TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

commit to user 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 SPM Jalan Hasil penelitian Serunting 2010 menunjukkan bahwa SPM jaringan jalan di Kota Salatiga pada tahun 2008 mempunyai indeks aksesibilitas = 8,535 sudah memenuhi persyaratan, indeks mobilitas = 2,901 sudah memenuhi persyaratan, dan indeks kecelakaan = 0,687. SPM ruas jalan dari aspek kondisi jalan berdasarkan lebar jalan, yang belum memenuhi persyaratan sebanyak 69 ruas sepanjang 89,340 km 73,69, sedangkan yang sudah memenuhi persyaratan sebanyak 41 ruas sepanjang 31,90 km 26,31. SPM ruas jalan dari aspek kondisi jalan berdasarkan nilai Road Condition Index RCI yang belum memenuhi persyaratan sebanyak 1 ruas sepanjang 1,00 km 0,82, sedangkan yang sudah memenuhi persyaratan sebanyak 109 ruas sepanjang 120,24 km 99,81. Tujuan diadakannya Pavement Management System PMS adalah menyelenggarakan pemeliharaan jalan secara efisien dan efektif dengan mengoptimalkan kinerja jaringan jalan agar kondisi jaringan jalan dapat berfungsi dengan baik. Penelitian mengenai PMS telah banyak dilakukan baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Salah satu tahapan dalam PMS adalah maintenance standard. Maintenance standard diartikan bahwa pekerjaan pemeliharaan yang tepat haruslah spesifik dan sesuai dengan hasil penyelidikan. Salah satu upaya untuk menetapkan maintenance standard adalah dengan SPM. SPM merupakan bentuk pelayanan publik yang menyangkut kualitas dan kuantitas pelayanan publik yang disediakan pemerintah sebagai salah satu indikator kesejahteraan masyarakat. Konsep utama dari SPM adalah tolok ukur penyediaan layanan bagi penyedia layanan dan acuan mengenai kualitas dan kuantitas layanan bagi pengguna layanan Insani, 2009. Berdasarkan hasil penelitian Setiawan 2009, parameter pemenuhan SPM yang digunakan adalah pemenuhan lebar minimum, pemenuhan nilai kekasaran 5 commit to user 6 perkerasan maksimum International Roughness Index IRI, dan pemenuhan nilai kecepatan tempuh minimum kmjam. Skema alokasi pentahapan dana yang terpilih adalah 50, 40 dan 10 dari total kebutuhan dana yang dialokasikan pada tahun pertama, kedua dan ketiga secara berurutan. Skema alokasi tersebut menghasilkan kriteria jalan yang sesuai dengan SPM bidang jalan dan menghasilkan pengurangan waktu tempuh kendaraan. Skema alokasi terpilih mampu menghasilkan penghematan Biaya Operasional Kendaraan dan biaya waktu perjalanan pada ruas jalan Kota Batu sebesar Rp 6.541.222.099,00. Berdasarkan hasil penelitian Senduk 2009, di tingkat jaringan jalan, Provinsi Sulawesi Utara berada dalam kondisi yang cukup baik di ketiga aspek kriterianya, yakni aksesibilitas, mobilitas, dan kecelakaan. Namun, khusus untuk Kota Menado, diperlukan penambahan panjang jalan sepanjang 250,60 km. Jalan menurut tingkat ruas jalan dengan kewenangan jalan nasional dan provinsi dibutuhkan anggaran sebesar Rp821.369.810.100,00 untuk pemenuhan SPM Jalan, serta Rp230.207.711,11 per tahun pada setiap kabupatenkota untuk penambahan jalan baru sebagai antisipasi pemenuhan SPM di tingkat jaringan. PMS yang efektif dapat digunakan oleh pengambil keputusan untuk pembangunan yang berkelanjutan, penentuan prioritas pemeliharaan jaringan jalan dari berbagai kelas dan jenis jalan, membantu para engineer untuk mengidentifikasi penanganan yang paling tepat suatu lokasi jaringan jalan dengan menggunakan analisa ekonomi, prediksi model dan informasi dari waktu ke waktu. Hal-hal yang diperlukan dalam PMS adalah data inventory data, condition data, maintenance standards, economic analysis, budgetary analysis, programming, dan work control dan feedback Oliver, 2002. 2.1.2 Sistem Informasi Geografis Tujuan penelitian yang dilakukan oleh Jamalurrusid 2009 adalah menerapkan aplikasi program SIG pada jalan lingkungan di Kota Purbolinggo berupa basis data teknis untuk menentukan prioritas pemeliharaan jalan lingkungan pada 76 ruas jalan. Parameter yang digunakan yaitu tingkat kebutuhan biaya pekerjaan, tingkat kerusakan jalan, dan jumlah hunian rumahpemakai jalan yang tersusun tingkatan prioritas dengan tiga rekomendasi yaitu mendesak sebanyak 18 ruas jalan, segera sebanyak 34 ruas jalan, dan ditunda sebanyak 24 ruas jalan. commit to user 7 Dinas Pekerjaan Umum Kota Surakarta menyusun Sistem Informasidata base jaringan jalan raya di kota Surakarta terkini berbasis SIG berupa data base klasifikasi jalan raya, kondisi eksisting geometrik jalan, jenis perkerasan jalan, dan bangunan pelengkap jalan dengan basis data drainase dan gorong-gorong, serta jembatan, dan bangunan. Pengoperasian bangunan tersebut masing-masing dikelola oleh Sub Dinas : Drainase, Bina Marga dan Cipta Karya. Keluaran yang dihasilkan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah: 1 Print out data base jalan dalam bentuk buku A3 dengan gambar peta ukuran A3 dari hasil intregasi wilayah kota Surakarta. 2 Software data base jalan berikut data yang tersimpan dalam satu unit komputer Anonim, 2007b. Penelitian ini membahas tentang perkembangan aplikasi SIG yang terpadu dan komprehensif dalam perencanaan dan pengawasan kegiatan pembangunan. Hal tersebut berupa peningkatan fungsi aplikasi pada perangkat SIG dengan menambahkan model baru dan tools analysis untuk sistem yang sudah ada dengan menggunakan toolkit SIG untuk mendapatkan hasil pengambilan keputusan yang terbaik. Spatial Multi-Criteria Evaluation SMCE merupakan bagian terpenting yang digunakan untuk menentukan keberhasilan aplikasi SIG dalam pengambilan keputusan pada saat proses perencanaan melalui beberapa pertimbangan yaitu rekomendasi skenario kegiatan pembangunan dan kendalamya serta dampak di masa yang akan datang. Penelitian ini juga membahas tentang isu-isu pengembangan dan aplikasi SIG lainnya, khususnya kapasitas data dan infrastruktur geodata pada SIG Yaakup, 2004. Penerapan aplikasi SIG pada studi kasus Rencana Tata Negara Pahang digunakan untuk penyusunan rencana pengembangan dan pelaksanaan kegiatan pembangunan di tingkat Pemerintah dan Pemerintah Kabupaten. Penyusunan rencana pembangunan tersebut bertujuan untuk tercapainya suatu proses perencanaan yang sistematis dan berkelanjutan. Tahapan penelitian ini terdiri dari identifikasi kebutuhan