Pembibitan Tanaman Durian Pembibitan durian Di kebun benih hortikultura ranukitri pendem, mojogedang, karanganyar Jawa tengah veni

termasuk kelamin sempurna hermafrodit, artinya dalam satu bunga terdapat putik atau bunga betina dan benang sari atau bunga jantan. Bunga merupakan alat perkembangbiakan karena di dalam bunga terdapat alat-alat reproduksi. Bunga dianggap sebagai pucuk ujung batang yang termodifikasi, sehingga bagian-bagian bunga merupakan hasil modifikasi dari daun Tim Bina Karya Tani, 2008. Buah durian berbentuk bulat atau lonjong atau tidak beraturan dan ukurannya kecil sampai besar. Kulit buah berduri dan bagian dalam buah mempunyai beberapa rongga dengan setiap rongga berisi biji yang dibungkus daging buah. Biji buah durian berbentuk bulat telur, berkeping dua dikotil, berwarna kekuning-kuningan atau coklat muda. Biji durian merupakan alat perkembangbiakan tanaman generatif terutama untuk batang bawah penyambungan Tim Bina Karya Tani, 2008.

B. Pembibitan Tanaman Durian

1. Pengadaan bibit dengan cara generatif untuk penyediaan batang bawah Sumber generatif tanaman durian yang dapat dijadikan sebagai sumber perbanyakan adalah biji. Biji durian berasal dari buah masak dapat disemai dan tumbuh menjadi bahan batang bawah bibit durian unggul untuk perbanyakan bibit durian dengan sambung pucuk. Persyaratan biji durian yang dapat dijadikan sebagai bibit atau batang bawah adalah: a. berasal dari tanaman yang sehat, b. tanaman mempunyai perakaran yang kuat, c. tanaman mempunyai ketahanan terhadap penyakit tanah, d. mempunyai ketahanan terhadap cekaman lingkungan Kartono, 2010. Perkembangbiakan generatif terjadi melalui biji. Secara alami, sifat keturunan yang diperoleh biasanya berbeda dengan induknya. Perbedaan sifat ini terjadi karena perpaduan sifat yang berbeda dari kedua induknya akibat penyerbukan yang dibantu oleh serangga, air, angin dan lain-lain. Pembibitan dengan biji dilakukan untuk mendapatkan variasi baru Soedijono dan Hartono, 2007. Batang bawah atau rootstock atau understam adalah tanaman yang berfungsi sebagai batang bagian bawah yang masih dilengkapi dengan sistem perakaran yang berfungsi mengambil makanan dari dalam tanah untuk batang atas atau tajuknya. Keuntungan batang bawah dari biji: a. Perkembangan sistem perakarannya lebih kuat dan dalam, karena memiliki akar tunggang, sehingga relatif lebih tahan terhadap kekeringan. b. Penyediaan batang bawah jenis ini bisa dilakukan dalam jumlah banyak. Kriteria tanaman yang akan dijadikan batang bawah: a. Mampu beradaptasi atau tumbuh kompak dengan batang atasnya, sehingga batang bawah ini mampu menyatu dan menopang pertumbuhan batang atasnya. b. Tanaman dalam kondisi sehat. c. Sistem perakarannya baik dan dalam serta tahan terhadap keadaan tanah yang kurang menguntungkan, termasuk hama dan penyakit yang ada dalam tanah. d. Tidak mengurangi kualitas dan kuantitas buah pada tanaman yang disambungkan atau diokulasi. Perawatan batang bawah seperti pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, serta penyiraman perlu diperhatikan agar batang bawah tumbuh subur dan sehat. Pertumbuhan yang subur dan sehat memudahkan pengelupasan kulit dan kayunya, karena sel-sel kambium berada dalam keadaan aktif membelah diri. Proses pembentukan kalus atau penyembuhan luka berlangsung dengan baik, sehingga pada akhirnya keberhasilan sambungan atau okulasinya juga tinggi Ismunir, 2011. 2. Pengadaan bibit dengan cara vegetatif Keuntungan penggunaan teknik pembibitan secara vegetatif antara lain keturunan yang didapat mempunyai sifat genetik yang sama dengan induknya, tidak memerlukan peralataan khusus, alat dan teknik yang tinggi kecuali untuk produksi bibit dalam skala besar, produksi bibit tidak tergantung pada ketersediaan benih pada musim buah, bisa dibuat secara kontinu dengan mudah sehingga dapat diperoleh bibit dalam jumlah yang cukup banyak, meskipun akar yang dihasilkan dengan cara vegetatif pada umumnya relatif dangkal, kurang beraturan dan melebar, namun lama kelamaan akan berkembang dengan baik seperti tanaman dari biji, umumnya tanaman akan lebih cepat bereproduksi dibandingkan dengan tanaman yang berasal dari biji Pudjiono, 1996. Perbanyakan secara vegetatif memiliki beberapa cara yaitu: a. Sambung Grafting ini bukanlah sekedar pekerjaan menyisipkan dan menggabungkan suatu bagian tanaman, seperti cabang, tunas atau akar pada tanaman yang lain. Melainkan sudah merupakan suatu seni yang sudah lama dikenal dan banyak variasinya. Wudianto 2002 menyatakan bahwa seni grafting ini telah digemari sejak dua abad yang lalu, yaitu sekitar abad ke-15 dia menggambarkan betapa pelik dan banyaknya ragam dari seni grafting ini. Disamping itu Wudianto 2002 mengatakan bahwa ada 119 bentuk grafting. Dari sekian banyak grafting ini digolongkan menjadi tiga golongan besar, yaitu: 1 Bud grafting atau budding, yang kita kenal dengan istilah okulasi 2 Scion grafting, lebih populer dengan grafting saja, yaitu sambung pucuk atau enten 3 Grafting by approach atau inarching, yaitu cara menyambung tanaman sehingga batang atas dan batang bawah masih berhubungan dengan akarnya masing-masing Beberapa alasan-alasan lain untuk melakukan grafting adalah sebagai berikut: 1 memperoleh keuntungan dari batang bawah tertentu, seperti perakaran kuat, toleran terhadap lingkungan tertentu, 2 mengubah kultivar dari tanaman yang telah berproduksi, yang disebut top working, 3 mempercepat kematangan reproduktif dan produksi buah lebih awal, 4 mempercepat pertumbuhan tanaman dan mengurangi waktu produksi, 5 mendapatkan bentuk pertumbuhan tanaman khusus dan 6 memperbaiki kerusakan pada tanaman Hartmann et al, 1997. Aplikasi grafting juga dapat dilakukan untuk membuat satu tanaman dengan jenis yang berbeda-beda, untuk mengatasi masalah polinasi, dalam kasus self-incompability atau tanaman berumah dua Ashari,1995. Proses pertauatan sambungan diawali dengan terbentuknya lapisan nekrotik pada permukaan sambungan yang membantu menyatukan jaringan sambungan terutama di dekat berkas vaskular. Pemulihan luka dilakukan oleh sel-sel meristematik yang terbentuk antara jaringan yang tidak terluka dengan lapisan nekrotik. Lapisan nekrotik ini kemudian menghilang dan digantikan oleh kalus yang dihasilkan oleh sel-sel parenkim Hartmann et al, 1997. Menurut Ashari 1995 sel-sel parenkim batang atas dan batang bawah masing-masing mengadakan kontak langsung, saling menyatu dan membaur. Sel parenkim tertentu mengadakan diferensiasi membentuk kambium sebagai kelanjutan dari kambium batang atas dan batang bawah yang lama. Pada akhirnya terbentuk jaringan pembuluh dari kambium yang baru sehingga proses translokasi hara dari batang bawah ke batang atas dan sebaliknya dapat berlangsung kembali. Agar proses pertautan tersebut dapat berlanjut, sel atau jaringan meristem antara daerah potongan harus terjadi kontak untuk saling menjalin secara sempurna. Ashari 1995 mengemukakan bahwa hal ini hanya mungkin jika kedua jenis tanaman cocok kompatibel dan irisan luka rata, serta pengikatan sambungan tidak terlalu lemah dan tidak terlalu kuat, sehingga tidak terjadi kerusakan jaringan. Inkompatibilitas antar jenis tanaman yang disambung dapat dilihat dari kriteria sebagai berikut menurut Hartmann et al 1997 : 1 Tingkat keberhasilan sambungan rendah 2 Pada tanaman yang sudah berhasil tumbuh, terlihat daunnya menguning, rontok, dan mati tunas 3 Mati muda, pada bibit sambungan 4 Terdapat perbedaan laju tumbuh batang bawah dan batang atas 5 Terjadinya pertumbuhan berlebihan pada batang atas dan batang bawah Menurut Ashari 1995 pengaruh batang bawah terhadap batang atas antara lain :  mengontrol kecepatan tumbuh batang atas dan bentuk tajuknya,  mengontrol pembungaan, jumlah tunas dan hasil batang atas,  mengontrol ukuran buah, kualitas dan kemasakan buah, dan  resistensi terhadap hama dan penyakit tanaman. Pengaruh batang atas terhadap batang bawah juga sangat nyata. Namun pada umumnya efek tersebut timbal balik sebagaimana pengaruh batang bawah terhadap batang atas. Batang bawah ada yang berasal dari semai generatif dan dari tanaman vegetatif klon. Batang bawah asal biji semai lebih menguntungkan dalam jumlah, umumnya tidak membawa virus dari pohon induknya dan sistem perakarannya bagus. Kelemahannya yaitu secara genetik tidak seragam. Variasi genetik ini dapat mempengaruhi penampilan tanaman batang atas setelah ditanam. Oleh karena itu perlu dilakukan seleksi secermat mungkin terhadap batang bawah yang berasal dari biji Ashari, 1995. Pemilihan batang atas adalah faktor terpenting dalam penyambungan. Batang atas yang biasanya disebut entres scion adalah calon bagian atas atau tajuk tanaman yang di kemudian hari akan menghasilkan buah berkualitas unggul. Batang atas ini dapat berupa mata tunas tunggal yang digunakan dalam tehnik okulasi ataupun berupa ranting dengan lebih dari satu mata tunas atau ranting dengan tunas pucuk yang digunakan dalam sambungan grafting. Entres inilah yang disambungkan pada batang bawah, untuk menggabungkan sifat-sifat yang unggul. Karena itu entres sebagai batang atas harus diambil dari pohon induk yang sudah diketahui betul sifat unggulnya Ismunir, 2011. Pohon induk tanaman durian mempunyai bagian yang berbeda-beda dalam fase perkembangannya. Bagian pangkal pohon merupakan bagian yang tertua menurut umurnya, tetapi karena terbentuk pada masa awal pertumbuhan pohon tersebut maka sel-selnya besifat sederhana, muda juvenile dan sangat vegetatif. Semakin ke arah ujung ranting, semakin muda menurut umurnya, tetapi sel-sel yang terbentuk paling akhir ini justru bersifat lebih kompleks, dewasa mature dan siap untuk memasuki masa berbunga dan berbuah generatif. Pengambilan entres dari pucuk tajuk pohon akan tetap membawa sifat dewasa atau generatif. Penyambungan entres dengan batang bawah akan menghasilkan bibit yang sudah membawa sifat dewasa tersebut. Hal ini menyebabkan bibit hasil penyambungan atau okulasi lebih cepat berbuah daripada tanaman yang berasal dari biji Ismunir, 2011. Kriteria tanaman yang akan dijadikan sebagai batang atas: 1 Mampu beradaptasi atau tumbuh kompak dengan batang bawahnya, sehingga batang atas ini mampu menyatu dan dapat berproduksi dengan optimal. 2 Cabang dari pohon yang sehat, pertumbuhannya normal dan bebas dari serangan hama dan penyakit 3 Cabang berasal dari pohon induk yang sifatnya benar-benar yang seperti kita kehendaki, misalnya berbuah lebat dan berkualitas tinggi. Ismunir. 2011. Pohon induk adalah tanaman pilihan yang dipergunakan sebagai sumber batang atas entres, baik itu tanaman kecil ataupun tanaman besar yang sudah produktif yang berasal dari biji atau hasil perbanyakan vegetatif. Persyaratan pohon induk antara lain adalah memiliki sifat unggul dalam produktivitas dan kualitas tanaman, seperti tanaman buah yang tahan terhadap serangan organisme pengganggu tanaman OPT. Nama varietas pohon induk dan asal- usulnya nama pemilik, tempat asal harus jelas, sehingga memudahkan pelacakannya Paristiyanti. 