commit to user
2. Sejarah Berdirinya Keraton Surakarta
Keraton Surakarta didirikan pada tahun 1744 oleh Paku Buwono II sebagai pengganti kerajaan lama yaitu keraton Kartasura yang hancur akibat geger
pecinan tahun 1743. Akibat pemberontakan tersebut, Raja dan pengikutnya terpaksa harus mengungsi ke Ponorogo, Jawa Timur. Pemberontakan baru dapat
dipadamkan setelah Paku Buwono II dibantu pasukan VOC menyerbu laskar Cina.Meskipun kembali bertahta, namun Raja merasa pusat kerajaan di Keraton
Kartasura tidak layak lagi untuk ditempati. Oleh karena itu, Raja kemudian menugaskan Adipati Pringgalaya, Adipati Sindureja, Mayor Higendorp, serta
beberapa ahli nujum seperti Tumenggung Hanggawangsa, Mangkuyuda, serta Puspanegara untuk mencari lokasi baru.
Setelah melalui berbagai pertimbangan, maka Desa Solo ditetapkan sebagai lokasi baru untuk menggantikan Keraton Kartasura. Pembangunan
keraton dilakukan dari tahun 1743 hingga 1745. Konstruksi bangunan keraton menggunakan bahan kayu jati yang diperoleh dari Alas Kethu di dekat Kota
Wonogiri. Setelah pembangunan selesai, keraton baru yang diberi nama Keraton Surakarta Hadiningrat tersebut resmi digunakan oleh raja pada tanggal 17
Februari 1745.
3. Daya Tarik Wisata Museum Keraton Surakarta
commit to user
Jika membeli tiket di tempat pertama, pengunjung terlebih dahulu harus berjalan sekitar 20m untuk memasuki Museum Keraton Surakarta. Namun jika
membeli tiket di tempat kedua, pengunjung dapat langsung masuk. Biasanya pengunjung ditawari untuk masuk dan melihat-lihat sendiri atau memilih
didampingi seorang
guide
. Pertama, pengunjung melewati suatu pelataran yang berupa pasir pantai,
berwarna putih dan sangat lembut. Menurut cerita yang beredar, pasir tersebut berasal dari pantai selatan pulau Jawa, ada dengan sendirinya ketika Keraton
selesai dibangun. Jika kita berjalan di atas pasir tersebut tanpa alas kaki, dipercaya dapat menyembuhkan penyakit rheumatic. Pelataran tersebut ditumbuhi pohon
sawo kecik sejumlah 77 batang.
Tujuh
dalam bahasa Jawa dilafalkan
pitu
, dimaksudkan untuk
pitulungan
pertolongan. Pohon sawo kecik sendiri melambangkan
sarwo becik
penuh kebaikan. Di bagian utara pelataran terdapat sebuah menara
panggung
yang disebut Panggung Songgobuwono. Tinggi bangunan ini sekitar 30m, dengan tebal dinding
3m. Bangunan ini memiliki banyak fungsi, antara lain: 1.
sebagai tempat bersemedi Raja 2.
menentukan tahun baru hijriyah dan tahun baru saka 3.
mengawasi keadaan sekitar Keraton, dll. Di sebelah barat Panggung Songgobuwono terdapat sebuah bangunan
memanjang yang disebut Kori Sri Manganti, dibangun oleh Pakubuwono III pada tahun 1758 M. Didepan Kori Sri Manganti terdapat sebuah cermin besar, tujuan
pemasangannya yaitu agar kita selalu mawas diri dan introspeksi.
commit to user
Sasono sewoko yang merupakan
pendhopo
teras bangunan utama keraton terletak di sebelah selatan Sri manganti, sebelah barat pelataran. Di bagian
tengah
pendopo
terdapat lampu gantung yang besar yang disebut
Robyong Kyai Remeng
. Pendopo Sasonosewoko dibuat oleh Pakubuwono III pada tahun 1697 Jawa. Sasono berarti tempat, sewoko berarti duduk bersila dilantai, sambil
mengheningkan cipta memusatkan segala pikiran kepada Sang Pencipta Alam. Pendopo ini berbentuk joglo, mempunyai 36 tiang dan 4 soko guru. Di sekeliling
Sasono sewoko ada teras yang dinamakan Paningrat, terdiri dari Paningrat barat, Paningrat timur, Paningrat utara dan Paningrat selatan. Di depan pendopo ada
bangunan kecil yang dinamakan Maligi, yang digunakan sebagai tempat duduk bagi para bupati yang akan menghadap Raja dan tempat mengkhitan putera Raja
dari permaisuri. Di sebelah selatan pendopo Sasono sewoko terdapat bangunan yang semua
dindingnya terbuat dari kaca, yang dinamakan Sasono Hondrowino. Tempat ini dipakai untuk menjamu tamu, yaitu tamu asing atau tamu agung dengan acara
makan bersama. Dulu dinamakan Pendopo Ijo karena seluruhnya ruangannya bercat hijau. Sasono Hondrowino dibangun oleh Pakubuwono V pada tahun
1823 M. Setelah puas melihat-lihat keindahan bangunan keraton, wisatawan dapat
menambah wawasan dengan mengunjungi museum Keraton Surakarta yang menyimpan benda-benda budaya peninggalan nenek moyang. Museum Keraton
terdiri dari dua bangunan pokok, yaitu bangunan sebelah barat dan bangunan sebelah timur. Dulunya bangunan-bangunan ini merupakan kompleks perkantoran
commit to user
di jaman Pakubuwono X. Tiap-tiap bangunan terdiri dari beberapa ruangan yang memuat hasil kriya Keraton Surakarta. Pembagian ruang di museum Keraton
Surakarta adalah sebagai berikut : a. Ruang I
Di ruang ini, pengunjung dapat menyaksikan berbagai macam gambar, antara lain: gambar Paku Buwono IV-XII, gambar Paku Buwono X berdiri dengan
mengenakan busana kebesaran, dua buah gambar Kangjeng Ratu Hemas, permaisuri Paku Buwono X.Selain itu terdapat juga berbagai macam kursi
berukir, antara lain : kursi ukiran dari zaman Paku Buwono IV, kursi ukiran dari Bali yang dipersembahkan kepada Paku Buwono X, kursi tempat duduk Paku
Buwono X, dll. b. Ruang II
Terdapat dua buah almari kaca yang memanjang sampai ujung ruangan, di dalamnya dipajang bermacam-macam benda-benda perunggu dan alat-alat
upacara agama. Di dalam ruang ini juga terdapat arca Bali dari zaman purbakala, yaitu arca Dewa Kuvera, arca Dewi Durga, arca Dewi Tara, dan arca Dewa Siwa.
c. Ruang III Ruang ini berisi adegan tata cara pernikahan Jawa dan perlengkapannya, berupa
patung kuda dari kayu lengkap dengan pakaiannyauntuk dinaiki pengantin pria keraton, dua buah joli berukiran, sebuah joli besar berisi sebuah peti berukiran
dibuat pada zaman Paku Buwono X, peragaan dengan patung yaitu adegan pengantin perempuan dan laki-laki duduk bersila di Krobongan diapit dua patah.
commit to user
Pada dinding ruangan ini terdapat beberapa relief yang menggambarkan prosesi pernikahan.
d. Ruang IV Berisi tentang macam-macam wayang, yaitu wayang kulit purwa, wayang kulit
gedhog, wayang kulit madya, wayang beber, wayang golek dari kayu, wayang klithik, dsb.
e. Ruang V Dalam ruang ini dipajang bermacam-macam topeng yang khusus digunakan untuk
kelengkapan tari topeng, yang ceritanya mengambil dari cerita Panji Inukertapati, Panji Asmarabangun, Dewi Galuh Ajeng, Dewi Galuh Candrakirana, Klana, dsb.
Pada dinding sebelah timur terdapat relief sebagai berikut : pertunjukan kuda lumping, pertunjukan tarian ledek, pertunjukan Lawungdua orang naik kuda
membawa sodok bertarung dan diiringi gamelan, pembuatan keris, upacara selamatan beberapa orang berdo’a memohon selamat dalam tata cara Islam
f. Ruang VI Berisi peralatan upacara seperti bokor, kendhi, beri, kecohan, sumbul, perhiasan,
payung bersusun tiga untuk upacara khitanan Paku Buwono IV. g. Ruang VII
Berisi berbagai macam jolitempat mengusung puteri Raja, pengantin, penari, sesaji, dll.
h. Ruang VIII
commit to user
Di ruangan ini dipamerkan sebuah kereta yang dipakai Raja dalam perpindahan dari kerajaan lamakartasura ke kerajaan baruSurakarta. Kereta tersebut
bernama Kyai Grudha.Di sebelah utara dalam almari kaca terdapat pakaian kusir, dan pakaian kuda.
i. Ruang IX Pada dinding sebelah selatan dipajang senjata kuno antara lain : meriam, senapan,
pistol, pedang, tameng, keris, panah, dan pelana kuda. Pada dinding sebelah utara terdapat sebuah diorama yang menggambarkan perang Pangeran Diponegoro di
Gua Selarong. j. Ruang X
Benda-benda yang dipamerkan di ruangan terakhir ini adalah : 1.
Patung kayu Rajamala, merupakan patung kepala raksasa untuk hiasan perahu.
2. Maket rumah Jawa : gaya Joglo, Limasan dan gaya kampong,
3. Patung-patung yang menggambarkan aneka pakaian prajurit Keraton.
4. Alat permainan rakyatdakon, adu jangkrik, dan adu kemiri,
5. Alat untuk menanak nasi Kenceng besar untuk keperluan perang,
6. Keramik dan porselin Kuno yang dahulu menjadi perlengkapan rumah tangga.
B. Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan