EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY DITINJAU DARI HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

(1)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY DITINJAU DARI HASIL

BELAJAR MATEMATIKA SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

(Skripsi)

Oleh RATNASARI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(2)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY DITINJAU DARI HASIL

BELAJAR MATEMATIKA SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

Oleh RATNASARI

Two Stay Two Stray (TSTS) merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagi hasil dan informasi kepada kelompok lain. Penelitian eksperimen semu ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe TSTS ditinjau dari hasil belajar matematika siswa jika dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012. Sampel penelitian adalah siswa kelas VII C sebagai kelas eksperimen dan VII B sebagai kelas kontrol yang diambil menggunakan teknik cluster random sampling. Berdasarkan analisis dengan menggunakan uji-t, diperoleh kesimpulan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS efektif diterapkan pada pembelajaran matematika ditinjau dari hasil belajar matematika siswa.


(3)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY DITINJAU DARI HASIL

BELAJAR MATEMATIKA SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

Oleh RATNASARI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(4)

Judul Skripsi : EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY DITINJAU DARI HASIL BELAJAR

MATEMATIKA SISWA (Studi pada siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

Nama Mahasiswa : Ratnasari Nomor Pokok Mahasiswa : 0743021041

Program Studi : Pendidikan Matematika

Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dra. Arnelis Djalil, M.Pd. Dra. Rini Asnawati, M.Pd. NIP 19530308 198303 2 001 NIP 19620210 198503 2 003

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.


(5)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dra. Arnelis Djalil, M.Pd. _____________

Sekretaris : Dra. Rini Asnawati, M.Pd. _____________

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd. _____________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Karang Melati, Kecamatan Semendawai Timur, Kabupaten Oku Timur, Provinsi Sumatera Selatan pada tanggal 20 Maret 1991. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Alm Bapak H. Sugino dan Ibu Hj. Kasminten.

Pendidikan formal yang telah ditempuh dimulai dari Sekolah Dasar yaitu di Sekolah Dasar SD Negeri 4 Karang Melati Kecamatan Semendawai Timur Kabupaten Oku Timur dan selesai pada tahun 2001, Sekolah Menengah Pertama (SMP) yaitu di SMP Negeri 1 Semendawai Timur Kabupaten Oku Timur dan selesai pada tahun 2004, dan Madrasyah Aliyah Negeri (MAN) yaitu di MAN Gumawang, Kabupaten Oku Timur dan lulus tahun 2007. Kemudian pada tahun 2007, penulis diterima sebagai mahasiswa Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 8 Bandar Lampung pada tahun 2011.


(7)

Motto

“Allah Akan Selalu Memberikan

yang terbaik Buat HambaNya,


(8)

PERSEMBAHAN

Bismillahirrahmanirrahim

Dengan mengucap syukur kehadirat ALLAH SWT, kupersembahkan karya kecil ini sebagai tanda bakti dan cinta

kasihku kepada:

Keempat orang tuaku, Ibu dan Alm Bapakku (Hj. Kasminten dan Alm H. Sugino) serta mamak dan bapak ( Hj. Umi Latifah dan

H. Rangin) yang telah sabar membesarkan dan mendidikku, selalu memberiku semangat dan nasehat, yang selalu ada dikala ku sedih dan senang, mencurahkan doa dan kasih

sayangnya dengan tulus ikhlas demi memberikan yang terbaik dalam hidupku.

Mamas dan Mbak’ku ( Anwar Sani dan wiwik Rokhaniah) yang senantiasa memberikan semangat dan dukungan.

Adik-adikku (Mirna Sari dan Nur Rohim), terima kasih atas dukungan dan perhatiannya.


(9)

Keponakan-keponakanku : Pika Risky Afifa, Dina Risky Latifa, David Risky Azis dan Azzahra Febriana yang selalu membawa

keceriaan dalam hidupku.

Para pendidik yang dengan tulus dan sabar dalam mendidikku.


(10)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray Ditinjau Dari Hasil Belajar Matematika Siswa”.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan beserta jajaran dekanat

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pen-didikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu PenPen-didikan Universitas Lampung.

4. Ibu Dra. Arnelis Djalil, M.Pd., selaku pembimbing I yang telah membimbing dengan penuh kesabaran, memberikan nasihat, motivasi dan sumbangan pemikiran kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Dr. Rini Asnawati, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Akademik dan selaku Dosen pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktunya


(11)

untuk bimbingan, memberikan motivasi dan semangat kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini.

6. Ibu Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd., selaku Penguji Utama yang telah membahas, memberikan masukan, saran, dan kritik, baik selama perkuliahan maupun selama penyelesaian skripsi.

7. Seluruh dosen yang telah mendidik dan membimbing penulis selama menyelesaikan studi.

8. Bapak Wahdiyana, ST., selaku Kepala SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung yang telah memberikan izin penelitian.

9. Ibu Helma, S.Pd., selaku guru mitra yang telah banyak memberikan arahan dan masukan selama penelitian.

10. Siswa-siswi SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung atas kerja samanya. 11. Ibu dan Alm Bapak tersayang, atas semangat, perhatian dan kasih sayang

yang telah diberikan selama ini, yang tidak pernah lelah untuk selalu mendoakan yang terbaik buat anaknya.

12. Mamak dan bapakku tersayang, atas perhatian, do’a dan kasih sayangnya selama ini.

13. Mmaz, Mbak, adik dan keponakanku tersayang, yang telah memberikan semangat, dan motivasi kepadaku.

14. Saudara-saudaraku yang tidak dapat ku sebutkan satu persatu. Terimakasih atas motivasi dan dukungannya yang telah diberikan selama ini.

15. Sahabat-sahabat LitFam + (Nesha Aprilia Puspa, Resia Mardika, Reni Puspita Ningsih, Sevia Gusmita dan Komang Wihat yane), terima kasih atas keber-samaannya selama lima tahun, kalian adalah sahabat terbaikku.


(12)

16. Teman-teman seperjuangan seluruh angkatan 2007 Non Reguler Pendidikan Matematika: Nesha, Resia, Reni, Sevia, Komang, Mb Devi, Indah, Fitri, Berta, Vina, Dina Nur, Rista, Lia, Yulva, Cwie, Sri, Vera, Dea, Mb Leni, Fiska, Vivi, Yesi, Dwi, Tanti,Uya, Tina, Dina A, Anna, Indri, Nana, Rita, Mb Eva, Mira, Mb Yemi, Mb Endah, Robert, Billy, Akang Lihin, Haris, Momon, Ali, Ifan, Dani, Heru, Bang Ken, Adi, Munif, atas kebersamaannya selama ini dan semua bantuan yang telah diberikan. Semoga kebersamaan kita selalu menjadi kenangan yang terindah dan takkan pernah terlupakan untuk selamanya.

17. Teman-teman penghuni Asrama Gravillea Resident ( Novi, dyah, indri, sulis, dwi, yuli, dx risa, anjar, reni, fitri, yuni dan nike) atas semangat dan keber-samaannya, semoga persahabatan kita selalu terjalin.

