Strategi promosi Batik Brotoseno Kliwonan Sragen melalui media komunikasi visual ARIYANI C0706012

(1)

commit to user

KARYA TUGAS AKHIR

STRATEGI PROMOSI

BATIK BROTOSENO KLIWONAN SRAGEN

MELALUI MEDIA KOMUNIKASI VISUAL

Diajukan Guna Melengkapi Persyaratan

dalam Mencapai Gelar Sarjana Seni Seni Rupa Jurusan Desain Komunikasi Visual

Disusun oleh :

ARIYANI

NIM. C0706012

JURUSAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA


(2)

(3)

(4)

commit to user

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan pada : Kedua orang tua tercinta yang tiada hentinya memanjatkan

doa dan memberi dukungan baik moril maupun materiil Segenap keluarga yang selalu memberi dukungan


(5)

commit to user

HALAMAN MOTTO

Berpijak dari yang lalu, kemudian terhenti dan diam sesaat saja (hanya sesaat untuk berfikir) jangan terlalu lama! Dan terus melangkah dari apa yang kamu fikir untuk nanti


(6)

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dan melimpahkan himahnya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan Konsep Pengantar Karya

Tugas Akhir ini, dengan judul STRATEGI PROMOSI BATIK BROTOSENO

KLIWONAN SRAGEN MELALUI MEDIA KOMUNIKASI VISUAL, sebagaimana

yang telah diwajibkan sebagai syarat gelar kesarjanaan Seni Rupa Jurusan Desain Komunikas Visual Fakultas Sastra Seni Rupa.

Laporan ini dibuat berdasarkan atas penelitian dan wawancara langsung denganpihak-pihak yang bersangkutan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan batik Brotoseno.

Dengan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sangat mendalam kepada semua piha yang telah memberikan dukungan dan bantuan baik secara materiil maupun secara spiritual. Oleh karea sudah selayaknya bila dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih dan rasa hormat kepada :

1. Drs. Riyadi Santosa, M.ed, Ph.D selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa dan

seluruh jajaran ruang lingkup Fakultas Sastra dan Seni Rupa;

2. Drs. Mohamad Suharto, M.Sn, selaku Ketua Jurusan Desain Komunikasi Visual

Fakultas Sastra dan Seni Rupa;

3. Andreas Slamet Widodo, S.Sn, selaku Ketua Tim Penguji Tugas Akhir Jurusan

Desain Komunikasi Visual Fakultas Sastra dan Seni Rupa;

4. Esty Wulandari, S.Sos, M.Si, selaku sekretaris Jurusan Desain Komunikasi Visual

Fakultas dan Sastra Seni Rupa;

5. Arief Iman Santoso, S.sn, selaku Koordinator Tugas Akhir, Pembimbing Akademik

serta Pembimbing I yang telah memberikan pengarahan dan bimbingannya;

6. Ercilia Rini Octavia S.Sn selaku pembimbing II yang telah memberikan pengarahan

dan bimbingannya;

7. Bambang Purwadi, S.IP selaku staf bidang akademik Jurusan Desain Komunikasi


(7)

commit to user

8. Seluruh Staf Pengajar Jurusan Desain Komunikasi Visual UNS yang telah bersedia

memberikan bekal ilmu dan bimbingan kuliah;

9. Seluruh Staff Administrasi Jurusan Desain Komunikasi Visual UNS atas segala

bantuan administrasinya.

10.H. Eko Suprihono, SE pemilik perusahaan Batik Brotoseno yang telah memberikan

izin untuk melakukan observasi di Batik Brotoseno;

11.Supriyanti selaku sekretaris Batik Brotoseno yang telah memberikan izin dan

informasi untuk melakukan observasi di Batik Brotoseno;

12.Semua pihak yang telah membantu terselesainya Tugas Akhir ini yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penyusunan Pengantar Karya Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan Pengantar Karya Tugas Akhir ini. Semoga Pengantar Karya Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya. Atas perhatian dan kerjasamanya penulis ucapkan terima kasih.

Surakarta, 25 Juli 2011 Penulis,


(8)

commit to user

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL………...…....i

HALAMAN PERSETUJUAN………...……….…..ii

HALAMAN PENGESAHAN………..……....iii

HALAMAN PERSEMBAHAN………...……....iv

HALAMAN MOTTO………...……….…v

KATA PENGANTAR………...vi

DAFTAR ISI………...………...…………..vii

DAFTAR GAMBAR………...…...………viii

DAFTAR TABEL………..………….….xii

DAFTAR BAGAN………..………....xiii

ABSTRAK………..…………..…xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………..………….1

B. Perumusan Masalah……….………..…………..4

C. Tujuan……….……….…………5

D. Target Visual/ Target Karya………..…………..5

E. Target Market dan Target Audience………..…...7

F. Pengumpulan Data………..……….9

BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian dan Riwayat Singkat Batik………..….…11

1. Pengertian Batik………..……….11

2. Sejarah Keberadaaan Batik………..…………13

B. Perancangan Promosi………..………...……18

1. Strategi………..………..………….18


(9)

commit to user

C. Media……….27

BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Data Perusahaan………...………..………29

1. Perusahaan Batik Brotoseno……….……..………….29

2. Keberadaan Batik Brotoseno……….……..…………30 3. Lokasi Perusahaan……….………..………32

4. Struktur Organisasi Perusahaan………..…….…………35

5. Jumlah Karyawan………..………...………37

6. Kapasitas Produksi………..……….………37

B. Data Produk……….…………..………38

1. Keadaan Produk………..………….………38

2. Proses Produksi………..……..38

3. Bahan Baku………..………43

4. Harga………..………..43

5. Makna dan Filosofi Logo Batik Brotoseno……….……….44

C. Data Pemasaran………..………45

D. Data Konsumen………..………46

E. Data Promosi………..………46

F. Competitor……….………...………….50

1. Batik Sadewo………..………….………..51

2. Batik Punokawan……….………53

G. Analisis SWOT………..………54

H. Positioning……….………..…………..54

I. Unique Selling Preposition (USP)……….……54

J. Tabel Analisis Swot………..……….58

BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. Metode Perancangan………..………59


(10)

commit to user

B. Konsep Kreatif ………...……….60

1. Strategi visual verbal………...……….61

2. Strategi visual non verbal………...…..62

C. Standar Visual………..………….……….64

1. GSM Logo………...……….……..65

2. Konsep Logo………..…….…..……….67

3. Tagline/Slogan………..…………...………..72

4. Ilustrasi………..…………..………….……..73

5. Warna………..………..…….74

6. Tipografi………..………...………75

7. Teks………..………..………78

8. Layout………...………..………79

D. Pemilihan Media………..………..80

E. Media Placement………..………..86

F. Prediksi Biaya………..………..………88

BAB V VISUALISASI KARYA………..………..…….92

BAB VI PENUTUP………..………...……...………116

A. Kesimpulan………..………...………...…..116

B. Saran………..………..…….……117 DAFTAR PUSTAKA


(11)

commit to user

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 3.1 Shoorom Batik Brotoseno……….29

