Pendidikan Nonformal Pengertian Homeschooling

9 BAB II LANDASAN TEORI

2.1. Pendidikan Nonformal

Pendidikan nonformal adalah pendidikan yang dilakukan secara teratur, dengan sadar dilakukan, tetapi tidak terlalu ketat mengikuti peraturan-peraturan yang tetap¸ seperti pada pendidikan formal di sekolah, karena pendidikan nonformal pada umumnya dilaksanakkan tidak dalam lingkungan fisik sekolah, maka pendidikan nonformal diidentik dengan pendidikan luar sekolah. Oleh karena itu pendidikan nonformal dilakukan diluar sekolah, maka sasaran pokok adalah anggota masyarakat. Sebab itu program pendidikan nonformal harus dibuat sedemikian rupa agar bersifat luwes tetapi lugas, namun tetap menarik minat para konsumen pendidikan. Menurut Soelaman Joesoef 1992: 54, pendidikan non formal adalah setiap kesempatan dimana terdapat komunikasi yang terarah di luar sekolah dan seseorang memperoleh informasi, pengetahuan, latihan maupun bimbingan sesuai dengan tingkat usia dan kebutuhan hidup, dengan tujuan mengembangkan tingkat keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang memungkinkan baginya menjadi peserta-peserta yang efesien dan efektif 10 dalam lingkungan keluarga, pekerjaan bahkan lingkungan masyarakat dan negaranya. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan nonformal adalah pendidikan kegiatan belajar mengajar yang diadakan di luar sekolah untuk memenuhi kebutuhan pendidikan peserta didik tertentu untuk mendapatkan informasi, pengetahuan, latihan, dan bimbingan sehingga mampu bermanfaat bagi keluarga, masyarakat, dan negara.

2.2. Pengertian Homeschooling

Menurut Saputra 2007: 11 homeschooling diartikan sebagai sebuah proses layanan pendidikan yang secara sadar, teratur dan terarah dilakukan oleh orang tua atau keluarga di rumah atau tempat-tempat lain, di mana proses belajar mengajar dapat berlangsung dalam suasana yang kondusif dengan tujuan agar setiap potensi anak yang unik dapat berkembang secara maksimal. Sejalan dengan pengertian tersebut, Sumardiono 2007: 23 menuturkan bahwa homeschooling merupakan model pendidikan di mana sebuah keluarga memilih untuk bertanggung jawab sendiri secara aktif atas pendidikan anak-anaknya dan menggunakan rumah sebagai basis pendidikannya. Maksud dari bertanggung jawab secara aktif di sini adalah keterlibatan penuh orang tua pada proses penyelenggaraan pendidikan, 11 mulai dalam hal penentuan arah dan tujuan pendidikan, nilai-nilai values yang ingin dikembangkan, kecerdasan dan keterampilan yang hendak diraih, kurikulum dan materi pembelajaran, hingga metode belajar serta praktik belajar keseharian anak-anak. Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, program-program dalam pendidikan juga turut mengalami perkembangan. Perkembangan dari filsafat dan ilmu pengetahuan serta adanya usaha untuk memaksimalkan proses pembelajaran selama berabad- abad menghasilkan perubahan pada sistem pendidikan yang sekarang ini kita kenal sebagai sekolah. Menurut Abdullah 2011: 18 sekolah adalah sebuah lembaga yang dirancang untuk pengajaran peserta didik di bawah pengawasan pendidik. Sekolah juga dijadikan sebagai solusi untuk mengatasi keterbatasan keluarga dalam mendidik anaknya secara sadar dan terencana. Di Indonesia sendiri, pembagian pendidikan pada sekolah disesuaikan dengan usia peserta didik, hal ini berlaku untuk pendidikan formal dan nonformal. Meskipun sekolah menjadi institusi pendidikan yang terbukti memberikan manfaat bagi kemanusiaan, namun proses pencarian pendidikan yang terbaik tidak pernah berhenti. Berbagai filsafat dan pemikiran terus lahir, serta berinteraksi dengan kondisi sosial yang dialami oleh masyarakat. Di Amerika Serikat, gelombang pertama homeschooling terjadi pada era 1960-an. Pada 12 masa ini, muncul pemikiran bahwa anak-anak belajar baik jika tanpa instruksi sebagaimana di sekolah. Selain John Holt, inisiator lainnya pada masa itu adalah Raymond Moore, seorang psikolog perkembangan dan peneliti pendidikan. Pada akhir 1970-an, Holt menerbitkan surat kabar Growing Without School yang menjadi sistem pendukung homeschooling pada masa itu Saputra, 2007: 12. Di Indonesia, belum ada penelitian yang secara khusus meneliti tentang akar perkembangan homeschooling. Sebagai sebuah istilah, homeschooling atau sekolah rumah adalah istilah yang relatif baru dalam dunia pendidikan di Indonesia. Tetapi kalau diperhatikan secara esensi dari filosofi, model dan praktek penyelenggaraannya, homeschooling bukanlah sebuah hal yang benar-benar baru. Apabila memperhatikan konsep-konsep kunci homeschooling, maka kita akan mendapatkan bentuk-bentuk praktik homeschooling yang pernah ada di Indonesia. Salah satu konsep kunci dari homeschooling adalah pembelajaran yang tidak berlangsung melalui institusi sekolah formal. Konsep ini membawa kita pada konsep yang lebih umum yaitu, belajar otodidak atau belajar mandiri Sumardiono, 2007: 24. Nadhirin 2008: 2 memaparkan bahwa homeschooling merupakan model pendidikan alternatif selain sekolah yang diselenggarakan oleh keluarga, yang memungkinkan anak berkembang sesuai dengan potensi 13 diri mereka masing-masing. Nadhirin 2008: 2 memaparkan bahwa metode homeschooling terbagi menjadi 3 jenis, yakni homeschooling tunggal, homeschooling majemuk dan homeschooling komunitas. Berikut dijabarkan pengertian dari masing-masing jenis homescooling. 1. Homeschooling tunggal Homeschooling tunggal merupakan homeschooling yang dilaksanakan oleh orang tua dalam suatu keluarga tanpa bergabung dengan lainnya. Dalam hal ini orang tua terjun langsung sebagai guru menangani proses belajar anaknya, jika pun ada guru yang didatangkan secara privat hanya akan membimbing dan mengarahkan minat anak dalam mata pelajaran yang disukainya. Guru tersebut bisa berasal dari lembaga-lembaga yang khusus menyelengarakan program homeschooling. 2. Homeschooling majemuk Homescooling majemuk merupakan homeschooling yang dilaksanakan oleh dua atau lebih keluarga untuk kegiatan tertentu sementara kegiatan pokok tetap dilaksanakan oleh orang tua masing-masing. 3. Homeschooling komunitas Homeschooling komunitas merupakan gabungan beberapa homeschooling majemuk. Pada jenis ini ini terdapat silabus, bahan ajar, kegiatan pokok olah raga, seni dan bahasa, saranaprasarana dan jadwal 14 pembelelajaran. Dalam hal ini beberapa keluarga memberikan kepercayaan kepada Badan Tutorial untuk memberi materi pelajaran. Badan tutorial melakukan kunjungannya ke tempat yang disediakan komunitas. Dasar penyelenggaraan homeschooling di antaranya adalah UU No. 20 Th. 2003 tentang Sisdiknas, terutama pasal 27 yang berbunyi: 1 Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. 2 Hasil pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan. Kegiatan homeschooling perlu dilaporkan ke Dinas Pendidikan setempat agar peserta homeschooling mendapat ijazah resmi dari pemerintah. Untuk ijazah SD adalah Paket A, SMP Paket B, dan SMA Paket C. Sistem ujiannya adalah melalui ujian nasional kesetaraan. Nadhirin 2008: 4 menyebutkan bahwa homeschooling memberi banyak keleluasaan bagi anak didik untuk belajar tanpa harus merasa tertekan dengan beban-beban yang terkondisi oleh target kurikulum. Setiap siswa homeschooling diberi kesempatan untuk terjun langsung mempelajari materi yang disediakan. Siswa diajak mengevaluasi secara langsung tentang materi yang sedang di bahas. Bahkan bagi siswa yang 15 memiliki ketertarikan di bidang tertentu, misalnya Fisika atau Ilmu alam, diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengadakan observasi dan penelitian sesuai ketertarikan mereka. Beberapa keunggulan