dan tujuan, pelaksanaan dan evaluasi alternatif serta pengawasan pelaksanaan perencanaan. SIG memiliki fungsi sebagai alat yang efektif dalam memberikan analisis dan metode kuantitatif untuk analisis perencanaan kota dan regional, juga dapat memberikan sebuah dasar yang kuat untuk pengambilan keputusan yang tepat sasaran Yaakup et al, 2007a. commit to user 8 Penerapan sistem infomasi berbasis SIG diperlukan untuk mengatasi kompleksitas dan ketidakpastian dalam proses perencanaan dalam manajemen perencanaan kota. Sistem informasi yang tersusun dibuat secara sistematis dan berkelanjutan yang dapat berfungsi sebagai alat untuk pengembangan proses perencanaan dan pengawasan kegiatan pembangunan. Perencanaan perkotaan dan sistem pengawasan yang efektif diperlukan mengakomodasi perencanaan strategis, manajemen perencanaan serta pemecahan masalah agar mempermudah dalam pengambilan keputusan. Penggunaan SIG yang berdasarkan analisis data dan pengendalian pembangunan berguna untuk meningkatkan pemodelan spasial dengan tujuan pengembangan perencanaan dan pengawasan pembangunan selanjutnya Yaakup et al, 2007b. Penelitian tentang analisis kecelakaan ini bertujuan untuk membantu pengambilan keputusan dalam menentukan tindakan keselamatan penyebab kecelakaan lalu lintas. Aplikasi yang dipakai yaitu menggunakan program SIG untuk menganalisis penyebab kecelakaan dengan metode visualisasi data kecelakaan sehingga menghasilkan prediksi yang lebih akurat berdasarkan parameter yang terkait aspek kecelakaan. Batasan masalah penelitian hanya pada daerah Seremban City Council Negeri Sembilan dan telah melakukan kerja sama dengan The Royal Malaysian Police dan The Road Safety Council Yaakup et al, 2009. 2.2 Landasan Teori Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan mengamanatkan bahwa ”hasil penyelenggaraan jalan harus memenuhi SPM yang ditetapkan”. SPM Bidang Jalan telah ditetapkan melalui Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 534KPTSM2001 Anonim, 2004b. Jalan sebagai bagian sistem transportasi nasional mempunyai peranan penting terutama dalam mendukung bidang ekonomi, sosial dan budaya serta lingkungan dan dikembangkan melalui pendekatan pengembangan wilayah agar tercapai keseimbangan dan pemerataan pembangunan antar daerah, membentuk dan memperkokoh kesatuan nasional untuk memantapkan pertahanan dan keamanan nasional, serta membentuk struktur ruang dalam rangka mewujudkan sasaran pembangunan nasional. commit to user 9 2.2.1 Peran, Pengelompokan, dan Bagian-Bagian Jalan Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004 UU 382004 Bab III Pasal 5,6,7 tentang Jalan dibahas mengenai, peran, pengelompokan dan bagian-bagian jalan, sedangkan bahasan lanjutan yang sangat terkait, yaitu pengelompokan jalan umum berdasar status kepengelolaan dan kelas jalan sesuai dengan pasal 9, 10 dan 11 sebagai berikut Anonim, 2004b: 2.2.1.1 Pengelompokkan Jalan Menurut Peran Jalan sebagai bagian prasarana transportasi mempunyai peran penting dalam bidang ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup, politik, pertahanan dan keamanan, serta dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Jalan sebagai prasarana distribusi barang dan jasa merupakan urat nadi kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara. Jalan yang merupakan satu kesatuan sistem jaringan jalan menghubungkan dan mengikat seluruh wilayah Republik Indonesia. 2.2.1.2 Pengelompokan Jalan Secara Umum Jalan sesuai dengan peruntukannya terdiri atas jalan umum dan jalan khusus. Jalan umum dikelompokkan menurut sistem, fungsi, status dan kelas. Sedangkan jalan khusus bukan diperuntukkan bagi lalu lintas umum dalam rangka distribusi barang dan jasa yang dibutuhkan. 2.2.1.3 Pengelompokan Jalan Menurut Fungsi Jalan umum menurut fungsinya dikelompokkan sebagai berikut: 1 Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna. 2 Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi. 3 Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi. 4 Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat dan kecepatan rata-rata rendah. commit to user 10 2.2.1.4 Pengelompokan Jalan Umum Menurut Status Jalan umum menurut statusnya dikelompokkan sebagai berikut: 1 Jalan nasional merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan antar ibukota provinsi dan jalan strategis nasional serta jalan tol. 2 Jalan provinsi merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupatenkota, atau antar ibukota kabupatenkota, dan jalan strategis provinsi. 3 Jalan kabupaten merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, antar ibukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antar pusat kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan strategis kabupaten. 4 Jalan kota adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang menghubungkan antar pusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat pelayanan dengan persil, menghubungkan antar persil, serta menghubungkan antar pusat permukiman yang berada di dalam kota. 5 Jalan desa merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan danatau antar permukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan. 2.2.1.5 Kriteria Jalan Menurut Pelayanan Pelayanan yang andal adalah pelayanan jalan yang memenuhi SPM, yang meliputi aspek aksesibilitas kemudahan pencapaian, mobilitas, keselamatan, kondisi jalan dan kecepatan tempuh rata-rata, sedangkan yang dimaksud dengan jalan prima adalah selalu memberikan pelayanan yang optimal. Sistem jaringan jalan primer adalah sistem jaringan jalan bersifat menerus yang memberikan pelayanan lalu lintas tidak terputus walaupun masuk ke dalam kawasan perkotaan. Pusat-pusat kegiatan adalah kawasan perkotaan yang mempunyai jangkauan pelayanan nasional, wilayah dan lokal. Kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian, dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, serta kegiatan ekonomi. commit to user 11 2.2.1.6 Pengelompokkan Menurut Kelas Jalan Pengaturan penggunaan jalan dan kelancaran lalu lintas, jalan dibagi dalam beberapa kelas jalan. Pembagian kelas jalan diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan di bidang lalu lintas dan angkutan jalan. Pengaturan kelas jalan berdasarkan spesifikasi penyediaan prasarana jalan dikelompokkan atas jalan bebas hambatan, jalan raya, jalan sedang dan jalan kecil. 