2008. Tanaman dari biji harus sudah berproduksi minimal lima musim, untuk mengetahui kemantapan sifat yang dibawanya. Ditanam dalam kebun yang terpisah dari tanaman lain yang dapat menjadi sumber penularan penyakit atau penyerbukan silang, terutama untuk pohon induk yang akan diperbanyak secara generatif yaitu diambil bijinya. Kebun pohon induk adalah kebun yang ditanami dengan beberapa varietas buah unggul untuk sumber penghasil batang atas mata tempel atau cabang entres untuk perbanyakan dalam jumlah besar. Tanaman yang ditanam pada umumnya adalah tanaman hasil perbanyakan secara vegetatif okulasi, sambung, susuan, cangkok, stek dan memenuhi persyaratan sebagai pohon induk. Lokasi pohon induk sebaiknya tidak jauh dengan lokasi perbanyakan tanaman, untuk memudahkan pelaksanaan perbanyakan bibit Paristiyanti. 2008. Pohon induk pada umumnya dipilih dari bibit-bibit unggul. Bibit unggul adalah tanaman muda yang memiliki sifat unggul yaitu mampu menunjukkan sifat asli induknya dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, serta tidak mengandung hama dan penyakit. Pada tanaman buah sifat unggul ini terutama nilai dari kualitas buahnya. Bila semakin banyak sifat yang disukai konsumen terkumpul dalam satu buah, maka semakin tinggi pula nilai ekonomi harga buah tersebut. Buah demikian dapat digolongkan sebagai buah unggul. Untuk itu dapat diambil contoh cara menilai buah durian berdasarkan kriteria penampilan buah dan sifat buah yang disukai konsumen, sehingga diperoleh suatu daftar kriteria penilaian buah durian unggul. Kelompok sifat utama durian unggul adalah  Rasa daging buah: manis berlemak, diutamakan dengan rasa khas  Ketebalan daging: tebal  Ukuran biji: kecil atau sekurang-kurangnya kempes  Warna daging: kuning sampai jingga  Kadar air daging: sedikit kering  Tekstur daging: halus, sedikit berserat  Ukuran buah: besar  Aroma: kuat merangsang  Kulit buah: tipis dan mudah dibuka bila buah sudah masak  Jumlah juring: 5 - 6 juring sempurna Kelompok sifat menunjang :  Struktur pohon kokoh, percabangan merata atau simetris, tajuk bulat.  Produksi buah tinggi dan stabil setiap tahun, diutamakan yang panen buahnya pada awal atau akhir musim.  Tahan terhadap hama penggerek dan beberapa jenis cendawan.  Mudah diperbanyak.  Pertumbuhan cepat dan responsif terhadap kultur teknis budidaya pemupukan, pengairan. Apabila minimal terpenuhi 70 sifat unggul dari daftar diatas maka bibit tanaman tersebut tergolong jenis unggul. Bila tidak memenuhi 70 persyaratan diatas, maka tanaman demikian tergolong benih yang biasa saja. Cara penilaian seperti ini dapat dipakai untuk menilai jenis tanaman lainnya. Namun perlu mengadakan perubahan kriteria tertentu agar sesuai dengan sifat masing-masing jenis tanaman Paristiyanti. 2008. b. Cangkok Mencangkok merupakan salah satu cara pembiakan vegetatif buatan yang bertujuan untuk mendapatkan tanaman yang memiliki sifat yang sama dengan induknya dan cepat menghasilkan. Pencangkokan dilakukan dengan menyayat dan mengupas kulit sekeliling batang, lebar sayatan tergantung pada jenis tanaman yang dicangkok. Penyayatan dilakukan sedemikian rupa sehingga lapisan kambiumnya dapat dihilangkan dengan cara dikikis. Setelah luka yang dibuat cukup kering, Rootone-F diberikan sebagai perlakuan agar bahan cangkokan cepat berakar. Media tumbuh yang digunakan terdiri dari tanah dan kompos dan dibalut dengan sabut kelapa atau plastik. Bila batang diatas sayatan telah menghasilkan sistem perakaran yang bagus, batang dapat segera dipotong dan ditanam di lapang. Menurut Rochiman dan Harjadi 1973, hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pencangkokan tanaman adalah : 1 waktu mencangkok, sebaiknya pada musim hujan karena tidak perlu melakukan penyiraman berulang-ulang, 2 memilih batang cangkok, pohon induk yang digunakan adalah yang umurnya tidak terlalu tua atau terlalu muda, kuat, sehat dan subur serta banyak dan baik buahnya, 3 pemeliharaan cangkokan, pemeliharaan sudah dianggap cukup bila media cangkokan cukup lembab sepanjang waktu. c. Stek Stek merupakan cara perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan dengan menggunakan sebagian batang, akar, atau daun tanaman untuk ditumbuhkan menjadi tanaman baru. Sebagai alternatif perbanyakan vegetatif buatan, stek lebih ekonomis, lebih mudah, tidak memerlukan keterampilan khusus dan cepat dibandingkan dengan cara perbanyakan vegetatif buatan lainnya. Cara perbanyakan dengan metode stek akan kurang menguntungkan jika bertemu dengan kondisi tanaman yang sukar berakar, akar yang baru terbentuk tidak tahan stress lingkungan dan adanya sifat plagiotrop tanaman yang masih bertahan. Keberhasilan perbanyakan dengan cara stek ditandai oleh terjadinya regenerasi akar dan pucuk pada bahan stek sehingga menjadi tanaman baru yang true to name dan true to type. Regenerasi akar dan pucuk dipengaruhi oleh faktor intern yaitu tanaman itu sendiri dan faktor ekstern atau lingkungan. Salah satu faktor intern yang mempengaruhi regenerasi akar dan pucuk adalah fitohormon yang berfungsi sebagai zat pengatur tumbuh. Faktor intern yang paling penting dalam mempengaruhi regenerasi akar dan pucuk pada stek adalah faktor genetik. Jenis tanaman yang berbeda mempunyai kemampuan regenerasi akar dan pucuk yang berbeda pula. Untuk menunjang keberhasilan perbanyakan tanaman dengan cara stek, tanaman sumber seharusnya mempunyai sifat-sifat unggul serta tidak terserang hama atau penyakit. Selain itu, manipulasi terhadap kondisi lingkungan dan status fisiologi tanaman sumber juga penting dilakukan agar tingkat keberhasilan stek tinggi. Kondisi lingkungan dan status fisiologi yang penting bagi tanaman sumber diantaranya adalah: 1 Status air: stek lebih baik diambil pada pagi hari dimana bahan stek dalam kondisi turgid. 2 Temperatur: tanaman stek lebih baik ditumbuhkan pada suhu 12°C hingga 27°C. 3 Cahaya: durasi dan intensitas cahaya yang dibutuhkan tanaman sumber tergantung pada jenis tanaman, sehingga tanaman sumber seharusnya ditumbuhkan pada kondisi cahaya yang tepat. 4 Kandungan karbohidrat: Untuk meningkatkan kandungan karbohidrat bahan stek yang masih ada pada tanaman sumber bisa dilakukan pengeratan untuk menghalangi translokasi karbohidrat. Pengeratan juga berfungsi menghalangi translokasi hormon dan substansi lain yang mungkin penting untuk pengakaran, sehingga terjadi akumulasi zat-zat tersebut pada bahan stek. Karbohidrat digunakan dalam pengakaran untuk membangun kompleks makro molekul, elemen struktural dan sebagai sumber energi. Walaupun kandungan karbohidrat bahan stek tinggi, tetapi jika rasio CN rendah maka inisiasi akar juga akan terhambat karena unsur N berkorelasi negatif dengan pengakaran stek Hartmann et al, 1997. Faktor lingkungan tumbuh stek yang cocok sangat berpengaruh pada terjadinya regenerasi akar dan pucuk. Lingkungan tumbuh atau media pengakaran seharusnya kondusif untuk regenerasi akar yaitu cukup lembab, evapotranspirasi rendah, drainase dan aerasi baik, suhu tidak terlalu dingin atau panas, tidak terkena cahaya penuh dan bebas dari hama atau penyakit, maka akar akan dapat tumbuh optimal.

C. Analisis Usaha Tani