commit to user
21
1  Perbaikan, yaitu dengan melaksanakan kegiatan tanpa perombakan yang mendasar, bersifat parsial, dan dilakukan secara bertahap.
2  Pemugaran,  yaitu  dengan  melakukan  perbaikan  dan  atau  pembangunan kembali rumah dan lingkungan menjadi keadaan asli sebelumnya.
3  Peremajaan,  yaitu  dengan  melakukan  perombakan  yang  mendasar  dan bersifat  menyeluruh  dalam  rangka  mewujudkan  kondisi  rumah  dan
lingkungan sekitar menjadi lebih baik. 4  Pemukiman  kembali,  dengan  memindahkan  masyarakat  yang  tinggal  di
perumahan yang tidak layak huni, dan 5  Pengelolaan  dan  pemeliharaan,  yaitu  dengan  mempertahankan  dan
menjaga  kualitas  perumahan  dan  permukiman  agar  berfungsi sebagaimana mestinya, yang dilakukan secara berkelanjutan.
2.  Tinjauan Tentang Perlindungan Konsumen
a.  Pengertian Konsumen, Pelaku Usaha, dan Perlindungan Konsumen Menurut ketentuan Pasal 1 angka 2 Undang-undang No 8 Tahun 1999
tentang  Perlindungan  Konsumen,  konsumen  adalah  setiap  orang  pemakai barang dan atau jasa  yang tersedia dalam  masyarakat baik bagi  kepentingan
diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Definisi konsumen mempunyai unsur-unsur sebagai berikut
Shidharta, 2000:4  : 1  Setiap Orang
Subjek  yang  dimaksud  sebagai  konsumen  berarti  setiap  orang yang  berstatus  sebagai  pemakai  barang  dan  atau  jasa.  Istilah  “orang”
sebenarnya  menimbulkan  keraguan  apakah  hanya  orang  individual  atau termasuk  juga  badan  hukum.  Hal  ini  berbeda  dengan  pengertian  pelaku
usaha  yang  secara  eksplisit  membedakan  keduanya.  Yang  paling  tepat
commit to user
22
tidak  membatasi  pengertian  konsumen  itu  sebatas  pada  orang perseorangan,  namun  konsumen  harus  mencakup  juga  badan  usaha
dengan  makna  lebih  luas  daripada  badan  hukum.  UUPK  berusaha menghindari  penggunaan  kata  produsen  sebagai  lawan  dari  kata
konsumen. untuk itu digunakan  kata pelaku usaha  yang bermakna lebih luas.
2  Pemakai Kata  pemakai  seperti  yang  disebutkan  pada  pasal  1  angka  2
menekankan,  konsumen  adalah  konsumen  akhir  ultimate  consumer. Istilah  kata  pemakai  dalam  hal  ini  tepat  digunakan  dalam  rumusan
ketentuan  tersebut,  sekaligus  menunjukkan  barang  dan  atau  jasa  yang dipakai  tidak  serta  merta  hasil  dari  transaksi  jual  beli.  Artinya,  yang
diartikan  sebagai  konsumen  tidak  selalu  harus  memberikan  prestasinya dengan  cara  membayar  uang  untuk  memperoleh  barang  dan  atau  jasa
itu. Dengan  kata  lain  dasar  hubungan  hukum  antara  konsumen  dan
pelaku usaha tidak perlu harus kontraktual. Jadi konsumen memang tidak sekedar  pembeli  buyer  atau  koper  tetapi  semua  orang  perseorangan
atau  badan  usaha  yang  mengkonsumsi  barang  dan  atau  jasa  termasuk peralihan  kenikmatan  dalam  menggunakannya.  Di  Amerika  serikat,
konsumen  tidak  lagi  diartikan  sebagai  pembeli  dari  suatu  barang  dan atau  jasa,  tetapi  termasuk  bukan  pemakai  langsung,  asalkan  ia  memang
dirugikan akibat penggunaan suatu produk. 3  Barang dan atau jasa
Undang-undang  Perlindungan  Konsumen  mengartikan  barang sebagai  setiap  benda,  baik  berwujud  maupun  tidak  berwujud,  baik
bergerak  maupun  tidak  bergerak,  baik  dapat  dihabiskan  maupun  tidak
commit to user
23
dapat  dihabiskan,  yang  dapat  diperdagangkan,  dipakai,  dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh konsumen.
Sementara  itu  jasa  diartikan  sebagai  setiap  layanan  yang berbentuk pekerjaan atau prestasi yang disediakan bagi masyarakat untuk
dimanfaatkan  oleh  konsumen.  pengertian  “yang  disediakan  bagi masyarakat”
menunjukkan  jasa  itu  harus  ditawarkan kepada
masayarakat. Kata-kata ditawarkan kepada masyarakat berarti lebih dari satu  orang  dan  harus  ditafsirkan  sebagai  bagian  dari  suatu  transaksi
konsumen,  artinya  seseorang  yang  karena  kebutuhan  mendadak  lalu menjual  rumahnya  kepada  orang  lain,  tidak  dapat  dikatakan
perbuatannya  sebagai  Transaksi  konsumen,  si  pembeli  tidak  dapat dikategorikan sebagai konsumen menurut UUPK.
