60 pekerja dalam suatu perusahaan sudah barang tentu dikerjakan dengan ukuran-ukuran yang
bertoleransi.  Kadang-kadang  seorang  pekerja  hanya  mengerjakan  bagian  mesin  yang tertentu saja. Sedangkan pekerja yang lain mengerjakan bagian yang lainnya.
Pada umumnya toleransi yang harus diberikandicantumkan pada gambar kerja ada dua macam :
  Toleransi untuk poros, yang meliputi benda-benda padat bulat, segiempat, dan bentuk- bentuk prisma lainnya.
  Toleransi  untuk  lubang,  yang  meliputi  lubang  bulat  bor,  lubang  pada  bantalan,  alat pasak,  rongga-rongga  pada  blok  mesin,  celah  antara  dua  bidang  alur  pasak,  dan
semacamnya.
4.1 Simbol Toleransi Lubang dan Poros
Sebagaimana  telah  dijelaskan  pada  pasal  yang  terdahulu  bahwa  toleransi  ada  dua macam,  yaitu  toleransi  untuk  lubang  dan  toleransi  untuk  poros.  untuk  membedakan,  kedua
macam toleransi tersebut diberi simbol masing-masing dengan huruf besar untuk lubang dan huruf kecil untuk poros.
Angka  nominal  diikuti  huruf  besar  beserta  angka  kualitasnya  ini  menunjukkan  besarnya lubang dengan toleransinya, sedangkan angka nominal yang diikuti huruf kecil beserta angka
kualitasnya menunjukkan besarnya poros dengan toleransinya.
Contoh :
ф 40 H7, artinya  suatu  lubang  H-nya  huruf  besar  dengan  daerah  toleransi  H  dan
kualitasnya 7 ф 40 h7,
artinya  suatu  poros  h-nya  huruf  kecil  dengan  daerah  toleransi  h  dan kualitasnya 7
5.  TANDA PENGERJAANTINGKAT KEKASARAN
Kekasaran  permukaan  dari  bagian-bagian  mesin  dan  juga  bekas  pengerjaan merupakan faktor yang sangat penting untuk menjamin mutu bagian-bagian, seperti misalnya
suaian atau ketahanan, maupun tampak dari bagian-bagian. Penunjukan  konfigurasi  permukaan  yang  mencakup  kekasaran  permukaan,  arah
bekas pengerjaan dan sebagainya, diperlukan untuk menjamin tujuan-tujuan di atas . Maksud dari  perancang  terhadap  konfigurasi  permukaan  harus  dinyatakan  dalam  gambar  dengan
cara-cara  yang telah ditentukan  secara  internasional.  Perincian  konfigurasi  permukaan tidak diperlukan  jika  proses  pembuatan  biasa  dapat  menjamin  pengerjaan  akhir  yang  dapat
diterima. Suatu  produk  mempunyai  tingkat  kekasaran  yang  bermacam-macam.  Tingkat
kekasaran  ini  tergantung  pada  kualitas  pengerjaan.  Misalnya  produk  yang  dipotong  dengan
61 gas akan berbeda hasilnya dengan produk yang dipotong dengan gergaji, begitu juga produk
yang  dibuat  dengan  cara  dituang  akan  berbeda  permukaannya  dengan  produk  yang  dibuat atau  dikerjakan  dengan  mesin.  Pada  gambar  teknik  mesin,  kekasaran  pada  gambar  kerja
diberi lambang atau simbol sesuai dengan tingkat kekasarannya dan dijelaskan menurut ISO R  468  dan  ISO  1302,  masing-masing  untuk  menyatakan  kekasaran  permukaan  dan
menerapkannya pada gambar kerja. Informasi  yang  dapat  dicantumkan  pada  tanda  pengerjaan  meliputi  hal-hal  sebagai
berikut.
a
Angka kualitas kekasaran permukaan Ra atau kualitas pengerjaan N.
b
Proses  produksi  atau  proses  pemesinan,  misalnya  dibor,  dibubut,  difrais,  dan semacamnya.
c
Panjang sampel, jika tidak dicantumkan maka panjang sampel yang digunakan sebagai pengukuran untuk penentuan kualitas dapat dilihat dalam tabel 4.9
d
Arah pengerjaan, maksudnya arah sayatan dari pisau atau pahat terhadap permukaan benda kerja. Untuk arah pengerjaan ini terbagi menjadi:
1  Searah dengan bidang proyeksi, diberi simbol =. 2  Tegak lurus terhadap bidang proyeksi, diberi simbol
⊥. 3  dalam dua arah yang berpotongan, diberi simbol x .