lain homeschooling sebagai pendidikan alternatif, yaitu karena sistem ini menyediakan pendidikan moral atau keagamaan, lingkungan sosial dan suasana belajar yang lebih baik, menyediakan waktu belajar yang lebih fleksibel. Selain hal tersebut sistem pembelajaran pada homesechooling juga memberikan keterampilan khusus yang menuntut pembelajaran dalam waktu yang lama seperti pertanian, seni, olahraga, dan sejenisnya, memberikan pembelajaran langsung yang kontekstual, tematik, dan nonscholastik yang tidak tersekat-sekat oleh batasan ilmu. Namun, selain keunggulan yang ditawarkan pada pendidikan homeschooling, terdapat juga beberapa kekurangan diantaranya kondisi belajar di homeschooling membuat anak kurang berinteraksi dengan teman sebaya. Kemungkinan lainnya anak didik bisa terisolasi dari lingkungan sosial yang kurang menyenangkan sehingga akan kurang siap nantinya menghadapi berbagai kesalahan atau ketidakpastian. Kurangnya interaksi juga membuat anak didik kehilangan kesempatan untuk bergabung dalam salah satu tim olah raga, dan organisasi siswa pada umumnya seperti OSIS, PMR, IRM, PASKIBRA, pramuka, tim 16 basket, tim sepak bola dan sebagainya seperti halnya yang terdapat disekolah umum. Kekurangan lain adalah tidak ada kompetisi atau bersaing. Sehingga ada kemungkinan anak didik tidak bisa membandingkan sampai di mana kemampuannya dibanding anak-anak lain seusianya. Selain itu anak didik belum tentu merasa cocok jika diajar oleh orang tua sendiri, apalagi jika memang mereka tidak punya pengalaman mengajar sebelumnya. Faktor tingginya biaya homeschooling juga menjadi salah satu kekurangan, karena dipastikan biaya yang dikeluarkan untuk memberikan pendidikan homeschooling lebih besar dibanding jika kita mengikuti pendidikan formal disekolah umum Nadhirin, 2008: 4. Saat ini, perkembangan homeschooling di Indonesia dipengaruhi oleh akses terhadap informasi yang semakin terbuka dan membuat para orang tua memiliki semakin banyak pilihan untuk pendidikan anak-anaknya. Selanjutnya Sumardiono 2007: 24 juga menambahkan bahwa banyak keluarga Indonesia yang belajar di luar negeri menyelenggarakan homeschooling untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anaknya. Selain itu, ketidakpuasan terhadap kualitas pendidikan di sekolah formal juga menjadi pemicu bagi keluarga- keluarga Indonesia untuk menyelenggarakan homeschooling yang dinilai lebih dapat mencapai tujuan- tujuan pendidikan yang direncanakan oleh keluarga. 17 Homeschooling adalah model pendidikan alternatif selain di sekolah. Homeschooling dipraktikkan oleh jutaan keluarga di seluruh dunia. Walaupun ada keinginan untuk membuat sebuah definisi mengenai apa yang dimaksud dengan homeschooling, tetapi tak mudah untuk melakukannya. Tak ada sebuah definisi tunggal mengenai homeschooling karena model pendidikan yang dikembangkan di dalam homeschooling sangat beragam dan bervariasi. Sejauh ini kurikulum yang ada di Indonesia yaitu kurikulum yang ditentukan oleh Diknas. Namun dalam homeschooling tidak dipaksakan untuk mengikuti kurikulum Diknas karena sebagian besar dari homeschooling yang ada memilih materi dan pengajarannya sendiri. Dengan melihat apa yang dibutuhkan oleh anak dan keluarga. Namun pemerintah mempunyai prasyarat dalam homeschooling. Diantaranya menggunakan paket kurikulum lengkap yang dibeli dari penyedia kurikulum di mana 3 materi yang digunakan berasal dari partner homeschooling yang dijalankan oleh lembaga setempat. Bila dilihat dari Homeschooling Kak Seto kegiatan atau biasa disebut proses pembelajaran terbagi atas dua pembelajaran yaitu yang pertama kegiatan yang berhubungan dengan proses pembelajaran siswa atau kemudian biasa disebut homeschooler di mana kegiatan tersebut membantu siswa dalam proses belajar menjadi menyenangkan. Meliputi games, inspiring 18 story, project class, nonton bareng, outing, ekstrakurikuler, distance learning gathering. Yang kedua yaitu parent s meeting dan bimbingan konseling. Homeschooling Destiny Institute menggunakan kurikulum ACE Accelerated Christian Education. Filosofi yang dibangun atas prinsip-prinsip dasar firman Allah di mana siswa diajarkan untuk melihat kehidupan dari sudut pandang Allah sebagai tanggung jawab untuk pembelajaran sendiri. Program ini berdasarkan Alkitab komprehensif yang berfungsi baik sekolah berbasis kampus dan homeschooling. Diantaranya program berbasis Alkitab dengan karakter Ilahi, pendekatan individual, Self Instruction kurikulum berbasis penguasaan, keterlibatan orang tua, pelatihan dan konvensi, peluang siswa untuk pengembangan karakter.

2.3. Pengertian Manajemen

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Program Pendidikan Homeschooling Destiny Institute di Kota Salatiga T2 942012033 BAB I

0 1 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Program Pendidikan Homeschooling Destiny Institute di Kota Salatiga T2 942012033 BAB IV

0 2 28

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Program Pendidikan Homeschooling Destiny Institute di Kota Salatiga T2 942012033 BAB V

0 2 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Program Pendidikan Homeschooling Destiny Institute di Kota Salatiga

1 2 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Program Pendidikan Homeschooling Destiny Institute di Kota Salatiga

3 17 85

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Implementasi Kebijakan Pendidikan Inklusi di Kota Salatiga T2 942015024 BAB II

1 3 64

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Magister Manajemen Pendidikan Program Pascasarjana FKIPUKSW T2 BAB II

0 3 18

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Pembelajaran Berbasis Kontekstual Bidang Studi Pendidikan Agama Kristen di SMA Kristen Satya Wacana Salatiga T2 BAB II

0 1 26

T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Program Pendidikan Karakter Di SMA Kristen 1 Salatiga T2 BAB IV

0 1 26

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Program Pendidikan Karakter Di SMA Kristen 1 Salatiga T2 BAB II

0 0 36