4  Yang tersedia dalam masyarakat Barang dan atau jasa yang ditawarkan kepada masyarakat sudah
harus  tersedia  di  pasaran  bunyi  Pasal  9  Ayat  1  Huruf  e.  Dalam perdagangan yang makin kompleks, syarat itu tidak mutlak lagi dituntut
oleh  masyarakat  konsumen.  misal  pada  perusahaan  pengembang developer  perumahan  sudah  biasa  mengadakan  transaksi  terlebih
dahulu sebelum bangunannya jadi. 5  Bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, makhluk hidup
Unsur  yang  diletakkan  dalam  definisi  itu  mencoba  untuk memperluas  pengertian  kepentingan.  Kepentingan  ini  tidak  sekedar
ditujukan  untuk  diri  sendiri  dan  keluarga,  tetapi  juga  barang  dan  atau jasa  itu  diperuntukkan  bagi  orang  lain  diluar  diri  sendiri  maupun
keluarganya,  bahkan  untuk  mahluk  hidup  lain  seperti  hewan  dan tumbuhan. Oleh sebab itu penguraian unsur ini tidak mempunyai makna
apa-apa karena pada dasarnya tindakan memakai suatu barang dan atau
commit to user
24
jasa  terlepas  ditujukan  untuk  siapa  dan  makhluk  hidup  lain  juga  tidak terlepas dari kpentingan pribadi.
6  Barang dan atau jasa tidak untuk diperdagangkan Pengertian  konsumen  dalam  undang-undang  perlindungan
konsumen ini dipertegas, yaitu hanya konsumen akhir. Batasan itu sudah dipakai  dalam  peraturan  perlindungan  konsumen  di  berbagai  negara.
Secara  teoritis  hal  demikian  cukup  baik  untuk  mempersempit  ruang lingkup  pengertian  konsumen,  walaupun  dalam  kenyataanya  sulit
menetapkan batas-batas seperti itu. Pengertian konsumen dalam Undang-undang Perlindungan Konsumen
lebih  luas  dibandingkan  dengan  rancangan  undang-undang  perlindungan konsumen  lainnya,  yaitu  dalam  Rancangan  Undang-Undang  Perlindungan
Konsumen  yang diajukan oleh Yayasan  Lembaga Konsumen  Indonesia  yang menentukan  bahwa  Konsumen  adalah  pemakai  barang  dan  atau  jasa  yang
tersedia dalam masyarakat bagi kepentingan diri sendiri atau keluarganya atau orang lain yang tidak untuk diperdagangkan kembali.
Jadi konsumen perumahan yaitu orang yang memakai barang dan atau jasa  khususnya  rumah  untuk  bertempat  tinggal  untuk  keperluan  diri  sendiri
maupun  keluarga  atau  orang  lain  dan  tidak  diperjualbelikan  kembali.  Dari sudut  pandang  yang  lain  jika  hanya  berpegang  pada  rumusan  pengertian
konsumen  dalam  Undang-Undang  Perlindungan  konsumen,  kemudian dikaitkan dengan Pasal 45 yang mengatur tentang gugatan ganti kerugian dari
konsumen  kepada  pelaku  usaha,  maka  keluarga,  orang  lain  dan  makhluk hidup lain, tidak dapat menuntut ganti kerugian karena mereka tidak termasuk
konsumen,  tetapi  kerugian  yang  dialaminya  dapat  menjadi  alasan  untuk mrngadakan tuntutan ganti kerugian.
commit to user
25
Adapun  pengertian  dari  pelaku  usaha  didalam  Undang-Undang Perlindungan Konsumen No 8 Tahun 1999 Pasal 1 angka 3 yaitu pelaku usaha
adalah  setiap  orang  perseorangan  atau  badan  usaha,  baik  yang  berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan
atau  melakukan  kegiatan  dalam  wilayah  hukum  Negara  Republik  Indonesia, baik
sendiri-sendiri maupun
bersama-sama melalui
perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.
