melakukan respon otot dan sequence ketepatan gerakan respon otot. Nashner menjelaskan mengenai 3 strategi gerakan sebagai respon normal dalam
mengantisipasi perturbasi postural yang tidak diinginkan. 1. Ankle Strategy digunakan pada perubahan bidang tumpu yang cukup kecil. Pada strategi ini,
aktivasi otot dilakukan dari distal ke proksimal yaitu mengaktivasi otot-otot bagian ekstremitas bawah. Misalnya, saat tubuh mengalami kehilangan
keseimbangan ke arah belakang, maka otot yang akan diaktivasi pertama kali yaitu m. tibialis anterior 100 msec yang diikuti oleh m. quadriceps dan m.
abdominal. Sebaliknya, apabila tubuh kehilangan keseimbangan ke arah depan maka otot yang akan diaktivasi yaitu: m. gastrocnemius, m. hamstring, dan m.
paraspinal. 2. Hip Strategy terjadi ketika perturbasi besar atau pusat gravitasi tubuh mendekati limit of stability batas stabilitas akibat bidang tumpu yang tidak
stabil. Tujuan dari strategi ini yaitu mempertahankan pusat gravitasi tubuh terhadap bidang tumpu dengan mengaktivasi tubuh bagian proksimal ke distal.
Pada forward swayakan mengaktivasi m. abdominal dan m. quadriceps, sedangkan backward sway akan mengaktivasi m. paraspinal dan m. harmstring.
3. Stepping strategy terjadi saat perturbasi dalam jumlah yang sangat besar yaitu pusat gravitasi tubuh melebihi batas stabilitas. Strategi ini digunakan untuk
memperbesar bidang tumpu sehingga dapat mempertahankan keseimbangan Nashner et all., 1979.
2.2.6.3 Strategi Sensoris Sensory Strategies
Informasi sensoris dari somatosensori, visual, dan vestibular, harus diintegrasikan untuk menginterpretasi keadaan lingkungan.Dalam lingkungan
yang cukup terang dengan basis yang kuat dari dukungan, orang sehat mengandalkan informasi somatosensori 70, visual 10, dan vestibular
20.Namun, ketika seseorang berdiri di atas permukaan yang tidak stabil, merekameningkatkan bobot sensorik untuk vestibulardan informasi visual mereka
serta mengurangi ketergantungan masukan somatosensori untuk orientasi postural Peterka, 2002.
Kemampuan untuk meningkatkan informasi bobot sensorik re-weight sensory bergantung pada seberapa penting konteks sensori dalam menjaga
stabilitas ketika seorang individu bergerak dari satu konteks sensori ke yang lainnya. Seorang individu dengan gangguan defisit periperal pada sistem
vestibular atau somatosensori neuropati akan mengalami keterbatasan dalam kemampuan untuk meningkatkan informasi bobot sensorik dan memiliki peluang
jatuh lebih tinggi Horak, 2006.
2.2.6.4 Orientasi dalam Ruang Orientation in Space
Kemampuan untuk mengarahkan bagian-bagian tubuh sehubungan dengan gravitasi, bidang tumpu, sistem visual dan referensi internal adalah komponen
penting dari kontrol postural. Sistem saraf yang sehat secara otomatis mengubah cara tubuh berorientasi pada ruang, tergantung pada konteks dan tugas. Orang
yang sehat dapat mengidentifikasigravitasi vertikal dalam gelap untuk jarak 0,5°.Penelitian telah menunjukkan bahwa persepsi vertikal atautegak, mungkin
memiliki beberaparepresentasi saraf Karnath et al, 2000. Persepsi vertikal visual atau kemampuan untuk menyelaraskan garis ke gravitasi vertikal dalam gelap,
tidak tergantung pada persepsi postural atau proprioseptif vertikal; misalnya
kemampuan untuk
menyelaraskan tubuh
dalam ruang
tanpa visual.
Ketiadakakuratan referensi internal pada vertikalitas akan menghasilkan keselarasan alignment postural otomatis yang tidak selaras dengan gravitasi dan
membuat seseorang tidak stabil Bisdorff et al., 1996.
2.2.6.5 Kontrol Dinamik Control of Dynamics