18. Teman-teman seperjuangan PPL di SMA Negeri 8 Bandar Lampung (Sulis, Gusti, Weny, Desia, Bayu, Emil, Mb Rini, Hendri, Arie dan Ka Beny ) atas kebersamaan selama tiga bulan yang luar biasa.

19. Teman-teman angkatan 2007 reguler, kakak-kakakku angkatan 2004 sampai 2006 dan adik-adikku angkatan 2008 sampai 2011 terima kasih atas kebersamaannya.

20. Almamater yang telah mendewasakanku.


(13)

Semoga Allah SWT senantiasa membalas semua kebaikan yang telah diberikan dengan pahala yang penuh berkah, dan semoga skripsi ini bermanfaat. Amin.

Bandar Lampung, Oktober 2012 Penulis


(14)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 8

1. Efektivitas Pembelajaran ... 8

2. Pembelajaran Kooperatif ... 9

3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS ... 11

4. Pembelajaran Konvensional ... 16

5. Hasil Belajar ... 18

B. Kerangka Pikir ... 21


(15)

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel ... 24

B. Data Penelitian ... 24

C. Desain Penelitian ... 25

D. Prosedur Penelitian ... 25

E. Teknik Pengumpulan Data ... 26

F. Instrumen Penelitian ... 26

G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 29

1. Uji Normalitas ... 30

2. Uji Homogenitas ... 31

3. Uji Hipotesis ... 32

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 34

B. Pembahasan ... 37

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 39

B. Saran ... 39 DAFTAR PUSTAKA


(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Tabel Desain Penelitian ... 25

3.2 Interprestasi Nilai Daya Pembeda ... 28

3.3 Interprestasi Tingkat Kesukaran Butir Tes ... 29

3.4 Daya Uji Tes Hasil Belajar Matematika Siswa ... 29

4.1 Statistik Deskriptif Data Hasil Belajar Matematika ... 34

4.2 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Hasil Belajar Matematika Siswa . 35

4.3 Rangkuman Hasil Uji Coba Homogenitas Data Hasil Belajar Matematika Siswa ... 36


(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman


(18)

PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Ratnasari NPM : 0743021041

Program studi : Pendidikan Matematika Jurusan : Pendidikan MIPA

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang telah diajukan memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepengeta-huan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diter-bitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, Oktober 2012 Yang Menyatakan

Ratnasari


(19)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia, dengan pendidikan manusia berusaha mengembangkan potensi yang dimilikinya, meng-ubah tingkah laku ke arah yang lebih baik. Pendidikan juga dapat mencetak manusia menjadi sumber daya manusia yang handal dan terampil di bidangnya. Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia bagi kehidupan yang akan datang. Pendidikan merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan manusia tidak dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka karena proses pendidikan adalah suatu kegiatan secara bertahap berdasarkan perencanaan yang matang untuk mencapai tujuan dan cita-cita.

Hal tersebut juga sesuai dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 No.20 tahun 2003 yang menjelaskan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, ber-akhlak mulia, berilmu, kreatif, sehat jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap dan mandiri, serta bertanggung jawab.


(20)

2 Dalam pencapaian tujuan pendidikan nasional, terdapat sejumlah mata pelajaran pokok dan pendukung. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Satuan Pendidikan Pasal 1 Ayat 1 menyebutkan bahwa salah satu diantara mata pelajaran pokok yang diajarkan kepada siswa adalah pelajaran matematika. Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pe-ngetahuan yang mempunyai peranan yang sangat besar dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mata pelajaran matematika diajarkan di sekolah ber-tujuan agar peserta didik memiliki kemampuan: (1) memahami konsep mate-matika; (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat; (3) memecahkan masalah; (4) mengkomunikasikan gagasan; (5) memiliki sikap menghargai ke-gunaan matematika dalam kehidupan.

Kesulitan siswa dalam mempelajari matematika antara lain disebabkan oleh ketidak bermaknaan pembelajaran matematika tersebut (Wijaya, 2009 : 2). Hal ini terjadi apabila selama proses pembelajaran berlangsung, guru lebih aktif bertindak sebagai pemberi informasi dan siswa hanya aktif menerima informasi dengan cara mendengarkan, mencatat atau menyalin, dan menghafal, sehingga membuat pengetahuan yang diperoleh cepat dilupakan dan tidak bermakna. Proses pembelajaran seperti ini menjadikan siswa sulit untuk mencapai hasil belajar yang optimal, sedangkan proses pembelajaran yang baik yaitu proses pembelajaran yang fleksibel, bervariasi, dan memenuhi standar.

Upaya yang dapat dilakukan guru untuk mencapai pembelajaran yang optimal, yaitu dengan memilih dan menerapkan model pembelajaran yang sesuai dan efektif, sehingga dapat menarik minat belajar siswa. Hal tersebut dapat


(21)

3 diwujudkan dengan cara menerapkan model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi, saling bertukar pikiran, siswa aktif dalam pembelajaran, pembelajaran dituntut untuk melakukan diskusi antar siswa, bekerja sama dalam kelompok serta melibatkan dalam membuat kesimpulan. Ismail (2003:18) mengungkapkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan strategi yang mengutamakan adanya kerja sama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif yaitu belajar dengan teman, tatap muka antar teman, mendengarkan diantara anggota, belajar dari teman sendiri didalam kelompok, belajar dalam kelompok kecil, produktif berbicara atau mengeluarkan pendapat, siswa membuat keputusan, siswa aktif. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi model yang dapat diterapkan, salah satunya adalah pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) yang tidak hanya membantu siswa untuk memahami konsep-konsep, tetapi juga membantu siswa menumbuhkan kemampuan kerjasama, berpikir kritis, dan mengembangkan sikap sosial siswa.

Lie (2008:61) mengungkapkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TSTS merupakan model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagi hasil dan informasi dengan kelompok lain, dimana dalam satu kelompok terdiri dari empat orang yang nantinya dua orang akan tinggal dalam kelompok dan dua orang lagi akan bertamu ke kelompok lain secara terpisah. Model pembelajaran kooperatif ini menekankan pada pemberian dan pencarian informasi ke kelompok lain. Siswa dihadapkan pada kegiatan mendengarkan apa yang diutarakan oleh temannya ketika sedang bertamu, yang secara tidak


(22)

4 langsung siswa akan dibawa untuk menyimak apa yang diutarakan oleh anggota kelompok yang menjadi tuan rumah tersebut. Dengan menerapkan model pembel-ajaran kooperatif tipe TSTS ini, setiap siswa dapat mencari dan berbagi informasi dengan bertanya jawab, mengungkapkan pendapat/bertukar pikiran baik dengan teman dalam satu kelompok maupun kelompok lain. Selain itu, siswa juga men-dapat tugas masing-masing, dan dalam satu kelompok tidak ada siswa yang tidak bekerja, karena pembagian kerja pada model pembelajaran ini jelas untuk setiap siswa.

Prinsip dasar dalam kegiatan pembelajaran adalah berpusat pada siswa. Namun kenyataannya, kegiatan pembelajaran yang berlangsung hanya berpusat pada guru yaitu pembelajaran hanya difokuskan pada pemindahan pengetahuan kepada siswa, sehingga siswa kurang mendapatkan pengalaman belajar secara langsung yang mengakibatkan rendahnya hasil belajar.

Kegiatan pembelajaran seperti itu masih banyak diterapkan di sekolah. Salah satunya di SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung. Guru masih menjelaskan materi pelajaran sementara siswa hanya sebagai subjek yang menerima materi tersebut, kebanyakan siswa hanya mendengarkan dan mencatat hal-hal penting dari penjelasan yang dikemukakan oleh guru. Pembelajaran belum sepenuhnya mengikutsertakan siswa, meskipun siswa diberi kesempatan untuk bertanya, namun sedikit siswa yang mau bertanya karena siswa masih bingung apa yang ingin di tanyakan.

Di SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung, siswa dikatakan tuntas belajar matematika apabila memperoleh nilai ≥ 60. Berdasarkan data nilai ujian semester


(23)

5 ganjil tahun pelajaran 2011/2012, diperoleh presentase siswa yang mencapai kriteria ketuntasan belajar hanya sebanyak 12,54 %. Ini menunjukan bahwa hasil belajar matematika siswa belum optimal, hal ini bisa saja dikarenakan model pembelajaran yang diterapkan guru di kelas sebelumnya kurang sesuai atau kurang efektif bagi siswa, sehingga mengakibatkan rendahnya hasil belajar matematika yang diperoleh siswa.

Dengan mencermati uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe TSTS ditinjau dari hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 2011/2012.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah model pembelajaran kooperatif tipe TSTS efektif di terapkan pada pembelajaran matematika ditinjau dari hasil belajar matematika siswa SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung?”

Dari rumusan masalah di atas, yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah “apakah hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray lebih tinggi daripada hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional?”


(24)

6

C.Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan bertujuan mengetahui efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe TSTS ditinjau dari hasil belajar matematika siswa jika diban-dingkan dengan pembelajaran konvensional.

D.Manfaat Penelitian

Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan :

1. Bagi Peneliti lain, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi peneliti lain yang ingin meneliti lebih mendalam mengenai model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS).

2. Bagi Guru, dapat menjadi model pembelajaran alternatif yang dapat diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

E.Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah : 1. Efektivitas

Efektivitas adalah ukuran keberhasilan dari suatu proses interaksi antar siswa maupun antara siswa dengan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dikatakan efektif jika hasil belajar matematika siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional.


(25)

7

2. Pembelajaran Kooperatif TSTS

Model pembelajaran kooperatif ini memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagi hasil dan informasi dengan kelompok lain. Dalam satu kelompok terdiri dari 4-5 siswa yang nantinya 2 siswa bertugas sebagai pemberi informasi kepada tamu, dan 2 siswa lagi bertamu ke kelompok yang lain.

3. Pembelajaran Konvensional

Model pembelajaran yang didominasi oleh guru, dimana guru berperan untuk menjelaskan dan mempresentasikan materi, memberikan latihan, dan mem-berikan tugas.

4. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah tingkat keberhasilan siswa pada aspek kognitif (mengingat, memahami, dan menerapkan) yang dicapai siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran matematika sesuai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

5. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 3 Bandar

Lampung semester genap tahun pelajaran 2011/2012 pada pokok bahasan bangun datar segi empat.


(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Efektivitas Pembelajaran

Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Sutikno (2005: 7) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif merupakan suatu pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan.

Pembelajaran dikatakan efektif apabila siswa secara aktif dilibatkan dalam proses pembelajaran, sehingga siswa tidak hanya pasif menerima pengetahuan yang diberikan guru. Pembelajaran ini tidak hanya meningkatkan pemahaman siswa saja, tetapi juga meningkatkan keterampilan berfikir siswa. Senada dengan ini, Hamalik (2008: 171) menyatakan bahwa pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada siswa untuk belajar. Keefektifan pembelajaran juga diungkapkan Sardiman (Trianto,2009:20) yaitu hasil guna yang diperoleh setelah proses pembelajaran.


(27)

9 Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran adalah ukuran keberhasilan dari suatu proses interaksi antar siswa maupun antara siswa dengan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Efektivitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keefektifan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS. Dikatakan efektif jika hasil belajar matematika siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS lebih tinggi di-bandingkan dengan model pembelajaran konvensioanal.

2. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau prilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan setiap anggota kelompok itu sendiri. Solihatin (2007:5) mengatakan Cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Selanjutnya dikatakan pula, keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun kelompok. Sedangkan Ismail (2003:18) mengungkapkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan strategi yang mengutamakan adanya kerja sama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran”. Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah

1. Belajar dengan teman, 2. Tatap muka antar teman,


(28)

10 3. Mendengarkan diantara anggota,

4. Belajar dari teman sendiri didalam kelompok, 5. Belajar dalam kelompok kecil,

6. Produktif berbicara atau mengeluarkan pendapat, 7. Siswa membuat keputusan,

8. Siswa aktif.

Hal ini diperkuat oleh Lie ( 2008:31), ada lima unsur yang membedakan model pembelajaran kooperatif dengan model pembelajaran kelompok biasa, yaitu: saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, dan evaluasi proses kelompok.

1. Saling ketergantungan positif

Keberhasilan kelompok sangat bergantung pada setiap usaha anggotanya. Un-tuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, guru perlu menyusun tugas se-demikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugas-nya sendiri. Penilaian yang dilakukan adalah penilaian individu dan penilaian kelompok. Dengan demikian siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk memberikan sumbangan nilai. Dengan kondisi yang demikian tidak ada siswa yang dirugikan.

2. Tanggung jawab perseorangan

Unsur ini merupakan akibat langsung dari ketergantungan positif. Jika tugas dan penilaian dibuat menurut prosedur pembelajaran kooperatif, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik.


(29)

11 3. Tatap muka

Setiap kelompok harus diberi kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil pe-mikiran satu kepala saja. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, me-manfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masingmasing.

4. Komunikasi antar anggota

Keberhasilan suatu kelompok dipengaruhi oleh keterampilan intelektual, kete-rampilan berkomunikasi setiap anggota dalam kelompoknya.

5. Evaluasi proses kelompok

Evaluasi proses kelompok bertujuan untuk mengevaluasi proses kerja kelom-pok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

Berdasarkan uraian di atas, model pembelajaran kooperatif merupakan pem-belajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kecil secara kolaboratif, saling membantu satu sama lain dalam mempelajari materi yang diberikan guru dalam rangka memperoleh hasil yang optimal dalam belajar. Keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok.

3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS

Lie dalam bukunya Cooperatif Learning (2008: 54) mengemukakan beberapa tek-nik model pembelajaran kooperatif, antara lain: Mencari Pasangan, Bertukar Pa-sangan, Berpikir Berpasangan Berempat, Berkirim Salam dan Soal, Kepala


(30)

12 Bernomor, Kepala Bernomor Struktur, Dua Tinggal Dua Tamu, Keliling Kelompok, Kancing Gemerincing, Keliling Kelas, Lingkaran Kecil, Tari Bambu, Jigsaw, dan Cerita Berpasangan.