GAMBAR 3.2 Workshop Batik Brotoseno……….…..……33

GAMBAR 3.3 Workshop Batik Brotoseno………...………..…..33

GAMBAR 3.4Lokasi Pabrik Batik Brotoseno………..……..…….34

GAMBAR 3.5 Proses Pencantingan pada kain primisma……….39

GAMBAR 3.6Proses Pewarnaan Batik……….……..…….40

GAMBAR 37 Proses pembuatan batik sablon di Pabrik Batik Brotoseno…….40

GAMBAR 3.8 Kegiatan nglorod batik di perusahaan Batik Brotoseno…...…..41

GAMBAR 3.9Proses pengeringan hasil produksi……….…..….41

GAMBAR 3.10Karya Batik Brotoseno………..….…..….42

GAMBAR 3.11Logo Batik Brotoseno………..………..…….47

GAMBAR 3.12Logo Batik Brotoseno………..………..…….47

GAMBAR 3.13 Label baju Batik Brotoseno………...………..….………..47

GAMBAR 3.14Label harga Batik Brotoseno……….…….………47

GAMBAR 3.15Kartu Nama………..………….…….….47

GAMBAR 3.16Nota……….……..………. 48

GAMBAR 3.17Pin………..……….48

GAMBAR 3.18Tas………..……….48


(12)

commit to user

GAMBAR 3. 20 Nameboard………...……..49

GAMBAR 3.21Directioboard……./………50

GAMBAR 3.22Batik karya usaha Batik Sadewa………..…..……….53

GAMBAR 3.23 Batik karya usaha Batik Sadewa……….…..………..53

GAMBAR 3.24 Batik karya usaha Batik Punokawan……….……….55

DAFTAR TABEL

1. Tabel Analisis SWOT………...…………58 2. Tabel Prediksi Biaya………...…………..88


(13)

commit to user

DAFTAR BAGAN

1. Proses persepsi dalam periklanan……….…….………25


(14)

commit to user

ABSTRAK

Ariyani. 2011. Pengantar karya Tugas Akhir ini berjudul Strategi Promosi Batik Brotoseno Kliwonan Sragen Melalui Media Komunikasi Visual. Adapun permaslahan yang dikaji adalah bagaimana merancang media promosi pada Batik Brotoseno agar dapat memberikan identitas perusahaan yang kuat dan media komunikasi apa saja yang diplih sehingga dapat tepar sasaran dan juga menarik masyarakat untuk

berkunjung ke showroom dan workshop Batik Brotoseno. Walaupun Batik Brotoseno

merupakan batik yang terkenal di Sragen, namun sebagian masyarakat banyak yang belum mengetahui keberadaannya, hal tersebut dikarenakan informasi dan promosi yang kurang efektif serta kurang tepat sasaran. Alasan inilah yang membuat pentingnya Strategi Promosi dan Media Promosi pada Batik Brotoseno. Sehingga Batik Brotoseno memiliki karakter yang kuat seperti logo dan juga memberikan strategi yang tepat dan terarah, sehingga masyarakat tertarik untuk mengunjungi Workshop dan Showroom Batik Brotoseno. Strategi promosi yang dilakukan dalam kegiatan promosi Batik Brotoseno adalah dengan merancang desain yang menarik dan pesan yang komunikatif, memilih

media komunikasi yang tept baik melalui media lini atas (above the line), media lini

bawah (below the line), serta mengatur strategi penempatan media yang tepat guna memperkenalkan keberadaan Batik Brotoseno.


(15)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Batik merupakan warisan luhur nenek moyang yang memilki nilai seni tinggi, sehingga perlu dilestarikan dan dikembangkan. Dewasa ini, batik telah menjadi identitas bagi negara Indonesia, yaitu dengan dijadikannya batik sebagai pakaian nasional. Selain juga batik telah dijadikan sebagai benda warisan pusaka dunia (world heritage), yang diakui fakta bendawinya (tangible) maupun makna filosofisnya (intangible) oleh UNESCO pada tanggal 1 Oktober 2009. Terlebih dengan maraknya kreasi batik yang menjadikan batik semakin populer di kalangan masyarakat. Sehingga dalam realitas kehidupan, makin berkembangnya motif dan corak batik serta bentuk busana batik baik pria maupun wanita, dewasa dan anak-anak. Keberadaan batik dalam kehidupan masyarakat pun tidak hanya sebagai busana, namun juga sebagai hiasan interior, tas, sepatu dan pernak-pernik yang lain.

Bagi kalangan tertentu, batik digunakan sebagai salah satu ciri khas atau penanda peristiwa yang telah membudaya bertahun-tahun lamanya dengan difungsikannya batik dalam berbusana. Adanya berbagai macam bentuk dan asal batik, membuat masyarakat mempunyai banyak pilihan untuk menikmati berbagai macam jenis batik. Tiap daerah pun memiliki karakter atau corak khusus pada jenis batiknya, baik dari segi motif, pewarnaan, cara pembuatan, dan lain sebagainya. Terdapat pembedaan batik dilihat dari segi wilayah, batik pesisir yang biasanya digunakan untuk menyebut batik kawasan pantai utara Jawa, dan batik


(16)

commit to user

pedalaman untuk menyebut batik di wilayah selatan Jawa. Kiblat wilayah batik untuk batik pesisiran adalah Pekalongan, Cirebon, Lasem, dan sebagainya. Sedangkan dua pecahan dinasti Mataram Islam yaitu Yogyakarta dan Surakarta (Solo), merupakan kiblat untuk batik pedalaman.

Surakarta merupakan salah satu lokasi berkembangnya batik di antara pusat kegiatan pembatikan di Pulau Jawa. Tradisi membatik di Surakarta menyebar ke daerah-daerah sekitar, yakni Klaten (Batik Bayat), Sukoharjo (Batik Pajang), Solo (Batik Kauman dan Batik Laweyan), Karanganyar (Batik Matesih), Wonogiri (Batik Wonogiren) dan Sragen (Batik Kliwonan). Setiap daerah pembatikan mempunyai keunikan dan ciri khas, baik dalam ragam hias maupun tata warna. Persamaan dan perbedaan terletak pada proses serta teknik pembatikan, yang umumnya menggunakan canting dan malam, serta bentuk pola, motif, pemilihan warna, dan fungsi kain batik. Hal tersebut menyesuaikan tata kehidupan sosial dan lingkungan alam.

Demikian halnya dengan Batik Brotoseno yang merupakan salah satu merk dagang dari Sragen (Batik Kliwonan), juga mempunyai ciri khas tersendiri. Batik Kliwonan umumnya menerapkan kombinasi motif baku dengan motif baru. Selain itu warna-warna Batik Kliwonan juga lebih bervariasi. Tidak hanya warna gelap sogan, tapi juga warna-warna cerah seperti hijau, merah, pink, biru, ungu. Batik Kliwonan juga dikenal dari batik gaya lawasannya, maksudnya membuat batik menjadi seolah-olah berumur puluhan tahun atau ratusan tahun, terkesan kuno dan antik. Sedang jenis kain yang digunakan antara lain sutera yang ditenun dengan mesin maupun manual, katun, dan primisma. Perajin di Sragen umumnya memproduksi batik dengan teknik tulis, cap, printing, dan kombinasinya. Namun,


(17)

commit to user

sebagian besar perajin masih mempertahankan teknik tulis di atas kain primisma. Inilah yang menjadi keunikan dari Batik Brotoseno (Batik Kliwonan) yang hingga sampai saat ini masih mempertahankan keasliannya.

Dapat dikatakan dengan adanya industri batik di desa Kliwonan, sentra perdagangan yang sekarang, lebih aktif dibanding tahun-tahun sebelumnya. Perubahan dan perkembangan batik terus mengikuti zaman, baik untuk desain dan warnanya. Batik sekarang telah berkembang menjadi suatu industri yang sangat menguntungkan, tidak hanya menjual dari segi tradisionalitas dalam berseni, namun juga kreatifitas dalam menuangkan desain yang semakin berkembang dan

bersaing. Banyak pemilik modal, seniman/seniwati baru mencoba

keberuntungannya dalam industri batik, tapi tidak semuanya memperoleh keberhasilan. Apalagi dengan adanya berbagai jenis batik yang beredar di pasaran.

Banyaknya jenis batik menimbulkan persaingan yang ketat, karena pada kenyataannya industri batik dihadapkan pada persaingan untuk menarik perhatian masyarakat sebagai konsumen atau pasar. Biasanya pembatik kesulitan untuk menembus pasar, terutama industri kecil. Akhirnya, mereka bergabung dengan industri lain atau menawarkan jasa sebagai pembatik atau pengrajin pada industri besar. Berharap mendapatkan celah kecil dari pengalamannya sebagai pembatik, yang kemudian tahu akan putaran perdagangannya di dalam pasar industri batik. Selain persaingan tersebut juga masih kecilnya permintaan pasar terhadap batik, terutama Batik Brotoseno. Salah satu penyebab, kurangnya kepercayaan terhadap

produk “pinggiran” dibandingkan dengan produk-produk yang telah mapan di

kota Surakarta. Promosi merupakan hal yang sangat perlu dilakukan oleh perusahaan untuk memasarkan produknya dengan tujuan meraih konsumen.


(18)

commit to user

Apalagi jika produk tersebut merupakan produk keluaran baru, tentunya akan mempunyai tugas ganda dalam perencanaan promosinya, yaitu memperkenalkan jenis batik sekaligus memasarkannya. Beruntung batik yang akan penulis promosikan merupakan batik yang sudah populer hanya saja masih ada kekurangan dalam hal mempromosikan. Meski begitu, dalam melakukan promosi tetap memerlukan perencanaan dan strategi yang baik untuk mencapai target yang diharapkan.

Pernyataan di atas adalah garis besar perencanaan promosi yang akan diterapkan untuk melancarkan komunikasi mengenai produk dari Batik Brotoseno di mata dan hati masyarakat. Promosi tersebut disampaikan melalui media komunikasi visual yang ditujukan kepada masyarakat dengan tujuan tercapainya proses penjualan produk batik batik Brotoseno.

B. Perumusan Masalah

Dari uraian diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana menciptakan media komunikasi visual dalam upaya

mempromosikan Batik Brotoseno sehingga dapat bersaing sehat dan lebih meningkat?

2. Bagaimana menyajikan materi promosi yang menarik, guna menarik hati

konsumen Batik Brotoseno sehingga berdampak pada meningkatnya jumlah penjualan produk Batik Brotoseno dan meningkatkan perekonomian masyarakat?


(19)

commit to user

3. Bagaimana membangun image pada masyarakat agar semakin bangga

terhadap budaya batik sebagai busana trend saat ini, yang akhirnya

mengarah pada Batik Brotoseno?

C. Tujuan

Adapun tujuan perancangan yang hendak dicapai dengan dilakukan perencanaan promosi dan periklanan ini adalah :

1. Menciptakan media komunikasi visual dengan strategi promosi Batik

Brotoseno yang kreatif, terarah dan inovatif, sehingga mampu bersaing dengan sehat.

2. Menyajikan promosi yang menarik, agar jumlah konsumen bertambah, dan

penjualan Batik Brotoseno ikut meningkat serta meningkatkan perekonomian masyarakat.

3. Membangun image dan mempengaruhi masyarakat untuk semakin bangga

dengan adanya budaya batik sebagai busana trend saat ini, khususnya Batik Brotoseno.

D. Target Visual/Target Karya

Banyak media komunikasi visual dalam menunjang kegiatan pelaksanaan promosi ini, maka target visual lebih ditekankan melalui :

1. Media cetak yang dipilih adalah :


(20)

commit to user 1) Kartu nama

2) Kop Surat 3) Amplop 4) Nota b. Label baju c. Label Harga d. Packaging baju e. Paper Bag f. ID-Card g. Brosur h. Stempel/Cap i. Kaos Seragam j. Pictogram

2. Media Lini Bawah (below the line) dan Media Lini Atas (Above the line) a. Billboard

b. Nameboard c. Direction board d. Iklan koran

3.Merchandising

Merupakan media pendukung biasanya berupa hadiah atau souvenir yang dipersiapkan pihak perusahaan saat mengadakan suatu kegiatan. Penulis memilih merchandising yang memilki jenjang waktu yang cukup lama untuk dilihat sehingga efektif digunakan sebagai media promosi dan memilki mobilitas tinggi, antara lain :


(21)

commit to user

a. Stiker

4. Interaktif Media

Periklanan interaktif didefinisikan sebagai semua media yang memungkinkan untuk mengendalikan atau tingkat informasi yang ingin diprolehnya dari suatu pesan iklan. Media interaktif yang digunakan adalah web.

5. Souvenir a. Pin

b. Gantungan Kunci

c. Kamper (pengharum baju)

E. Target Market dan Target Audience

Target Market (pasar sasaran) adalah sasaran pasar yang dituju. Dalam konsep pemasaran, pasar sasaran adalah sasaran yang ditentukan, dan diplih oleh produsen sesuai dengan konsep segmentasi pasar.

a. Target Primer

Yaitu masyarakat dewasa yang mencintai produk lokal dan mempunyai katertarikan dengan budaya batik. Disini target primer yang dipilih adalah dengan kriteria sebagai berikut :

1) Segmentasi Geografi : Sragen

2) Segmentasi Demografis

Jenis kelamin : Laki-laki dan perempuan

Usia : 17 tahun s/d 60 tahun

Status ekonomi : Menengah ke atas


(22)

commit to user

3) Segmentasi Psikografis : Seluruh masyarakat yang tertarik dengan

keberadaan batik, maupun yang masih awam terhadap batik agar semakin melestarikan batik khususnya batik “pinggiran” yang terletak didesa Kliwonan dengan trademark Batik Brotoseno.

b. Target Sekunder

Yaitu pengusaha, pedagang-pedagang atau butik yang membutuhkan produk batik. Segmentasi pembagiannya berdasarkan :

1) Segmentasi Geografi : Karisidenan Surakarta

2) Segmentasi Demografis

Jenis kelamin : Laki-laki dan perempuan

Usia : 25 tahun keatas

Status ekonomi : Menengah

pendidikan : Umum

3) Segmentasi Psikografis : Pengusaha yang membutuhkan produksi

batik untuk dapat mempromosikan produk batik kepada masyarakat luas yang menjadi sasaran marketnya.

Sedang target Audience yaitu faktor yang mempengaruhi, diantaranya

seperti orang tua yang masih sangat tertarik dengan keberadaan batik, serta masyarakat sekitar yang merupakan pihak yang dapat menjadi sumber dana atau pembiaya, orang yang dapat mempengaruhi target primer. Segmentasi pembagiannya berdasarkan :

1. Segmentasi Geografi : Karisidenan Surakarta

2. Segmentasi Demografis


(23)

commit to user

Usia : 25 tahun s/d 60 tahun

Status ekonomi : Menengah keatas

pendidikan : Umum

3. Segmentasi Psikografis : Orang-orang yang dapat mempengaruhi

atau membiayai target primer serta orang-orang yang menyukai dan selalu mengikuti budaya batik sebagai bagian dari fashion.

F. Pengumpulan Data

Berdasarkan jenis sumber data yang akan digali, maka metode pengumpulan data yang akan digunakan penulis adalah :

1. Teknik Observasi

Observasi dilakukan dengan cara mengamati langsung berbagai realitas yang ada di lapangan. Data observasi didapatkan melalui pengamatan terhadap perilaku, baik perilaku pasar terhadap batik Brotoseno maupun perilaku pelaku yang berkait dengan batik Brotoseno, peristiwa atau proses pembatikan, tempat dan lokasi pembatikan, benda-benda terkait dengan promosi batik Brotoseno. Selain pengamatan tersebut juga dilakukan dokumentasi data visual yaitu melalui bahasa gambar dengan fotografi.

2. Wawancara mendalam (in depth interview)

Penulis mencari data dengan wawancara dari narasumber yang kompeten terhadap informasi yang penulis perlukan. Baik pada pelaku yaitu pemilik, pengrajin, dan yang berkait dengan perusahaan batik Brotoseno. Serta khalayak umum seperti masyarakat sekitar, perangkat desa maupun narasumber lain yang


(24)

commit to user

memahami tentang keberadaan batik di desa Kliwonan khususnya batik Brotoseno.

3. Studi pustaka

Penulis juga mendapatkan informasi dari dokumen-dokumen maupun arsip yang memuat informasi yang penulis butuhkan. Informasi dan referensi dari sumber pustaka tersebut berupa buku, majalah, artikel, literatur, serta laporan penelitian berkait dengan batik Brotoseno berupa media cetak maupun media elektronik yaitu situs atau website.


(25)

commit to user

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian dan Riwayat Singkat Batik

1. Pengertian Batik

Secara terminologi, kata batik berasal dari kosa kata bahasa Jawa “amba”

yang berarti menulis dan “titik”. Kata batik merujuk pada kain dengan corak yang dihasilkan oleh bahan “malam” yang diaplikasikan di atas kain untuk menahan masuknya bahan pewarna.

Oleh para penulis terdahulu, batik diartikan menurut “jarwododok” yaitu

ngembat titik” atau “rambataning titik”.1

Di mana dari pengertian tersebut dimaksudkan bahwa batik merupakan rangkaian dari titik-titik. Secara etimologis batik terdiri dari dua suku kata yaitu “ba” dan “tik”. Mengenai suku kata “ba”, hingga kini belum diketahui artinya, sedangkan suku kata “tik” sering dihubungkan dengan pengertian menetes atau menitik. Pendapat yang menyatakan hal tersebut adalah:

Perkataan batik berasal dari suku kata “tik” yang mempunyai pengertian menitik atau menetes. Sebaliknya, perkataan batik dalam bahasa Jawa kromo berarti serat dan dalam bahasa Jawa ngoko berarti

tulis. Jelasnya menulis dengan lilin.2

Kamus Bahasa Indonesia menerangkan bahwa perkataan yang mengandung suku kata tik, seperti detik, bintik, rintik, ketik, putik,

bintik-bintik, atau perkataan dalam bahasa jawa seperti jentik, entik, tritik, titik,

1

K.R.T. Kalinggo Honggodipuro, Batik sebagai Busana dalam Tatanan dan Tuntunan, Yayasan Peduli Karaton Surakarta Hadiningrat, 2002, hal. 2.

2Kertcher,1954, hal. 4, dalam Drs. Imam Madi, Drs. Achmad Sjafi‟i, Drs. Subandi, dkk. Laporan

Penelitian Kelompok, “Studi Holistik Batik Tradisi Kedunggudel Kabubaten Sukoharjo”,

Surakarta, 1995, hal. 10.


(26)

commit to user

mempunyai pengertian yang mengandung maksud kecil, lembut, dan halus. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan W.J.S. Poerwadarminta, diterangkan arti kata batik adalah kain dan sebagainya yang bergambar (bercorak) yang pembuatannya dengan cara tertentu (mula-mula ditulis dengan

lilin atau malam lalu diwarnai).3 Secara terminologis, pengertian batik dapat

dijelaskan pula dengan "Batik is a method of executing color design on fabrics is cold dye by coating the parts not be dyed with wax”, terjemahan bebasnya kurang lebih, batik adalah suatu cara penggambaran desain warna di atas mori melalui pencelupan dingin pada bagian-bagian tertentu mori yang tidak

tertembus lilin.4 Sejalan dengan pendapat tersebut dapat dipahami bahwa batik

adalah gambaran di atas mori dengan menggunakan canting atau cap dan memakai bahan pembantu lilin (malam) pada kedua bagian, kemudian diberi warna.

Pada mulanya yang disebut batik berarti batik tulis, yaitu batik yang dikerjakan dengan cara menuliskan garis atau membubuhkan titik dengan alat canting yang dikerjakan dengan tangan. Dalam bahasa Jawa sering dijumpai kata “anulis” atau “anyerat” yang berarti menggambar. Masih dalam masalah yang sama dijumpai pula kata “tulisan”, yang berarti gambar(an). Dengan demikian pekerjaan membatik erat sekali dengan kegiatan membuat gambar.

Dalam budaya Jawa batik tidak dapat diartikan hanya dengan satu dua kata ataupun padanan kata tanpa penjelasan lebih lanjut. Karena batik merupakan suatu hasil proses yang panjang mulai dari menggambar motif hingga tahap

3

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1976. 4


(27)

commit to user

akhir proses “babaran”. Ciri utama batik adalah di dalam proses tersebut

dipergunakan bahan utama berupa mori, malam (lilin), dan pewarna.

Dapat disimpulkan bahwa perkataan batik berarti seratan atau tulisan dalam bentuk coretan atau gambar yang berasal dari titik-titik yang mempunyai arti tertentu. Titik-titik itu merupakan hasil penitikan cairan lilin atau malam yang keluar dari alat yang disebut canting. Setelah titik-titik itu dihubungkan, maka terlihatlah garis sebagai hasil coretan canting tersebut.

2. Sejarah Keberadaan Batik

Sejarah kehadiran batik di Indonesia tidak begitu jelas, meskipun banyak tulisan yang mengukas tentang asal-usul batik. Kebanyakan dari tulisan-tulisan tersebut menyebutkan bahwa batik Indonesia berasal dari daratan India khususnya sekitar pantai Koromandel dan Mattura, karena pada waktu itu di sana telah dikenal teknik tutup celup sejak beberapa abad sebelum Masehi yang dahulu dibawa oleh pedagang Hindu sewaktu mengadakan dagang dengan

Indonesia.5 Pendapat tersebut masih menjadi pertentangan karena kain batik

tidak tahan oleh waktu dan mudah rusak, sehingga menyebabkan kesulitan dalam mencari kebenaran-kebenaran data tentang kapan munculnya batik di lndonesia. Pendapat seorang ahli berkebangsaan Belanda sebagai berikut :

Asal mula batik di Jawa adalah dari luar, dibawa oleh orang Kalingga dan Koromandel, keduanya berasal dari India, dimana permulaannya sebagai

5 Prof. Dr. R. M. Sutjipto Wirjosuprapto, dalam Wahyu Tri Pambudi, “Studi tentang Pembuatan Kain Bermotif Batik dengan Proses Printing di Daerah


(28)

commit to user

pedagang, kemudian sebagai imigran Kolonisator, sejak kurang lebih 400 AD

mulai mempengaruhi di Jawa.6

Hal yang membuktikan bahwa ragam hias batik Indonesia terdapat pengaruh dari India, dapat dilihat dari motiftya. Patung-patung Hindu yang terdapat di candi menggunakan motif kawung, yang sekarang motif tersebut sering kita jumpai sebagai motif batik, begitu juga dengan motif tumpal. Suatu pendapat mengatakan :

Dalam arsitektur Hindu di Jawa kita dapat menemukan hiasan tumpal, yang mana sangat manis dan rumit. Sebuah temuan sebagai contoh yang dapat dilihat adalah bentuk naga dan ular pada candi Panataran di dekat Blitar Jawa Timur. Tetapi hiasan tumpal yang paling terkenal terdapat pada tenun dan seni batik. Di sarung tenunan ataupun di kain batik kita menemukan sebuah lajur yang lebar berbentuk menyilang pada kain. Lajur ini disebut kepala dan dihiasi dengan dua baris tumpal yang ujungnya dipertemukan dengan cara mendekatkan dengan

yang lain. Tumpal-tumpal itu sendiri dihiasi dengan motif bunga.7

Pendapat di atas menunjukan bahwa motif Hindu mempengaruhi dan berperan dalam perkembangan serta asal mula batik di Indonesia. Dari berbagai penjelasan di atas, dapat diperkirakan bahwa kehadiran batik dimulai sejak zaman prasejarah dalam bentuk selain batik, dan mencapai perkembangannya pada jaman Hindu.

Para ahli arkeologi juga mencatat bahwa asal mula batik dari Mesir dan Persia. Pada 2000 tahun yang lalu masyarakat Mesir dan Persia telah memakai pakaian batik juga penduduk Tiongkok dan Jepang.

Pendapat senada lainnya yang menganggap batik Indonesia berasal dari luar adalah:

6 G. P. Rouffaer, dalam Anggraita, “Studi tentang Batik Tenun Ulang dengan Proses Tenun ATBM Karya A. Kadir Ridaka”, Skripsi, UNS Surakarta, 1987. hal. 32.


(29)

commit to user

Batik berasal dari daratan Cina. Kesaksian itu diperkuat dengan ditemukannya jenis batik dengan teknik tutup celup kira-kira 2000 tahun sebelum masehi yang lalu. Batik yang ditemukan tersebut menggunakan warna biru dan putih saja dan sudah menunjukan teknik

yang mantap.8

Pendapat yang menyatakan bahwa batik Indonesia adalah hasil penyebaran dari Cina perlu dipertanyakan karena proses pembuatan batik di Cina tidak

sama dengan proses yang dikerjakan di Jawa.9 Pendapat yang menyatakan

bahwa batik Indonesia berasal dari India juga patut diragukan, karena daerah-daerah lain di Indonesia yang tidak terjangkau oleh pengaruh kebudayaan India seperti Toraja dan Irian terdapat kerajinan rakyat yang dibuat dengan teknik semacam batik, di daerah Flores dan Halmahera juga dikenal teknik tutup celup seperti yang digunakan dalam membatik. Sutjipto Widosuparto menyatakan bahwa bangsa Indonesia sebelum bertemu dengan kebudayaan India, telah mengenal aturan untuk menyusun syair, mengenal membuat kain batik, mengenal industri logam, penanaman padi di sawah dengan jalan pengairan

dan suatu pemerintahan yang teratur.10

Selanjutnya adalah perkembangan pada masa Islam masuk ke Indonesia. Pada masa ini pendapat yang ada menjelaskan bahwa batik masuk ke Indonesia dengan jalur perdagangan yaitu melewati pesisir, oleh karena itu batik pesisir digunakan sebagai sebutan kain batik tersebut.

Motif-motif pada zaman Islam merupakan karya seni budaya istana yang sarat dengan makna spiritual. Perkembangan motif-motif pada zaman Islam

8 Soedarsono, Retna Astuti, dan I.W. Pantja Sunjata, Aspek Ritual dan Kreatifitas dalam Pekembangan Seni di Jawa, dalam Kristanti Putri Laksmi. “Bentuk, Fungsi, dan Makna Simbolis Motif Kain Batik Sidomukti Gaya Surakarta”. Tesis Pogram Studi Pengkajian Seni Pertinjukan dan Seni Rupa, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2008.

9 Si Tjai Fei dan Tjeng Peng, Gambar-gambar Kain cap Biru Tiongkok, 1958, hal. 13.

10 Prof. Dr. R.M. Sutjipto Wirjosuparto, dalam Sewan Susanto, Seni Kerajinan Batik Indonesia, Balai Penelitian Batik dan Kerajinan, Lembaga Penelitian dan Pendidikan Industri, Departemen Perindustrian RI, 1980, hal. 307.


(30)

commit to user

mencapai puncaknya dengan ditemukannya ragam hias baru yang bersifat Islami. Umumnya ragam hias pada zaman ini bermotif kaligrafi Arab, motif masjid, dan motif permadani. Penggunaan motif ini biasanya terdapat pada kain panji, hiasan dinding, dan bendera. Sehingga penggunaannya bukan pada

motif hias pakaian.11

Namun ada pula pendapat yang menyatakan bahwa batik berasal dari Pulau Jawa, pada tahun 1656 kegiatan membatik sudah menjadi pekerjaan

rutin di Kerajaan Mataram di samping menenun, membordir dan menjahit12.

Pada tahun 1705, kebiasaan menenun kain dengan kualitas halus untuk batik telah menjadi kebiasaan umum di Jawa, namun tidak dapat dipastikan kapan tepatnya kegiatan membatik di Indonesia atau di Jawa ini dimulai. Sejarah perbatikan di Indonesia berkaitan erat dengan perkembangan Kerajaan Majapahit dan penyebaran ajaran Islam di Tanah Jawa. Pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa Kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerajaan-kerajaan di Solo dan Yogyakarta. Kesenian ini mulai meluas di kalangan rakyat Indonesia, khususnya suku Jawa setelah akhir abad ke-18. Batik tulis adalah yang pertama kali dikenal, kemudian diikuti oleh batik cap yang mulai dikenal pada akhir Perang Dunia I, sekitar tahun 1920-an.

Batik pada zaman dahulu awalnya hanya berkembang di lingkungan keraton, namun pada akhirnya batik dikenal luas di luar lingkungan keraton. Hal ini terjadi karena kebutuhan masyarakat di lingkungan keraton yang

11 Wiyoso Yudoseputro, Pengantar Seni Rupa Islam di Indonesia, Angkasa, Bandung, 1986, hal 103.

12 Hawkins, Everett. D., The Batik Industry: The Role of The Javanese Entrepreneur dalam Benyamin Higgins, Entrepreneurship and Labour Skills in Indonesian Economic Development A Symposium (New Haven: Yale University Southeast Asia Studies Monograph Series No.1), hlm. 92-93.


(31)

commit to user

semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi keraton, khususnya Keraton Surakata. Sehingga bermunculan sentra-sentra pembuatan kain batik di Surakarta. Sentra batik di Surakarta tumbuh di sekitar aliran sungai yang pada waktu itu dijadikan sebagai jalur transportasi bersama. Daerah sentra industri tersebut antara lain desa yang terletak di pinggiran Sungai Kabanaran, Desa Kedhunggudel terletak di Sukoharjo di hulu Bengawan Solo, Desa Serenan Juwiring yang terletak di pinggiran Bengawan Solo, Desa Bekonang yang berada di sebelah Timur Sungai Sangkrah, Desa Kliwonan Sragen yang berada

di pinggir Bengawan Solo, Desa Plupuh, dan Desa Tirtomoyo.13

Setiap daerah pembatikan mempunyai keunikan dan ciri khas, baik dalam ragam hias maupun tata warna. Persamaan dan perbedaan terletak pada proses serta teknik pembatikan, yang umumnya menggunakan canting dan malam, serta bentuk pola, motif, pemilihan warna, dan fungsi kain batik. Hal tersebut menyesuaikan tata kehidupan sosial dan lingkungan alam. Batik daerah Yogyakarta dan Surakarta, mayoritas memiliki pola simetris, motif besar, mengangkat tema kehidupan masyarakat darat (hutan, hasil bumi, dan agraria) serta simbol-simbol kerajaan. Pemilihan warnanya adalah nuansa alam, seperti coklat (sogan) yang menggambarkan kebersahajaan dan membumi. Hal tersebut selaras dengan kehidupan sosial, budaya, lingkungan Yogyakarta dan Surakarta sebagai lingkup kraton dengan karakter halus dan pelan.

Khusus pada Batik Sragen (Batik Kliwonan), juga mempunyai ciri khas tersendiri yang membedakan dengan Solo dan Yogyakarta. Semula identik

13


(32)

commit to user

dengan gaya Solo, namun pada perkembangan selanjutnya motif-motif baku

semisal parang, sidoluhur, sidomukti, kawung, sekarjagad, babon angrem,

srikaton, wahyu tumurun dan lain sebagainya dipadukan dengan corak flora dan fauna. Selain itu warna-warna Batik Sragen juga lebih bervariasi, tidak hanya warna gelap sogan, tapi juga warna-warna cerah seperti hijau, merah, pink, biru, ungu. Sragen juga dikenal dari batik gaya lawasannya, maksudnya membuat batik menjadi seolah-olah berumur puluhan tahun atau ratusan tahun, terkesan kuno dan antik. Perajin di Sragen umumnya memproduksi batik

dengan teknik tulis, cap, printing, dan kombinasinya. Sedang jenis kain yang

digunakan perajin, sebagian besar masih mempertahankan teknik tulis di atas kain primisma.

B. Perancangan Promosi

1. Strategi

Arti kata „strategi‟ menurut kamus lengkap bahasa Indonesia yang ditulis oleh Em Zul Fajri dan Ratu Aprilia Senja adalah taktik, ilmu yang menggunakan sumber daya manusia untuk melaksanakan kebijaksanaan

tertentu, rencana dan langkah-langkah yang dilakukan secara sistematis.14

Sebuah perusahaan membutuhkan suatu strategi atau perencanaan media dalam setiap promosi yang dilakukan. Perencanaan media tersebut melipputi proses penyusunan rencana penjadwalan yang menujukkan bagaimanawaktu dan ruang periklanan akan mencapai tujuan pemasaran. Dalam perencanaan media

14

Em Zul Fajri dan Ratu Aprilia Senja. 2003. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta: Difa Publissher.


(33)

commit to user

terdapat koordinasi 3 (tiga) tingkat perumusan strategi, yaitu strategi pemasaran, strategi periklanan, dan strategi media.

Strategi pemasaran dilakukan secara menyeluruh, terdiri dari identifikasi pasar sasaran dan seleksi bauran pemasaran, memberi tekanan dan arah pilihan pemasaran iklan dan strategi media. Strategi periklanan (advertising strategy) adalah apa yang dikatakan pengiklan tentang suatu merek yang diiklankan. Strategi ini adalah formulasi suatu pesan periklanan yang mengkomunikasikan keuntungan utama dari suatu merek tersebut dapat memecahkan masalah konsumen. Formulasi suatu strategi periklanan mensyaratkan pengiklan untuk mengupayakan langkah-langkah formal berikut ini, seperti :

a. Menspeksifikasikan fakta kunci

b. Menyatakan masalah pemasaran utama

c. Menyatakan tujuan komunikasi

d. Mengimplementasikan strategi pesan yang kreatif

e. Membangun persyaratan arus perintah korporat/divisional.15

Stategi media secara alamiah biasanya lebih luas dari keseluruhan strategi pemasaran. Strategi media terdiri dari 4 (empat) kegiatan yang saling berkaitan satu sama lain, yaitu memilih audince sasaran, menspeksifikasikan tujuan media, memilih kategori media dan sarana, membeli media. Selain itu, terdapat suatu istilah strategi promosi. Dalam strategi promosi yang menjadi sasaran utama desainnya adalah menyebarkan dan menggiatkan kebutuhan akan desain, disamping itu memperluas lingkup aktivitas desain di masyarakat luas. Pengaruh promosinya dapat dibagi menjadi 2 (dua), yaitu peningkatan

15

Shimp, Terence A. 2001. Periklanan Promosi Jilid I Edisi kelima (edisi terjemahan oleh: Revyani Sjahrial, SE dan Dyah Anik Sari, S.Sos). Jakarta: Erlangga.


(34)

commit to user

jumlah permintaan dan peningkatan apresiasi masyarakat terhadap desain yang

dihasilkan.16

2. Tinjauan Promosi

Promosi merupakan salah satu unsur 4P yang ada dalam bauran pemasaran (product, place, price, promotion) yang diterapkan oleh para akademisi dengan mengacu pada semua bentuk komunikasi pemasaran

(periklanan, promosi penjualan, public relation, personal selling, dsb) dan

bukan promosi penjualan saja.

Secara luas, promosi dapat didefinisikan sebagai bentuk persuasi langsung melalui penggunaan berbagai usaha intensif, umumnya berjangka pendek. Yang dapat diarahkan untuk merangsang pembelian atas produk tersebut dengan promosi yang lebih baik. Akhirnya tercapai peningkatkan

jumlah produk sekaligus mutu barang dengan image konsumen yang lebih

responsif untuk dibeli konsumen atau pedagang. Promosi penjualan dapat

digunakan, seperti produsen, distributor,pedagang, lembaga profit oriented,

dan non profit. Pada beberapa tahun belakangan ini promosi penjualan prosentasenya semakin meningkat.

Faktor yang mempengaruhi akan peningkatan tersebut, antara lain:

a. Jumlah merek yang beredar semakin bertambah dengan cepat.

b. Konsumen semakin kritis terhadap harga.

c. Promosi penjualan semakin diaakui oleh managemen puncak sebagai alat

penjualanyang efektif. 16


(35)

commit to user

Tujuan promosi penjualan dapat didefinisikan berdasarkan alat atau kegiatan promosi yang dilakukan:

a. Meningkatkan promosi dengan sehat, merangsang coba-coba, membalas

iklan pesaing.

b. Merangsang permintaan konsumen.

c. Mendorong pembelian, membentuk bussines inventory.

d. Mendorong pembelian ulang.

e. Menghentikan penurunan ulang.

f. Memberikan kesan image yang baik.

Secara garis besar promosi penjualan lebih cenderung merangsang pembelian di tempat. Karena kebanyakan pembeli mempunyai sifat tak terencana ( keinginan sesaat ). Setiap produsen dalam menjalankan putaran roda bisnisnya akan berusaha semampu mungkin untuk membuat konsumen menyukai produk ataupun jasa yang ditawarkan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara mengkomunikasikan produk atau jasa tersebut kepada calon konsumen, dan untuk menyampaikan keberadaan produk atau jasa tersebut. Unttuk itu dalam penyampaiannya diperlukan diperlukan adanya tindakan yaitu promosi.

Suatu kegiatan mengkomunikasikan atau menyampaikan pesan suatu produk atau jasa kepada konsumen , agar dapat mengubah atau mempengaruhi sikap maupun mendorong konsumen untuk bertindak dinamakan promosi. Promosi adalah komunikasi yang persuasif, mendesak, membujuk dan meyakinkan. Promosi bersifat menyampaikan banyak hal yang dimiliki produk atau yang menjadi keunggulan produk, sehingga mengubah perilaku


(36)

commit to user

komunikan dan meningkatkan penjualan, sasaran promosi adalah pembelian ditempat.

Dalam penggunaannya, “promosi” merupakan hal yang dilakukan guna membantu penjualan suatu produk atau jasa di tiap tempat jaringan penjualan dengan berbagai cara memikat konsumen. Agar memperoleh kesan yang menyenangkan terhadap apa yang diiklankan.

Promosi menurut Edward L. Brink dan William T. Kelly terdiri dari “upaya-upaya yang diinisiasi oleh penjuak secara terkoordinasi guna membentuk saluran-saluran informasi dan persuasi guna memajukan barang

atau jasa tertentu, atau penerimaan ide atau pandangan-pandangan tertentu”.

Ada 6 macam jenis promosi yang tergolong komunikasi pemasaran yaitu:

a. Iklan (Advertising)

Kegiatan periklanan dapat didefinisikan sebagai keseluruhan proses yang meliputi penyiapan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan penyampaian iklan. Sedangkan iklan dapat didefinisikan sebagai segala bentuk pesan tentang suatu produk yang disampaikan melalui media dan ditujukan kepada sebagian

atau seluruh masyarakat.17 Bentuk iklan yang dibiayai oleh sponsor tertentu (si

pengiklan), dikategorikan sebagai komunikasi massa (nonpersonal) karena perusahaan sponsor tersebut secara simultan berkomunikasi dengan penerima pesan yang beranekaragam.

Beberapa alasan pokok digunakannya iklan dikarenakan dapat menjangkau daerah yang secara fisik sulit dijangkau oleh produsen, misalnya melalui media televisi atau radio, iklan tersebut dapat disampaikan tanpa

17

Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia, Direktorat Bina Pers dan Grafika, Departemen Penerangan RI, Jakarta, 1983. Hlm. 45.


(37)

commit to user

kendala transportasi, cuaca, dan lain sebagainya.18 Iklan yang menggunakan

media massa memang memerlukan biaya yang besar, namun dapat menjadi murah apabila media yang digunakan tersebut dapat menjangkau khalayak secara luas. Nilai ekonomis suatu iklan sangat tergantung pada daya jangkau media yang digunakan serta kharakteristik khalayak sasaran.

Periklanan digunakan sebagai kekuatan untuk mencapai tujuan pemasaran barang atau jasa, baik tujuan jangka panjang maupun jangka pendek. Iklan bertujuan untuk memperkenalkan suatu produk atau membangkitkan kesadaran akan merk (brand awarness), citra merk (brand image), citra perusahaan (coorporate image), membujuk khalayak untuk membeli produk yang ditawarkan, memberikan informasi, dan lain-lain.

b. Promosi penjualan (Sales Promotion)

Terdiri dari semua kegiatan pemasaran yang mencoba merangsang terjadinya aksi pembelian suatu produk yang cepat atau terjadinya pembelian dalam waktu yang singkat. Beberapa alasan pokok digunakannya promosi penjualan antara lain:

Hasrat pemasangan iklan yang sering dirisaukan oleh mahalnya media iklan (misalnya televisi dan majalah), sehingga promosi penjualan diperlukan karena biaya lebih murah.

Berkembangnya jaringan supermarket dan toko besar di berbagai daerah mendorong penggunaan promosi yang lebih agresif dan mampu bersaing dengan produk sejenis.

18


(38)

commit to user

Berkembangnya berbagai keahlian yang semakin canggih dalam menciptakan kegiatan-kegiatan promosi penjualan.

Promosi penjualan dapat lebih merangsang seseorang untuk membeli

atau sekedar mencoba suatu produk.19

Promosi penjualan dapat meningkatkan citra produk.