2.2.2 Bagian-Bagian Jalan Bagian-bagian jalan meliputi: 1 Ruang manfaat jalan meliputi badan jalan, saluran tepi jalan dan ambang pengamannya. 2 Ruang milik jalan meliputi ruang manfaat jalan dan sejalur tanah tertentu di luar ruang manfaat jalan. 3 Ruang pengawasan jalan merupakan ruang tertentu di luar ruang milik jalan yang ada di bawah pengawasan penyelenggara jalan. 2.2.3 Penguasaan dan Wewenang Pemerintah dalam Penyelenggaraan Jalan Pasal 13, 14, 15 dan 16 UU 382004 membahas tentang penguasaan jalan umum, wewenang pemerintah pusat, propinsi maupun kabupaten dalam penyelenggaraan jalan umum tersebut. 2.2.3.1 Penguasaan atas Jalan Penguasaan atas jalan ada pada negara. Penguasaan oleh negara memberi wewenang kepada pemerintah dan pemerintah daerah untuk melaksanakan penyelenggaraan jalan. 2.2.3.2 Penyelenggaraan Jalan berdasarkan kewewenangnya a. Wewenang Pemerintah Wewenang pemerintah dalam penyelenggaraan jalan meliputi penyelenggaraan jalan secara umum dan penyelenggaraan jalan nasional. Wewenang penyelenggaraan jalan secara umum dan penyelenggaraan jalan nasional meliputi pengaturan, pembinaan, pembangunan dan pengawasan. commit to user 12 b. Wewenang Pemerintah Provinsi Wewenang pemerintah provinsi dalam penyelenggaraan jalan meliputi penyelenggaraan jalan provinsi. Wewenang penyelenggaraan jalan provinsi meliputi pengaturan, pembinaan, pembangunan, dan pengawasan jalan provinsi. Apabila Pemerintah Provinsi belum dapat melaksanakan sebagian wewenangnya, maka Pemerintah Provinsi dapat menyerahkan wewenang tersebut kepada Pemerintah. c. Wewenang Pemerintah KabupatenKota Wewenang pemerintah kabupaten dalam penyelenggaraan jalan meliputi penyelenggaraan jalan kabupaten dan jalan desa, sebagai berikut: 1 Wewenang pemerintah kota dalam penyelenggaraan jalan meliputi penyelenggaraan jalan kota. 2 Wewenang penyelenggaraan jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa meliputi pengaturan, pembinaan, pembangunan, dan pengawasan. 3 Apabila Pemerintah kabupatenkota belum dapat melaksanakan sebagian wewenangnya, maka pemerintah kabupatenkota dapat menyerahkan wewenang tersebut kepada pemerintah provinsi. 2.2.4 Pembangunan Jalan Umum Pembangunan jalan umum, meliputi pembangunan jalan secara umum, pembangunan jalan nasional, pembangunan jalan provinsi, pembangunan jalan kabupaten dan jalan desa, serta pembangunan jalan kota. Pembahasan mengenai pembangunan jalan terdapat pada pasal 29, 30, 31, 32, 33 dan 34 UU 382004. 2.2.4.1 Pembangunan Jalan Secara Umum Pembangunan jalan secara umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 adalah sebagai berikut: 1 Pengoperasian jalan umum dilakukan setelah dinyatakan memenuhi persyaratan laik fungsi secara teknis dan administratif. 2 Penyelenggara jalan wajib memprioritaskan pemeliharaan, perawatan dan pemeriksaan jalan secara berkala untuk mempertahankan tingkat pelayanan jalan sesuai dengan SPM yang ditetapkan. 3 Pembiayaan pembangunan jalan umum menjadi tanggung jawab Pemerintah danatau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangan masing-masing. commit to user 13 4 Apabila pemerintah daerah belum mampu membiayai pembangunan jalan yang menjadi tanggung jawabnya secara keseluruhan, maka Pemerintah dapat membantu sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 5 Sebagian wewenang Pemerintah di bidang pembangunan jalan nasional mencakup perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi, pengoperasian, dan pemeliharaannya dapat dilaksanakan oleh pemerintah daerah sesuai dengan peraturan perundang- undangan. 6 Pembentukan peraturan perundang-undangan, termasuk kriteria, persyaratan, standar, prosedur dan manual; penyusunan rencana umum jalan nasional dan pelaksanaan pengawasan dilakukan dengan memperhatikan masukan dari masyarakat. 2.2.4.2 Pembangunan Jalan Nasional Pembangunan jalan nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 meliputi: 1 Perencanaan teknis, pemrograman dan penganggaran, pengadaan lahan, serta pelaksanaan konstruksi jalan nasional. 2 Pengoperasian dan pemeliharaan jalan nasional. 3 Pengembangan dan pengelolaan sistem manajemen jalan nasional. 2.2.4.3 Pembangunan Jalan Propinsi Pembangunan jalan provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 meliputi: 1 Perencanaan teknis, pemrograman dan penganggaran, pengadaan lahan, serta pelaksanaan konstruksi jalan provinsi. 2 Pengoperasian dan pemeliharaan jalan provinsidan 3 Pengembangan dan pengelolaan sistem manajemen jalan provinsi. 2.2.4.4 Pembangunan Jalan Kabupaten Pembangunan jalan kabupaten dan jalan desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 meliputi: 1 Perencanaan teknis, pemrograman dan penganggaran, pengadaan lahan, serta pelaksanaan konstruksi jalan kabupaten dan jalan desa. 2 Pengoperasian dan pemeliharaan jalan kabupaten dan jalan desa. 3 Pengembangan dan pengelolaan manajemen pemeliharaan jalan kabupaten dan jalan desa. commit to user 14 2.2.4.5 Pembangunan Jalan Kota Pembangunan jalan kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 meliputi: 1 Perencanaan teknis, pemrograman dan penganggaran, pengadaan lahan, serta pelaksanaan konstruksi jalan kota. 2 Pengoperasian dan pemeliharaan jalan kota. 3 Pengembangan dan pengelolaan manajemen pemeliharaan jalan kota. 2.2.5 Pengawasan Jalan Umum Pengawasan jalan umum meliputi pengawasan jalan secara umum, pengawasan jalan nasional, pengawasan jalan provinsi, pengawasan jalan kabupaten dan jalan desa, serta pengawasan jalan kota. Pembahasan mengenai pengewasan jalan umum tersebut dalam pasal 36, 37, 38, 39 dan 40 UU 382004 sebagai berikut: 2.2.5.1 Pengawasan Jalan Secara Umum 1 Pengawasan jalan secara umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 meliputi: a Evaluasi dan pengkajian pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan jalan. b Pengendalian fungsi dan manfaat hasil pembangunan jalan. c Hasil penyelenggaraan jalan harus memenuhi SPM yang ditetapkan. 2 Pengawasan jalan nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 meliputi: a Evaluasi kinerja penyelenggaraan jalan nasional. b Pengendalian fungsi dan manfaat hasil pembangunan jalan nasional. 2.2.5.2 Pengawasan Jalan Provinsi Pengawasan jalan provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 meliputi: 1 Evaluasi kinerja penyelenggaraan jalan provinsi. 2 Pengendalian fungsi dan manfaat hasil pembangunan jalan provinsi. 2.2.5.3 Pengawasan Jalan Kabupaten Pengawasan jalan kabupaten dan jalan desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 meliputi: 1 Evaluasi kinerja penyelenggaraan jalan kabupaten dan jalan desa. 2 Pengendalian fungsi dan manfaat hasil pembangunan jalan kabupaten dan jalan desa. commit to user 15 2.2.5.4 Pengawasan Jalan Kota Pengawasan jalan kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 meliputi: 1 Evaluasi kinerja penyelenggaraan jalan kota. 2 Pengendalian fungsi dan manfaat hasil pembangunan jalan kota. 2.2.6 Peran Masyarakat Dalam Bab VII pasal 62 UU 382004 dibahas mengenai peran masyarakat dimana masyarakat berhak: 1 Memberi masukan kepada penyelenggara jalan dalam rangka pengaturan, pembinaan, pembangunan dan pengawasan jalan. 2 Berperan serta dalam penyelengaraan jalan. 3 Memperoleh manfaat atas penyelenggaraan jalan sesuai dengan SPM yang ditetapkan. 4 Memperoleh informasi mengenai penyelenggaraan jalan. 5 Memperoleh ganti kerugian yang layak akibat kesalahan dalam pembangunan jalan. 6 Mengajukan gugatan kepada pengadilan terhadap kerugian akibat pembangunan jalan. 7 Masyarakat wajib ikut serta menjaga ketertiban dalam pemanfaatan fungsi jalan. 2.2.7 Pemeliharaan Jalan Pengertian pemeliharaan menurut PP 34 Tahun 2006 tentang jalan adalah Anonim, 2006a: 1 Pemeliharaan jalan adalah penanganan jalan yang meliputi perawatan, rehabilitasi, penunjangan dan peningkatan. 2 Pemeliharaan rutin adalah penanganan yang diberikan hanya terhadap lapis permukaan yang sifatnya untuk meningkatkan kualitas berkendaraan Riding Quality, tanpa meningkatkan kekuatan struktural dan dilakukan sepanjang tahun. 3 Pemeliharaan berkala adalah pemeliharaan yang dilakukan terhadap jalan pada waktu-waktu tertentu tidak menerus sepanjang tahun dan sifatnya hanya fungsional dan tidak meningkatkan kemampuan struktural perkerasan. commit to user 16 4 Peningkatan adalah penanganan jalan guna memperbaiki pelayanan jalan yang berupa peningkatan struktural dan atau geometriknya agar mencapai tingkat pelayanan yang direncanakan. Program pemeliharaan jalan meliputi kegiatan pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala, dan rehabilitasi jalan. 1 Pemeliharaan rutin, merupakan kegiatan merawat serta memperbaiki kerusakan- kerusakan yang terjadi pada ruas-ruas jalan mantap. Jalan dengan kondisi pelayanan mantap adalah ruas-ruas jalan dengan umur rencana yang dapat diperhitungkan serta mengikuti standar tertentu. Frekuensi pemeliharaan yang dilakukan adalah dengan interval penanganan kurang dari 1 satu tahun. Kegiatan pemeliharaan rutin ini dibedakan atas yang direncanakan secara rutin cyclic dan tidak direncanakan yang tergantung pada kejadian kerusakan reactive. 2 Pemeliharaan berkala, merupakan kegiatan penanganan terhadap setiap kerusakan yang diperhitungkan dalam desain agar penurunan kondisi jalan dapat dikembalikan pada kondisi kemantapan sesuai dengan rencana. Frekuensi pemeliharaan yang dilakukan adalah secara periodik dengan interval penanganan beberapa tahun. Kegiatan pemeliharaan ini dilakukan baik untuk menambah nilai struktural ataupun memperbaiki nilai fungsionalnya yang meliputi kegiatan-kegiatan yang bersifat pencegahan preventive, pelaburan resurfacing, pelapisan tambah overlay, dan rekonstruksi perkerasan rehabilitation. 3 Rehabilitasi jalan, merupakan kegiatan penanganan terhadap setiap kerusakan yang tidak diperhitungkan dalam desain, yang berakibat menurunnya kondisi kemantapan pada bagiantempat tertentu dari suatu ruas jalan dengan kondisi pelayanan mantap. Dengan rehabilitasi, maka penurunan kondisi kemantapan tersebut dapat dikembalikan pada kondisi kemantapan sesuai rencana yang diperkirakan. Kegiatan ini dilaksanakan untuk mengatasi kerusakan-kerusakan pada segmen tertentu yang mengakibatkan penurunan yang tidak wajar pada kemampuan pelayanan jalan pada bagian-bagian tertentu. commit to user 17 2.2.8 Peningkatan jalan Peningkatan jalan adalah suatu kegiatan untuk memperbaiki kondisi jalan yang kemampuannya tidak mantap atau kritis, sampai suatu kondisi pelayanan yang mantap sesuai dengan umur rencana yang ditetapkan. Kegiatan ini merupakan kegiatan penanganan jalan yang dapat meningkatkan kemampuan strukturalnya sesuai dengan umur rencana jalan tersebut. Program peningkatan jalan meliputi kegiatan peningkatan struktur dan peningkatan kapasitas. 1 Peningkatan struktur, merupakan kegiatan penanganan untuk dapat meningkatkan kemampuan ruas-ruas jalan dalam kondisi tidak mantap atau kritis agar ruas-ruas jalan tersebut sesuai dengan umur rencana yang ditetapkan. 2 Peningkatan kapasitas, merupakan penanganan jalan dengan pelebaran perkerasan, baik menambah maupun tidak menambah jumlah lajur. 2.2.9 Konstruksi jalan baru Konstruksi jalan baru merupakan penanganan jalan dari kondisi belum tersedia badan jalan sampai kondisi jalan dapat berfungsi. Tabel 2.1. Program penanganan jalan Anonim, 2006a Program Penanganan Jalan Kegiatan Pemeliharaan Jalan Pemeliharaan Rutin Pemeliharaan Berkala Rehabilitasi Peningkatan Jalan Peningkatan Struktur Peningkatan Kapasitas Konstruksi Jalan Baru Konstruksi Jalan Baru Masing-masing program berkaitan erat dengan kondisi jalan. Hubungan kondisi jalan dengan program penanganan jalan dapat dilihat dalam Tabel 2.2 Bina Marga mengkategorikan 4 empat jenis kerusakan jalan, yaitu: 1 Baik yaitu apabila jalan aspal hampir seluruhnya bebas dari kerusakan, hanya membutuhkan pemeliharaan rutin. 2 Sedang yaitu apabila jalan aspal dengan kerusakan dan melemahnya ketahanan struktur, membutuhkan pemeliharaan berkala, tanpa harus menghancurkan struktur dasar yang ada. commit to user 18 3 Rusak Ringan yaitu apabila jalan aspal dengan kerusakan struktur yang membutuhkan peningkatan jalan, yang artinya penghancuran dari bagian-bagian yang rusak. 