Dewasa ini, banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai dengan kegiatan-kegiatan individu, siswa bekerja sendiri dan tidak diperbolehkan melihat pekerjaan siswa yang lain. Padahal, dalam kehidupan dan kerja sehari-hari manusia saling bergantung satu sama lain. Untuk mengatasi masalah tersebut, ma-ka diterapma-kan salah satu model pembelajaran kooperatif yang memberi kesempa-tan kepada kelompok untuk membagi hasil dan informasi kepada kelompok lain yaitu dengan diterapkan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) atau dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai Dua Tinggal Dua Tamu, yang dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1992.

Lie (2008: 61) menggungkapkan bahwa struktur TSTS memberi kesempatan ke-pada kelompok untuk membagi hasil dan informasi dengan kelompok lain. Model pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertukar pikiran dan membangun keterampilan sosial seperti mengajukan pertanyaan dan memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar melalui mengajar, sehingga siswa dilatih untuk berbagi dan tidak hanya mampu bekerja secara individu. Melalui model pembelajaran TSTS ini, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok heterogen, masing-masing kelompok terdiri dari empat siswa. Mereka berdiskusi atau bekerjasama membuat laporan suatu peristiwa dengan tema tertentu yang disampaikan guru. Setelah selesai, dua siswa dua siswa dari setiap kelompok bertamu kekelompok lainya untuk mendapatkan informasi hasil diskusi kelompok


(31)

13 yang dikunjunginya. Dua siswa yang bertamu nantinya bertugas menyampaikan hasil kunjungannya kedua temannya yang tinggal. Pada tahap ini kelima unsur proses belajar kooperatif yang terdiri atas: saling ketergantungan positif, interaksi langsung, pertanggungjawaban individu, keterampilan interaksi antar individu dan kelompok, sehingga keefektifan kelompok dapat terpenuhi.

Menurut Lie (2008: 62), tahap-tahap dalam model TSTS adalah: 1. Siswa bekerja sama dalam kelompok berempat seperti biasa.

2. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke kelompok lain.

3. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka.

4. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan hasil temuan mereka dari kelompok lain.

5. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.

Berikut ini disajikan gambar skema penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TSTSyang dilakukn dalam pembelajaran (Aji, 2011: 13).

C

I J

O G H

Mawar

Melati K L

I J

Anggrek M N

O P Tulip A B

C D

E F G H


(32)

14 Gambar 2. 1. Skema penerapan model pembelajaran TSTS

Keterangan:

: siswa yang bertamu ke kelompok lain

: siswa yang tinggal / tuan rumah dalam kelompok

Dari gambar diatas, dapat dijelaskan bahwa dalam satu kelompok masing-masing beranggotakan 4 orang siswa. Setelah menyelesaikan soal atau masalah yang diberikan oleh guru, maka masing-masing kelompok diberi waktu untuk mencari informasi atau membagi hasil dengan kelompok lain. Pada gambar, kelompok 1 adalah kelompok Mawar yang terdiri dari A, B, C dan D. Dari keempat anggota kelompok tersebut, A dan B berperan sebagai tuan rumah atau yang tinggal pada kelompok mereka yang bertanggung jawab untuk membagi hasil kepada tamu yang datang ke kelompok mereka, sedangkan C dan D berperan sebagai tamu pada kelompok 2 yaitu kelompok Melati yang bertugas untuk mencari informasi dari kelompok itu yang tidak mereka dapatkan pada kelompok mereka. Begitu pula dan seterusnya dilakukan dengan cara yang sama sampai pada kelompok 4 yaitu kelompok Tulip, setelah masing-masing kelompok selesai membagi atau mencari informasi sebanyak-banyaknya dengan kelompok lain, maka anggota kelompok kembali ke kelompok mereka masing-masing untuk menyampaikan temuan yang mereka dapat dari kelompok lain kepada anggota kelompok yang tinggal di kelompok mereka.

Suatu model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray adalah sebagai berikut Yatin (2010: 39).


(33)

15 1. Dapat diterapkan pada semua kelas

2. Kecenderungan belajar siswa menjadi bermakna 3. Lebih berorientasi pada keaktifan

4. Membantu meningkatkan minat dan hasil belajar

Sedangkan kekurangan dari model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray adalah:

1. Membutuhkan waktu yang lama

2. Bagi guru, membutuhkan banyak persiapan 3. Guru kesulitan dalam pengelolaan kelas

Menurut Daryono (2011) manfaat model pembelajaran kooperatif tipe TSTS antara lain:

1. Siswa dalam setiap kelompok mendapatkan informasi sekaligus dari dua kelompok yang berbeda.

2. Siswa belajar untuk mengungkapkan pendapat kepada siswa lain. 3. Siswa dapat meningkatkan prestasi dan daya ingatnya.

4. Siswa dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis.

5. Siswa dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan siswa lainnya. 6. Siswa dapat meningkatkan hubungan persahabatan.

Untuk mengatasi kekurangan tersebut, maka guru terlebih dahulu mempersiapkan dan membentuk kelompok-kelompok belajar yang heterogen ditinjau dari kemampuan akademiknya, dalam satu kelompok terdiri dari satu orang berkemampuan akademik tinggi, dua orang berkemampuan akademik sedang, dan


(34)

16 satu orang berkemampuan akademik kurang. Dengan pembentukan kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling bekerjasama dan saling mendukung dan dengan adanya satu orang berkemampuan akademik tinggi diharapkan memudahkan dalam pengelolaan kelas.

4. Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang harus dilakukan oleh guru seperti metode ceramah, tanya jawab dan latihan soal (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002:592). Pembelajaran konvensional yang dimaksud secara umum adalah pembelajaran dengan menggunakan metode yang biasa dilakukan oleh guru yaitu memberi materi melalui ceramah, latihan soal kemudian pemberian tugas. Ceramah merupakan salah satu cara penyampaian informasi dengan lisan dari seseorang kepada sejumlah pendengar di suatu ruangan.

Menurut Roestiyah N.K. (1998:136) “pembelajaran konvensional adalah cara mengajar yang paling tradisional dan telah lama dijalankan dalam sejarah pen-didikan ialah cara mengajar dengan ceramah”. Pendapat senada juga dikemuka-kan oleh Djamarah (2008:97) bahwa metode pembelajaran konvensional adalah metode pembelajaran tradisional atau disebut juga dengan metode ceramah, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar dan pembelajaran. Sedangkan Burrowes (2003, Juliantara, 2009) berpendapat bahwa pembelajaran konvensional lebih menekankan pada resitasi konten, tanpa memberikan waktu yang cukup ke-pada siswa untuk merefleksi materi-materi yang dipresentasikan, mengubung-kannya dengan pengetahuan sebelumnya, atau mengaplikasimengubung-kannya kepada situasi


(35)

17 kehidupan nyata. Pembelajaran konvensional memiliki karakteristik sebagai berikut :

1. Pembelajaran berpusat pada guru, 2. Terjadi passive learning,

3. Interaksi di antara siswa kurang,

4. Tidak ada kelompok-kelompok kooperatif, 5. Penilaian bersifat sporadic,

6. Lebih mengutamakan hafalan,

7. Sumber belajar banyak berupa informasi verbal yang diperoleh dari buku, 8. Mengutamakan hasil daripada proses.”

5. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan hasil yang menggambarkan kemampuan yang diperoleh anak setelah melakukan kegiatan belajar. Hasil inilah yang akan menjadi ukuran keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Abdurrahman (2003: 37) yang mengatakan bahwa, ”hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar”. Selanjutnya Hamalik (2008:155) mengatakan : “Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan. Perubahan dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap tidak sopan menjadi sopan dan sebagainya”.


(36)

18 Perubahan tersebut meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Sedangkan Dimyati (2006:3) mengungkapkan pengertian hasil belajar sebagai berikut : “Ha-sil belajar merupakan ha“Ha-sil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar”. Salah satu upaya mengukur hasil belajar siswa dilihat dari hasil belajar siswa itu sendiri. Bukti dari usaha yang dilakukan dalam kegiatan belajar dan proses be-lajar adalah hasil bebe-lajar yang biasa diukur melalui tes.

Berdasarkan uraian di atas hasil belajar adalah tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran sebagai akibat dari perubahan tingkah laku.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Berhasil atau tidaknya proses belajar mengajar cenderung dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Djamarah (2008 : 176) mengungkapkan bahwa faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar terbagi menjadi 2 (dua) unsur yaitu unsur luar dan unsur dalam. Unsur luar meliputi faktor lingkungan (alami dan sosial budaya) dan faktor instrumental (kurikulum, program, sarana dan fasilitas, dan guru). Sedangkan unsur dalam meliputi faktor psikologis (kondisi fisiologis dan kondisis pancaindera) dan faktor psikologis (minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan kemampuan kognitif).

Slameto (2003 : 54) belajar dipengaruhi oleh faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern merupakan faktor yang ada dalam diri individu yang meliputi faktor jasmani (kesehatan, cacat tubuh), faktor psikologi (intelegensi, perhatian, minat,


(37)

19 bakat, motif, kesiapan, kematangan, dan kelelahan). Sedangkan faktor ekstern meliputi faktor keluarga ( cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian keluarga, latar belakang kebudayaan), faktor sekolah (pendekatan mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran waktu sekolah, keadaan gedung, dan pendekatan belajar) dan faktor masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman belajar, teman gaul, dan bentuk kehidupan masyarakat).

c. Evaluasi Hasil Belajar

Kegiatan belajar mengajar yang sudah dilaksanakan akan diakhiri dengan proses evaluasi belajar. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 200) mengemukakan bahwa “Evaluasi Hasil Belajar merupakan suatu kegiatan yang berupaya untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.” Kemampuan siswa dalam memahami suatu bahan yang telah dikerjakan dapat diketahui berdasarkan penilaian yang dilakukan guru. Salah satu upaya untuk mengukur hasil belajar siswa dilihat dari hasil belajar itu sendiri. Bukti dari usaha yang dilakukan dalam proses belajar adalah prestasi belajar yang diukur melalui tes. Evaluasi belajar difungsikan dan ditunjukan untuk keperluan sebagai berikut :

a. Untuk diagnostik dan pengembangan b. Untuk seleksi

c. Untuk Kenaikan kelas d. Untuk penempatan kelas


(38)

20 Sebagai kegiatan yang berupaya untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, maka evaluasi hasil belajar memiliki sasaran berupa ranah tujuan pendidikan yang diklasifikasikan menjadi tiga yaitu ranah kognitif, ranah efektif, dan ranah psikomotorik. Adapun pembagiannya menurut Dimyati dan Mudjiono adalah sebagai berikut :

a. Ranah Kognitif

Bloom mengemukakan adanya enam tingkatan/kelas penggolongan tujuan ranah kognitif yaitu mengingat, memahami, menerapkan, menganalisa, mengevaluasi, dan menciptakan.

b. Ranah Afektif

Kratwohl, Bloom, dan Masia mengemukakan taksonomi tujuan ranah afektif meliputi menerima, merespons, menilai, mengorganisasi, dan karakterisasai. c. Ranah Psikomotorik

Kilber, Barket, dan Miles mengemukakan taksonomi ranah tujuan psikomotorik meliputi gerakan tubuh mencolok, ketepatan gerakan yang dikoordinasikan, perangkat komunikasi nonverbal, dan kemampuan berbicara. Hasil belajar merujuk pada prestasi belajar, biasanya penilaian ini dinyatakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau pemikiran, yang dapat digolongkan ke dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Hasil belajar bia-sanya diukur melalui tes.


(39)

21 B. Kerangka Pikir

Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah penggunaan model pembelajaran. Model pembelajaran yang banyak digunakan guru adalah belajaran konvensional, yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru. Pada pem-belajaran konvensional guru memberikan penjelasan materi langsung kepada siswa, memberikan beberapa pertanyaan dan latihan soal kemudian memberikan tugas. Selama proses pembelajaran guru lebih aktif bertindak sebagai pemberi informasi dan siswa hanya aktif menerima informasi dengan cara mendengarkan, mencatat atau menyalin, dan menghafal. Hal ini berarti siswa tidak mendapatkan pengalaman belajar secara langsung yang mengakibatkan siswa menjadi pasif dan sulit untuk mencapai hasil belajar yang optimal sehingga membuat pengetahuan yang diperoleh siswa cepat dilupakan dan tidak bermakna.

Pembelajaran kooperatif tipe TSTS merupakan model pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada siswa dalam kelompok untuk membagi hasil kerja kelompoknya kepada kelompok lain. Dalam pembelajarannya siswa diberi kesempatan untuk mencari informasi sendiri melalui masalah-masalah yang disajikan dengan menggunakan lembar kerja kelompok (LKK) yang harus mereka kerjakan dengan bekerja sama dalam kelompok. Pada pembelajaran kooperatif TSTS ini siswa dibagi menjadi beberapa kelompok untuk mendiskusikan materi, masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 orang yang memiliki kemampuan yang berbeda, sehingga siswa yang berkemampuan rendah dapat leluasa bertanya pada siswa yang berkemampuan tinggi mengenai materi yang kurang di pahami dan dimengerti. Selanjutnya pada tahap TSTS, 2 siswa akan tinggal dalam kelompok


(40)

22 sebagai pemberi informasi kepada kelompok yang sedang bertamu dan 2-3 orang lagi akan berkunjung ke kelompok lain guna mencari informasi yang ada dikelompok lain. Dengan adanya tahap TSTS, siswa diberi kesempatan untuk berperan sebagai guru bagi siswa lain. Hal ini dapat membuat siswa lebih memahami dan mengerti materi yang sedang di pelajari.

Model pembelajaran kooperatif tipe TSTS ini mengarahkan siswa untuk terlibat aktif, baik dalam menggali dan berbagi pengetahuan, tanya jawab, bertukar pikiran, mencari jawaban, menjelaskan dan menyimak informasi yang dijelaskan oleh teman, serta menyampaikan pendapat dan memberi tanggapan. Keterlibatan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dapat mengakibatkan pembelajaran lebih bermakna, karena pada saat pembelajaran siswa mendapatkan pengalaman belajar secara langsung. Siswa yang mendapatkan pengalaman belajar secara langsung akan mendapatkan hasil belajar yang lebih tinggi dari pada siswa yang tidak mendapatkan pengalaman belajar secara langsung. Dengan demikian, siswa yang belajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TSTS hasil belajarnya lebih tinggi daripada siswa yang belajar menggunakan pembelajaran konvensional.

C.Hipotesis Penelitian 1. Hipotesis Umum

Hipotesis dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray efektif ditinjau dari hasil belajar matematika siswa jika dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.


(41)

23 2. Hipotesis Kerja

Hipotesis kerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray lebih tinggi daripada hasil belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.


(42)

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung kelas VII semester genap Tahun Pelajaran 2011/2012, SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung memiliki jumlah kelas VII sebanyak 4 kelas yaitu VII A, VII B, VII C, dan VII D. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII. Sampel penelitian ditentukan dengan cara cluster random sampling yaitu memilih secara acak 2 kelas dari 4 kelas yang ada. Kelas yang terpilih adalah VII B dan VII C dengan pembagian kelas VII B sebagai kelas kontrol dan VII C sebagai kelas eksperimen.

B. Data Penelitian

Data dalam penelitian ini adalah nilai hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dan pembelajaran konvensional yang berupa data kuantitatif.


(43)

25 C. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment) mengguna-kan desain post-test only dengan kelompok pengendali yang tidak diacak sebagai-mana dikemukankan Furchan (1982 : 368) sebagai berikut:

Tabel 3.1. Desain Penelitian

Kelas Perlakuan Post-test

E X O1

K C O2

Keterangan:

E : Kelas eksperimen K : Kelas kontrol

X :Perlakuan pada kelas eksperimen menggunakan pembelajaran kooperatif TSTS C : Kelas Kontrol menggunakan pembelajaran konvensional

O1 : Skor posttest pada kelas eksperimen

O2 : Skor posttest pada kelas kontrol

D. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah penelitian adalah sebagai berikut: 1. Melakukan Penelitian Pendahuluan

Penelitian pendahuluan untuk melihat kondisi sekolah, seperti berapa kelas yang ada, jumlah siswanya, serta cara mengajar guru matematia.

2. Menentukan sampel penelitian

3. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dan untuk kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional.


(44)

26 4. Menyiapkan instrumen penelitian dengan terlebih dahulu membuat kisi-kisi

posttest sesuai dengan indikator pembelajaran kemudian membuat soal esai

beserta penyelesaian dan aturan penskorannya.

5. Melakukan validasi instrumen dan perbaikan instrumen. 6. Melakukan uji coba instrumen penelitian

7. Melaksanakan penelitian / perlakuan

8. Mengadakan postest pada kelas eksperimen dan kontrol 9. Menganalisis hasil penelitian.

10. Membuat kesimpulan E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode tes, baik dalam pembelajaran yang mengunakan model pembelajaran kooperatif TSTS maupun pembelajaran konvensional.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah perangkat tes. Tes yang baik harus validitas tes. Validitas tes yang digunakan adalah validitas isi, yakni ditinjau dari kesesuaian isi instrumen tes dengan isi kurikulum yang hendak diukur. Untuk mendapatkan instrumen tes yang valid dilakukan langkah-langkah berikut : (a) menentukan kompetensi dasar dan indikator yang akan di ukur sesuai dengan materi dan tujuan kurikulum yang berlaku pada populasi, (b) membuat kisi-kisi tes berdasarkan kompetensi dasar dan indikator yang telah ditentukan, (c)


(45)

27 membuat butir tes berdasarkan kisi-kisi yang ditentukan, (d) melakukan penilaian terhadap butir tes.

Dengan asumsi bahwa guru mata pelajaran matematika kelas VII SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung mengetahui dengan benar kurikulum SMP, maka validitas tes dilakukan oleh guru mitra. Penilaian guru mitra menyatakan bahwa butir-butir tes telah sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang akan diukur sehingga validitas isi dari tes tersebut dikategorikan valid.

Setelah intrumen tes dinyatakan valid, tes tersebut diujicobakan di luar sampel tetapi masih dalam populasi yaitu pada kelas VII D. Uji coba tes ini dimaksudkan untuk mengukur tingkat reliabilitas tes, daya pembeda, dan tingkat kesukaran tes. Untuk menentukan reliabilitas instrumen tes digunakan rumus Alpha. Rumus Alpha dalam Anas Sudijono (2008: 208-209) dengan kriteria menurut Sudijono suatu tes dikatakan baik bila memiliki reliabilitas lebih dari 0,70.

= ( − 1) 1 −∑

Keterangan :

= Koefisien reliabilitas n = Banyaknya butir soal

∑ = Jumlah varians butir = Varians total

Untuk menghitung daya pembeda data terlebih dahulu diurutkan dari siswa yang memperoleh nilai tertinggi sampai siswa yang memperoleh nilai terendah. Setelah itu, 27% siswa yang mendapatkan nilai tertinggi diambil sebagai kelompok atas dan 27% siswa yang mendapatkan nilai terendah diambil sebagai kelompok ba-wah. Menurut Noer (2010: 23), daya pembeda dapat ditentukan dengan rumus berikut :


(46)

28

IA

JB

JA

DP

Keterangan :

DP = Indeks daya pembeda satu butir soal tertentu

JA = Rata-rata kelompok atas pada butir soal yang diolah JB = Rata-rata kelompok bawah pada butir soal yang diolah IA = Skor maksimum butir soal yang diolah

Penafsiran interpretasi nilai daya pembeda butir tes digunakan kriteria menurut Sudijono (2003) dalam tabel 3.2.

Tabel 3.2. Interpretasi Nilai Daya Pembeda Nilai Interpretasi

20 , 0

DP

negatif Lemah Sekali(Jelek)

40 , 0 20

,

0  DP Cukup(Sedang) 70

, 0 40

,

0  DP Baik

00 , 1 70

,

0  DP Baik Sekali

Untuk keperluan pengambilan data dalam penelitian ini digunakan butir soal dengan daya beda lebih dari atau sama dengan 0,3.

Safari (2004: 23) menyatakan bahwa tingkat kesukaran butir tes adalah peluang untuk menjawab benar suatu butir tes pada tingkat kemampuan tertentu. Untuk mengetahui tingkat kesukaran butir tes digunakan rumus berikut:

i maks i i S S TK  Keterangan:

TKi : tingkat kesukaran butir tes ke-i i

S : rataan skor siswa pada butir ke-i Smaks: skor maksimum butir ke-i


(47)

29 Penafsiran atas tingkat kesukaran butir tes digunakan kriteria menurut Withe-rington dalam Anas Sudijono (2003:374) berikut:

Tabel 3.3. Interprestasi Tingkat Kesukaran Butir Tes Besar TKi Interprestasi

< 0,25 0,25 s.d 0,75

> 0,75

Terlalu Sukar Cukup (Sedang)

Terlalu Mudah

Dari perhitungan tes uji coba yang telah dilakukan, didapatkan data sebagai berikut:

Tabel 3.4 Data Uji Tes Hasil Belajar Matematika Siswa

Dari tabel rekapitulasi hasil tes uji coba di atas, seluruh butir soal telah memenuhi kriteria yang ditentukan sehingga dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar matematika siswa.

G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Setelah kedua sampel diberi perlakuan yang berbeda, data yang diperoleh diana-lisis untuk mengetahui besarnya peningkatan kemampuan belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data hasil tes akhir yang diperoleh digunakan sebagai dasar dalam menguji hipotesis penelitian. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan uji

No

Soal Reliabilitas Daya Pembeda Kesukaran Tingkat 1

0,71

0,39 (sedang) 0,52 (sedang) 2 0,66 (baik) 0,72 (sedang) 3 0,58 (baik) 0,72 (sedang) 4 0,79 (baik sekali) 0,73 (sedang) 5 0,79 (baik sekali) 0,60 (sedang)


(48)

30 homogenitas varians. Adapun langkah-langkah dan rumus yang digunakan Sebagai berikut.

1. Uji Normalitas

Uji Normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Chi-Kuadrat. Uji Chi Kua-drat menurut Sudjana (2005: 273) adalah sebagai berikut.

a. Hipotesis

Ho : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal

b. Taraf signifikan : α = 0,05 c. Statistik uji

= ( − )

Keterangan:

= frekuensi harapan

= frekuensi yang diharapkan = banyaknya pengamatan d. Keputusan uji

Tolak H0 jika x2  x1k3 dengan taraf  = taraf nyata untuk pengujian.

Dalam hal lainnya H0 diterima.

Dari hasil perhitungan (lampiran C.4 dan C.6), untuk kelas eksperimen didapat nilai = 7,14 dengan = 5% dan dk = 4, dari tabel chi kuadrat diperoleh

= 9,48. Karena < maka berdasarkan kriteria pengujian data pada kelas eksperimen berdistribusi normal. Untuk kelas kontrol didapat nilai

= 4,20 dengan = 5% dan dk = 4, dari tabel chi kuadrat diperoleh


(49)

31 ), maka data pada kelas kontrol juga berdistribusi normal. Karena kedua data baik dari kelas eksperimen maupun kelas kontrol berdistribusi normal maka dapat disimpulkan bahwa kedua data hasil belajar matematika siswa berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas varians dilakukan antara dua kelompok data, yaitu kelompok TSTS dan kelompok model pembelajaran konvensional. Masing-masing ke-lompok tersebut dilakukan untuk variabel terikat hasil belajar matematika siswa. Untuk menguji homogenitas digunakan uji Bartlett. Uji Bartlett menurut Sudjana (2005: 261-264) adalah sebagai berikut.

1). Hipotesis Uji H0 : 22

2

1 

 

H1 : 12 22

2). Taraf signifikansi α = 5% 3). Statistik uji

Uji Barlet dengan menggunakan statistik chi kuadrat dengan rumus:

= (ln 10) − ( − 1) log

Dengan :

= (log ) ( − 1) = ∑( − 1)∑( − 1)

i


(50)

32

2

i

s = variansi sampel ke-i

i = 1, 2

k = banyaknya populasi ln 10 = 2,3026

4). Keputusan uji

Tolak H0 jika x2 x21k1 dan terima H0 jika x2  x21k1, dimana

1  1

2

k

x  didapat dari daftar distribusi chi-kuadrat dengan peluang (1 – ) dan dk = (k – 1).

Dari hasil perhitungan (lampiran C.6) terlihat bahwa x2 x21k1 yaitu 0,23 < 3,84 dengan tafaf signifikansi α = 5% dan dk = 2 – 1 = 1, berarti terima H0.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variansi kedua kelompok sama atau dengan kata lain data pada setiap kelompok homogen.

3. Uji Hipotesis

Jika data normal dan homogen maka dapat dilanjutkan dengan melakukan uji hipotesis. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji kesamaan dua rata-rata.. Analisis data menggunakan uji-t, yaitu uji satu pihak. Adapun uji-t menurut Sudjana (2005: 239) setelah syarat data normal dan homogen terpenuhi adalah: 1. Hipotesis uji

H0 : µ1 = µ2 (hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan pembelajaran

TSTS sama dengan hasil belajar matematika siswa dengan pem-belajaran konvensional).


(51)

33 H1 : µ1 > µ2 (hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan pembelajaran

TSTS lebih tinggi dari hasil belajar matematika siswa dengan pem-belajaran konvensional).

2. Taraf signifikansi : α = 5 % 3. Statistik uji

;

2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2       n n s n s n s dengan : 1

x = rata-rata sampel ke-1

2

x = rata-rata sampel ke-2

2 1

s = variansi sampel ke-1

2 2

s = variansi sampel ke-2 1

n = ukuran sampel ke-1 2

n = ukuran sampel ke-2 4. Keputusan uji

Kriteria pengujian adalah dengan dk = (n1 + n2 – 2 ) dan peluang (1 − ),

terima Ho jika − < < .

2 1 2 1 1 1 n n s x x t   


(52)

39

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh, disimpulkan bahwa :

Hasil belajar matematika siswa yang menggunakan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperaktif tipe TSTS lebih tinggi dari pada hasil belajar matematika siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Dengan kata lain, model pembelajaran kooperatif tipe TSTS efektif diterapkan pada pem-belajaran matematika ditinjau dari hasil belajar matematika pada siswa kelas VII semester genap SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung.

B.Saran

Berdasarkan dari kesimpulan yang ada, maka saran yang dapat dikemukakan adalah:

1. Kepada guru matematika agar dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS secara optimal sebagai alternative untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

2. Kepada para peneliti yang akan melakukan jenis penelitian yang sama, untuk dapat mempertimbangkan lama waktu pelaksanaan penelitian serta dapat melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan Rencana Pelaksanaan


(53)

40 Pembelajaran (RPP) yaitu menilai ketercapaian perilaku karakter siswa dan ketrampilan siswa sehingga hasil yang diperoleh semakin optimal.


(54)

41

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Rineka Cipta dan Depdikbud: Jakarta.

Agazzta. 2009. Macam-macam metode pembelajaran. [on line]. Tersedia: http://agazzta.student.fkip.uns.ac.id/perkuliahan/.(Tanggal 13 Feb 2012) Aji, Dewi S. 2011. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS Untuk

Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematis (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 10 Bandar Lampung Tahun Pelajaran

2010/2011). Skripsi tidak diterbitkan, Bandar lampung: Program Studi

Pendidikan Matematika Universitas Negeri Lampung.

Daryono. 2011. Teknik Pembelajaran Cooperatif Tipe Two Stay Two Stray. (online).Tersedia:http://ptkguru.com/?darmajaya=index&daryono=base&act ion=listmenu&skins=1&id=494&tkt=2. (Tanggal 2 januari 2012)

Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta. Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. jakarta. Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Usaha Nasional .

Surabaya.

Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta. Ismail. 2003. Media Pembelajaran (Model-model Pembelajaran). Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Juliantara, Ketut. 2009. Pembelajaran Konvensional. [on line]. Tersedia: http://www.kompasiana.com/ikpj. ( 21 Februari 2012).

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2002. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Balai Pustaka. Jakarta.

Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning. Mempraktikkan Cooperative Learning


(55)

42 Noer, Sri Hastuti. 2010. Evaluasi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. Jurnal

Pendidikan MIPA Volume 11 Nomor 1. Bandar Lampung. Jurusan

Pendidikan MIPA. Halaman 19-25.

Roestiyah, N.K. 1998. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Safari. 2004. Teknik Analis Butir Soal Instrumen Tes dan Non Tes. Jakarta: Depdiknas.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhi. Bumi Aksara. Jakarta.

Solihatin, Etin. 2007. Cooperative Learning. Bumi Aksara. Jakarta.

Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. RajaGrafindo Persada. Jakarta

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Tarsito. Bandung.

Sutikno, M. Sobry. 2005. Pembelajaran Efektif. NTP Pres. Mataram.

Tim Penyusun. 2008. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006

tentang Standar Isi. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Trianto.2009. Mendesain Model pembelajaran Inovatif-progresif. Kencana. Jakarta.

Universitas Lampung. 2011. Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Lampung University. Press Lampung.

UU RI No 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Sinar Grafika. Jakarta. Wijaya, Agung P. 2009. Efektivitas Pembelajaran dengan Pendekatan

Matematika Realistik (Studi pada Siswa Kelas V B Semester Ganjil SD

Negeri 2 Sukarame Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009/2010). Skripsi

tidak diterbitkan, Bandar Lampung: Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Lampung.

Yatin, Yeti Y. 2010. Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray (TS-TS) Dengan Learning Cycle (LC) 5E Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Akuntansi Kelas XI

IPS Di SMA Negeri 1 Tumpang. Skripsi tidak diterbitkan, Malang: Program


(1)

32 2

i

s = variansi sampel ke-i i = 1, 2

k = banyaknya populasi ln 10 = 2,3026

4). Keputusan uji

Tolak H0 jika x2 x21k1 dan terima H0 jika x2  x21k1, dimana 1  1

2   k

x  didapat dari daftar distribusi chi-kuadrat dengan peluang (1 – ) dan dk = (k – 1).

Dari hasil perhitungan (lampiran C.6) terlihat bahwa x2 x21k1 yaitu 0,23 <

3,84 dengan tafaf signifikansi α = 5% dan dk = 2 – 1 = 1, berarti terima H0.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variansi kedua kelompok sama atau dengan kata lain data pada setiap kelompok homogen.

3. Uji Hipotesis

Jika data normal dan homogen maka dapat dilanjutkan dengan melakukan uji hipotesis. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji kesamaan dua rata-rata.. Analisis data menggunakan uji-t, yaitu uji satu pihak. Adapun uji-t menurut Sudjana (2005: 239) setelah syarat data normal dan homogen terpenuhi adalah: 1. Hipotesis uji

H0 : µ1 = µ2 (hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan pembelajaran

TSTS sama dengan hasil belajar matematika siswa dengan pem-belajaran konvensional).


(2)

3. Statistik uji ;

2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2       n n s n s n s dengan : 1

x = rata-rata sampel ke-1

2

x = rata-rata sampel ke-2 2

1

s = variansi sampel ke-1 2

2

s = variansi sampel ke-2

1

n = ukuran sampel ke-1

2

n = ukuran sampel ke-2

4. Keputusan uji

Kriteria pengujian adalah dengan dk = (n1 + n2 – 2 ) dan peluang (1 − ),

terima Ho jika − < < . 2 1 2 1 1 1 n n s x x t   


(3)

39

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh, disimpulkan bahwa :

Hasil belajar matematika siswa yang menggunakan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperaktif tipe TSTS lebih tinggi dari pada hasil belajar matematika siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Dengan kata lain, model pembelajaran kooperatif tipe TSTS efektif diterapkan pada pem-belajaran matematika ditinjau dari hasil belajar matematika pada siswa kelas VII semester genap SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung.

B.Saran

Berdasarkan dari kesimpulan yang ada, maka saran yang dapat dikemukakan adalah:

1. Kepada guru matematika agar dapat menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe TSTS secara optimal sebagai alternative untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

2. Kepada para peneliti yang akan melakukan jenis penelitian yang sama, untuk dapat mempertimbangkan lama waktu pelaksanaan penelitian serta dapat melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan Rencana Pelaksanaan


(4)

(5)

41

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Rineka Cipta dan Depdikbud: Jakarta.

Agazzta. 2009. Macam-macam metode pembelajaran. [on line]. Tersedia: http://agazzta.student.fkip.uns.ac.id/perkuliahan/.(Tanggal 13 Feb 2012) Aji, Dewi S. 2011. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS Untuk

Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematis (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 10 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011). Skripsi tidak diterbitkan, Bandar lampung: Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Negeri Lampung.

Daryono. 2011. Teknik Pembelajaran Cooperatif Tipe Two Stay Two Stray. (online).Tersedia:http://ptkguru.com/?darmajaya=index&daryono=base&act ion=listmenu&skins=1&id=494&tkt=2. (Tanggal 2 januari 2012)

Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta. Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. jakarta. Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Usaha Nasional .

Surabaya.

Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta. Ismail. 2003. Media Pembelajaran (Model-model Pembelajaran). Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Juliantara, Ketut. 2009. Pembelajaran Konvensional. [on line]. Tersedia: http://www.kompasiana.com/ikpj. ( 21 Februari 2012).

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2002. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Balai Pustaka. Jakarta.

Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.


(6)

Depdiknas.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhi. Bumi Aksara. Jakarta.

Solihatin, Etin. 2007. Cooperative Learning. Bumi Aksara. Jakarta.

Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. RajaGrafindo Persada. Jakarta

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Tarsito. Bandung.

Sutikno, M. Sobry. 2005. Pembelajaran Efektif. NTP Pres. Mataram.

Tim Penyusun. 2008. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Trianto.2009. Mendesain Model pembelajaran Inovatif-progresif. Kencana. Jakarta.

Universitas Lampung. 2011. Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Lampung University. Press Lampung.

UU RI No 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Sinar Grafika. Jakarta. Wijaya, Agung P. 2009. Efektivitas Pembelajaran dengan Pendekatan

Matematika Realistik (Studi pada Siswa Kelas V B Semester Ganjil SD

Negeri 2 Sukarame Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009/2010). Skripsi

tidak diterbitkan, Bandar Lampung: Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Lampung.

Yatin, Yeti Y. 2010. Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray (TS-TS) Dengan Learning Cycle (LC) 5E Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Akuntansi Kelas XI IPS Di SMA Negeri 1 Tumpang. Skripsi tidak diterbitkan, Malang: Program Studi S-1 Pendidikan Akuntansi Universitas Negeri Malang.


Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY DITINJAU DARI HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

1 20 55

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/201

0 4 54

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPETWO STAY TWO STRAY TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA (Studi pada siswa kelas VIII SMPN 2 Purbolinggo Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 7 57

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS (TWO STAY TWO STRAY) DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR DAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS (Studi pada Siswa Kelas VIII SMPN 1 Seputih Raman Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 5 52

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP N 1 Ambarawa Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 3 31

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 28 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 4 66

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR (Studi pada siswa kelas VII SMP Negeri 10 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 3 53

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 21 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 17 52

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 21 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

1 10 42

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISW (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 25 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 3 59