commit to user
C. PERUMUSAN MASALAH
Permasalahan yang akan dibahas berdasarkan latar belakang masalah diatas adalah :
1. Seperti apakah pelaksanaan pembiayaan
Mudharabah
di Bank Syariah Mandiri ?
2. Bagaimana perhitungan bagi hasil dalam pembiayaan
Mudharabah
pada Bank Syariah Mandiri ?
3. Seprti apakah pencatatan transaksi pembiayaan
Mudharabah
khususnya saat pembayaran, pelaksanaan bagi hasil, dan pelunasan pembiayaan
Mudharabah
jika dilihat dari dasar PSAK No.105 dan PAPSI 2003 ? 4.
Bagaimanakah pelaksanaan prinsip bagi hasil pada pembiayaan
Mudharabah
pada Bank Syariah Mandiri jika ditunjau dari Fatwa Dewan Syariah Nasional DSN-MUI ?
D. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan atas penelitian yang dilakukan adalah menemukan pemecahan atas permasalahan yang diuraikan diatas, yaitu :
1. Mengetahui bagaimanakah penerapan prinsip bagi hasil yang diterapkan
oleh bang syariah mandiri, khususnya pada transaksi pembiayaan
Mudharabah
? 2.
Mengetahui apakah perlakuan dalam penerapan prinsip bagi hasil dalam pembiayaan
Mudharabah
telah sesuai dengan PSAK No. 105 belum?
commit to user 3.
Mengetahui
Untuk memahami, apa hambatan yang dihadapi bank Syariah dan
bagaimana seharusnya?
E. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Penulis
Dapat memberikan pengalaman dalam mempraktikan ilmu dan teori yang diperoleh selama mengikuti pendidikan Program Diploma III
Akuntansi Keuangan ke dalam kenyataan dunia bisnis yang ada pada PT. Bank Syariah Mandiri.
2. Bagi Perusahaan
Untuk memberikan pertimbangan dan masukan bagi perusahaan untuk lebih meningkatkan kinerjanya dalam hal bagi hasil sesuai materi
yang dibahas. 3.
Bagi Pihak Lain Dapat memberikan sebuah manfaat, berupa tambahan informasi
dan sebagai refrensi bacaan untuk memperdalam bidang ini.
commit to user
BAB II ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. LANDASAN TEORI
1. Pengertian Bank
Menurut pernyataan setandar akuntansi keuangan, pengertian bank adalah lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan antara pihak
yang memiliki dana dan pihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Thomas
Suyatno mengartikan perbankan sebagai suatu lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas
pembayaran dan peredaran uang, dengan tujuan untuk memenui kebutuhan kredit dengan modal sendiri atau orang lain, selain itu juga mengedarkan
alat tukar baru dalam bentuk uang bank atau giral Wibowo,dkk., 2005: 16.
Bank Syariah atau Bank Islam adalah bank yang dikembangkan berdasarkan syariah hukum islam, yaitu berdasarkan Al-Quran dan
hadist Rosulullah saw. Definisi Bank Syariah menurut Sudarsono 2004:27 adalah Lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberi
kredit jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroprasi dengan prinsip-prinsip syariah. Bank Syariah muncul di
Indonesia dikarenakan oleh desakan dari masyarakat khususnya yang
commit to user beragama Islam yang berpandangan bahwa bunga dalam perbankan
merupakan bentuk riba, sehingga diharamkan dalam ajaran agama Islam. Dengan adanya UU No. 7 tahun 1997 merupakan dasar berkembangnya
Bank Syariah di Indonesia. Menurut Budisantoso, Totok dan Sigit Triandaru2006 perbedaan
yang mendasar antara Bank Syariah dengan Bank Konvensional antara lain :
a. Perbedaan Falsafah
Landasan falsafah yang dianut adalah perbedaan pokok antara bank syariah dengan bank konfensional. Jika dalam bank konvensional
menggunakan sistem bunga, maka dalam bank syariah justru sebaliknya. Di dalam bank syariah sistem dikembangkan untuk
menghindari sistem bunga, maka sistem yang dikembangkan adalah jual beli serta kemitraan yang dilaksanakan adalah bagi hasil.
b. Konsep Pengelolaan Dana Nasabah
Pengelolaan dana dalam sistem bank syariah dilakukan dalam bentuk titipan atau investasi. Berbeda dengan deposito dalam bank
konvensional yang merupakan upaya untuk membungakan uang, cara titipan atau investasi ini berarti bank syariah harus mampu memenuhi
kapan saja nasabah membutuhkan. Dana nasabah yang terkumpul akan disalurkan dan dimanfaatkan ke dalam berbagai transaksi perniagaan
yang diperbolehkan dalam sistem syariah. Keuntungan yang berasal dari pemanfaatan dana nasabah dalam berbagai transaksi itulah yang
commit to user nantinya akan dibagikan kepada nasabah dalam bentuk bagi hasil.
Dengan begitu jika hasil usaha semakin tinggi maka semakin besar pula keuntungan yang dibagikan bank syariah kepada nasabahnya,
begitu pula sebaliknya. c.
