BAB II UNSUR-UNSUR YANG TERDAPAT DALAM SUATU AKAD SEHINGGA
AKAD TERSEBUT DIKATAKAN AKAD YANG CACAT
A. Pengertian Akad.
Istilah akad dalam hukum Islam dikenal dalam hukum Indonesia dengan istilah “perjanjian”. Kata akad berasal dari kata al ‘aqd yang berarti mengikat,
menyambung atau menghubungkan, bermakna afirmasi
atau pengukuhan.
Adapun secara terminologi, ulama fiqih memberikan dua makna; makna khusus dan makna umum. Adapun akad dalam arti khusus adalah pernyataan dari dua pihak atau
lebih ijab dan qabul yang menghasilkan hukum syar’i yang melazimkan salah satu pihak atau kedua belah pihak. Sedangkan akad dalam arti umum adalah tindakan atau
kehendak sepihak yang melahirkan hukum syar’i yang melazimkan dirinya. Cakupan akad menurut definisi kedua jauh lebih luas dibandingkan definisi
pertama, karena ia tidak mengharuskan adanya dua belah pihak dalam suatu akad. Seperti janji memberi hadiah, wasiat, wakaf, pelepasan hak dan berbagai bentuk
komitmen yang datang dari satu pihak, tanpa harus melibatkan orang lain. Sedangkan cakupan akad menurut definisi pertama terbatas hanya pada tindakan-tindakan yang
melibatkan dua pihak atau lebih, seperti jual beli, sewa menyewa dan lainnya. Kedua definsi ini akan kita temukan dalam buku fiqih, namun definisi pertama lebih
mendominasi.
32
32
Teungku Muhammad Hasb Ash-Shiddieqy, Memahami syariat Islam, Cet I, Semarang: Putra Rizki Putra, 2000, hal.27.
26
Universitas Sumatera Utara
27
Akad bisa berakhir disebabkan karena fasakh, kematian atau karena tidak adanya izin pihak lain dalam akad yang mauquf:
33
. a.
Berakhirnya akad karena fasakh yang menyebabkan timbulnya fasakhnya akad yakni:
1. Fasakh karena fasadnya akad jika suatu akad berlangsung secara fasid maka
akad harus difasakhkan baik oleh pihak yang berakad maupun oleh putusan pengadilan atau dengan kata lain sebab ia fasakh, karena adanya hal-hal
yang tidak dibenarkan syara’ seperti akad rusak.
2. Fasakh karena khiyar, baik khiyar rukyat, cacat, syarat atau majlis, yang
berhak khiyar, berhak memfasakh bila menghendakinya,kecuali dengan kerelaan pihak lainnya atau berdasarkan keputusan pengadilan.
3. Fasakh berdasarkan iqalah. Iqalah ialah memfasahkan akad berdasarkan
kesepakatan kedua belah pihak. Atau salah satu pihak dengan persetujuan pihak lain membatalkan karena merasa menyesal.
4. Fasakh karena tiada realisasi. Karena kewajiban yang ditimbulkan oleh
adanya akad tidak dipenuhi oleh pihak-pihak yang bersangkutan. Fasakh ini berlaku pada khiyar naqd pembayaran yakni pembeli tidak melunasi
pembayaran, atau jika pihak penjual tidak menyerahkan barang dalam batas waktu tertentu.
5. Fasakh karena jatuh tempo atau karena tujuan akad telah terealisir. Jika batas
waktu yang ditetapkan dalam akad telah berakhir atau tujuan akad telah terealisir maka akad dengan sendirinya menjadi fasakh berakhir seperti
sewa menyewa.
b. Berakhirnya Akad karena kematian. Kematian menjadi penyebab berakhirnya
sejumlah akad adalah sebagai berikut; 1.
Ijarah. Menurut Fuqaha Hanafiyah kematian seseorang menyebabkan berakhirnya akad ijarah. Menurut jumhur fuqaha selain Hanafiah, kematian
tidak menyebabkan berakhirnya akad ijarah.
2. Al-Rahn gadai dan Kafalah penjaminan hutang. Jika pihak penggadai
meninggal maka barang gadai harus dijual untuk melunasi hutangnya. Dalam hal kafalah penjamin hutang, maka kematian orang yang berhutang
tidak mengakibatkan berakhirnya kafalah, dilakukan pelunasan hutangnya.
3. Syirkah dan wakalah. Keduanya tergolong akad yang tidak lazim atas dua
pihak. Oleh karena itu, kematian seorang dari sejumlah orang yang berserikat menyebabkan berakhir syarikah. Demikian juga berlaku pada
wakalah.
c. Berakhirnya Akad karena tidak adanya izin pihak lain. Akad mauquf berakhir
apabila pihak yang mempunyai wewenang tidak mengijinkannya dan atau meninggal.
33
https:ekis.stain.wtpposts695419197135820, diakses tanggal 08 Desember 2013.
Universitas Sumatera Utara
28
B. Rukun dan Syarat Akad. 1.