Fitnah Bermakna Kekafiran Fitnah Bermakna Kemusyrikan

Seringkali masyarakat menyebut-nyebut kata fitnah. Dalam bahasa Indonesia, kata fitnah seperti disebutkan dalam banyak kamus bahasa Indonesia adalah: menuduh tanpa bukti. 43 Dalam bahasa Arab itu berarti buhtaan. 44 Fitnah adalah penyakit hati yang memakan kebaikan mendatangkan keburukan serta membuang-buang waktu secara sia-sia. Penyakit ini meluas di masyarakat karena kurangnya pemahaman agama dalam kehidupan yang semakin mudah dan banyaknya waktu luang. Kemajuan teknologi informasi misalnya juga turut menyebarkan penyakit masyarakat ini. Hakikat fitnah adalah membicarakan arang lain dengan hal yang tidak disenangi bila ia mengetahuinya baik yang disebut-sebut itu kekurangan yang ada pada nasab, tabiat, ucapan, maupun agama hingga pada pakaian, rumah atau harta miliknya yang lain. Menyebut kekurangannya yang ada pada badan seperti mengatakan ia pendek hitam kurus dan sebagainya. Atau pada agamanya seperti mengatakan ia pembohong fasik munafik dan sebagainya. Didalam Al Qur’an kata fitnah mengandung beberapa makna yaitu:

1. Fitnah Bermakna Kekafiran

Terkadang fitnah adalah kekafiran atau kemusyrikan, seperti dalam Firman Allah Ta’ala :                      43 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Jakarta: Balai Pustaka 1980, h. 430. 44 M. Abdul Mujieb, Mabruri Tholhah, Syafi’ah AM, Kamus Istilah Fiqh Jakarta: Penerbit PT. Pustaka Firdaus, 1994, h. 170.                                            Artinya: “Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi manusia dari jalan Allah, kafir kepada Allah, menghalangi masuk Masjidil haram dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar dosanya di sisi Allah. dan berbuat fitnah lebih besar dosanya daripada membunuh. mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka dapat mengembalikan kamu dari agamamu kepada kekafiran, seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu Dia mati dalam kekafiran, Maka mereka Itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka Itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. ” al- Baqarah: 217 45

2. Fitnah Bermakna Kemusyrikan

                Artinya: “Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi, dan ketaatan itu hanya 45 Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahannya Bandung : Gema Risalah, 1992, h. 24. semata-mata untuk Allah. jika mereka berhenti dari memusuhi kamu, Maka tidak ada permusuhan lagi, kecuali terhadap orang-orang yang zalim. ” al-Baqarah:193 46 Dalam Tafsir Al-Maraghi disebutkan kata Fitnah dalam ayat ini adalah berasal dari kata fatina sh-shaighu dz-Dzahaba yang artinya : apabila tukang emas melebur emasnya dengan api untuk mengeluarkan kotorannya, kemudian dipakai dalam pengertian setiap ujian yang berat, seperti diusir dari kampung halaman yang tercinta atau fitnah dalam masalah agama. 47 Pada ayat-ayat yang lalu telah menuturkan masalah-masalah yang hilal dan waktu bagi umat manusia dalam melaksanakan iba dah dan mu’amalah mereka, terutama sekali dalam masalah haji, yang pada masa jahiliyah dibulan ini mengharamkan pertempuran. Dalam bulan tersebut, apabila bertujuan untuk membela agama Allah dan memberi pelajaran kepada musuh yang telah memfitnah dan merusak janji. Jadi bukan semata-mata kerena dorongan hawa nafsu atau ingin memperoleh ghanimah atau ingin mengalirkan darah. 48 Diriwayatkan oleh sahabat Abdullah Ibnu Abbas bahwa ayat ini diturunkan berkenaan tatkala beliau memasuki majidil Haram beliau telah dihalang-halangi oleh kaum musyrikin. Namun, kemudian mengajak berdamai dengan beliau yang akhirnya ditetapkan bahwa beliau boleh melakukan haji pada tahun depan. Pada saat itu kota Mekah dibebaskan untuk kaum Muslimin selama tiga hari untuk melakukan tawaf adan berbuat sesuka hati mereka. Tatkala Rasulullah beserta para sahabat bersiap-siap hendak melakukan ibadah Umrah Qhadha, hati mereka telah diliputi oleh perasaan khawatir dan takut terhadap orang-orang Quraisy apabila mereka tidak menepati janji, menghalang-halangi dan memerangi mereka pada kesempatan ini. Padahal para sahabat tidak suka mengadakan peperangan dikota mekah dan dibulan muharram, sehingga turunlah ayat ini. 49 46 Ibid., h. 19. 47 Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi 2 Semarang: CV. Toha Putra, 1984, h. 164. 48 Ibid, h. 164. 49 Ibid, h. 165. Kata fitnah disini menurut para ulama ahli tafsir adalah ‘kekafiran atau ‘kemusyrikan. 50 Yakni bahwa mereka itu menyebarkan kekafiran. Sementara sebagian kaum muslimin karena belum diberitahu oleh Nabi Muhammad Saw, melakukan kekeliruan dengan memerangi kaum musyrik dibulan suci. Perbuatan mereka itu keliru. Dalam arti tidak pantas. Tapi kekafiran kaum musyrik itu lebih besar bahayanya daripada kekeliruan berperang di bulan suci. Itulah makna yang jelas dari ayat tersebut.

3. Fitnah Bermakna Konflik