9
sebagai sorang suami atau bapak, atau istri, dan anak yang perlu memiliki waktu dengan keluarga.
8. Social relevance
Social relevance mengacu pada sikap tanggung jawab perusahaan untuk menjaga kualitas dari kondisi kerja.
Perilaku ini mencakup perilaku etis seperti perilaku praktek
yang tidak
merusak lingkungan
dan bertanggungjawab pada produk. Hal ini berkaitan dengan
pelanggan dan masyarakat luas secara keseluruhan dimana perusahaan beroperasi. Organisasi atau perusahaan yang
mengabaikan peranan dan tanggung jawab sosialnya akan menyebabkan karyawan kurang menghargai pekerjaan
mereka. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dimensi
kualitas kehidupan kerja meliputi gaji yang adil dan memadai; lingkungan kerja yang sehat, selamat dan aman; adanya peluang
untuk tumbuh dan berkembang; peluang penggunaan dan pengembangan kemampuan; keseimbangan antara pekerjaan,
kehidupan pribadi dan kehidupan keluarga; hubungan kerja yang baik; dan tanggung jawab sosial perusahaan yang membangun
kebanggaan karyawan.
2.2. Pengertian Employee Engagement
Karyawan yang memiliki keterikatan pada pekerjaan dan perusahaan dimana dia bekerja akan cenderung memberikan
performa yang lebih baik, yang penting bagi keberhasilan bisnis. Mereka memahami peran dalam pekerjaan, memiliki hubungan yang
kuat dengan perusahaan, dan berusaha untuk terus memberika yang lebih baik. Employee engagement pertama kali didefinisikan oleh
Kahn 1990 yaitu sebagai upaya dari anggota organisasi untuk
10
mengikatkan diri mereka dengan perannya di pekerjaan. Dalam kondisi ini, orang akan melibatkan dan mengekspresikan dirinya
secara fisik, secara kognitif dan secara emosional selama ia sedang memainkan peran kerjanya. Aspek kognitif dalam employee
engagement melibatkan kepercayaan karyawan terhadap organisasi, pemimpin dan kondisi kerjanya. Aspek emosional melibatkan
perasaan karyawan terhadap ketiga hal diatas, apakah karyawan bersikap positif atau negatif terhadap organisasi dan para
pemimpinnya. Aspek fisik melibatkan seberapa banyak energi fisik yang didayagunakan oleh karyawan dalam menyelesaikan tugasnya.
Sejalan dengan Kahn, Lewis, Donaldson, and Tharani 2011 berpendapat bahwa employee engagement adalah:
“Being focused in what you do thinking, feeling good about yourself in your role and the organisation feeling, and acting in a
way that demonstrates commitment to the organisational values and objectives acting”
Selanjutnya, Harter, et.al 2002 mendefinisikan employee engagement sebagai keterlibatan karyawan terkait dengan pekerjaan
yang ditandai dengan antusiasme dan dedikasi. Kemudian, Schaufeli Bakker 2004 mendefinisikan engagement sebagai sikap yang
positif, penuh makna, dan motivasi, yang dikarakteristikkan dengan vigor, dedikasi, dan absorsi. Bernthal 2007 dalam laporan DDI
menyebutkan bahwa engagement adalah “to give it their all” dan
sejauh mana seorang karyawan menikmati dan percaya akan apa yang mereka lakukan dan merasa dihargai untuk melakukannya.
Kemudian, Truss et al dalam Pandey, 2013 menyebutkan bahwa employee engagement adalah passion for work.
Kemudian, Institute
of Employment
Studies 2004
memberikan pendapat bahwa employee engagement adalah sikap
11
positif yang ditunjukkan oleh karyawan terhadap organisasi dan nilai organisasi. Seorang karyawan yang engaged sadar akan bisnis dan
akan bekerjasama dengan rekan kerja untuk meningkatkan kinerja perusahaan demi kepentingan perusahaan. Berkaitan dengan hal ini,
perusahaan harus berusaha untuk mengembangkan dan menjaga keterikatan, dimana ini membutuhkan two-way relationship antara
atasan dengan karyawan. Dari definisi tersebut Markos et al 2010 menyimpulkan bahwa keterikatan karyawan merupakan hasil dari
hubungan dua arah antara employer dan employee dan terdapat hal- hal yang perlu dilakukan oleh kedua belah pihak.
Berdasarkan yang definisi yang dikemukakan diatas maka dapat disimpulkan bahwa employee engagement adalah sikap positif
karyawan terhadap perusahaan yang dihasilkan dari hubungan antara karyawan dan perusahaan, yang ditunjukkan dengan antusiasme,
dedikasi dan fokus dalam pekerjaan serta bersedia untuk mengerahkan upaya terbaiknya untuk meningkatkan kinerja demi
keberhasilan perusahaan. Adapun karakteristik karyawan yang engaged menurut
Robinson, Perryman, Hayday 2004, yaitu memiliki kepercayaan terhadap perusahaan, bekerja untuk keberhasilan perusahaan,
memahami gambaran besar perusahaan, peduli dan membantu karyawan lain, dan adanya keinginan untuk
„go extra miles‟. Sejalan dengan Robinson et al, Baniewics 2008 menambahkan bahwa
karyawan yang engaged menyukai pekerjaan mereka, memiliki sikap yang positif, memahami pentingnya pelayanan pelanggan, dan
bersedia menjadi pemimpin maupun anggota tim. Selanjutnya, terdapat tiga kategori dari employee engagement
menurut Gallup 2006, yaitu:
12
1. Engaged employee: karyawan yang bekerja dengan
semangat, antusiasme, dan komitmen mereka terhadap pekerjaan. Mereka merasakan hubungan yang mendalam
dengan perusahaan. Selain itu, mereka merupakan orang- orang yang mendorong inovasi dan membawa perusahaan
menjadi lebih maju. 2.
Not engaged: karyawan yang bekerja tanpa energi dan semangat dalam pekerjaan. Karyawan hanya berfokus
pada penyelesaian tugas dan tidak ada niat untuk membawa organisasi menjadi lebih maju.
3. Actively disengaged: merupakan karyawan yang dapat
merusak organisasi karena karyawan kategori ini merusak semangat karyawan lain dan merasa sangat tidak bahagia
dengan pekerjaannya.
2.3. Pengertian Loyalitas