4 Rusak Berat yaitu apabila jalan aspal dengan kerusakan struktural yang serius, sehingga perlu pembangunan jalan baru dan pekerjaan drainase. Tabel 2.2. Kondisi Jalan dan Kegiatan Penanganan Jalan Anonim, 2005b Kondisi Jalan IRI mkm RCI Penanganan Baik IRI ≤ 4 RCI ≥ 7,60 Pemeliharaan Rutin Sedang 4 ≤ IRI ≤ 8 7,60 ≥ RCI ≥ 5,30 Pemeliharaan Berkala Rusak Ringan 8 ≤ IRI ≤ 12 5,30 ≥ RCI ≥ 3,53 Peningkatan Jalan Rusak Berat 12 3,53 Rehabilitasi Secara praktis dalam menentukan tebal pelapisan ulang overlay dari perkerasan jalan yang ada untuk program pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala, peningkatan struktur dan peningkatan kapasitas tergantung pada besarnya lalu lintas harian rata-rata LHR dan jenis konstruksi perkerasan lama. Dalam Tata Cara Penyusunan Program Pemeliharaan Jalan Kota No.018TBNKT1990 dan Petunjuk Teknik Survei dan Perencanaan Teknik Jalan Kabupaten No. 013TBt1995 diberikan tabel kelas rencana lalu lintas sebagaimana terlihat dalam Tabel 2.3 berikut: Tabel 2.3. Kelas Rencana Lalu Lintas Anonim, 1990; 1995a KLASIFIKASI JALAN KELAS LALU LINTAS LHR III 20 III 1 20 – 50 III 2 50 – 200 III 3 200 – 500 III 4 500 – 2.000 II 5 2.000 – 5.000 II 6 5.000 – 20.000 I 7 20.000 – 50.000 I 8 50.000 Catatan mengenai klasifikasi jalan yang diusulkan: - Kelas III : digunakan untuk klasifikasi jalan kabupatenkota - Kelas II : digunakan untuk klasifikasi jalan provinsi - Kelas I : digunakan untuk klasifikasi jalan nasional commit to user 19 2.3 Standar Pelayanan Minimal Jalan Peraturan perundang-undangan yang mengatur SPM bidang jalan untuk kabupatenkota adalah sebagai berikut: 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan SPM Jalan. 2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan. 3 Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534KPTSM2001 tentang Pedoman Penentuan SPM Bidang Penataan Ruang, Perumahan dan Permukiman, dan Pekerjaan Umum. 4 Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 6 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan dan Penerapan SPM. 5 Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 79 Tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan Pencapaian Rencana Pencapaian SPM. Sebagai amanat Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, pemerintah daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan di daerah sebagai kewenangannya. Dalam hal ini pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan azas otonomi dan tugas perbantuan Anonim, 2004a. Urusan yang menjadi kewenangan daerah terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintah daerah adalah yang terkait dengan pelayanan dasar basic service bagi masyarakat. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Pasal 7 ayat 2 disebutkan bahwa urusan wajib sebagaimana dimaksud meliputi: pendidikan, kesehatan, lingkungan hidup, pekerjaan umum, penataan ruang, perencanaan pembangunan, perumahan, kepermudaan dan olah raga, penanaman modal, koperasi dan usaha kecil dan menengah, kependudukan dan catatan sipil, ketenagakerjaan, ketahanan pangan, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, keluarga berencana dan keluarga sejahtera, perhubungan, komunikasi dan informatika, pertanahan, kesatuan bangsa dan politik dalam negeri, otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah, perangkat daerah, kepegawaian, pemberdayaan masyarakat desa, sosial, kebudayaan, statistik, kearsipan dan perpustakaan Anonim, 2007c. commit to user 20 Urusan pemerintahan yang bersifat pilihan adalah urusan pemerintahan yang diprioritaskan oleh pemerintah daerah untuk diselenggarakan yang terkait dengan upaya mengembangkan potensi unggulan yang menjadi kekhasan daerah. Urusan pemerintahan diluar urusan wajib dan urusan pilihan yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah, sepanjang menjadi kewenangan daerah yang bersangkutan tetap harus diselenggarakan oleh pemerintah daerah yang bersangkutan. Dalam Pasal 8 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 disebutkan bahwa: “urusan wajib sebagaimana dimaksud pasal 7 ayat 2 berpedoman pada SPM yang ditetapkan oleh pemerintah dan dilaksanakan secara bertahap”. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 Pasal 1 angka 6 menyebutkan bahwa yang dimaksud SPM adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang diperoleh setiap warga secara minimal. Penyusunan SPM mengacu pada peraturan perundang-undangan yang mengatur urusan wajib mencakup pelayanan dasar, indikator SPM dan batas waktu pencapaian SPM. SPM yang telah ditetapkan pemerintah menjadi salah satu acuan bagi pemerintah daerah untuk menyusun perencanaan dan penganggaran penyelenggaraan pemerintahan di daerah Anonim, 2005a. SPM bidang jalan telah dimuat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 Pasal 112 yang meliputi SPM jaringan jalan dan SPM ruas jalan. Pada Pasal 112 ayat 1 – ayat 3 dinyatakan bahwa pelayanan jalan umum ditentukan dengan kriteria yang dituangkan dalam SPM yang terdiri dari standar pelayanan jaringan jalan dan SPM ruas jalan. SPM jaringan jalan meliputi aksesibilitas, mobilitas dan keselamatan. SPM ruas jalan meliputi kondisi jalan dan kecepatan. Tahun 2001 pernah diterbitkan Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534KPTSM2001 tentang Pedoman SPM Bidang Penataan Ruang, Perumahan dan Permukiman dan Pekerjaan Umum. Dalam Kepmen tersebut dijelaskan sejumlah indikator SPM tentang jaringan dan ruas jalan yang meliputi aspek aksesibilitas kmkm 2 , aspek mobilitas km1000 penduduk, aspek keselamatan kecelakaankmtahun, kondisi jalan IRI atau RCI, dan kondisi pelayanan kecepatan, kmjam. Namun dalam catatan yang diberikan dalam Kepmen tersebut disebutkan bahwa nilai kualitas SPM yang diberikan berdasarkan analisis terhadap kajian pada berbagai provinsi. Metode kajian belum sepenuhnya commit to user 21 mengikuti kaidah penetapan SPM dan belum diperoleh nilai dasar base line kualitas SPM sebagai dasar penilai kinerja. Indikator capaian SPM secara kualitas dan kuantitas ditunjukkan pada Tabel 2.4. 2.3.1 Standar Pelayanan Minimal Jaringan Jalan 2.3.1.1 Aspek aksesibilitas Untuk menentukan tingkat aksesibilitas jaringan jalan dilakukan dengan membandingkan kualitas indeks aksessibilitas yang dipersyaratkan dengan indeks aksessibilitas jaringan jalan eksisting yang diperoleh dari perbandingan data panjang jalan dan luas wilayah kmkm 2 . Persamaaan indeks aksesibilitas ditunjukkan a dalam a Persamaan 2.1. ……………………….2.1 2.3.1.2 Aspek mobilitas Tingkat mobilitas jaringan jalan ditentukan dengan membandingkan kualitas indeks mobilitas yang dipersyaratkan dengan indeks mobilitas jaringan jalan eksisting. Indeks mobilitas jaringan jalan yang disyaratkan dihitung berdasarkan data PDRB per kapita juta rupiahkapitatahun, sedangkan indeks mobilitas jaringan jalan eksisting diperoleh berdasarkan perbandingan antara jumlah panjang jalan per 1000 jumlah penduduk km1000 jumlah penduduk. Persamaan indeks mobilitas ditunjukkan dalam Persamaaan 2.2. .. 