commit to user
21
1 Perbaikan, yaitu dengan melaksanakan kegiatan tanpa perombakan yang mendasar, bersifat parsial, dan dilakukan secara bertahap.
2 Pemugaran, yaitu dengan melakukan perbaikan dan atau pembangunan kembali rumah dan lingkungan menjadi keadaan asli sebelumnya.
3 Peremajaan, yaitu dengan melakukan perombakan yang mendasar dan bersifat menyeluruh dalam rangka mewujudkan kondisi rumah dan
lingkungan sekitar menjadi lebih baik. 4 Pemukiman kembali, dengan memindahkan masyarakat yang tinggal di
perumahan yang tidak layak huni, dan 5 Pengelolaan dan pemeliharaan, yaitu dengan mempertahankan dan
menjaga kualitas perumahan dan permukiman agar berfungsi sebagaimana mestinya, yang dilakukan secara berkelanjutan.
2. Tinjauan Tentang Perlindungan Konsumen
a. Pengertian Konsumen, Pelaku Usaha, dan Perlindungan Konsumen Menurut ketentuan Pasal 1 angka 2 Undang-undang No 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen, konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat baik bagi kepentingan
diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Definisi konsumen mempunyai unsur-unsur sebagai berikut
Shidharta, 2000:4 : 1 Setiap Orang
Subjek yang dimaksud sebagai konsumen berarti setiap orang yang berstatus sebagai pemakai barang dan atau jasa. Istilah “orang”
sebenarnya menimbulkan keraguan apakah hanya orang individual atau termasuk juga badan hukum. Hal ini berbeda dengan pengertian pelaku
usaha yang secara eksplisit membedakan keduanya. Yang paling tepat
commit to user
22
tidak membatasi pengertian konsumen itu sebatas pada orang perseorangan, namun konsumen harus mencakup juga badan usaha
dengan makna lebih luas daripada badan hukum. UUPK berusaha menghindari penggunaan kata produsen sebagai lawan dari kata
konsumen. untuk itu digunakan kata pelaku usaha yang bermakna lebih luas.
2 Pemakai Kata pemakai seperti yang disebutkan pada pasal 1 angka 2
menekankan, konsumen adalah konsumen akhir ultimate consumer. Istilah kata pemakai dalam hal ini tepat digunakan dalam rumusan
ketentuan tersebut, sekaligus menunjukkan barang dan atau jasa yang dipakai tidak serta merta hasil dari transaksi jual beli. Artinya, yang
diartikan sebagai konsumen tidak selalu harus memberikan prestasinya dengan cara membayar uang untuk memperoleh barang dan atau jasa
itu. Dengan kata lain dasar hubungan hukum antara konsumen dan
pelaku usaha tidak perlu harus kontraktual. Jadi konsumen memang tidak sekedar pembeli buyer atau koper tetapi semua orang perseorangan
atau badan usaha yang mengkonsumsi barang dan atau jasa termasuk peralihan kenikmatan dalam menggunakannya. Di Amerika serikat,
konsumen tidak lagi diartikan sebagai pembeli dari suatu barang dan atau jasa, tetapi termasuk bukan pemakai langsung, asalkan ia memang
dirugikan akibat penggunaan suatu produk. 3 Barang dan atau jasa
Undang-undang Perlindungan Konsumen mengartikan barang sebagai setiap benda, baik berwujud maupun tidak berwujud, baik
bergerak maupun tidak bergerak, baik dapat dihabiskan maupun tidak
commit to user
23
dapat dihabiskan, yang dapat diperdagangkan, dipakai, dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh konsumen.
Sementara itu jasa diartikan sebagai setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau prestasi yang disediakan bagi masyarakat untuk
dimanfaatkan oleh konsumen. pengertian “yang disediakan bagi masyarakat”
menunjukkan jasa itu harus ditawarkan kepada
masayarakat. Kata-kata ditawarkan kepada masyarakat berarti lebih dari satu orang dan harus ditafsirkan sebagai bagian dari suatu transaksi
konsumen, artinya seseorang yang karena kebutuhan mendadak lalu menjual rumahnya kepada orang lain, tidak dapat dikatakan
perbuatannya sebagai Transaksi konsumen, si pembeli tidak dapat dikategorikan sebagai konsumen menurut UUPK.
