Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang penuh dengan keanekaragaman, terutama di bidang seni budaya. Keanekaragaman tersebut memiliki nilai estetika keindahan tersendiri sehingga menciptakan sebuah kekhasan dalam seni budaya suatu daerah, karena seni dan budaya terbentuk tidak luput dari kehidupan masyarakat sekitarnya oleh karena itu pembentukan seni dan budaya di tiap daerah itu berbeda-beda dan sebagai contoh adalah batik. Batik merupakan hasil dari seni dan budaya bangsa Indonesia, dan tak hanya itu batik sendiri tersebar luas di berbagai daerah Indonesia hanya saja ada beberapa yang penamaannya berbeda. Keanekaragaman batik sendiri juga tidak lepas dari pengaruh budaya masyarakat setempatnya, sehingga hal ini dapat menciptakan citra terhadap batik sebagai produk seni dan budaya. Di Jawa terdapat tiga daerah penghasil atau sentra batik yang terkenal yakni Pekalongan, Yogyakarta, dan Surakarta. Seperti di daerah Surakarta pun terdapat desa-desa yang menjadi sentra batik, yakni seperti kampung Laweyan dan kampung Kauman. Kedua kampung batik ini telah berkembang sangat maju, tak hanya mengandalkan hasil produksi dari kain batik dan penerapannya dalam sebuah produk lain bahkan pemerintah kota Surakarta dibantu warga sekitar menjadikan kampung Kauman dan Laweyan sebagai tempat wisata kampung batik. Dengan dibukanya kampung Kauman dan Laweyan sebagai wisata kampung batik, hal ini sangat berdampak positif dalam proses pengembangan industri batik maupun commit to user sektor lainnya, dan dalam skala Internasional tidak dapat dipungkiri hasil kerajinan batik pedesaan telah berkembang pesat dan menjadi salah satu economic generator atau pendorong pembangunan ekonomi masayarakat pedesaan. Masih dalam wilayah eks karisidenan Surakarta, di sebelah timur terdapat kabupaten Sragen yang juga memiliki desa industri batik, yakni desa Kliwonan, kecamatan Masaran. Di daerah desa Kliwonan ini merupakan daerah penghasil batik yang motifnya tidak kalah cantik dengan pendahulunya. Pada awal mulanya Sragen identik dengan batik Surakarta, terutama di era80-an. Ini tak mengherankan, sebab para pionir kerajinan batik di Sragen umumnya pernah bekerja sebagai buruh batik di perusahaan milik juragan batik Surakarta. Namun kemudian, batik Sragen berhasil membentuk ciri khas yang berbeda dari gaya Yogyakarta dan Surakarta. Lahirnya motif tersebut tidak lepas dari pengaruh karakter masyarakat Sragen yang pada dasarnya terbuka dan apa adanya dalam mengekspresikan isi hati. Batik Sragen lebih kaya dengan ornamen flora dan fauna. Ada kalanya dikombinasi dengan motif baku. Guratan motif batik Sragen dewasa ini cenderung menyiratkan makna secara tegas. Jauh lebih lugas ketimbang corak Yogyakarta dan Surakarta. Kendati demikian batik Sragen memiliki kendala umum yang terlihat jelas yakni masih kurangnya promosi untuk menyebarluaskan dan memperkenalkan kepada masyarakat luas atas keberadaan desa batik Kliwonan Sragen yang memiliki keanekaragaman budaya batik seperti halnya kampung Kauman dan Laweyan, Surakarta. Saat ini pemerintah kabupaten Sragen sedang gencar-gencar commit to user nya melakukan promosi untuk desa batik Kliwonan seperti menjadikan desa Kliwonan sebagai desa wisata batik Sragen. Ini di lakukan karena dilihat dari segi ekonomi memang daerah desa batik Kliwonan ini memiliki potensi besar terutama bidang wisata yang apabila tepat pelaksanan, pengembangan dan promosinya. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mempromosikan desa Kliwonan sebagai wisata desa batik dan mencoba untuk mengangkat konsep fotografi sebagai materi promosi wisata desa batik Kliwonan untuk keperluan Tugas Akhir. Ketertarikan ini dilatar belakangi oleh keinginan penulis untuk mencitrakan desa wisata batik sebagai desa wisata batik yang memiliki ciri dan kekhasan pada nuansa keasrian alamnya dan ini tidak dimiliki beberapa wisata kampung batik sejenisnya seperti halnya kampung batik Kauman dan kampung batik Laweyan. Konsep ini dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mempromosikan desa Kliwonan sebagai wisata desa batik Sragen kepada masyarakat luas dan menjadikan fotografi bukan hanya sebagai bahan atau representasi visual objek yang direproduksinya melainkan juga menyampaikan pesan promosinya.

B. Rumusan Masalah