Pengertian  pelaku  usaha  dalam  Pasal  1  angka  3  Undang-Undang Perlindungan  Konsumen  cukup  luas  karena  meliputi  grosir,  leveransir,
pengecer  dan  sebagainya.  Cakupan  luasnya  pengetian  pelaku  usaha  didalam Undang-Undang  tersebut  memiliki  persamaan  dengan  pengertian  pelaku
usaha  dalam  masyarakat  Eropa  terutama  negara  Belanda,  bahwa  yang  dapat dikualifikasi sebagai produsen adalah pembuat produk jadi finished product;
penghasil  bahan  baku;  pembuat  suku  cadang;  setiap  orang  yang menampakkan  dirinya  sebagai  produsen  dengan  jalan  mencantumkan
namanya, tanda pengenal tertentu, atau tanda lain  yang  membedakan dengan produk  asli,  pada  produk  tertentu;  importir  suatu  produk  dengan  maksud
untuk  dijualbelikan,  disewakan,  disewagunakan,  atau  bentuk  distribusi  lain dalam transaksi perdagangan; pemasok dalam hal identitas dari produsen atau
importir tidak dapat ditentukan. Dengan  demikian  tampak  bahwa  pelaku  usaha  yang  dimaksudkan
dalam  Undang-Undang  Perlindungan  Konsumen  sama  dengan  cakupan produsen yang dikenal di Belanda, karena produsen dapat berupa perorangan
atau  badan  hukum.  Pengertian  pelaku  usaha  yang  bermakna  luas  itu  akan memudahkan  konsumen menuntut ganti  kerugian. Konsumen  yang dirugikan
akibat  penggunaan  produk  tidak  begitu  kesulitan  dalam  menemukan  kepada siapa tuntutan diajukan, karena banyak pihak yang digugat, namun akan lebih
baik  jika  Undang-Undang  Perlindungan  Konsumen  tersebut  memberikan
commit to user
26
rincian sebagaimana dalam Directive, sehingga konsumen dapat lebih mudah lagi  untuk  menentukan  kepada  siapa  ia  akan  mengajukan  tuntutan  jika  ia
dirugikan  akibat  penggunaan  produk  Ahmadi  Miru    Sutarman  Yodo, 2004:8.
Di  bidang  perumahan  pelaku  usaha  termasuk  dalam  kategori pengembang  Developer  Istilah  Developer  berasal  dari  bahasa  asing  yang
menurut  kamus  bahasa  inggris  yang  artinya  adalah  pembangun  perumahan. Selain  di  Indonesia,  negara  Malaysia  ada  tiga  kategori  pengembang  yang
terlibat  dalam  pembangunan  perumahan  di  Malaysia  yaitu  pengembang swasta,  badan  hukum  dan  koperasi  masyarakat.  Semua  pengembang  diatur
oleh  Pembangunan  Perumahan  Pengendalian  dan  Perizinan  ketika  mereka melakukan  pembangunan  perumahan  yang  melibatkan  pembangunan  lebih
dari  empat  unit  akomodasi  perumahan  Azlinor  Sufian  and  Rozanah  AB.
Rahman,    Journal  of  Economics  and  Management  21:  141  –  156  2008
ISSN  1823  –  836  http:www.econ.upm.edu.myijemvol2no1bab07.pdf diakses selasa 12 juli 13.00 WIB.
Tujuan dari pengembang adalah untuk menyiapkan sebuah hunian atau produk  kelompok bangunan  yang siap untuk digunakan baik sebagai hunian,
bisnis atau kavling-kavling yang intinya dapat menarik minat para konsumen, bahkan  beberapa  pengembang  memberi  jasanya  hingga  memfasilitasi  urusan
perijinan dan urusan jual beli. Konsumen  perlu  dilindugi  oleh  hukum  oleh  karena  itu  pengertian
perlindungan konsumen dinyatakan pada Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No 8  Tahun  1999  tentang  Perlindungan  Konsumen,  perlindungan  konsumen
adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan  kepada  konsumen.  Perlindungan  terhadap  konsumen  diberikan
agar  mencapai  tujuan  hukum  yaitu  memberikan  perlindungan  pengayoman kepada  masyarakat.  Menurut  pendapat  Az.  Nasution,  hukum  perlindungan
commit to user
27
konsumen  merupakan  bagian  dari  hukum  konsumen  yang  memuat  asas-asas atau  kaidah-kaidah  bersifat  mengatur,  dan  juga  mengandung  sifat  yang
melindungi  kepentingan  konsumen.  Az.  Nasution  juga  mengakui,  asas-asas dan  kaidah-kaidah  hukum  yang  mengatur  hubungan  dan  masalah  konsumen
itu  menyebar  dalam  berbagai  bidang  hukum,  baik  tertulis  maupun  tidak tertulis  Shidarta,  2000:9.  Wiley-Blackwell  dalam  Internasional  Journal  of
Consumer Studies menyatakan : “Consumer  protection:  empowerment  and  entitlement,  safety,
standards,  economic  security;Consumer  behaviour:  goods  and services,  business  and  marketing  practices,  retailing;The  consumer
ecosystem: globalisation,
sustainability, technology,
ethical consumption, gender issues, citizenship;Family and household studies:
quality of life, food and nutrition, textiles and clothing, shelter, health and well being” Wiley-Blackwell, Internasional Journal of Consumer
Studies. http:www.wiley.combwjournal.asp?ref=1470-6423
diakses Senin,27 Juni 2011 pukul 14.00 WIB. Terjemahan adalah sebagai berikut :
“Perlindungan  konsumen:  pemberdayaan  dan  hak,  keselamatan, standar,  keamanan  ekonomi;  Perilaku  konsumen:  barang  dan  jasa,
praktek bisnis dan pemasaran, ritel; Ekosistem konsumen: globalisasi, keberlanjutan,
teknologi, konsumsi
etis, isu-isu
gender, kewarganegaraan,  keluarga  dan  rumah  tangga  studi  :  kualitas  hidup,
pangan  dan  gizi,  tekstil  dan  pakaian,  tempat  tinggal,  kesehatan  dan kesejahteraan”.
Dengan  kata  lain  pengertian  Hukum  Perlindungan  Konsumen Perumahan  merupakan  asas-asas  dan  kaidah-kaidah  yang  mengatur  dan
melindungi  konsumen  perumahan  dalam  hubungan  dan  masalahnya  dengan para penyedia barang atau jasa terutama penyedia perumahan Developer.
commit to user
28
b.  Hak dan Kewajiban 1.  Hak dan Kewajiban Konsumen
Sebagai  pemakai  barang  dan  atau  jasa,  konsumen  memiliki  hak- hak dan kewajiban-kewajiban. Secara umum dikenal ada empat hak dasar
konsumen,yaitu: a Hak untuk mendapatkan keamanan the right to safety.
b Hak untuk mendapatkan informasi the right to be informed. c Hak untuk memilih the right to choose.
d Hak untuk didengar the right to he heard. Adapun  hak-hak  konsumen  yang  secara  eksplisit  dituangkan
dalam Pasal 4 Undang-undang Perlindungan Konsumen, antara lain : a Hak  atas  kenyamanan,  keamanan,  dan  keselamatan  dalam
menkonsumsi barang dan atau jasa; b Hak  untuk  memilih  barang  dan  atau  jasa  serta  mendapatkan  barang
dan  atau  jasa  tersebut  sesuai  dengan  nilai  tukar  dan  kondisi  serta jaminan yang dijanjikan;
c Hak atas informasi  yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan atau jasa;
d Hak  untuk  didengar  pendapat  dan  keluhannya  atas  barang  dan  atau jasa yang digunakan;
e Hak  untuk  mendapatkan  advokasi,perlindungan,  dan  penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;
f Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen; g Hak  untuk  diperlakukan  atau  dilayani  secara  benar  dan  jujur  serta
tidak diskriminatif; h Hak  untuk  mendapatkan  dispensasi,  ganti  rugi  dan  atau  penggantian
jika barang dan atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian dan atau tidak sebagaimana mestinya;
commit to user
29
i  Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan yang lain;
Memperhatikan  hak-hak  konsumen  yang  telah  disebutkan  diatas, maka  secara  keseluruhan  diuraikan  10  macam  hak-hak  konsumen
Ahmadi Miru  Sutarman Yodo, 2004: 41. yaitu : a Hak atas keamanan dan keselamatan
Hak  atas  keamanan  dan  keselamatan  ini  dimaksudkan  untuk menjamin  keamanan  dan  keselamatan  konsumen  dalam  penggunaan
barang  atau  jasa  yang  diperolehnya,  sehingga  konsumen  dapat terhindar  dari  kerugian  fisik  maupun  psikis  apabila  mengkonsumsi
produk. b Hak untuk memperoleh informasi
Hak  atas  informasi  dimaksudkan  agar  konsumen  dapat memperoleh  gambaran  yang  benar  tentang  suatu  produk,  karena
dengan  informasi  tersebut  konsumen  dapat  memilih  produk  yang diinginkan  atau  sesuai  dengan  kebutuhannya  serta  terhindar  dari
kerugian akibat kesalahan dalam penggunaan produk. c Hak untuk memilih
Hak  ini  dimaksudkan  untuk  memberikan  kebebasan  kepada konsumen  untuk  memilih  produk-produk  tertentu  sesuai  dengan
kebutuhannya,  tanpa  ada  tekanan  dari  pihak  luar.  Berdasarkan    hak untuk  memilih  ini  maka  konsumen  berhak  memutuskan  untuk
membeli  atau  tidak  terhadap  suatu  produk,  demikian  juga  keputusan untuk  memilih  baik  kualitas  maupun  kuantitas  jenis  produk  yang
dipilihnya. d Hak untuk didengar
Hak untuk didengar merupakan hak dari konsumen agar tidak dirugikan  lebih  lanjut,  atau  hak  untuk  menghindarkan  diri  dari
commit to user
30
kerugian. Hak ini berupa pertanyaan-pertanyaan tentang berbagai hal yang  berkaitan  dengan  produk  apabila  informasi  yang  diperoleh
mengenai  produk  tersebut  kurang  memadai,  atau  berupa  pengaduan atas  adanya  kerugian  yang  telah  dialami  akibat  penggunaan  suatu
produk,  atau  berupa  pernyataan  tentang  suatu  kebijakan  pemerintah yang  berkaitan  dengan  kepentingan  konsumen.  Hak  ini  disampaikan
baik  secara  perorangan  maupun  secara  kolektif,  baik  yang disampaikan secara langsung maupun diwakilioleh lembaga tertentu.
e Hak untuk memperoleh kebutuhan hidup Setiap  orang  berhak  untuk  memperoleh  kebutuhan  dasar
barang atau jasa untuk mempertahankan hidupnya secara layak. f Hak untuk memperoleh ganti kerugian
Hak  ini  dimaksudkan  untuk  memulihkan  keadaan  yang  telah menjadi rusak akibat adanya penggunaan barang atau jasa yang tidak
memenuhi  harapan  konsumen.  Untuk  merealisasi  hak  ini  harus melalui  prosedur  tertentu,  baik  yang  diselesaikan  secara  damai
maupun diselesaikan melalui pengadilan. g Hak untuk memperoleh pendidikan konsumen;
Hak  ini  agar  konsumen  memperoleh  pengetahuan  maupun keterampilan  yang  diperlukan  agar  terhindar  dari  kerugian  akibat
penggunaan produk. Dengan demikian konsumen menjadi lebih teliti dan kritis dalam memilih suatu produk yang dibutuhkan.
h Hak untuk memperoleh lingkungan hidup yang bersih dan sehat Hak atas lingkungan yang bersih dan sehat sangat penting bagi
setiap konsumen dan lingkungan. i Hak  untuk  mendapatkan  barang  sesuai  dengan  nilai  tukar  yang
diberikan Hak  ini  dimaksudkan  untuk  melindungi  konsumen  dari
kerugian  akibat  permainan  harga  secara  tidak  wajar.  Karena  dalam
commit to user
31
keadaan  tertentu  konsumen  dapat  saja  membayar  harga  suatu  barang jauh lebih tinggi daripada kegunaan atau kualitas dan kuantitas barang
atau jasa yang diperolehnya. j Hak untuk mendapatkan upaya penyelesaian hukum yang patut
Hak  ini  untuk  memulihkan  keadaan  konsumen  yang  telah  dirugikan akibat penggunaan produk dengan melalui jalur hukum
Disamping  hak-hak  yang  disebutkan  pada  Pasal  4  juga  terdapat kewajiban-kewajiban  konsumen  khususnya  dalam  Pasal  5  Undang-
undang Perlindungan Konsumen, yaitu : a Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian
dan pemanfaatan barang dan atau jasa demi keamanan dan keselamatan;
b beritikad  baik  dalam  melakukan  transaksi  pembelian  barang  dan  atau jasa;
c Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati; d Mengikuti  upaya  penyelesaian  hukum  sengketa  perlindungan
konsumen secara patut; Kewajiban  dan  hak  merupakan  antinomi  dalam  hukum,  sehingga
kewajiban  pelaku  usaha  dapat  dilihat  sebagai  hak  konsumen  yang disebutkan  pada  Pasal  7  Undang-undang  Perlindungan  Konsumen
mengenai hak pelaku usaha. Selain hak-hak yang disebutkan itu, ada juga hak untuk dilindungi
dari  akibat  negatif  persaingan  curang.  Hal  ini  berangkat  dari pertimbangan,  kegiatan  bisnis  yang  dilakukan  pelaku  usaha  sering
dikukan  secara  tidak  jujur,  yang  dalam  hukum  dikenal  dengan terminologi  “Persaingan  Curang”  unfair  competition.  Ketentuan-
ketentuan  ini  sesungguhnya  diperuntukkan  bagi  sesama  pelaku  usaha tidak  bagi  konsumen  langsung,  namun  demikian  kompetisi  tidak  sehat
commit to user
32
diantara  mereka  pada  jangka  panjang  pasti  berdampak  negatif  bagi konsumen  pihak  yang  dijadikan  sasaran  rebutan  adalah  konsumen  itu
sendiri. 2.  Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha
Untuk menciptakan kenyamanan dalam berusaha dan menciptakan pola  hubungan  yang  seimbang  antara  pelaku  usaha  atau  pengembang  dan
konsumen  maka  perlu  adanya  hak  dan  kewajiban  masing-masing  pihak. Adapun  hak  dari  pelaku  usaha  tersebut  diatur  dalam  Pasal  6  Undang-
Undang  No  8  Tahun  1999  tentang  Perlindungan  Konsumen,  yaitu  antara lain :
a Hak  untuk  menerima  pembayaran  yang  sesuai  dengan  kesepakatan mengenai  kondisi  dan  nilai  tukar  barang  dan  atau  jasa  yang
diperdagangkan. b Hak  untuk  mendapat  perlindungan  hukum  dari  tindakan  konsumen
yang tidak beritikad baik. c Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya didalam penyelesaian
hukum sengketa konsumen. d Hak  untuk  rehabilitasi  nama  baik  apabila  terbukti  secara  hukum
bahwa  kerugian  konsumen  tidak  diakibatkan  oleh  barang  dan  atau jasa yang diperdagangkan.
e  Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.
Sedangkan  Pasal  7  Undang-Undang  Perlindungan  Konsumen mengatur mengenai kewajiban kewajiban pelaku usaha yang meliputi :
a Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya.
commit to user
33
b Memberikan  informasi  yang  benar,  jelas,  dan  jujur  mengenai  kondisi dan  jaminan  barang  dan  atau  jasa  serta  memberi  penjelasan,
perbaikan, dan pemeliharaan. c Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta
tidak diskriminatif. d Menjamin  mutu  barang  dan  atau  jasa  yang  diproduksi  dan  atau
diperdagangkan berdasarkan  ketentuan standar  mutu barang dan atau jasa yang berlaku.
e Memberi  kesempatan  kepada  konsumen  untuk  menguji,  dan  atau mencoba  barang  dan  atau  jasa  tertentu  serta  memberi  jaminan  dan
atau garansi atas barang yang dibuat dan atau yang diperdagangkan. f Memberi  kompensasi,  ganti  rugi  dan  atau  penggantian  atas  kerugian
akibat penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang dan atau jasa yang diperdagangkan.
g Memberi kompensasi, ganti rugi dan atau penggantian apabila barang dan  atau  jasa  yang  diterima  atau  dimanfaatkan  tidak  sesuai  dengan
perjanjian. Bagi  pelaku  usaha  selain  dibebani  kewajiban  yang  telah
disebutkan diatas, ternyata juga dikenakan larangan-larangan yang diatur dalam pasal 8 Undang-undang perlindungan konsumen adapun larangan-
larangan bagi pelaku usaha meliputi : a Larangan  mengenai  produk  itu  sendiri  yang  tidak  memenuhi  syarat
dan  standar  yang  layak  untuk  dipergunakan  atau  dipakai  atau dimanfaatkan oleh konsumen.
b Larangan  mengenai  ketersediaan  informasi  yang  tidak  benar,  tidak akurat, dan yang menyesatkan konsumen.
commit to user
34
c.  Tanggung jawab Pelaku usaha Disamping  adanya hak dan  kewajiban pelaku usaha adanya tanggung
jawab  yang harus dipikul oleh developer sebagai bagian dari kewajiban yang mengikat  kegiatannya  dalam  berusaha,  sehingga  diharapkan  adanya
kewajiban  developer  pelaku  usaha  untuk  selalu  berhati-hati  dalam memproduksi  barang  dan  atau  jasa  yang  dihasilkan.  Tanggung  jawab  yang
dimaksud sebagai upaya untuk melindungi konsumen atas pemakaian produk yang  dihasilkan  dan  atau  diperdagangkan  oleh  pelaku  usaha,  dimana  pelaku
usaha  harus  bertanggung  jawab  atas  produk  yang  dihasilkan  atau diperdangkan,  tanggung  jawab  tersebut  dikenal  sebagai  tanggung  jawab
produk  Product  Liability.  Tanggung  jawab  Product  Liability  dapat diartikan  sebagai  suatu  tanggung  jawab  secara  hukum  dari  orang  atau  badan
yang  menghasilkan  suatu  produk  produser,  manifacturer,  dari  orang  atau badan  yang  bergerak  dalam  suatu  proses  untuk  menghasilkan  suatu  poduk
procecor,assembler,  dan  mendistribusikan  seller,distributor  dari  produk tersebut  A.Joko  Purwoko,2005  “Tanggung  Jawab  Pelaku  Usaha  Terhadap
Konsumen Dalam Bisnis Multi Marketing Level”,Kisi Hukum,Vol 8 No 1. Tanggung  jawab  merupakan  hal  yang  sangat  penting  dalam
perlindungan konsumen. Secara umum prinsip tanggung jawab dalam hukum dapat dibedakan menjadi Shidarta, 2000:58 :
1  Prinsip  tanggung  jawab  berdasarkan  kesalahan  liability  based  on  fault yaitu  prinsip  yang  menyatakan  bahwa  seseorang  baru  dapat  diminta
pertanggung  jawaban  secara  hukum  jika  ada  unsur  kesalahan  yang dilakukan.
2  Prinsip  praduga  untuk  selalu  bertanggung  jawab,  menegaskan  bahwa pelaku  usaha  dianggap  bertanggung  jawab  sampai  ia  dapat  membuktikan
ia tidak bersalah.
commit to user
35
3  Prinsip  praduga  untuk  selalu  tidak  bertanggung  jawab,  hanya  dikenal dalam  lingkup  transaksi  konsumen  yang  sangat  terbatas,  dan  pembatasan
demikian  biasanya  secara  common  sense  dapat  dibenarkan.  Prinsip  ini kebalikannya dengan prinsip yang kedua.
4  Prinsip  tanggung  jawab  mutlak,  yaitu  dalam  hukum  perlindungan konsumen  secara  umum  digunakan  untuk  menjerat  pelaku  usaha,
khususnya  produsen  barang,  yang  memasarkan  produknya  yang merugikan konsumen. Asas ini dekenal dengan nama product liability
5  Prinsip tanggung jawab dengan pembatasan. Tanggung  jawab  pelaku  usaha  dalam  kerugian  konsumen  dalam
Undang-undang  No  8  Tahun  1999  tentang  Perlindungan  Konsumen  diatur khusus  dalam    Bab  VI  ,  pasal  19  ayat  1  dapat  diketahui  tanggung  jawab
pelaku usaha meliputi : 1  Tanggung jawab ganti kerugian atas kerusakan.
2  Tanggung jawab ganti kerugian atas pencemaran. 3  Tanggung jawab ganti kerugian atas kerugian konsumen.
Berdasarkan  hal  ini  maka  adanya  produk  barang  dan  atau  jasa  yang rusak  bukan  merupakan  satu-satunya  pertanggungjawaban  pelaku  usaha.  Hal
ini berarti bahwa tanggung jawab pelaku usaha meliputi segala kerugian yang dialami konsumen.
d.  Asas dan tujuan perlindungan konsumen Upaya  perlindungan  konsumen  di  Indonesia  didasarkan  pada  asas
yang  diyakini  memberikan  arahan  dan  implementasinya  ditingkatan  praktis. Berdasarkan  Pasal  2  Undang-Undang  Nomor  8  Tahun  1999  tentang
Perlindungan Konsumen asas yang dimaksud, yaitu : 1  asas manfaat
2  asas keadilan
commit to user
36
3  asas keseimbangan 4  asas keselamatan dan keamanan konsumen
5  asas kepastian hukum. Adapun penjelasan dari lima asas tersebut adalah :
1  Asas  manfaat  dimaksudkan  untuk  mengamanatkan  bahwa  segala  upaya dalam  menyelenggarakan  perlindungan  konsumen  harus  memberikan
manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan.
2  Asas  keadilan  dimaksudkan  agar  partisipasi  seluruh  rakyat  dapat diwujudkan  secara  maksimal  dan  memberikan  kesempatan  kepada
konsumen  dan  pelaku  usaha  untuk  memperoleh  haknya  dan melaksanakan kewajibannya secara adil.
3  Asas  keseimbangan  dimaksudkan  untuk  memberikan  keseimbangan antara  kepentingan  konsumen,  pelaku  usaha,  dan  pemerintah  dalam  arti
materiil dan spritual. 4  Asas  keamanan  dan  keselamatan  konsumen  dimaksudkan  untuk
memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam  penggunaan,  pemakaian,  dan  pemanfaatan  barang  danatau  jasa
yang dikonsumsi atau digunakan. 5  Asas  kepastian  hukum  dimaksudkan  agar  pelaku  usaha  maupun
konsumen menaati
hukum dan
memperoleh keadilan
dalam menyelenggarakan  perlindungan  konsumen  serta  menjamin  kepastian
hukum Kelima  asas  yang  disebutkan  dalam  pasal  tersebut  bila  diperhatikan
substansinya maka dapat dibagi menjadi tiga asas, yaitu : 1  Asas  Kemanfaatan  yang  didalamnya  meliputi  asas  keamanan  dan
keselamatan konsumen.
commit to user
37
2  Asas Keadilan yang didalamnya meliputi asas keseimbangan, dan 3  Asas Kepastian hukum.
Radbruch  menyebut  keadilan,  kemanfaatan,  dan  kepastian  hukum sebagai  tiga  ide  dasar  hukum  yang  berarti  dapat  dipersamakan  dengan  asas
hukum  namun  adanya  kesulitan  menyebutkan  ketiga  asas  tersebut  sebagai tujuan  hukum,  Radbruch  juga  mengajarkan  bahwa  kita  harus  menggunakan
asas  prioritas  dimana  prioritas  pertama  selalu  jatuh  pada  keadilan  baru kemanfaatan,  dan  yang  terakhir  kepastian  hukum.  Pendapat  lain  juga
dikemukakan  oleh  Achmad  Ali  yang  tidak  menyetujui  sepenuhnya  pendapat Radbruch,  ia  sendiri  sependapat  menganut  asas  prioritas,  tetapi  tidak  dengan
telah  menetapkan  urutan  prioritas  seperti  keadilan  dulu  baru  kemanfaatan barulah  yang  terakhir  kepastian  hukum  namun  menganut  asas  prioritas  yang
kausatis  yang  maksudnya  adalah  tujuan  hukum  untuk  mencapai  keadilan, kemanfaatan,  atau  kepastian  hukum  semuanya  tergantung  dari  kondisi  yang
ada  atau  dihadapi  didalam  setiap  kasus  Ahmadi  Miru    Sutarman  Yodo, 2004:27.
Perlindungan  konsumen  itu  sendiri  menurut  Undang-Undang Perlindungan Konsumen bertujuan untuk :
1 Meningkatan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian konsumen
untuk melindungi diri; 2
Mengangkat  harkat  dan  martabat  konsumen  dengan  cara menghindarkannya  dari  akses  negatif  dari  pemakaian  barang  dan  atau
jasa. 3
Meningkatkan pemberdayaan
konsumen dalam
memilih, menentukan, dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen.
Adapun  apabila  konsumen  merasa  dirugikan  oleh  pelaku  usaha  atau pengembang, konsumen dapat mengajukan upaya hukum. Upaya hukum yang
commit to user
38
dapat dilakukan konsumen adalah upaya hukum melalui jalur pengadilan dan upaya  hukum  jalur  luar  pengadilan.  Upaya  hukum  penyelesaian  sengketa
konsumen antara lain : 1  Upaya hukum melalui luar pengadilan
Penyelesaian  di  luar  pengadilan  diselenggarakan  untuk  mencapai kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi danatau mengenai
tindakan tertentu untuk menjamin tidak akan terjadinya kembali kerugian yang  diderita  konsumen  pasal  47  Undang-undang  Perlindungan
Konsumen.  Penyelesaian  sengketa  di  luar  pengadilan  sebagaimana dimaksud pada pasal 47 ayat 2 Undang-undang Perlindungan Konsumen
tidak  menghilangkan  tanggung  jawab  pidana  sebagaimana  diatur  dalam Undang-undang.
Konsumen  yang  ingin  menyelesaikan  sengketa  konsumen  dengan cara di luar pengadilan maka bisa melakukan alternative resolusi masalah
ke Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK. Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK adalah institusi non struktural yang memiliki
fungsi  sebagai  “institusi  yang  menyelesaikan  permasalahan  konsumen diluar  pengadilan  secara  murah,  cepat  dan  sederhana”.  Badan  ini  sangat
penting  dibutuhkan  di  daerah  dan  kota  di  seluruh  Indonesia.  Anggota- anggotanya  terdiri  dari  perwakilan  aparatur  pemerintah,  konsumen  dan
pelaku usaha. Tugas-tugas utama BPSK diantaranya : a Menangani  permasalahan  konsumen  melalui  mediasi,  konsiliasi  atau
arbitrasi; b Konsultasi konsumen dalam hal perlindungan konsumen;
c Mengontrol penambahan dari bagian-bagian standarisasi; d Memberikan  sanksi  administrasi  terhadap  pengusaha  yang  menyalahi
aturan Abdi Darwis,2010:40.
commit to user
39
Pasal 47
Undang-undang Perlindungan
Konsumen  juga menegaskan  bahwa  penyelesaian  sengketa  konsumen  diluar  pengadilan
diselenggarakan untuk mencapai kesepakatan mengenai tindakan tertentu untuk  menjamin  tidak  akan  terjadi  kembali  atau  tidak  akan  terulang
kembali kerugian yang diderita konsumen. Dalam  hal  ini  bentuk  jaminan  yang  dimaksud  berupa  pernyataan
tertulis  yang  menerangkan  bahwa tidak akan  terulang  kembali perbuatan yang telah merugikan konsumen tersebut.
Seorang  konsumen  yang  dirugikan  dapat  mengajukan  gugatan ganti rugi langsung ke pengadilan atau diluar pengadilan melalui lembaga
Perlindungan  Konsumen  Swadaya  Masyarakat,  sedangkan  gugatan  yang dilakukan  oleh  sekelompok  konsumen,  lembaga  konsumen  swadaya
masyarakat  maupun  pemerintah  atau  instansi  yang  terkait  hanya  dapat diajukan ke pengadilan.
2  Upaya hukum melalui pengadilan Pada prinsipnya setiap konsumen yang dirugikan dapat menggugat
pelaku  usaha  melalui  lembaga  yang  bertugas  menyelesaikan  sengketa antara konsumen dan pelaku usaha atau melalui peradilan umum, apabila
telah  dipilih  upaya  penyelesaian  sengketa  konsumen  secara  damai  dan penyelesaian  di  luar  pengadilan  melalui  Badan  Penyelesaian  Sengketa
Konsumen,  maka  gugatan  melalui  pengadilan  hanya  dapat  ditempuh apabila upaya tersebut dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu pihak atau
oleh para pihak yang bersengketa. Penyelesaian  sengketa  di  luar  pengadilan  tidak  menghilangkan
tanggung  jawab  pidana  sebagaimana  di  atur  dalam  Undang-Undang. Kewenangan  menyelesaikan  sengketa  konsumen  melalui  pengadilan
dalam lingkungan peradilan umum dengan mengacu pada ketentuan yang
commit to user
40
berlaku  di  lingkungan  peradilan  umum  tersebut.  Hal  ini  berarti  tatacara pengajuan gugatan dalam masalah perlindungan konsumen mengacu pada
hukum acara perdata yang berlaku. Pihak-pihak  yang  dapat  mengajukan  gugatan  atau  pelanggaran
pelaku  usaha  melalui  pengadilan  menurut  Pasal  46  ayat  1  Undang- Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen meliputi:
a Seorang konsumen yang dirugikan atau ahli waris yang bersangkutan. b Sekelompok konsumen yang mempunyai kepentingan yang sama.
c Lembaga  perlindungan  konsumen  swadaya  masyarakat  yang memenuhi  syarat      yaitu  berbentuk  badan  hukum  atau  yayasan  yang
dalam  anggaran  dasarnya    menyebutkan  dengan  tegas  bahwa  tujuan didirikannya
organisasi tersebut
adalah untuk
kepentingan perlindungan  konsumen  dan  telah  melaksanakan  kegiatan  sesuai
dengan anggaran dasarnya. d Pemerintah danatau instansi terkait apabila barang danatau jasa yang
dikonsumsi  atau  dimanfaatkan  mengakibatkan  kerugian  materi  yang besar danatau korban yang tidak sedikit.
3.  Tinjauan Tentang Jual Beli Rumah Antara Developer dan Konsumen