4 Yang tersedia dalam masyarakat Barang dan atau jasa yang ditawarkan kepada masyarakat sudah
harus tersedia di pasaran bunyi Pasal 9 Ayat 1 Huruf e. Dalam perdagangan yang makin kompleks, syarat itu tidak mutlak lagi dituntut
oleh masyarakat konsumen. misal pada perusahaan pengembang developer perumahan sudah biasa mengadakan transaksi terlebih
dahulu sebelum bangunannya jadi. 5 Bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, makhluk hidup
Unsur yang diletakkan dalam definisi itu mencoba untuk memperluas pengertian kepentingan. Kepentingan ini tidak sekedar
ditujukan untuk diri sendiri dan keluarga, tetapi juga barang dan atau jasa itu diperuntukkan bagi orang lain diluar diri sendiri maupun
keluarganya, bahkan untuk mahluk hidup lain seperti hewan dan tumbuhan. Oleh sebab itu penguraian unsur ini tidak mempunyai makna
apa-apa karena pada dasarnya tindakan memakai suatu barang dan atau
commit to user
24
jasa terlepas ditujukan untuk siapa dan makhluk hidup lain juga tidak terlepas dari kpentingan pribadi.
6 Barang dan atau jasa tidak untuk diperdagangkan Pengertian konsumen dalam undang-undang perlindungan
konsumen ini dipertegas, yaitu hanya konsumen akhir. Batasan itu sudah dipakai dalam peraturan perlindungan konsumen di berbagai negara.
Secara teoritis hal demikian cukup baik untuk mempersempit ruang lingkup pengertian konsumen, walaupun dalam kenyataanya sulit
menetapkan batas-batas seperti itu. Pengertian konsumen dalam Undang-undang Perlindungan Konsumen
lebih luas dibandingkan dengan rancangan undang-undang perlindungan konsumen lainnya, yaitu dalam Rancangan Undang-Undang Perlindungan
Konsumen yang diajukan oleh Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia yang menentukan bahwa Konsumen adalah pemakai barang dan atau jasa yang
tersedia dalam masyarakat bagi kepentingan diri sendiri atau keluarganya atau orang lain yang tidak untuk diperdagangkan kembali.
Jadi konsumen perumahan yaitu orang yang memakai barang dan atau jasa khususnya rumah untuk bertempat tinggal untuk keperluan diri sendiri
maupun keluarga atau orang lain dan tidak diperjualbelikan kembali. Dari sudut pandang yang lain jika hanya berpegang pada rumusan pengertian
konsumen dalam Undang-Undang Perlindungan konsumen, kemudian dikaitkan dengan Pasal 45 yang mengatur tentang gugatan ganti kerugian dari
konsumen kepada pelaku usaha, maka keluarga, orang lain dan makhluk hidup lain, tidak dapat menuntut ganti kerugian karena mereka tidak termasuk
konsumen, tetapi kerugian yang dialaminya dapat menjadi alasan untuk mrngadakan tuntutan ganti kerugian.
commit to user
25
Adapun pengertian dari pelaku usaha didalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen No 8 Tahun 1999 Pasal 1 angka 3 yaitu pelaku usaha
adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan
atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia, baik
sendiri-sendiri maupun
bersama-sama melalui
perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.
Pengertian pelaku usaha dalam Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Perlindungan Konsumen cukup luas karena meliputi grosir, leveransir,
pengecer dan sebagainya. Cakupan luasnya pengetian pelaku usaha didalam Undang-Undang tersebut memiliki persamaan dengan pengertian pelaku
usaha dalam masyarakat Eropa terutama negara Belanda, bahwa yang dapat dikualifikasi sebagai produsen adalah pembuat produk jadi finished product;
penghasil bahan baku; pembuat suku cadang; setiap orang yang menampakkan dirinya sebagai produsen dengan jalan mencantumkan
namanya, tanda pengenal tertentu, atau tanda lain yang membedakan dengan produk asli, pada produk tertentu; importir suatu produk dengan maksud
untuk dijualbelikan, disewakan, disewagunakan, atau bentuk distribusi lain dalam transaksi perdagangan; pemasok dalam hal identitas dari produsen atau
importir tidak dapat ditentukan. Dengan demikian tampak bahwa pelaku usaha yang dimaksudkan
dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen sama dengan cakupan produsen yang dikenal di Belanda, karena produsen dapat berupa perorangan
atau badan hukum. Pengertian pelaku usaha yang bermakna luas itu akan memudahkan konsumen menuntut ganti kerugian. Konsumen yang dirugikan
akibat penggunaan produk tidak begitu kesulitan dalam menemukan kepada siapa tuntutan diajukan, karena banyak pihak yang digugat, namun akan lebih
baik jika Undang-Undang Perlindungan Konsumen tersebut memberikan
commit to user
26
rincian sebagaimana dalam Directive, sehingga konsumen dapat lebih mudah lagi untuk menentukan kepada siapa ia akan mengajukan tuntutan jika ia
dirugikan akibat penggunaan produk Ahmadi Miru Sutarman Yodo, 2004:8.
Di bidang perumahan pelaku usaha termasuk dalam kategori pengembang Developer Istilah Developer berasal dari bahasa asing yang
menurut kamus bahasa inggris yang artinya adalah pembangun perumahan. Selain di Indonesia, negara Malaysia ada tiga kategori pengembang yang
terlibat dalam pembangunan perumahan di Malaysia yaitu pengembang swasta, badan hukum dan koperasi masyarakat. Semua pengembang diatur
oleh Pembangunan Perumahan Pengendalian dan Perizinan ketika mereka melakukan pembangunan perumahan yang melibatkan pembangunan lebih
dari empat unit akomodasi perumahan Azlinor Sufian and Rozanah AB.
Rahman, Journal of Economics and Management 21: 141 – 156 2008
ISSN 1823 – 836 http:www.econ.upm.edu.myijemvol2no1bab07.pdf diakses selasa 12 juli 13.00 WIB.
Tujuan dari pengembang adalah untuk menyiapkan sebuah hunian atau produk kelompok bangunan yang siap untuk digunakan baik sebagai hunian,
bisnis atau kavling-kavling yang intinya dapat menarik minat para konsumen, bahkan beberapa pengembang memberi jasanya hingga memfasilitasi urusan
perijinan dan urusan jual beli. Konsumen perlu dilindugi oleh hukum oleh karena itu pengertian
perlindungan konsumen dinyatakan pada Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, perlindungan konsumen
adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen. Perlindungan terhadap konsumen diberikan
agar mencapai tujuan hukum yaitu memberikan perlindungan pengayoman kepada masyarakat. Menurut pendapat Az. Nasution, hukum perlindungan
commit to user
27
konsumen merupakan bagian dari hukum konsumen yang memuat asas-asas atau kaidah-kaidah bersifat mengatur, dan juga mengandung sifat yang
melindungi kepentingan konsumen. Az. Nasution juga mengakui, asas-asas dan kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan dan masalah konsumen
itu menyebar dalam berbagai bidang hukum, baik tertulis maupun tidak tertulis Shidarta, 2000:9. Wiley-Blackwell dalam Internasional Journal of
Consumer Studies menyatakan : “Consumer protection: empowerment and entitlement, safety,
standards, economic security;Consumer behaviour: goods and services, business and marketing practices, retailing;The consumer
ecosystem: globalisation,
sustainability, technology,
ethical consumption, gender issues, citizenship;Family and household studies:
quality of life, food and nutrition, textiles and clothing, shelter, health and well being” Wiley-Blackwell, Internasional Journal of Consumer
Studies. http:www.wiley.combwjournal.asp?ref=1470-6423
diakses Senin,27 Juni 2011 pukul 14.00 WIB. Terjemahan adalah sebagai berikut :
“Perlindungan konsumen: pemberdayaan dan hak, keselamatan, standar, keamanan ekonomi; Perilaku konsumen: barang dan jasa,
praktek bisnis dan pemasaran, ritel; Ekosistem konsumen: globalisasi, keberlanjutan,
teknologi, konsumsi
etis, isu-isu
gender, kewarganegaraan, keluarga dan rumah tangga studi : kualitas hidup,
pangan dan gizi, tekstil dan pakaian, tempat tinggal, kesehatan dan kesejahteraan”.