4  dalam segala arah, diberi simbol M. 5  arah relatif bulat terhadap titik pusat diberi simbol C.
6  arah relatif radian, diberi simbol R Untuk arah pengerjaan ini, dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
e
Simbol kelonggaran pemesinan
f
Nilai kekasaran lain dalam kurung
62 Posisi  penempatan  informasi  tanda  pengerjaan  tersebut  dapat  dilihat  pada  gambar
berikut.
63
BAGIAN 4 ELEMEN MESIN
1.  Gaya
Gaya beban merupakan faktor terpenting dalam bidang perancangan mesin, karena berpengaruh  sangat  besar  pada  hasil  rancangan.  Disaat  elemen  mesin  melaksanakan
fungsinya  sebagaimana  yang  dikehendaki,  maka  berbagai  bentuk  gaya  akan  bekerja padanya, sesuai dengan konstruksi dan sifat kerja elemen mesin tersebut.
Sesuai  bunyi  Hukum  Newton  Ketiga,  Besarnya  gaya  yang  bekerja  pada  elemen mesin gaya aksi akan mendapatkan tahanan dari elemen mesin tersebut dalam besar yang
sama  tetapi  dengan  arah  yang  berlawanan  gaya  reaksi.  Seandainya  gaya  reaksi  tidak terjadi, tentulah gaya aksi tidak akan berarti apa-apa sama sekali dan akan sangat sulit untuk
dideteksi  sifat  kerjanya.  Dengan  demikian  besarnya  gaya  aksi  baru  akan  bernilai,  jika  ada reaksi dari tahanan.
Dengan demikian ada berbagai jenis gaya yang biasa mengenai elemen mesin, yakni :
a.  Gaya tarik dan tekan Tensile and compressive force
Untuk memulai diskusi ini, kita ambil kasus paling sederhana dimana sebatang logam dengan  luas  penampang  konstan,  dibebani  melalui  kedua  ujungnya  dengan  sepasang  gaya
linier  dengan  arah  saling  berlawanan  yang  berimpit  pada  sumbu  longitudinal  batang  dan bekerja  melalui  pusat  penampang  melintang  masing-masing.  Untuk  kesetimbangan  statis
besarnya  gaya-gaya  harus  sama.  Apabila  gaya-gaya  diarahkan  menjauhi  batang,  maka
batang  disebut  di-tarik;  jika  gaya-gaya  diarahkan  pada  batang,  disebut  di-tekan.  Kedua
kondisi ini digambarkan pada Gb. 1.1. Dibawah  aksi  pasangan  gaya-gaya  ini,  hambatan  internal  terbentuk  didalam  bahan
dan  karakteristiknya  dapat  dipelajari  dari  bidang  potongan  melintang  disepanjang  batang tersebut.  Bidang  ini  ditunjukkan  sebagai  a-a  di  Gb.  1.2a.  Jika  untuk  tujuan  analisis  porsi
batang  disebelah  kanan  bidang  dipindahkan,  seperti  pada  Gb.  1.2b,  maka  ini  harus digantikan dengan sesuatu untuk memberikan efek pada porsi sebelah kiri tersebut. Dengan
cara  introduksi  bidang  potong  ini,  gaya-gaya  internal  awal  sekarang menjadi  gaya  eksternal terhadap  porsi  sisa  batang.  Untuk  kesetimbangan  pada  porsi  sebelah  kiri,  efek  ini  harus
berupa gaya horisontal  dengan  besar  P.  Namun  demikian,  gaya  P  yang  bekerja tegak-lurus normal  pada  penampang  melintang  a-a  ini  secara  aktual  merupakan  resultan  distribusi
gaya-gaya yang bekerja pada penampang melintang dengan arah normal. Disini  sangat  penting  untuk  membuat  beberapa  asumsi  berkaitan  dengan  variasi
distribusi  gaya-gaya,  dan  karena  gaya  P  bekerja  pada  penampang  melintang  maka  secara umum diasumsikan bahwa gaya-gaya tersebut adalah seragam diseluas penampang.