Kewajiban Mengelola Zakat Bank Syariah diharuskan menjadi pengelola Zakat dalam arti wajib
membayar, menghimpun, mengadministrasikan dan mendistribusikan zakat.
d. Struktur Organisasi
Di dalam struktur organisasi sebuah Bank Syariah diwajibkan adanya Dewan Pengawas Syariah DPS yang bertugas mengawasi segala
aktivitas bank agar selalu sesuai dengan prinsip-prinsip Syariah.
2. Pembiayaan
Mudharabah
a. Pembiayaan Bank Syariah
Sebagaimana bank pada umumnya, bank syariah juga memiliki produk keuangan berupa kredit. Di dalam bank syariah, kredit ini
disebut sebagai pembiayaan. Menurut Muhammad 2005: 17 pembiayaan atau
financing
yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik
dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang
direncanakan atau penyaluran dana kepada pihak yang membutuhkan.
commit to user Undang-Undang Republik Indonesia No. 21 Tahun 2008 Tentang
perbankan Syariah pasal 1 ayat 25 menjelaskan Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa :
1 Transaksi bagi hasil dalam bentuk
mudharabah
dan
musyarakah
. 2
Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk
ijrah
atau sewa beli dalam bentuk
ijrah muntahiya bittamlik
. 3
Transaksi jual beli dalam bentuk piutang
murabahah
,
salam
, dan istishna’.
4 Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang
qardh
; dan 5
Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa.
Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah dariatau UUS Unit Usaha Syariah dan pihak lain yang mewajibkan
pihak yang dibiayai danatau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan
imbalan, tanpa imbalan, atau bagi hasil. b.
Mudharabah Mudharabah
adalah perjanjian antara pemilik modal dengan pengusaha. Dimana pemilik modal bersedia membiayai sepenuhnya
suatu proyek usaha dan pengusaha setuju untuk mengelola proyek tersebut dengan pembagian hasil sesuai dengan perjanjian.pemilik
modal tidak dibenarkan ikut dalam pengelolaan usaha, tetapi diperbolehkan membuat usulan dan melakukan pengawasan. Apabila
commit to user usaha mengalami kerugian, maka kerugian tersebut sepenuhnya
ditanggung oleh pemilik modal, kecuali apabila kerugian tersebut terjadi karena penyelewengan atau penyalahgunaan oleh pengusaha.
Sumitro, 2002: 32 Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 07DSN-
MUIIV2000 menyebutkan bahwa dalam rangka mengembangkan dan meningkatkan dana Lembaga Keuangan Syariah LKS, pihak
LKS dapat menyalurkan dananya kepada pihak lain sengan cara
mudharabah
, yaitu akad kerjasama suatu usaha antara dua pihak dimana pihak pertama
malik
,
shahib al-maal
, LKS menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak kedua
‘amil,
mudharib
, nasabah bertindak selaku pengelola, dan keuntungan usaha dibagi diantara
mereka sesuai kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak. Akad ini sudah dikenal oleh umat islam sejak zaman para nabi, bahkan pada
saat itu Nabi Muhammad SAW juga melakukan
mudharabah
dengan khatijah. Khatijah saat itu berperan sebagai
shahib al-maal
mempercayakan barang dagangnya untuk dijual oleh Rasulullah yang berperan sebagai
mudharib
ke luar negeri. Untuk memahami akad
mudharabah
secara umum dapat dilihat dalam sekema terjadinya transaksi
mudharabah
secara garis besar sebagai berikut:
commit to user 1. Pengajuan pembiayaan
3. Akad
mudharabah
2. Persetujuan Pembiayaan
6.2. Pelunasan pembiayaan
4. 100 Modal 5. Keahlian tenaga
6.1. Pembagian bagi hasil untuk Bank
6.1. Pembagian bagi hasil untuk nasabah
Gambar II.1 Sekema Transaksi Pembiayaan
Mudharabah
Sumber
: Muhammad Syafi’i Antonio “
Bank syariah
” 2001 Bank Syariah
Shahib al-maal
Nasabah Pengusaha
Mudharib
Proyek Usaha
Keuntungan Modal
commit to user
3. Metode Bagi Hasil
a. Pengertian Riba
Ada beberapa pendapat dalam menjelaskan riba, namun secara umum terdapat benang merah yang menegaskan bahwa riba adalah
pengambilan tambahan baik dalam transaksi jual-beli maupun pinjam- meminjam secara batil atau bertentangan dengan prinsip muamalah
dalam Islam Muhammad syafi’i, 2001:37. Terdapat beberapa dalil islam yang melarang sistem riba. Diantara
dalil-dalil tersebut antara lain di dalam Al-quran yaitu: QS.Ar- Ruum:39, QS.An-
Nisaa’:160-161, QS.Ali Imran:130, QS. Al- Baqarah:278-279 dan lain-lain. Allah melarang dengan keras dan tegas
semua jenis riba. Allah berfirman: “
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkanlah sisa-sisa dari berbagai
jenis riba jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakannya maka ketahuilah bahwa Allah dan Rosul-Nya
menerangimu. Dan jika kamu bertaubat, maka bagimu pokok hartamu, kamu tiak menganiaya dan tidak pula dianiaya.
” QS. Al- Baqarah:278-279
Ternyata larangan transaksi riba tersebut tidak hanya dalam Islam saja. Agama Kristen dan Katkolik bahkan Yahudi juga melarangnya. Di
kalanyan Kristen terinspirasi oleh Lukas 6:34-35, sedangkan di kalangan yahudi dalam kitab-kitabnya antara lain: kitab Eksodus
commit to user keluaran pasal 22 ayat 25, kitab Levicitus Imamat pasal 35 ayat 7,
dan lain-lain Muhammad syafi’i, 2001:43-45.
Menurut Muhammad Syafi’i Antonio 2001, riba terbagi dalam 4 jenis, yaitu:
1 Riba
Fadl
Riba ini timbul akibat pertukaran barang yang tidak memiliki kesamaan dalam hal kuantitas, kualitas, dan waktu penyerahan,
atau mengandung ketidakjelasan bagi kedua belah pihak akan nilai masin-masing barang yang akan dipertukarkan
2 Riba Nasi’ah
Riba Nasi’ah bisa terjadi pada pertukaran maupun pinjam-
meminjam. Bisa terjadi dalam 3 bentuk,
pertama
pada jual beli dua mata uang yang berbeda yang dilakukan tidaj secara tunai.
Kedua
, pinjam-meminjam untuk jangka waktu tertentu dengan syarat
tertentu maka akan ada tambahan pada saat pengembalian.
Ketiga
, pinjam-meminjam tanpa syarat tambahan pada saat pengembalian,
tapi jika belum bisa membayar pada saat jatuh tempo, akan diberi tempo dengan konpensasi ada tambahan.
3 Riba
Jahiliyah
Adalah hutang yang telah dibayar oleh seseorang peminjam melebihi dari pokok pinjaman, karena si peminjam tidak mampu
mengembalikan dana pinjaman pada waktu yang telah ditetapkan. 4
Riba
Qardh
commit to user Suatu manfaat atau tingkat kelebihan tertentu yang disyaratkan
terhadap yang berutang
muqtaridh
Dari berbagai hal diatas tentang seperti apa riba itu, dapat disimpulkan bahwa praktik bunga dalam perbankan konvensional tergolong dalam
praktik riba yang dilarang dilaksanakan oleh ajaran agama Islam b.
Pengertian Prinsip Bagi Hasil Menurut Antonio 2010, bagi hasil merupakan suatu sistem
pengolahan dana dalam perekonomian Islam yakni pembagian hasil usaha antara pemilik modal
shahib al-maal
dan pengelola
Mudharib
. Keuntungan yang harus dibagihasilkan harus dibagi secara
proporsional antara
shahib al-maal
dengan
mudharib
. Dengan demikian semua pengeluaran ruti yang berkaitan dengan bisnis, bukan
untuk keperluan pribadi
mudharib
, dapat dimasukkan kedalam biaya operasional. Keuntungan bersih harus dibagi antara
shahib al-maal
dengan
mudharib
sesuai proporsi yang disepakati sebelumnya dan secara eksplisit disebut dalam perjanjian awal. Tidak ada pembagian
keuntungan sebelum semua kerugian telah ditutup dan ekuiti shahibul maal telah dibayar kembali.
c. Mekanisme perhitungan Bagi Hasil
Mekanisme perhitungan bagi hasil yang diterapkan di dalam perbankan syariah terdiri dari dua sistem, yaitu profit sharing dan
commit to user revenue sharing. Untuk memahami masing-masing metode dapat
diliahat dari gambar di bawah ini :
Gambar II.2 Perbedaan Prinsip Bagi Hasil Revenue Sharing dan Profit Sharing
Sumber :
Aji Erlangga Martawireja “Akuntansi Perbankan Syariah”, 2009
Jika dilihat sesuai gambar di atas, terlihat jelas bahwa perbedaan yang mendasar antara metode
profit sharing
dengan metode
revenue sharing
terletak pada dasar perhitungannya. Di dalam
PRINSIP REVENUE SHARING
Pendapatan
Bagi Hasil Margin
Sewa Lainnya
Dikurangi : Hak Bagi Hasil pihak ketiga
Ditambah : Pendapatan operasional lainnya
Dikurangi : Beban operasional
Laba Rugi Bersih
Dasar Perhitungan
Bagi Hasil
PRINSIP PROFIT SHARING
Pendapatan Bagi Hasil
Margin Sewa
Lainnya
Dikurangi : Beban Operasional Pembiayaan Mudharabah
Laba Rugi Bersih
Dasar Perhitungan
Bagi Hasil
commit to user PSAK 105 2007 juga dijelaskan tentang dua metode ini. Jika
berdasarkan
revenue sharing
maka dasar pembagian hasil usaha adalah laba bruto, bukan total pendapatan usaha omset.
Sedangkan jika
berdasar prinsip
profit sharing
, dasar
pembagiannya adalah laba neto yaitu laba bruto dikurangi beban yang berkaitan dengan pengelolaan dana mudharabah.
B. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN