commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejalan dengan jumlah penduduk Indonesia yang makin pesat, tuntutan akan tersedianya berbagai fasilitas yang mendukung kehidupan masyarakat juga
mengalami peningkatan. Hal tersebut mendorong pihak pemerintah maupun swasta untuk melaksanakan pembangunan, terutama di bidang perumahan.
Perumahan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia Basic need yang telah ada, seiring dengan keberadaan manusia itu sendiri. Perumahan menjadi
sarana bagi manusia guna melakukan berbagai macam aktifitas hidup dan sarana untuk memberikan perlindungan utama terhadap adanya gangguan-gangguan
eksternal, baik terhadap kondisi iklim maupun terhadap gangguan lainnya.Saat ini konsep perumahan telah mengalami penggeseran, tidak hanya sebagai kebutuhan
dasar saja, ataupun sebagai sarana yang memberikan perlindungan, namun perumahan telah menjadi gaya hidup life style, memberikan kenyamanan dan
menunjukkan karakteristik atau jati diri, yang merupakan salah satu pola pengembangan diri serta sarana private, sebagaimana dibutuhkan pada masyarakat
global. Kata Rumah menjadi sebutan yang teramat mahal, padahal rumah adalah
bangunan dasar, fundamental dan sekaligus menjadi prasyarat bagi setiap orang untuk bertahan dan hidup serta menikmati kehidupan bermartabat, damai, aman dan
nyaman. Pengertian rumah itu sendiri adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga.
Seperti tercantum dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, yakni pada Pasal 129 huruf d bahwa ;
“Setiap orang berhak untuk menempati danatau menikmati danatau memiliki dan
commit to user
2
atau memperoleh rumah yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi dan teratur”. Tujuan pembangunan perumahan pun menekankan pada pembangunan
ekonomi,sosial, budaya dan pada pentingnya lingkungan sehat serta terpenuhinya kebutuhan akan sarana kehidupan yang memberi rasa aman, damai, tentram dan
sejahtera. Tujuan itu menjadi harapan ideal dari setiap individu konsumen perumahan.
Pembangunan ekonomi nasional pada era globalisasi, harus dapat mendukung tumbuhnya dunia usaha, sehingga mampu menghasilkan beraneka
barangdan atau jasa yang memiliki kandungan teknologi dan dapat meningkatkan kesejahteraan banyak orang serta sekaligus mendapatkan kepastian atas barang
danatau jasa yang diperoleh dipasar. Di Indonesia, kebutuhan terhadap perumahan juga telah mengalami
peningkatan, sebagaimana yang terjadi pada masyarakat dunia, terutama pada masyarakat perkotaan, di mana populasi penduduknya sangat besar, sehingga
memaksa pemerintah untuk berupaya memenuhi kebutuhan akan perumahan di tengah berbagai kendala seperti keterbatasan lahan perumahan. Sekarang ini tugas
pemerintah untuk menyediakan perumahan bagi rakyat melibatkan peran dari pihak swasta yang dikenal dengan sebutan pihak pengembang perumahan developer.
Penjualan rumah yang dilakukan oleh pengembang ada yang secara fisik sudah dibangun dan siap di huni oleh konsumen, tetapi ada juga rumah yang masih dalam
bentuk rancangan atau ide pengembang dan baru akan dibangun apabila sudah dipesan dahulu oleh konsumen.
Permasalahan yang kerap muncul dalam pemenuhan kebutuhan terhadap perumahan adalah aspek-aspek mengenai konsumen, di mana konsumen berada
pada posisi yang dirugikan. Permasalahan tersebut merupakan persoalan yang klasik dalam suatu sistem ekonomi, terutama pada negara-negara berkembang, karena
perlindungan terhadap konsumen tidak menjadi prioritas utama dalam dunia bisnis, melainkan keuntungan yang diperoleh oleh produsen atau pelaku usaha, tidak
commit to user
3
terkecuali dalam bidang perumahan. Pengaduan yang masuk di YLKI dalam bidang perumahan, sangat mencengangkan, menduduki posisi teratas melebihi pengaduan
komoditas yang lainnya, beragam masalah mengenai perumahan diantaranya: 1. Keterlambatan serah terima rumah
2. Sertifikasi 3. FasosFasum
4. Mutu Bangunan 5. IklanPameranPromosi
6. PPJBPengikatan Perjanjian Jual beli, dan 7. Lain-lain seperti sarana dan prasarana, keuangan bermasalah, rumah diminta
developer, kebijakan developer, pembangunan bermasalah, pembatalan pembelian, HGB diatas HPL, pengalihan rumah, pencemaran nama baik
MayLimCharity, Kasus
Perumahan 2007
YLKI. http:charity55.multiply.comJournalitem 2 diakses Jumat 6 Mei 2011.
Konsumen yang membeli rumah dari pengembang tidak sedikit yang bermasalah, padahal sebelumnya pengembang sudah menjanjikan kepada konsumen
bahwa rumah yang akan dibangun sesuai dengan janji yang disepakati. Masalah yang banyak dialami oleh konsumen adalah rumah tersebut cacat, cacat yang
tersembunyi ataupun kondisi rumah dan lingkungan tidak sesuai dengan yang dijanjikan oleh pengembang. Umumnya pihak konsumen tidak berdaya
mempertahankan hak-haknya, karena tingkat kesadaran konsumen terhadap hak- haknya masih rendah. Hal tersebut disebabkan minimnya tingkat pengetahuan
konsumen itu sendiri, baik terhadap aspek hukumnya yang berlaku saat ini, belum mampu secara optimal mengatasi permasalahan dalam memberikan perlindungan
terhadap konsumen. Secara umum, posisi konsumen perumahan lemah dibandingkan pihak pelaku usaha, baik dari segi sosial ekonomi, pengetahuan teknis
maupun dalam mengambil upaya hukum melalui institusi pengadilan, sehingga konsumen sering tidak menyadari haknya telah dilanggar oleh pelaku usaha.
commit to user
4
Apabila konsumen mengetahui hal tersebut sekalipun, konsumen enggan untuk melakukan tindakan upaya hukum.
Kasus yang sering timbul di bidang perumahan adalah mengenai kualitas bangunan perumahan seringkali konsumen dirugikan dalam pelayanan perumahan
ini karena tidak sesuai dengan perjanjian antara konsumen dengan pengembang Developer. Sebagai contoh pada kasus Perumahan di Sidoarjo dibawah ini:
“Kualitas Bangunan Perumahan Buruk, Saya membeli Rumah di Perumahan Taman Surya Kencana Sidoarjo. Saya tertarik untuk membeli
karena dari pihak marketing menawarkan sebuah perumahan yang berlokasi di Perumahan Taman Surya Kencana Sidoarjo bahwa kualitas bangunannya
bagus. Ternyata setelah beberapa bulan realisasi, saya mulai merasa kecewa karena kualitas bangunan di perumahan tersebut tidak seperti yang
ditawarkan oleh pihak marketing. Rumah yang saya beli banyak terjadi keretakan di kolom dan dinding. Setelah saya komplain ternyata garansi
hanya 90 hari. Kenapa kualitas bangunan perumahan sangat buruk? yang sangat saya dikecewakan karena sudah beli mahal lewat KPR Mandiri 11
tahun eh ternyata kualitas bangunan sangat buruk. Apa dari pihak asosiasi perumahan tidak memberikan standar kualitas bangunan untuk perumahan.
Tentu pihak konsumen akan sangat dirugikan. Saya sangat berharap hal seperti ini tidak terjadi lagi di masa mendatang” Wisnu Darma Kusuma,
kualitas bangunan perumahan buruk http:news.okezone.com diakses Senin tanggal 23 Mei 2011 pukul 11.36.
Di Surakarta juga banyak dijumpai kasus bidang perumahan yang menyangkut kualitas bangunan seperti pada kasus di Sidoarjo. Seringkali
pengembang tidak memperhatikan kualitas bangunan yang akan dibuat sehingga timbul permasalahan pada konsumen di kemudian hari kerena tidak adanya
tanggung jawab dari pengembang, pengembang yang tidak memperhatikan kualitas bangunan hanya tertuju pada keuntungan yang didapat dengan kata lain pelaku
usaha hanya mencari keuntungan yang besar dengan membuat rumah yang banyak dan besar seperti real estate dan tidak membuat rumah yang sederhana karena
keuntungan pengembang yang didapat kecil sehingga acapkali kualitas bangunan rumah tidak diutamakan atau tidak diperhatikan. Dari tindakan tersebut konsumen
commit to user
5
perumahanlah yang banyak dirugikan, seperti rumah yang dibeli atau sudah di tempati bobrok atau rusak dan itu bukan kesalahan konsumen.
Persoalan tersebut di atas, mendorong pemerintah untuk mengeluarkan berbagai macam kebijakan di bidang hukum, untuk mengatur hal-hal yang
berhubungan dengan
perlindungan terhadap
konsumen perumahan
dan penyediaannya, seperti halnya pada Hukum Administrasi, di dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata dan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Dalam hukum administratif telah disebutkan mengenai hak-hak konsumen untuk melakukan
penyelesaian sengketa antara pengembang developer dan konsumen. Secara lebih spesifik mengenai perlindungan konsumen, pemerintah juga
telah mengeluarkan kebijakan berupa Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 tahun 1999, guna menjembatani kebutuhan akan perlindungan hukum bagi
konsumen. Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian dalam rangka penulisan hukum Skripsi yang berkaitan dengan perlindungan konsumen atas kualitas bangunan perumahan tersebut. Oleh
karena itu penulis membuat penulisan hukum Skripsi dengan judul:
“PERLINDUNGAN HUKUM
TERHADAP KONSUMEN
PERUMAHAN ATAS KUALITAS BANGUNAN DI PERUMAHAN FAJAR INDAH SURAKARTA”.
B. Rumusan Masalah