2.2 2.3.1.3 Aspek keselamatan Pemenuhan SPM pada jaringan jalan kaitannya dengan tingkat kecelakaan dilakukan dengan membandingkan kualitas indeks kecelakaan yang dipersyaratkan dengan indeks kecelakaan jaringan jalan eksisting. Indeks kecelakaan jaringan jalan yang disyaratkan ditentukan berdasarkan data kepadatan penduduk jiwakm², sedangkan indeks kecelakaan jaringan jalan eksisitng dihitung dengan membandingkan jumlah kecelakaan dengan jumlah panjang jalan commit to user 22 kecelakaankmtahun. Persamaan indeks kecelakaan ditunjukkan dalam Persamaaan 2.3. .……….......2.3 2.3.2 Standar Pelayanan Minimal Ruas Jalan 2.3.2.1 Aspek kondisi jalan Kondisi jalan merupakan nilai kerataan permukaan jalan dan dinyatakan International Roughness Index atau RCI Road Condition Index. IRI adalah kerataan permukaan jalan yang dinyatakan dengan jumlah perubahan vertikal permukaan jalan untuk setiap satuan panjang jalan mkm. Korelasi antara IRI dengan kondisi perkerasan berdasarkan pengamatan visual seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.4. Korelasi antara RCI dengan kondisi perkerasan berdasarkan pengamatan visual seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.5. Sedangkan korelasi IRI dengan RCI ditunjukkan pada Tabel 2.6. Data kondisi masing-masing ruas jalan berdasarkan nilai dengan IRIRCI dibandingkan dengan kualitas standar pelayanan yang disyaratkan berdasarkan lebar minimum jalan dan volume lalu lintas LHR. Tabel 2.4 Nilai IRI Berdasarkan Pengamatan Visual untuk Jalan Beraspal Anonim, 2005b IRI mkm Sealed Road 1,5 – 2,5 a. Dapat dilalui kendaraan dengan nyaman pada kecepatan 120 kmjam. b. Ayunangoyangan hampir tidak terasa pada kecepatan 80 kmjam, perkiraan roughnessnya adalah 1,3 – 1,8. c. Tidak ditemui amblas depression, lubang potholes, ataupun keriting corrugation, amblas 2 mm per 3 m. d. Tipikal jalan beraspal kualitas tinggi perkiraan roughnessnya adalah 1,4 – 2,3. e. Surface treatment berkualitas tinggi perkiraan roughnessnya adalah 2,0 – 2,5. 4,5 – 5,5 a. Dapat dilalui kendaraan dengan nyaman pada kecepatan 100 kmjam - 120 kmjam. b. Ayunangoyangan mulai terasa pada kecepatan 80 kmjam. c. Pada perkerasan yang rusak sekali-kali ditemui amblas depression, tambalan patching, lubang potholes yaitu lubang 0,5 cm – 15 cm per 3 m atau 1 cm – 2 cm per 5 m dengan frekuensi 1 – 2 lubang per 50 m. Berlanjut commit to user 23 Tabel 2.4 Nilai IRI Berdasarkan Pengamatan Visual Untuk Jalan Beraspal Anonim, 2005b Lanjutan IRI mkm Sealed Road 4,5 – 5,5 d. Banyak terdapat lubang dangkal dan pada surface treatment banyak ditemui ravelling. e. Pada perkerasan yang tidak rusak banyak ditemui keriting corrugation atau gelombang yang lebar. 6,0 – 8,0 a. Dapat dilalui kendaraan dengan nyaman pada kecepatan 70 kmjam - 90 kmjam. b. Ayunangoyangan sangat terasa. c. Biasanya diikuti oleh kerusakan pada perkerasan, seringkali ditemui amblas depression yang sedang dan tidak rata, tambalan patching yaitu 1,5 cm – 2 cm per 3 m atau 2 cm – 4 cm per 5 m dengan frekuensi 3 – 5 buah per 50 m, atau sekali-kali ditemukan lubang potholes yaitu lubang dengan frekuensi 1 – 3 lubang per 50 m. d. Pada perkerasan yang tidak rusak banyak ditemui gelombang atau keriting corrugation yang dalam. 9,0 – 10,0 a. Dapat dilalui kendaraan dengan nyaman pada kecepatan 50 kmjam - 60 kmjam. b. Ayunangoyangan tajam seringkali dirasakan. c. Disertai kerusakan yang parah: seringkali ditemui amblas depression yang dalam dan tidak rata, tambalan patching yaitu 2 cm – 4 cm per 3 m atau 4 cm – 8 cm per 5 m dengan frekuensi 3 – 5 buah per 50 m, atau seringkali ditemukan lubang potholes yaitu lubang dengan frekuensi 4 – 6 lubang per 50 m. 11,0 – 13,0 a. Kecepatan kendaraan perlu dikurangi sampai dibawah 50 kmjam. b. Banyak ditemui amblas depression, lubang potholes, dan disintegration yang parah yaitu dengan kedalaman 4 – 8 cm dengan frekuensi 8 – 16 buah per 50 m. 15,0 – 20,0 a. Dapat dilalui kendaraan dengan nyaman pada kecepatan 20 kmjam – 30 kmjam. b. Seringkali ditemui amblas depression melintang yang dalam, danatau lubang potholes yaitu 4 cm – 8 cm per 1 – 5 m dengan frekuensi 16 – 25 lubang per 50 m yang disertai disintegration yang parah. c. Tidak mungkin dapat menghindari semua amblas kecuali paling parah. Tabel 2.5 Penentuan nilai RCI Berdasarkan Pengamatan Visual untuk Jalan Beraspal Anonim, 2007d Jenis Permukaan Kondisi ditinjau secara visual RCI Jalan tanah dengan drainase jelek dan semua tipe permukaan yang tidak diperhatikan sama sekali Tidak bisa dilalui 0 – 2 Berlanjut commit to user 24 Tabel 2.5 Penentuan nilai RCI Berdasarkan Pengamatan Visual untuk Jalan Beraspal Anonim, 2007d Lanjutan Jenis Permukaan Kondisi ditinjau secara visual RCI Semua tipe perkerasan yang tidak diperhatikan sejak lama 4 – 5 tahun atau lebih Rusak berat, banyak lubang pada seluruh daerah perkerasan 2 – 3 Pemeliharaan berkala PM lama, Latasbum lama, batu kerikil Rusak bergelombang, banyak lubang 3 – 4` Pemeliharaan berkala PM setelah pemakaian 2 tahun, Latasbum lama Agak rusak, kadang-kadang ada lubang, permukaan tidak rata 4 – 5 Pemeliharaan berkala PM baru, Lasbutag setelah pemakaian 2 tahun Cukup, tidak ada atau sedikit sekali lubang, permukaan jalan agak tidak rata 5 – 6 Lapis tipis lama dari hotmix, Latasbum baru, Lasbutag baru Baik 6 – 7 Hotmix setelah 2 tahun, hotmix tipis di atas pemeliharaan berkala PM Sangat baik, umumnya rata 7 – 8 Hotmix baru Lataston, Laston, peningkatan menggunakan lebih dari 1 lapis Sangat rata dan teratur 8 - 10 Tabel 2.6 Hubungan antara IRI dengan RCI Anonim, 2005b RCI IRI Kondisi Visual dari Permukaan Perkerasan Jenis Tipikal Permukaan 8 – 10 0 – 3 Sangat mulus dan teratur Campuran panas yang baru digelar 7 – 8 3 – 4 Sangat baik, umumnya mulus Campuran panas setelah beberapa tahun layanan 