Dengan kata lain pengertian Hukum Perlindungan Konsumen Perumahan merupakan asas-asas dan kaidah-kaidah yang mengatur dan
melindungi konsumen perumahan dalam hubungan dan masalahnya dengan para penyedia barang atau jasa terutama penyedia perumahan Developer.
commit to user
28
b. Hak dan Kewajiban 1. Hak dan Kewajiban Konsumen
Sebagai pemakai barang dan atau jasa, konsumen memiliki hak- hak dan kewajiban-kewajiban. Secara umum dikenal ada empat hak dasar
konsumen,yaitu: a Hak untuk mendapatkan keamanan the right to safety.
b Hak untuk mendapatkan informasi the right to be informed. c Hak untuk memilih the right to choose.
d Hak untuk didengar the right to he heard. Adapun hak-hak konsumen yang secara eksplisit dituangkan
dalam Pasal 4 Undang-undang Perlindungan Konsumen, antara lain : a Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam
menkonsumsi barang dan atau jasa; b Hak untuk memilih barang dan atau jasa serta mendapatkan barang
dan atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;
c Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan atau jasa;
d Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan atau jasa yang digunakan;
e Hak untuk mendapatkan advokasi,perlindungan, dan penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;
f Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen; g Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta
tidak diskriminatif; h Hak untuk mendapatkan dispensasi, ganti rugi dan atau penggantian
jika barang dan atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian dan atau tidak sebagaimana mestinya;
commit to user
29
i Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan yang lain;
Memperhatikan hak-hak konsumen yang telah disebutkan diatas, maka secara keseluruhan diuraikan 10 macam hak-hak konsumen
Ahmadi Miru Sutarman Yodo, 2004: 41. yaitu : a Hak atas keamanan dan keselamatan
Hak atas keamanan dan keselamatan ini dimaksudkan untuk menjamin keamanan dan keselamatan konsumen dalam penggunaan
barang atau jasa yang diperolehnya, sehingga konsumen dapat terhindar dari kerugian fisik maupun psikis apabila mengkonsumsi
produk. b Hak untuk memperoleh informasi
Hak atas informasi dimaksudkan agar konsumen dapat memperoleh gambaran yang benar tentang suatu produk, karena
dengan informasi tersebut konsumen dapat memilih produk yang diinginkan atau sesuai dengan kebutuhannya serta terhindar dari
kerugian akibat kesalahan dalam penggunaan produk. c Hak untuk memilih
Hak ini dimaksudkan untuk memberikan kebebasan kepada konsumen untuk memilih produk-produk tertentu sesuai dengan
kebutuhannya, tanpa ada tekanan dari pihak luar. Berdasarkan hak untuk memilih ini maka konsumen berhak memutuskan untuk
membeli atau tidak terhadap suatu produk, demikian juga keputusan untuk memilih baik kualitas maupun kuantitas jenis produk yang
dipilihnya. d Hak untuk didengar
Hak untuk didengar merupakan hak dari konsumen agar tidak dirugikan lebih lanjut, atau hak untuk menghindarkan diri dari
commit to user
30
kerugian. Hak ini berupa pertanyaan-pertanyaan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan produk apabila informasi yang diperoleh
mengenai produk tersebut kurang memadai, atau berupa pengaduan atas adanya kerugian yang telah dialami akibat penggunaan suatu
produk, atau berupa pernyataan tentang suatu kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan kepentingan konsumen. Hak ini disampaikan
baik secara perorangan maupun secara kolektif, baik yang disampaikan secara langsung maupun diwakilioleh lembaga tertentu.
e Hak untuk memperoleh kebutuhan hidup Setiap orang berhak untuk memperoleh kebutuhan dasar
barang atau jasa untuk mempertahankan hidupnya secara layak. f Hak untuk memperoleh ganti kerugian
Hak ini dimaksudkan untuk memulihkan keadaan yang telah menjadi rusak akibat adanya penggunaan barang atau jasa yang tidak
memenuhi harapan konsumen. Untuk merealisasi hak ini harus melalui prosedur tertentu, baik yang diselesaikan secara damai
maupun diselesaikan melalui pengadilan. g Hak untuk memperoleh pendidikan konsumen;
Hak ini agar konsumen memperoleh pengetahuan maupun keterampilan yang diperlukan agar terhindar dari kerugian akibat
penggunaan produk. Dengan demikian konsumen menjadi lebih teliti dan kritis dalam memilih suatu produk yang dibutuhkan.
h Hak untuk memperoleh lingkungan hidup yang bersih dan sehat Hak atas lingkungan yang bersih dan sehat sangat penting bagi
setiap konsumen dan lingkungan. i Hak untuk mendapatkan barang sesuai dengan nilai tukar yang
diberikan Hak ini dimaksudkan untuk melindungi konsumen dari
kerugian akibat permainan harga secara tidak wajar. Karena dalam
commit to user
31
keadaan tertentu konsumen dapat saja membayar harga suatu barang jauh lebih tinggi daripada kegunaan atau kualitas dan kuantitas barang
atau jasa yang diperolehnya. j Hak untuk mendapatkan upaya penyelesaian hukum yang patut
Hak ini untuk memulihkan keadaan konsumen yang telah dirugikan akibat penggunaan produk dengan melalui jalur hukum
Disamping hak-hak yang disebutkan pada Pasal 4 juga terdapat kewajiban-kewajiban konsumen khususnya dalam Pasal 5 Undang-
undang Perlindungan Konsumen, yaitu : a Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian
dan pemanfaatan barang dan atau jasa demi keamanan dan keselamatan;
b beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan atau jasa;
c Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati; d Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan
konsumen secara patut; Kewajiban dan hak merupakan antinomi dalam hukum, sehingga
kewajiban pelaku usaha dapat dilihat sebagai hak konsumen yang disebutkan pada Pasal 7 Undang-undang Perlindungan Konsumen
mengenai hak pelaku usaha. Selain hak-hak yang disebutkan itu, ada juga hak untuk dilindungi
dari akibat negatif persaingan curang. Hal ini berangkat dari pertimbangan, kegiatan bisnis yang dilakukan pelaku usaha sering
dikukan secara tidak jujur, yang dalam hukum dikenal dengan terminologi “Persaingan Curang” unfair competition. Ketentuan-
ketentuan ini sesungguhnya diperuntukkan bagi sesama pelaku usaha tidak bagi konsumen langsung, namun demikian kompetisi tidak sehat
commit to user
32
diantara mereka pada jangka panjang pasti berdampak negatif bagi konsumen pihak yang dijadikan sasaran rebutan adalah konsumen itu
sendiri. 2. Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha
Untuk menciptakan kenyamanan dalam berusaha dan menciptakan pola hubungan yang seimbang antara pelaku usaha atau pengembang dan
konsumen maka perlu adanya hak dan kewajiban masing-masing pihak. Adapun hak dari pelaku usaha tersebut diatur dalam Pasal 6 Undang-
Undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, yaitu antara lain :
a Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan atau jasa yang
diperdagangkan. b Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen
yang tidak beritikad baik. c Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya didalam penyelesaian
hukum sengketa konsumen. d Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum
bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan atau jasa yang diperdagangkan.
e Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.
Sedangkan Pasal 7 Undang-Undang Perlindungan Konsumen mengatur mengenai kewajiban kewajiban pelaku usaha yang meliputi :
a Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya.
commit to user
33
b Memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan atau jasa serta memberi penjelasan,
perbaikan, dan pemeliharaan. c Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta
tidak diskriminatif. d Menjamin mutu barang dan atau jasa yang diproduksi dan atau
diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan atau jasa yang berlaku.
e Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan atau mencoba barang dan atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan
atau garansi atas barang yang dibuat dan atau yang diperdagangkan. f Memberi kompensasi, ganti rugi dan atau penggantian atas kerugian
akibat penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang dan atau jasa yang diperdagangkan.
g Memberi kompensasi, ganti rugi dan atau penggantian apabila barang dan atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan
perjanjian. Bagi pelaku usaha selain dibebani kewajiban yang telah
disebutkan diatas, ternyata juga dikenakan larangan-larangan yang diatur dalam pasal 8 Undang-undang perlindungan konsumen adapun larangan-
larangan bagi pelaku usaha meliputi : a Larangan mengenai produk itu sendiri yang tidak memenuhi syarat
dan standar yang layak untuk dipergunakan atau dipakai atau dimanfaatkan oleh konsumen.
b Larangan mengenai ketersediaan informasi yang tidak benar, tidak akurat, dan yang menyesatkan konsumen.
commit to user
34
c. Tanggung jawab Pelaku usaha Disamping adanya hak dan kewajiban pelaku usaha adanya tanggung
jawab yang harus dipikul oleh developer sebagai bagian dari kewajiban yang mengikat kegiatannya dalam berusaha, sehingga diharapkan adanya
kewajiban developer pelaku usaha untuk selalu berhati-hati dalam memproduksi barang dan atau jasa yang dihasilkan. Tanggung jawab yang
dimaksud sebagai upaya untuk melindungi konsumen atas pemakaian produk yang dihasilkan dan atau diperdagangkan oleh pelaku usaha, dimana pelaku
usaha harus bertanggung jawab atas produk yang dihasilkan atau diperdangkan, tanggung jawab tersebut dikenal sebagai tanggung jawab
produk Product Liability. Tanggung jawab Product Liability dapat diartikan sebagai suatu tanggung jawab secara hukum dari orang atau badan
yang menghasilkan suatu produk produser, manifacturer, dari orang atau badan yang bergerak dalam suatu proses untuk menghasilkan suatu poduk
procecor,assembler, dan mendistribusikan seller,distributor dari produk tersebut A.Joko Purwoko,2005 “Tanggung Jawab Pelaku Usaha Terhadap
Konsumen Dalam Bisnis Multi Marketing Level”,Kisi Hukum,Vol 8 No 1. Tanggung jawab merupakan hal yang sangat penting dalam
perlindungan konsumen. Secara umum prinsip tanggung jawab dalam hukum dapat dibedakan menjadi Shidarta, 2000:58 :
1 Prinsip tanggung jawab berdasarkan kesalahan liability based on fault yaitu prinsip yang menyatakan bahwa seseorang baru dapat diminta
pertanggung jawaban secara hukum jika ada unsur kesalahan yang dilakukan.
2 Prinsip praduga untuk selalu bertanggung jawab, menegaskan bahwa pelaku usaha dianggap bertanggung jawab sampai ia dapat membuktikan
ia tidak bersalah.
commit to user
35
3 Prinsip praduga untuk selalu tidak bertanggung jawab, hanya dikenal dalam lingkup transaksi konsumen yang sangat terbatas, dan pembatasan
demikian biasanya secara common sense dapat dibenarkan. Prinsip ini kebalikannya dengan prinsip yang kedua.
4 Prinsip tanggung jawab mutlak, yaitu dalam hukum perlindungan konsumen secara umum digunakan untuk menjerat pelaku usaha,
khususnya produsen barang, yang memasarkan produknya yang merugikan konsumen. Asas ini dekenal dengan nama product liability
5 Prinsip tanggung jawab dengan pembatasan. Tanggung jawab pelaku usaha dalam kerugian konsumen dalam
Undang-undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen diatur khusus dalam Bab VI , pasal 19 ayat 1 dapat diketahui tanggung jawab
pelaku usaha meliputi : 1 Tanggung jawab ganti kerugian atas kerusakan.
2 Tanggung jawab ganti kerugian atas pencemaran. 3 Tanggung jawab ganti kerugian atas kerugian konsumen.
Berdasarkan hal ini maka adanya produk barang dan atau jasa yang rusak bukan merupakan satu-satunya pertanggungjawaban pelaku usaha. Hal
ini berarti bahwa tanggung jawab pelaku usaha meliputi segala kerugian yang dialami konsumen.
d. Asas dan tujuan perlindungan konsumen Upaya perlindungan konsumen di Indonesia didasarkan pada asas
yang diyakini memberikan arahan dan implementasinya ditingkatan praktis. Berdasarkan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen asas yang dimaksud, yaitu : 1 asas manfaat
2 asas keadilan
commit to user
36
3 asas keseimbangan 4 asas keselamatan dan keamanan konsumen
5 asas kepastian hukum. Adapun penjelasan dari lima asas tersebut adalah :
1 Asas manfaat dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala upaya dalam menyelenggarakan perlindungan konsumen harus memberikan
manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan.
2 Asas keadilan dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada
konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil.
3 Asas keseimbangan dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti
materiil dan spritual. 4 Asas keamanan dan keselamatan konsumen dimaksudkan untuk
memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang danatau jasa
yang dikonsumsi atau digunakan. 5 Asas kepastian hukum dimaksudkan agar pelaku usaha maupun
konsumen menaati
hukum dan
memperoleh keadilan
dalam menyelenggarakan perlindungan konsumen serta menjamin kepastian
hukum Kelima asas yang disebutkan dalam pasal tersebut bila diperhatikan
substansinya maka dapat dibagi menjadi tiga asas, yaitu : 1 Asas Kemanfaatan yang didalamnya meliputi asas keamanan dan
keselamatan konsumen.
commit to user
37
2 Asas Keadilan yang didalamnya meliputi asas keseimbangan, dan 3 Asas Kepastian hukum.
Radbruch menyebut keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum sebagai tiga ide dasar hukum yang berarti dapat dipersamakan dengan asas
hukum namun adanya kesulitan menyebutkan ketiga asas tersebut sebagai tujuan hukum, Radbruch juga mengajarkan bahwa kita harus menggunakan
asas prioritas dimana prioritas pertama selalu jatuh pada keadilan baru kemanfaatan, dan yang terakhir kepastian hukum. Pendapat lain juga
dikemukakan oleh Achmad Ali yang tidak menyetujui sepenuhnya pendapat Radbruch, ia sendiri sependapat menganut asas prioritas, tetapi tidak dengan
telah menetapkan urutan prioritas seperti keadilan dulu baru kemanfaatan barulah yang terakhir kepastian hukum namun menganut asas prioritas yang
kausatis yang maksudnya adalah tujuan hukum untuk mencapai keadilan, kemanfaatan, atau kepastian hukum semuanya tergantung dari kondisi yang
ada atau dihadapi didalam setiap kasus Ahmadi Miru Sutarman Yodo, 2004:27.
Perlindungan konsumen itu sendiri menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen bertujuan untuk :
1 Meningkatan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian konsumen
untuk melindungi diri; 2
Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari akses negatif dari pemakaian barang dan atau
jasa. 3
Meningkatkan pemberdayaan
konsumen dalam
memilih, menentukan, dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen.
Adapun apabila konsumen merasa dirugikan oleh pelaku usaha atau pengembang, konsumen dapat mengajukan upaya hukum. Upaya hukum yang
commit to user
38
dapat dilakukan konsumen adalah upaya hukum melalui jalur pengadilan dan upaya hukum jalur luar pengadilan. Upaya hukum penyelesaian sengketa
konsumen antara lain : 1 Upaya hukum melalui luar pengadilan
Penyelesaian di luar pengadilan diselenggarakan untuk mencapai kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi danatau mengenai
tindakan tertentu untuk menjamin tidak akan terjadinya kembali kerugian yang diderita konsumen pasal 47 Undang-undang Perlindungan
Konsumen. Penyelesaian sengketa di luar pengadilan sebagaimana dimaksud pada pasal 47 ayat 2 Undang-undang Perlindungan Konsumen
tidak menghilangkan tanggung jawab pidana sebagaimana diatur dalam Undang-undang.
Konsumen yang ingin menyelesaikan sengketa konsumen dengan cara di luar pengadilan maka bisa melakukan alternative resolusi masalah
ke Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK. Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK adalah institusi non struktural yang memiliki
fungsi sebagai “institusi yang menyelesaikan permasalahan konsumen diluar pengadilan secara murah, cepat dan sederhana”. Badan ini sangat
penting dibutuhkan di daerah dan kota di seluruh Indonesia. Anggota- anggotanya terdiri dari perwakilan aparatur pemerintah, konsumen dan
pelaku usaha. Tugas-tugas utama BPSK diantaranya : a Menangani permasalahan konsumen melalui mediasi, konsiliasi atau
arbitrasi; b Konsultasi konsumen dalam hal perlindungan konsumen;
c Mengontrol penambahan dari bagian-bagian standarisasi; d Memberikan sanksi administrasi terhadap pengusaha yang menyalahi
aturan Abdi Darwis,2010:40.
commit to user
39
Pasal 47
Undang-undang Perlindungan
Konsumen juga menegaskan bahwa penyelesaian sengketa konsumen diluar pengadilan
diselenggarakan untuk mencapai kesepakatan mengenai tindakan tertentu untuk menjamin tidak akan terjadi kembali atau tidak akan terulang
kembali kerugian yang diderita konsumen. Dalam hal ini bentuk jaminan yang dimaksud berupa pernyataan
tertulis yang menerangkan bahwa tidak akan terulang kembali perbuatan yang telah merugikan konsumen tersebut.
Seorang konsumen yang dirugikan dapat mengajukan gugatan ganti rugi langsung ke pengadilan atau diluar pengadilan melalui lembaga
Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat, sedangkan gugatan yang dilakukan oleh sekelompok konsumen, lembaga konsumen swadaya
masyarakat maupun pemerintah atau instansi yang terkait hanya dapat diajukan ke pengadilan.
2 Upaya hukum melalui pengadilan Pada prinsipnya setiap konsumen yang dirugikan dapat menggugat
pelaku usaha melalui lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa antara konsumen dan pelaku usaha atau melalui peradilan umum, apabila
telah dipilih upaya penyelesaian sengketa konsumen secara damai dan penyelesaian di luar pengadilan melalui Badan Penyelesaian Sengketa
Konsumen, maka gugatan melalui pengadilan hanya dapat ditempuh apabila upaya tersebut dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu pihak atau
oleh para pihak yang bersengketa. Penyelesaian sengketa di luar pengadilan tidak menghilangkan
tanggung jawab pidana sebagaimana di atur dalam Undang-Undang. Kewenangan menyelesaikan sengketa konsumen melalui pengadilan
dalam lingkungan peradilan umum dengan mengacu pada ketentuan yang
commit to user
40
berlaku di lingkungan peradilan umum tersebut. Hal ini berarti tatacara pengajuan gugatan dalam masalah perlindungan konsumen mengacu pada
hukum acara perdata yang berlaku. Pihak-pihak yang dapat mengajukan gugatan atau pelanggaran
pelaku usaha melalui pengadilan menurut Pasal 46 ayat 1 Undang- Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen meliputi:
a Seorang konsumen yang dirugikan atau ahli waris yang bersangkutan. b Sekelompok konsumen yang mempunyai kepentingan yang sama.
c Lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat yang memenuhi syarat yaitu berbentuk badan hukum atau yayasan yang
dalam anggaran dasarnya menyebutkan dengan tegas bahwa tujuan didirikannya
organisasi tersebut
adalah untuk
kepentingan perlindungan konsumen dan telah melaksanakan kegiatan sesuai
dengan anggaran dasarnya. d Pemerintah danatau instansi terkait apabila barang danatau jasa yang
dikonsumsi atau dimanfaatkan mengakibatkan kerugian materi yang besar danatau korban yang tidak sedikit.
3. Tinjauan Tentang Jual Beli Rumah Antara Developer dan Konsumen