Pengantar Peran Pengawas Sekolah Dalam Mendukung Gerakan Literasi Sekolah

1 PERAN PENGAWAS SEKOLAH DALAM MENDUKUNG GERAKAN LITERASI SEKOLAH Oleh: Asmuddin

I. Pengantar

Sebagai sumber daya pendidikan, tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan. Pengawasan pada pendidikan formal dilakukan oleh pengawas satuan pendidikan. Salah satu rangkaian tugas pengawas sekolah adalah mendukung program Gerakan Literasi Sekolah GLS sebagai wujud refresentasi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kabupatenkota. Adapun tugas atau kewenangan tersebut antara lain: merencanakan dan melaksanakan pendampingan dan pelatihan kepada warga sekolah untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam memberikan pelayanan pendidikan terutama pelaksanaan pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan literasi peserta didik, memantau serta memastikan ketersediaan buku referensi dan buku pengayaan, dan sarana yang mendukung program GLS, melakukan monitoring dan evaluasi hasil pelaksanaan GLS di tingkat kabupatenkota, satuan pendidikan, dan masyarakat. Hal tersebut keterlibatan pengawas sekolah sangatlah relevan dengan tugas pokoknya, baik sebagai pembina,pemantau .ataupun sebagai pembimbing. Gerakan Literasi Sekolah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan Penumbuhan Budi Pekerti PBP yang tertuang dalam permendikbud nomor 23 tahun 2015 salah satu kegiatan tersebut adalah membaca selama 15 menit buku nonpelajaran sebelum jam pelajaran dimulai. Kegiatan tersebut bertujuan menumbuhkan minat baca peserta didik dan meningkatkan keterampilan membaca agar pengetahuan dapat dikuasai secara lebih baik. Gerakan Literasi Sekolah GLS merupakan kegiatan partisifatif yang melibatkan berbagai unsur seperti peserta didik, guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan,pengawas sekolah, komite sekolah, orang tua peserta didik, akademisi, media massa, dan tokoh masyarakat yang bersinergi menyukseskan GLS tersebut. 2 Berawal dari sebuah gerakan dengan berbagai program yang dicanangkan setiap satuan pendidikan dalam bentuk-bentuk pembiasaan diharapkan dapat menjadi sebuah budaya. Selama ini tidak dapat dibantah kebiasaan membaca siswa kita sangat rendah. Hal ini menurut OECD PISA Program International Student Assessment bahwa Indonesia menduduki peringkat 69 dari 79 negara pada tahun 2015. Bahkan Seorang sastrawan Indonesia, Taufik Ismail pernah meneliti pada tahun 1997 di 13 SMA di berbagai negara mengenai kewajiban membaca buku, ketersediaan buku wajib di perpustakaan sekolah,bimbingan menulis, dan pengajaran sastra di sekolah. Hasilnya Indonesia berada di urutan ke-13 dengan kewajiban membaca 0 judul Dharma:2016. Berdasarkan gambaran dan fakta-fakta singkat tersebut sangatlah tepat bila kiat literasi didorong sekaligus sebagai penguatan dari pengawas sekolah minimal di lingkup binaan akademik dan manajerialnya masing-masing di setiap satuan pendidikan sebagai realisasi atau dukungan keberhasilan Gerakan Literasi Sekolah GLS.

II. Masalah