6 – 7 4 – 6 Baik Lapis tipis yang lama dari campuran panas, NACAS yang baru, Lasbutag yang baru 5 – 6 6 – 8 Cukup, sangat sedikit atau tidak ada lubang, tetapi permukaan tidak teratur Lapen yang baru, NACAS yang baru, Lasbutag setelah 2 tahun layanan 4 – 5 8 – 10 Jelek, sesekali berlubang, permukaan tidak teratur Lapen setelah 2 tahun layanan, NACAS yang lama 3 – 4 10 – 12 Pecah, bergelombang, banyak lubang Lapen yang lama, NACAS yang lama, jalan kerikil yang kurang terpelihara Berlanjut commit to user 25 Tabel 2.6 Hubungan antara IRI dengan RCI Anonim, 2005b Lanjutan RCI IRI Kondisi Visual dari Permukaan Perkerasan Jenis Tipikal Permukaan 2 – 3 12 – 16 Sangat pecah-pecah, banyak lubang, dan total bidang perkerasan hancur Semua jenis perkerasan tanpa layanan untuk waktu yang lama 0 – 2 16 Tidak dapat dilalui kecuali 4WD Semua jenis perkerasan dianggap diabaikan 2.3.2.2 Aspek pelayanan jalan Berdasarkan data kecepatan tempuh masing-masing ruas jalan yang ditinjau dalam kmjam, dibandingkan dengan kualitas standar pelayanan yang disyaratkan sesuai dengan tingkat pelayanannya berdasarkan peran dan fungsi jalan. 2.3.3 Pedoman SPM Jalan Wilayah Berdasarkan Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534KPTSM2001 tentang Pedoman SPM Bidang Penataan Ruang, Perumahan dan Permukiman dan Pekerjaan Umum tentang pedoman SPM jalan wilayah yang mencakup kuantitas SPM yaitu berupa cakupan dan tingkat pelayanannya serta kualitas SPM yang berupa indeks SPM dari tiap-tiap aspeknya dalam Tabel 2.7 berikut: 24 Tabel 2.7 Pedoman SPM Jalan Wilayah Anonim, 2001 No Bidang Pelayanan Indikator SPM Keterangan Kuantitas Kualitas Cakupan Tingkat Pelayanan A Jaringan Jalan 1 Aspek Aksesibilitas Tersedianya jaringan jalan yang mudah diakses oleh masyarakat Seluruh jaringan Kepadatan penduduk jiwakm 2 a. Sangat tinggi 5.000 b. 1.000 Tinggi ≤ 5.000 c. 500 Sedang ≤ 1.000 d. 100 Rendah ≤ 500 e. Sangat rendah ≤ 100 Indeks Aksesibilitas a. 5,00 b. 1,50 c. 0,50 d. 0,15 e. 0,05 Indeks aksesibilitas = panjang jalanluas wilayah kmkm 2 2 Aspek Mobilitas Tersedianya jaringan jalan yang dapat menampung mobilitas masyarakat Seluruh jaringan PDRB per kapita Juta RpKapitatahun a. Sangat tinggi 10 b. 5 Tinggi ≤ 10 c. 2 Sedang ≤ 5 d. 1 Rendah ≤ 2 e. Sangat rendah ≤ 1 Indeks Mobilitas a. 5,00 b. 2,00 c. 1,00 d. 0,50 e. 0,20 Indeks mobilitas = panjang jalan1000 penduduk km1000 penduduk 3 Aspek Keselamatan Tersedianya jaringan jalan yang dapat melayani pemakai jalan dengan aman Seluruh jaringan Kepadatan penduduk jiwakm 2 Sangat tinggi 5.000 a. 1.000 Tinggi ≤ 5.000 b. 500 Sedang ≤ 1.000 c. 100 Rendah ≤ 500 d. Sangat rendah ≤ 100 Indeks Kecelakaan Zero Accident Indeks Kecelakaan = kecelakaan kmtahun Berlanjut 26 25 Tabel 2.7 Pedoman SPM Jalan Wilayah Anonim, 2001 Lanjutan No Bidang Pelayanan Indikator SPM Keterangan Kuantitas Kualitas Cakupan Tingkat Pelayanan B Ruas Jalan 4 Kondisi Jalan Tersedianya ruas jalan yang dapat memberikan kenyamanan pemakai jalan Lebar minimum jalan a. 2 x 7 m b. 7 m c. 6 m d. 4,5 m Volume lalu lintas LHR a. LHR 20.000 b. 8.000 LHR ≤ 20.000 c. 3.000 LHR ≤ 8.000 d. LHR ≤ 3.000 Kondisi IRIRCI a. IRI 6,0; RCI 6,5 b. IRI 6,0; RCI 6,5 c. IRI 8,0; RCI 5,5 d. IRI 8,0; RCI 5,5 5 Kondisi Pelayanan Tersedianya ruas jalan yang dapat memberikan kelancaran pemakai jalan Seluruh ruas jalan a. Arteri primer b. Kolektor primer c. Lokal primer d. Arteri sekunder e. Kolektor sekunder f. Lokal sekunder Pengguna Jalan a. Lalin reg jarak jauh b. Lalin reg jarak sedang c. Lalin reg jarak dekat d. Lalin kota jarak jauh e. Lalin kota jarak sedang f. Lalin kota jarak dekat Kecepatan tempuh min a. 25 kmjam b. 20 kmjam c. 20 kmjam d. 25 kmjam e. 20 kmjam f. 20 kmjam 27 commit to user 28 2.4 Sistim Informasi Geografis SIG adalah sistem informasi yang berbasis data spasial geografis yang digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi-informasi geografis Prahasta, 2001. 2.4.1 Subsistem dalam SIG Keutamaan SIG dengan menggunakan sistem digital atau komputer antara lain: 1 memperkecil kesalahan manusia; 2 kemampuan memanggil; 3 menggabungkan tumpangsusun; dan 4 memperbaharui data dengan memperhatikan perubahan lingkungan, data statistik dan area yang nampak. SIG memiliki perbedaan mendasar dari sistem informasi yang lainnya, yaitu kemampuannya untuk mengintegrasikan setiap data yang berkaitan secara spasial dan data atributnya tabel. Sub-sistem yang mendukung SIG ada sebanyak 3 buah, yaitu geodatabase, geoprocessing, dan geovisualization yang masing-masing mempumyai fungsi yang berbeda. Gambar 2.1 Tiga Sub-sistem Penyusun SIG Prahasta, 2001. 1 Geodatabase Geodatabase adalah sistem manajemen database yang berisi kumpulan data–data spasial yang merepresentasikan informasi geografis, dari model data SIG yang commit to user 29 umum seperti raster, topologi, jaringan dan lainnya. Ada beberapa model data yang merupakan representasi dari keadaan muka bumi. Sub-sistem ini dijalankan dalam ArcCatalog. Model representasi permukaan bumi dalam SIG ada dua macam yaitu model data vektor dan raster. 2 Geoprocessing Geoprocessing adalah sekumpulan tool pengubah informasi yang dapat menghasilkan informasi geografis baru dari kumpulan data yang sudah ada. Sub- sistem ini dijalankan dalam software ArcMap yang dilengkapi dengan ArcToolBox. 3 Geovisualization Geovisualization adalah kemampuan dari SIG untuk memperlihatkan data–data spasial beserta hubungan antar data spasial tersebut yang merupakan representasi dari permukaan bumi dalam berbagai bentuk digital seperti peta interaktif, tabel dan grafik, peta dinamis dan skema jaringan. Sub-sistem ini dijalankan dalam software ArcMap. Sistem komputer untuk SIG terdiri dari perangkat keras hardware, perangkat lunak software dan prosedur untuk penyusunan pemasukkan data, pengolahan, analisis, pemodelan modelling dan penayangan data geospatial. Sumber-sumber data geospatial adalah peta digital, foto udara, citra satelit, tabel statistik dan dokumen lain yang berhubungan. Data geospatial dibedakan menjadi data grafis atau disebut juga data geometris dan data atribut data tematik, ditunjukkan pada Gambar 2.2. Data grafis mempunyai tiga elemen : titik node, garis arc dan luasan poligon dalam bentuk vektor ataupun raster yang mewakili geometri topologi, ukuran, bentuk, posisi dan arah. commit to user 30 Gambar 2.2. Konsep Data Geospatial Prahasta, 2001. Komponen struktur data terdiri dari dua unsur, yaitu; 1 struktur data spasial grafis, dan; 2 struktur data non spasial tabuleratribut. Data spasial adalah data grafis yang berkaitan dengan lokasi, posisi dan area pada koordinat tertentu. Sedangkan data atribut merupakan data yang menguraikan karakteristik obyek-obyek geografis dari spasialnya. Data ini dapat berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Data kualitatif misalnya status jalan, peranan jalan dan sebagainya. Sedangkan data kuantitatif berupa angka satuan atau besaran, jumlah, tingkat atau interval. Data atribut tersebut disajikan menurut konsep model data relasional. 2.4.2 Pengetian Peta Digital Beberapa hal penting lainnya mengenai peta dalam SIG antara lain: 1 Referensi Geografis Referensi geografis merupakan syarat mutlak bagi data spasial di dalam SIG agar bisa digambarkan dengan tepat. Eddy Prahasta 2001 menyebutkan bahwa referensi geografis terdiri dari beberapa hal, antara lain: commit to user 31 a Datum Datum adalah besarankonstanta yang bertindak sebagai referensi atau dasar untuk hitungan besaran-besaran lainnya. Ada beberapa jenis datum antara lain datum lokal, datum regional dan datum global. Untuk datum global, saat ini yang digunakan adalah datum WGS 1984. b Sistem Proyeksi Sistem proyeksi adalah konversi matematika yang digunakan untuk membuat lengkungan bumi menjadi bisa digambarkan pada bidang datar. Setiap proyeksi peta akan membuat distorsi pada jarak, luasan, bentuk dan arah. Untuk itulah konversi matematika ini diperlukan agar jarak, luasan, bentuk dan arah pada dunia nyata sama dengan jarak, luasan, bentuk dan arah pada peta setelah konversi. Salah satu system proyeksi yang terkenal dan sering digunakan saat ini adalah UTM Universal Transverse Mecator. Sistem ini membagi permukaan bumi dibagi menjadi 60 bagian yang disebut zona UTM. Setiap zona dibatasi oleh meridian selebar 6 dan memiliki meridian tengah sendiri. Wilayah Indonesia terbagi dalam 9 zona UTM, mulai dari zona 46 hingga 54. c Sistem Koordinat Sistem koordinat yang umum digunakan antara lain sistem koordinat geografis. Sistem ini menggunakan koordinat bujur dan lintang dengan ekuator dan meridian utama sebagai bidang referensi untuk menentukan lokasinya di atas permukaan bumi. Sistem koordinat lain yang sering digunakan adalah sistem koordinat kartesian yang juga digunakan dalam sistem proyeksi UTM. Setiap zona UTM memiliki sistem koordinat tersendiri dengan titik nol sejati pada perpotongan antara meridian sentralnya dengan ekuator. Untuk menghindari nilai negatif, meridian tengah diberi nilai awal absis x 500.000 meter. Untuk menghindari nilai negatif pada zona yang terletak di bagian selatan ekuator LS, ekuator diberi nilai awal ordinat y 10.000.000 meter, sedangkan untuk zona yang terletak di bagian utara ekuator LU tetap memiliki nilai awal ordinat y 0 meter. commit to user 32 2 Skala Skala adalah perbandingan antara ukuran di atas peta dengan ukuran sebenarnya di bumi. Skala disebut besar jika memiliki bilangan pembagi yang kecil dan sebaliknya. Semakin besar skala, maka ketelitian peta semakin baik. 2.4.3 Aplikasi SIG Dalam Bidang Jalan Untuk mendukung Perencanaan dan Pengelolaan Jalan, SIG berperan dalam hal 1 Penanganan Data Data Handling, 2 Penayangan, 3 Pemutakhiran Data, 4 Perbandingan antar Set Data dan 5 Permodelan Modelling. Dalam bidang Jalan peran utama SIG adalah sebagai alat bantu tools dalam kegiatan perencanaan dan pengelolaan. Informasi yang dihasilkan oleh SIG merupakan input dalam proses perencanaan dan pengelolaan. Dalam berbagai model perencanaan dan pengambilan keputusan umumnya tidak seluruh kondisi atau keadaan lapangan diperlukan melainkan hanya informasi obyek-obyek tertentu yang dipertimbangkan sebagai faktor dominan dalam menentukan kondisi yang ada. Untuk dapat memperoleh informasi tersebut perlu dilakukan 1 pengumpulan data yang relevan untuk disajikan sebagai informasi, 2 proses pengolahan dan pengelolaan data, serta 3 analisis data dan penyajian informasi. Aplikasi SIG pada bidang transportasi antara lain: 1 Inventarisasi jaringan jalan 2 Analisis kesesuaianstudi kelayakan 3 Penentuan rute-rute alternatif 4 Analisis jalan rawan kecelakaan 5 Alternatif rute tersingkat 6 Manajemen pemeliharaan. Ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh, yaitu antara lain: a meningkatkan kinerja pengelolaan pemeliharaan jalan b memperkuat pengendalian biaya dan kontrak c mempermudah pengelolaan informasi commit to user 33 2.4.4 Operasi Arc.Toolbox Pada Arc.Gis sub-sistem untuk menjalankan manipulasi dan analisis dijalankan dalam Arc.Toolbox pada Arc.Map. Ada lebih dari seratus operasi yang dapat dijalankan ArcToolbox. Dalam penelitian ini analisis yang dilakukan antara lain: 1 General – Merge pada Data Management Tools Merge Peta digunakan untuk menggabung peta dua lembar peta menjadi satu lembar peta. Sumber: Help toolbox Arcmap GIS Gambar 2.3 Ilustrasi Analisis Merge 2 Generalization – Dissolve pada Data Management Tools Dissolve peta digunakan untuk menyeleksi poligon-poligon tertentu dan menggabungnya kedalam satu poligon. Sumber: Help toolbox Arcmap GIS Gambar 2.4 Ilustrasi Analisis Dissolve commit to user 34 3 Overlay – Intersect pada Analyst Tools Intersect peta digunakan untuk memotong peta tertentu dengan peta lain yang merupakan irisan wilayah dari peta yang pertama. Sumber: Help toolbox Arcmap GIS Gambar 2. 5 Ilustrasi Analisis Intersect 4 Overlay – Erase pada Analyst Tools Erase peta digunakan untuk memotong atau melubangi bagian peta dengan peta lain yang berpotongan. Sumber: Help toolbox Arcmap GIS Gambar 2.6 Ilustrasi Analisis Erase commit to user 35 5 Proximity – Buffer pada Analyst Tools Buffer peta digunakan untuk memperbesar poligon feature dengan radius tertentu. Sumber: Help toolbox Arcmap GIS Gambar 2.7 Ilustrasi Analisis Buffer 6 Editing Peta Editing peta dilakukan untuk mempersiapkan peta dasar yang ada agar bisa digunakan dalam proses penyeleksian, proses perhitungan, updating data dan untuk membuat layer-layer tematik turunan. commit to user 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN