pendekatan yang lain dalam pendidikan matematika. Marpaung (2009) menjelaskan karakteristik PMR yaitu:

”(1) Murid aktif, guru aktif (matematika sebagai aktivitas manusia).

(2) Pembelajaran sedapat mungkin dimulai dengan menyajikan masalah kontekstual/realistik.

(3) Guru memberikan kesempatan kepada siswa menyelesaikan masalah dengan cara sendiri.

(4) Guru menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan.

(5) Siswa dapat menyelesaikan masalah dalam kelompok (kecil atau besar). (6) Pembelajaran tidak selalu di dalam kelas.

(7) Guru mendorong terjadinya interaksi dan negosiasi.

(8) Siswa dapat secara bebas memilih modus representasi yang se-suai dengan struktur kognitifnya sewaktu menyelesaikan suatu masalah (menggunakan model).


(29)

13 (10) Kalau siswa membuat kesalahan dalam menyelesaikan masalah jangan dimarahi tetapi dibantu melalui pemberian pertanyaan-pertanyaan (motivasi)”.

Menurut Arman (dalam Zulkardi, 2003: 34), dalam mendesain suatu pem-belajaran dengan PMR harus mempresentasikan karakteristik-karakteristik dari PMR itu sendiri baik pada tujuan, materi, metode, dan evaluasi sebagai berikut. “1. Tujuan

Tujuan haruslah mencakup tiga tingkatan tujuan dalam PMR, yaitu tingkat rendah, sedang, dan tinggi. Dua tujuan terakhir menekankan pada kemampuan berargumentasi, berkomunikasi dan pembentukan sikap kritis murid.

2. Materi

Desain suatu open material yang disituasikan dalam realitas, berawal dari konteks yang berarti, yang membutuhkan keterkaitan materi pelajaran terhadap unit atau topik lain yang riil secara original seperti pecahan dan persen dalam bentuk model atau gambar, diagram dan situasi atau simbol yang dihasilkan pada proses pembelajaran. Kebanyakan soal dapat diselesaikan dan dijelaskan dengan lebih dari satu strategi atau solusi. Tujuannya adalah untuk mendiskusikan perbedaan strategi dan kemudian menentukan yang terbaik.

3. Metode

Dalam metode ini siswa diberikan kesempatan untuk bekerja sama dengan teman sekelompoknya. Tujuannya adalah untuk mengatur aktivitas dan motivasi belajar siswa sehingga mereka dapat berinteraksi sesamanya, diskusi, negosiasi dan kolaborasi. Pada situasi ini, siswa mempunyai kesempatan untuk menjelaskan pemikirannya dan mengerti pemikiran seseorang melalui bekerja, berpikir, berkomunikasi tentang matematika. Di sini peranan guru hanya sebagai fasilitator dan pembimbing.

4. Evaluasi

Materi evaluasi harus dibuat dalam bentuk open question yang memancing siswa menjawab secara bebas dan menggunakan beragam strategi dan beragam jawaban. Beragam strategi atau jawaban yang dimaksud adalah dalam menyelesaikan persoalan dimungkinkan siswa menjawab dengan beragam strategi dan beragam penyelesaian bahkan dibenarkan siswa menjawab dengan algoritma sendiri. Pada tahap ini dihasilkan jawaban non formal”.

Selain mempunyai karakteristik, PMR juga mempunyai prinsip dalam pendidikan matematika. Gravemeijer (dalam Hadi, 2005: 29) menjelaskan tiga prinsip PMR sebagai berikut.


(30)

14 a. Penemuan Terbimbing dan Bermatematika Progresif (Guided Reinvention and

Progressive Mathematization).

Artinya siswa harus diberikan kesempatan untuk mengalami proses penemuan konsep matematika. Pembelajaran diatur sedemikian rupa agar siswa dapat menemukan konsep tersebut dengan cara memberikan masalah kontekstual yang memiliki banyak kemungkinan solusi.

b. Fenomena Didaktil (Didactyl Phenomenome).

Maksudnya topik-topik matematika sebaiknya dikenalkan kepada siswa melalui penyajian masalah kontekstual, yaitu menyajikan masalah-masalah yang berkaitan langsung dengan kehidupan nyata.

c. Model Pengembangan Mandiri (Self Developed Models).

Artinya dalam menyelesaikan masalah kontekstual siswa harus me-ngembangkan sendiri model penyelesaian. Setelah itu, dengan arahan guru siswa menyelesaikan permasalahan matematika dengan model matematika formal.

Selanjutnya, Hadi (2005: 4) menyebutkan urutan pembelajaran dengan PMR adalah sebagai berikut.

1. Memahami masalah kontekstual

Guru menyajikan masalah kontekstual dengan memperhatikan pengalaman, tingkat pengetahuan siswa, dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Penyajian masalah kontekstual tersebut dapat dilakukan dengan memberikan soal/pertanyaan yang memiliki keterkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Selanjutnya guru meminta siswa menelaah permasalahan yang terkandung di


(31)

15 dalam soal yang diberikan. Pada kegiatan ini guru memberikan penjelasan pada bagian-bagian tertentu yang belum dipahami oleh siswa.

2. Menyelesaikan masalah kontekstual

Siswa secara individu menyelesaikan masalah kontekstual yang disajikan. Guru memotivasi siswa agar mampu menyelesaikan masalah dengan cara mereka sendiri.

3. Membandingkan dan mendiskusikan jawaban

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertukar pikiran atau mendiskusikan jawabannya dengan siswa lain dalam kelompok kecil yang kemudian dilanjutkan dengan diskusi kelas.

4. Menyimpulkan

Siswa diminta menyimpulkan jawaban dari masalah kontekstual yang disajikan. Guru memberikan arahan sehingga diperoleh kesimpulan yang benar.

Dari uraian di atas, pembelajaran dengan PMR adalah pembelajaran yang diawali dari guru menyajikan masalah, siswa menyelesaikan masalah, diskusi dalam kelompok kecil dan dilanjutkan dengan diskusi kelas, selanjutnya siswa menyimpulkan. Dengan kata lain, PMR akan meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami konsep matematika.

3. Pembelajaran Konvensional

Pendekatan pembelajaran konvensional saat ini merupakan pendekatan pembelajaran yang paling umum dipakai oleh guru. Sebagaimana dikatakan oleh Wallace (dalam Sunartombs; 2009) tentang pendekatan konservatif, pendekatan


(32)

16 konvensional memandang bahwa proses pembelajaran yang dilakukan sebagaimana umumnya guru mengajarkan materi kepada siswanya. Guru mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa, sedangkan siswa lebih banyak sebagai penerima.

Institute of Computer Technology (dalam Sunartombs; 2009) menyebutnya dengan istilah “pengajaran tradisional”. Dijelaskan bahwa pengajaran tradisional yang berpusat pada guru adalah perilaku pengajaran yang paling umum yang diterapkan di sekolah-sekolah di seluruh dunia. Pengajaran model ini dipandang efektif, terutama untuk berbagai informasi yang tidak mudah ditemukan di tempat lain, menyampaikan informasi dengan cepat, membangkitkan minat akan informasi, mengajari siswa yang cara belajar terbaiknya dengan mendengarkan. Namun demikian pendekatan pembelajaran tersebut mempunyai beberapa kelemahan yaitu tidak semua siswa memiliki cara belajar terbaik dengan mendengarkan dan hanya memperhatikan penjelasan guru, sering terjadi kesulitan untuk menjaga agar siswa tetap tertarik dengan apa yang dipelajari, pendekatan tersebut cenderung tidak memerlukan pemikiran yang kritis, dan mengasumsikan bahwa cara belajar siswa itu sama dan tidak bersifat pribadi.

Metode mengajar yang lebih banyak digunakan guru dalam pembelajaran konvensional adalah metode ekspositori. Metode ekspositori ini sama dengan cara mengajar yang biasa dipakai pada pembelajaran matematika. Kegiatan guru yang utama adalah menerangkan dan siswa mendengarkan atau mencatat apa yang disampaikan guru. Selanjutnya guru memberikan contoh soal dan penyelesaian-nya, kemudian memberi soal-soal latihan, dan siswa disuruh mengerjakannya.


(33)

17 Jadi salah satu ciri kelas dengan pembelajaran secara ekspositori yaitu para siswa tidak mengetahui apa tujuan mereka belajar pada hari itu.

Menurut Hannafin (dalam Juliantara; 2009) sumber belajar dalam pendekatan pembelajaran konvensional lebih banyak berupa informasi verbal yang diperoleh dari buku dan penjelasan guru atau ahli. Sumber-sumber inilah yang sangat mem-pengaruhi proses belajar siswa. Dengan kata lain, sumber belajar harus tersusun secara sistematis mengikuti urutan dari komponen-komponen yang kecil ke keseluruhan dan biasanya bersifat deduktif. Oleh sebab itu, apa yang terjadi selama pembelajaran jauh dari upaya-upaya untuk terjadinya pemahaman. Siswa dituntut untuk menunjukkan kemampuan menghafal dan menguasai potongan-potongan informasi sebagai prasyarat untuk mempelajari keterampilan-keterampilan yang lebih kompleks.

4. Pemahaman Konsep

Dalam kamus Bahasa Indonesia, paham adalah mengerti dengan tepat, dan konsep adalah suatu rancangan. Sedangkan dalam matematika, konsep merupakan ide abstrak manusia yang mendasari keseluruhan objek, peristiwa, dan fakta yang menerangkan suatu hal. Konsep tersebut akan menggambarkan secara detail objek-objek yang dibicarakan. Menurut Nasution (2008:161) yang mengungkap-kan bahwa “Bila seseorang dapat menghadapi benda atau peristiwa sebagai suatu kelompok, golongan, kelas, atau kategori, maka ia telah belajar konsep”. Jadi pemahaman konsep adalah pengertian yang benar tentang suatu rancangan atau ide abstrak.


(34)

18 Dalam proses pembelajaran, konsep memegang peranan penting. Hamalik (2002: 164) menyatakan bahwa dalam suatu pembelajaran konsep berperan sebagai berikut.

“1. Konsep mengurangi kerumitan lingkungan.

2. Konsep membantu siswa untuk mengidentifikasi objek-objek yang ada di sekitar mereka.

3. Konsep dan prinsip untuk mempelajari sesuatu yang baru, lebih luas dan lebih maju. Siswa tidak harus belajar secara konstan, tetapi dapat menggunakan konsep-konsep yang telah dimilikinya untuk mempelajari sesuatu yang baru. 4. Konsep mengarahkan kegiatan instrumental.

5. Konsep memungkinkan pelaksanaan pengajaran.”

Dari pernyataan di atas, konsep harus dipahami dengan mendalam, diperlukan contoh-contoh yang banyak, sehingga siswa mampu mengetahui karakteristik konsep tersebut. Karakteristik konsep yang diberikan akan membantu siswa dalam memahami konsep yang disajikan karena dapat memberikan pembelajaran yang bermakna bagi siswa.

Kemampuan pemahaman konsep matematis merupakan salah satu tujuan penting dalam kegiatan pembelajaran, dapat diartikan bahwa materi-materi yang diajarkan kepada siswa bukan hanya sebagai hafalan. Pemahaman matematis juga merupakan salah satu tujuan dari setiap materi yang disampaikan oleh guru, sebab guru merupakan pembimbing siswa untuk mencapai konsep yang diterapkan. Menurut Skemp (dalam Pujiastuti 2011:6) terdapat dua jenis pemahaman konsep matematika yaitu:

“Pemahaman instrumental dan pemahaman relasional. Pemahaman instrumen-tal adalah pemahaman atas konsep yang saling terpisah dan hanya hafal rumus dalam perhitungan sederhana. Pemahaman relasional adalah pemahaman yang memuat suatu skema atau struktur yang dapat dipergunakan pada penyelesaian yang lebih luas, serta pemakaiannya lebih bermakna. Pada pemahaman


(35)

19 relasional siswa tidak hanya sekedar tahu dan hafal tentang sesuatu hal, tetapi dia juga tahu bagaimana dan mengapa hal itu dapat terjadi.”

Pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap konsep matematika menurut NCTM (dalam Herdian, 2010) dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam beberapa kriteria yaitu mendefinisikan konsep secara verbal dan tulisan, membuat contoh dan bukan contoh, menggunakan simbol - simbol untuk merepresentasikan suatu konsep, mengubah suatu bentuk representasi ke bentuk lainnya, mengenal berbagai makna dan interpretasi konsep, mengidentifikasi sifat-sifat suatu konsep dan mengenal syarat yang menentukan suatu konsep, serta membandingkan dan membedakan konsep-konsep.

Pemahaman konsep merupakan salah satu aspek yang dinilai dalam hasil belajar. Menurut Zulaiha (2006: 19), hasil belajar yang dinilai dalam mata pelajaran matematika ada tiga aspek yang terdiri dari pemahaman konsep, penalaran dan komunikasi, serta pemecahan masalah. Ketiga aspek tersebut bisa dinilai dengan menggunakan penilaian tertulis, penilaian kinerja, penilaian produk, penilaian proyek, maupun penilaian portofolio.

Dalam penelitian ini, hasil belajar diperoleh siswa berdasarkan hasil tes pemahaman konsep. Indikator pemahaman konsep yang digunakan adalah menyatakan ulang suatu konsep, mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu, memberi contoh dan non contoh dari konsep, menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika, mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep, menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu, serta mengaplikasikan konsep.


(36)

20 Pedoman penskoran tes pemahaman konsep disajikan pada tabel berikut:

Tabel 2.1 Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep

(Yustisia, 2011: 21) B. Kerangka Pikir

Penelitian tentang efektivitas PMR dalam meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa ini merupakan penelitian yang terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah PMR. Sedangkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa melalui PMR sebagai variabel terikat.


(37)

21 PMR merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang berdasarkan pada ide bahwa matematika harus dihubungkan secara nyata dengan kehidupan sehari-hari yang mudah dipahami dan dibayangkan oleh siswa. Pada awal pembelajaran, siswa diajak berpikir dari masalah matematika yang diangkat dari lingkungan sekitar kemudian siswa diberi kesempatan untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan matematika formalnya melalui masalah-masalah kontekstual yang disajikan. Hal ini dapat memotivasi siswa untuk terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga konsep matematika yang bersifat abstrak dapat terkonstruksi dengan mudah dan lebih lama diingat oleh siswa dan siswa dapat mengetahui penerapan konsep yang sedang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, pemahaman konsep siswa akan meningkat. Dengan pemahaman konsep yang optimal maka akan membantu siswa dalam memperoleh hasil belajar yang baik. Selain itu, PMR juga memberikan kebebasan berfikir pada siswa dalam memecahkan masalah dengan caranya sendiri, dalam pembelajaran juga terjadi komunikasi antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru pada saat diskusi kelompok.

Pada pembelajaran konvensional, pembelajaran di mulai dengan memberikan materi terlebih dahulu serta memberikan contoh-contoh latihan dalam bentuk ceramah, tanya jawab dan penugasan. Pada pembelajaran ini, siswa tidak berperan secara aktif karena guru yang mendominasi pada saat pembelajaran berlansung. Hal ini menyebabkan siswa malas untuk berpikir sehingga kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kurang baik.


(38)

22 C. Hipotesis Penelitian

1. Hipotesis Umum

Hipotesis umum dalam penelitian ini adalah PMR efektif dalam meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.

2. Hipotesis Kerja

Hipotesis kerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah peningkatan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan PMR lebih tinggi daripada peningkatan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.


(39)

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilaksanakan di MTs Negeri Kedondong Kabupaten Pesawaran. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII semester genap MTs Negeri Kedondong Tahun Pelajaran 2011/2012 yang terdiri dari 7 rombongan belajar yaitu kelas VIII-A, VIII-B, VIII-C, VIII-D, VIII-E, VIII-F, VIII-G yang rata-rata kemampuan masing-masing kelasnya sama. Dari 7 kelas di ambil 2 kelas dengan menggunakan teknik cluster random sampling sebagai sampel, diperoleh VIII-C sebagai kelas eksperimen yang pembelajarannya menggunakan PMR yang berjumlah 35 siswa dan VIII-D sebagai kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional yang berjumlah 37 siswa.

B. Desain Penelitian

Desain dalam penelitian ini menggunakan desain pretes – postes kontrol sebagaimana yang dikemukakan Furchan (1982:356) sebagai berikut.


(40)

24

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelas Pretes Perlakuan Postes

Eksperimen Y1 Pembelajaran dengan PMR Y2

Pengendali atau

kontrol Y1 Pembelajaran Konvensional Y2

C. Prosedur Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan langkah-langkah penelitian se-bagai berikut.

1. Orientasi sekolah, untuk mengetahui jumlah kelas yang ada, jumlah siswanya, dan cara guru matematika mengajar selama pembelajaran,

2. Menentukan sampel dalam penelitian,

3. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kelas eksperimen

dengan menggunakan PMR dan untuk kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional,

4. Menyiapkan instrumen penelitian berupa tes pemahaman konsep sekaligus aturan penskorannya,

5. Melakukan validasi instrumen, 6. Melakukan uji coba instrumen,

7. Mengadakan pretes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, 8. Melaksanakan perlakuan pada kelas eksperimen,

Langkah-langkah penelitian sebagai berikut:

1. Tahap Perencanaan


(41)

25 b. Membuat Lembar Kerja Kelompok (LKK) yang akan digunakan pada

saat diskusi kelompok.

c. Membuat soal berupa tes pemahaman konsep.

2. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun. Urutan pembelajaran yang dilakukan adalah sebagai berikut.

1) Kegiatan Awal

a. Mengarahkan siswa untuk berkumpul dengan kelompok yang telah ditentukan.

b. Memberikan motivasi dan apersepsi yaitu melakukan tanya jawab untuk menggali kemampuan prasyarat siswa mengenai materi yang akan dibahas.

2) Kegiatan Inti

a. Guru menyajikan masalah riil yang memiliki keterkaitan dengan materi yang akan dibahas.

b. Guru membagikan LKK kepada setiap kelompok, meminta siswa ber-diskusi mengerjakan LKK dalam kelompok dan memantau jalannya diskusi kelompok.

c. Perwakilan dari kelompok mempresentasikan hasil diskusi dan siswa yang lain menanggapi presentasi.

d. Mengadakan diskusi kelas tentang materi yang telah dipelajari. e. Guru menyempurnakan hasil diskusi.


(42)

26 a. Dengan bimbingan guru, siswa membuat kesimpulan dari materi yang

telah dipelajari.

b. Guru menginformasikan materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya.

9. Mengadakan postes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, 10. Menganalisis data,

11. Membuat kesimpulan.

D. Data Penelitian

Data penelitian ini adalah data pemahaman konsep matematis yang diperoleh dari tes pemahaman konsep pada kelas eksperimen dan kelas kontrol yang dilakukan di awal (pretes) dan di akhir (postes) pokok bahasan kubus dan balok dan data

gain. Data ini merupakan data kuantitatif.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data menggunakan metode tes, baik dalam pembelajaran konvensional maupun pembelajaran dengan menggunakan PMR. Metode tes adalah metode pengumpulan data yang bertujuan untuk mengetahui hasil dari suatu perlakuan yang dilakukan sebelum pembelajaran (pretes) dan sesudah pembelajaran (postes) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes pemahaman konsep matematis yang berbentuk uraian. Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami konsep matematis.


(43)

27

F. Instrumen Penelitian dan Pengembangan

Instrumen penelitian ini merupakan seperangkat tes yang digunakan untuk mengambil data pemahaman konsep matematis. Untuk mendapatkan data yang akurat, instrumen tes yang digunakan harus valid dan reliabel.

1. Validitas Instrumen

Validitas tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi digunakan untuk mengetahui isi suatu tes sudah sesuai dengan materi dan kurikulum yang akan diukur pada populasi. Untuk mendapatkan instrumen yang valid dilakukan langkah-langkah sebagai berikut.

a. Membuat kisi-kisi berdasarkan indikator-indikator yang telah ditentukan. Adapun indikator pemahaman konsep yang digunakan adalah (1) menyatakan ulang suatu konsep; (2) mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu; (3) memberi contoh dan noncontoh dari suatu konsep; (4) menya-jikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika; (5) mengem-bangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep; (6) menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu serta; (7) meng-aplikasikan konsep.

b. Menyusun butir tes berdasarkan kisi-kisi yang sudah dibuat.

c. Mengkonsultasikan kepada dosen pembimbing terlebih dahulu dan dilanjutkan pada guru mata pelajaran matematika kelas VIII yang dipandang ahli mengenai kesesuaian antara kisi-kisi dengan soal.


(44)

28 Setelah perangkat tes dinyatakan valid, kemudian perangkat tes diujicobakan. Uji coba tes dilakukan diluar sampel penelitian tetapi masih dalam populasi yang sama yaitu pada kelas VIII-F. Setelah diujicobakan, diukur reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda soal.

2. Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas digunakan untuk menunjukkan sejauh mana instrumen dapat dipercaya atau diandalkan dalam penelitian. Sudijono (2003: 208) mengemukakan bahwa suatu tes dikatakan baik apabila koefisien realibilitasnya sama dengan atau lebih dari 0,70. Untuk menghitung reliabilitas tes digunakan rumus Alpha :

Keterangan : 11

r = Koefisien reliabilitas instrumen (tes)

n = Banyaknya butir item yang dikeluarkan dalam tes

Si2 = Jumlah varians skor dari tiap butir item

Si2 = Varian total

3. Tingkat Kesukaran (TK)

Tingkat kesukaran digunakan untuk menentukan derajat kesukaran suatu butir soal. Suatu tes dikatakan baik jika memiliki derajat kesukaran sedang, seperti

               

2

2 11 1 1 Si Si n n r


(45)

29 yang dikemukakan Sudijono (2008: 372) untuk menghitung tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan rumus :

Keterangan:

TK : tingkat kesukaran suatu butir soal

JT : jumlah skor yang diperoleh siswa pada butir soal yang diperoleh

IT : jumlah skor maksimum yang dapat diperoleh siswa pada suatu butir soal Untuk menginterpretasi tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan kriteria indeks kesukaran sebagai berikut.

Tabel 3.2 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran

Nilai Interpretasi

0.00 ≤ TK ≤ 0.15 Sangat Sukar

0.16 ≤ TK ≤ 0.30 Sukar

0.31 ≤ TK ≤ 0.70 Sedang

0.71 ≤ TK ≤ 0.85 Mudah

0.86 ≤ TK ≤ 1.00 Sangat Mudah

Sudijono (2008: 372)

Dalam penelitian ini digunakan butir-butir soal dengan kriteria sedang, dengan cara membuang butir-butir soal dengan kriteria sangat sukar dan sangat mudah.

4. Daya Pembeda (DP)

Daya pembeda digunakan untuk mengetahui apakah suatu butir soal dapat membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dan siswa yang berkemampuan

T T

I J TK


(46)

30 rendah. Untuk menghitung daya pembeda, terlebih dahulu diurutkan dari siswa yang memperoleh nilai tertinggi sampai siswa yang memperoleh nilai terendah. Kemudian diambil 27% siswa yang memperoleh nilai tertinggi (disebut kelompok atas) dan 27% siswa yang memperoleh nilai terendah (disebut kelompok bawah). Untuk menghitung daya pembeda ditentukan dengan rumus:

Keterangan :

DP : indeks daya pembeda satu butir soal tertentu

JA : jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah JB : jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah IA : jumlah skor ideal kelompok (atas/bawah)

Hasil perhitungan daya pembeda diinterpretasi berdasarkan klasifikasi yang tertera dalam tabel berikut.

Tabel 3.3 Interpretasi Nilai Daya Pembeda

Nilai Interpretasi

Negatif ≤ DP ≤ 0,20 Lemah sekali (jelek)

0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup (sedang)

0,40 < DP ≤ 0,70 Baik

0,70 < DP ≤ 1,00 Baik sekali

Sudijono (2008: 388)

Untuk keperluan pengambilan data dalam penelitian ini digunakan butir soal dengan daya beda lebih dari atau sama dengan 0,3.

Setelah diujicobakan dan dilakukan analisis, diperoleh hasil sebagaimana disajikan pada tabel 3.4.

IA JB JA


(47)

31

Tabel 3.4 Data Uji Tes Pemahaman Konsep

Dari tabel hasil tes uji coba diatas, diperoleh bahwa seluruh butir soal telah memenuhi kriteria yang ditentukan sehingga dapat digunakan untuk mengukur pemahaman konsep matematis siswa.

G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

1. Data Gain Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa

Setelah kedua sampel diberi perlakuan yang berbeda, data yang diperoleh dari hasil pretes dan postes dianalisis untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Menurut Meltzer (Rahayu, 2008: 39) besarnya peningkatan dihitung dengan rumus gain ternormalisasi. Adapun rumusan gain ternormalisasi (normalized gain) adalah sebagai berikut.

Dengan ketentuan sebagai berikut .

Test

No

Soal Validitas Reliabilitas Pembeda Daya Kesukaran Tingkat

1 Valid

0,74

0,41 (Baik) 0,69 (Sedang)

2 Valid 0,84 (Baik) 0,54 (Sedang)

3 Valid 0,41 (Baik) 0,34 (Sedang)

4 Valid 0,78 (Baik) 0,53 (Sedang)


(48)

32

Table 3.5 Klasifikasi Normalisasi Gain

Koefisien Normalisasi Gain Klasifikasi

g < 0,3 Rendah

0,3 ≤ g < 0,7 Sedang

g ≥ 0,7 Tinggi

Data hasil tes akhir yang diperoleh digunakan sebagai dasar dalam menguji hipotesis penelitian. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas, setelah itu dilakukan uji kesamaan dua rata-rata. Adapun langkah-langkah dan rumus yang digunakan sebagai berikut.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah data gain kemampuan pemahaman konsep matematis siswa berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Uji Normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Chi-Kuadrat. Uji Chi Kuadrat menurut Sudjana (2005: 273) adalah sebagai berikut.

a. Uji Hipotesis

Ho : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal b. Taraf signifikan : α = 0,05


(49)

33 Keterangan:

Oi = frekuensi harapan

Ei = frekuensi yang diharapkan k = banyaknya pengamatan d. Kriteria uji

Terima H0 jika

b. Uji Kesamaan Dua Varians ( Homogenitas)

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data gain kemampuan pemahaman konsep matematis siswa memiliki varians sama atau sebaliknya. Uji homogenitas varians yang digunakan adalah uji Bartlett. Uji Bartlett menurut Sudjana (2005: 261) sebagai berikut :

a. Uji Hipotesis

H0 : σ12 = σ22 (homogen) H1 : σ12 ≠ σ22 (tidak homogen) b. Taraf signifikan : α = 0,05 c. Statistik uji :

1. Menghitung varians gabungan dari semua sampel


(50)

34 3. Uji Barlet dengan menggunakan statistik chi kuadrat dengan rumus:

d. Kriteria Uji : terima H0 jika dengan

c. Uji Hipotesis

Uji hipotesis yang digunakan adalah uji rata-rata gain dengan menggunakan uji t, uji satu pihak. Adapun rumusnya menurut Sudjana (2005:239) sebagai berikut. a. Uji Hipotesis

H0 : μ1 = μ2 H1 : μ1 > μ2

1

 = rata-rata gain pada kelas eksperimen 2

 = rata-rata gain pada kelas kontrol b. Taraf Signifikan : α = 0,05

c. Statistik Uji

i

x = rata-rata pada kelas eksperimen 2

x = rata-rata pada kelas kontrol n1 = banyaknya subyek kelas eksperimen

n2 = banyaknya subyek kelas kontrol

= varians kelompok eksperimen

2 1 2 1 1 1 n n s x x t   

2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2       n n s n s n s dengan


(51)

35

= varians kelompok kontrol = varians gabungan

Dengan kriteria pengujian: terima Ho jika – t tabel < t hitung < t tabel dengan derajat kebebasan dk = (n1 + n2 – 2 ). Untuk harga-harga t lainnya H0 ditolak. d. Hipotesis uji :

Ho: 1 2, artinya peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan PMR sama dengan peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

H1: 1 2, artinya peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan PMR lebih tinggi dari pada peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.


(52)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan PMR efektif diterapkan dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII MTs Negeri Kedondong Kabupaten Pesawaran semester genap Tahun Pelajaran 2011/ 2012. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan PMR lebih tinggi daripada peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di MTs Negeri Kedondong Kabupaten Pesawaran Tahun Pelajaran 2011/2012 saran yang dapat diberikan sebagai berikut.

1. PMR dapat menjadi salah satu alternatif bagi guru matematika agar dapat

menerapkan dalam pembelajaran khususnya dalam meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.


(53)

43

2. Bagi peneliti yang akan melakukan jenis penelitian yang sama, untuk dapat

mempertimbangkan lama waktu pelaksanaan penelitian agar diperoleh hasil yang maksimal dan dapat mencoba dengan variabel yang lain.


(1)

Table 3.5 Klasifikasi Normalisasi Gain

Koefisien Normalisasi Gain Klasifikasi

g < 0,3 Rendah

0,3 ≤ g < 0,7 Sedang

g ≥ 0,7 Tinggi

Data hasil tes akhir yang diperoleh digunakan sebagai dasar dalam menguji hipotesis penelitian. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas, setelah itu dilakukan uji kesamaan dua rata-rata. Adapun langkah-langkah dan rumus yang digunakan sebagai berikut.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah data gain kemampuan pemahaman konsep matematis siswa berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Uji Normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Chi-Kuadrat. Uji Chi Kuadrat menurut Sudjana (2005: 273) adalah sebagai berikut.

a. Uji Hipotesis

Ho : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal b. Taraf signifikan : α = 0,05


(2)

33 Keterangan:

Oi = frekuensi harapan

Ei = frekuensi yang diharapkan

k = banyaknya pengamatan d. Kriteria uji

Terima H0 jika

b. Uji Kesamaan Dua Varians ( Homogenitas)

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data gain kemampuan pemahaman konsep matematis siswa memiliki varians sama atau sebaliknya. Uji homogenitas varians yang digunakan adalah uji Bartlett. Uji Bartlett menurut Sudjana (2005: 261) sebagai berikut :

a. Uji Hipotesis

H0 : σ12 = σ22 (homogen) H1 : σ12 ≠ σ22 (tidak homogen) b. Taraf signifikan : α = 0,05 c. Statistik uji :

1. Menghitung varians gabungan dari semua sampel


(3)

3. Uji Barlet dengan menggunakan statistik chi kuadrat dengan rumus:

d. Kriteria Uji : terima H0 jika dengan

c. Uji Hipotesis

Uji hipotesis yang digunakan adalah uji rata-rata gain dengan menggunakan uji t, uji satu pihak. Adapun rumusnya menurut Sudjana (2005:239) sebagai berikut. a. Uji Hipotesis

H0 : μ1 = μ2 H1 : μ1 > μ2

1

 = rata-rata gain pada kelas eksperimen

2

 = rata-rata gain pada kelas kontrol b. Taraf Signifikan : α = 0,05

c. Statistik Uji

i

x = rata-rata pada kelas eksperimen

2

x = rata-rata pada kelas kontrol n1 = banyaknya subyek kelas eksperimen

n2 = banyaknya subyek kelas kontrol = varians kelompok eksperimen

2 1 2 1 1 1 n n s x x t   

2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2       n n s n s n s dengan


(4)

35 = varians kelompok kontrol

= varians gabungan

Dengan kriteria pengujian: terima Ho jika – t tabel < t hitung < t tabel dengan derajat kebebasan dk = (n1 + n2 – 2 ). Untuk harga-harga t lainnya H0 ditolak. d. Hipotesis uji :

Ho: 1 2, artinya peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan PMR sama dengan peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

H1: 1 2, artinya peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis

siswa yang mengikuti pembelajaran dengan PMR lebih tinggi dari pada peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.


(5)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan PMR efektif diterapkan dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII MTs Negeri Kedondong Kabupaten Pesawaran semester genap Tahun Pelajaran 2011/ 2012. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan PMR lebih tinggi daripada peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di MTs Negeri Kedondong Kabupaten Pesawaran Tahun Pelajaran 2011/2012 saran yang dapat diberikan sebagai berikut.

1. PMR dapat menjadi salah satu alternatif bagi guru matematika agar dapat menerapkan dalam pembelajaran khususnya dalam meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.


(6)

43 2. Bagi peneliti yang akan melakukan jenis penelitian yang sama, untuk dapat mempertimbangkan lama waktu pelaksanaan penelitian agar diperoleh hasil yang maksimal dan dapat mencoba dengan variabel yang lain.


Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VIII MTs Negeri Kedondong Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 3 53

EFEKTIVITAS PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 2 Pesisir Tengah Krui Tahun Pelajaran 2011/2012)

2 10 48

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS (Studi pada Siswa Kelas V SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 5 68

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL RECIPROCAL TEACHING TERHADAP AKTIVITAS DAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 26 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 10 63

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Ar-Raihan Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 7 51

PENERAPAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Tamansiswa Telukbetung Tahun Pelajaran 2013/2014)

1 17 87

PENERAPAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Tamansiswa Telukbetung Tahun Pelajaran 2013/2014)

1 32 89

EFEKTIVITAS PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 20 BandarLampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

1 58 183

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN REALISTIK (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 01 Pagelaran Tahun Ajaran 2014/1015)

3 19 59

EFEKTIVITAS PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 8 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2014/2015)

0 4 60