Semakin memperkenalkan produk kepada konsumen.20

Teknik promosi penjualan banyak sekali ragamnya, baik yang diadakan di supermarket, hotel, perusahaan perumahan, ataupun kios kecil. Kegiatan tersebut dilakukan dikarenakan tidak banyak orang yang menolak hadiah scara gratis, misalnya potongan harga, pemberian souvenir, voucher, hadiah dalam kemasan, ataupun bentuk-bentuk promosi penjualan yang lain. Pada hakikatnya bentuk pemikat tersebut disodorkan kepada konsumen, sehingga merangsang terjadinya pembelian produk.

c. Penjualan perorangan (Personal Selling)

Bentuk komunikasi antar individu dimana tenaga penjual atau wiraniaga menginformasikan, mendidik dan melakukan persuasi kepada calon pembeli untuk membeli produk atau jasa perusahaan. Komunikasi yang dilakukan adalah proses komunikasi langsung (direct coomunication), sehingga efek komunikasinya dapat terlihat langsung saat itu juga. Bentuknya

berupa aba-aba, bahasa, imitasi tindakan seseorang, dan sugesti sosial.21

19

Frank Jefkins, Periklanan, Jakarta: Penerbit Erlangga, 1996. Hlm. 152. 20

Sean Brierley, op.cit. 21

William L. Rivers & Theodore Peterson, The Mass Media and Modern Society, USA: The Mc Graw Hill Companies. Hlm. 22


(39)

commit to user

d. Publisitas/Humas (Purel, Public Relation)

Seperti iklan, publisitas menggambarkan komunikasi massa namun juga tidak sama seperti iklan, pihak sponsor tidak mengeluarkan biaya untuk waktu dan ruang beriklan. Biasanya dilakukan dalam bentuk berita atau komentar editorial mengenai produk atau jasa dari perusahaan. Proses komunikasi yang dilakukan adalah indirect communication (proses komunikasi tidak langsung), sehingga efek komunikasinya tidak dapat terlihat langsung

saat itu juga. 22 Seperti dapat dijelaskan dengan gambar berikut ini:

Proses Persepsi

Sumber Pesan Pemerima Sasaran

(pengiklan) (khalayak) (penerima ke dua)

Jalur Jalur

(Media) (mulut ke mulut)

Gambar 1. Proses Persepsi dalam periklanan

Gambar tersebut dapat dijelaskan tentang proses persepsi sebagai berikut:

1) Sumber

Sumber (pengiklan) adalah pemasang iklan, terutama perusahaan atau merk yang berkentingan tertentu kepada khalayak.

2) Pesan

Pesan merujuk kepada isi maupun penggarapannya sebagai suatu totalitas yang akan mengalami proses persepsi pemirsanya.

3) Jalur

22


(40)

commit to user

Suatu sistem periklanan, meliputi media seperti radio, televisi, majalah, surat kabar, dan lain-lain. Serta komunikasi dari mulut ke mulut yang juga mempunyai peran dalam periklanan.

4) Penerima

Dalam komunikasi periklanan, pemirsa atau penerima merupakan khalayak. Sehingga dapat digambarkan dalam pengertian-pengertian atau beberapa variabel berkenaan dengan lapisan masyarakat, gaya hidup, kegemaran, dan berbagai aspek demografis lainnya

5) Sasaran

Model komunikasi di atas tidak hanya berhenti kepada penerima saja, akan tetapi terbuka kemungkinan bahwa penerima terlibat dalam promosi melalui informasi atau apapun lewat mulut kepada sasaran.

e. Pemasaran Sponsorship (sponsorship marketing)

Merupakan aplikasi dalam mempromosikan perusahaan atau merek mereka dengan mengasosiasikan perusahaan atau salah satu dari merek dengan kegiatan tertentu.

f. Komunikasi di Tempat Pembelian (Point-Of-Purchase Communication)

Melibatkan peraga, poster, tanda dan berbagai materi lain yang didesain

untuk mempengaruhi keputusan untuk membeli dalam tempat pembelian. 23

23


(41)

commit to user

C. Media

Media menurut istilah periklanan yang ditulis oleh Frank Jefkins merupakan kata jamak dari medium, yaitu wahana untuk menyampaikan pesan-pesan periklanan. Bentuknya sangat bervariasi, ada media pers (koran, majalah), radio, televisi, media luar ruangan, penawaran lewat pos, dan sebagainya. Kesemuannya disebut media, dan masing-masing misalnya pers, disebut medium. Dalam periklanan terdapat beberapa jenis media, diantaranya :

a. Media Lini Atas ( Above the Line Media )

Yaitu jenis iklan yang mengharuskan pembayaran komisi kepada biro iklan, contohnya tayangan iklan di media cetak (televisi, radio, bioskop, billboard)

b. Media Lini Bawah ( Below the Line Media )

Yaitu jenis-jenis iklan yang tidak mengharuskan adanya komisi seperti iklan pada pameran, brosur, lembar informasi, dan sebagainya.

Saat semakin menyusutnya media iklan, kebutuhan produk untuk tampil tidak lagi cukup hanya sekedar beriklan di televisi, radio, atau koran.

Banyaknya iklan yang diputar di setiap acara ber-rating tinggi malah

membuat iklan tersebut tidak mau dilihat penonton. Dengan gampang, penonton tinggal berganti saluran, menunggu beberapa saat, lalu menekan kembali saluran sebelumnya dan berharap iklan sudah berlalu. Beberapa cara dilakukan dengan menggunakan media rung luar dengan cara seunik mungkin sehingga setiap orang yang melewatinyabisa tersenyum, tertawa, dan ingat


(42)

commit to user

Tapi, semakin banyaknya billboard dan penempatannya yang tidak teratur

juga akan membuat tidak sedap dipandang mata. Padahal media ruang luar tidak sesempit itu. Apapun yang kita lihat disekitar kita, dipandu oleh kreativitas kita dalam mengolahnya, pasti bisa menjadi media iklan. Maka perlunya adanya media unik untuk lebih menarik perhatian target, yaitu dengan adanya ambient media. Ambient media menurut Wikipedia Indonesia mulai muncul di Inggris jargon sekitar tahun 1999, namun sekarang ditetapkan sebagai standar istilah dalam industri periklanan. Ada beberapa alasan terjadinya pertumbuhan ambient media, diantaranya :

1) Penurunan kekuatan media konvensional.

2) Permintaan yang lebih besar untuk titik penjualan komunikasi.

3) Kemampuan untuk menawarkan pemirsa tepat sasaran.

4) Umum yang beraneka ragam.

Ambient media menyampaikan pesan sebuah merek kepada konsumen dengan cara yang tidak biasa sehingga akan lebih mengenang di ingatan

target. Hal ini memberi peluang untuk pengiklan dapat menjaga brand

awareness. Ambient media massa dapat menghasilkan perhatian terpusat di lokasi, atau langsung berinteraksi dengan konsumen biasa setiap hari selama kegiatan, contohnya adalah pesan pada punggung penerimaan dari parkir, pada straps gantung di kereta api dan trolleys dari supermarket.


(43)

commit to user

BAB III

IDENTIFIKASI DATA

A. Data Perusahaan

Batik Brotoseno merupakan salah satu perusahaan batik yang ada di desa Kliwonan, Sragen. Perusahaan Batik Brotoseno didirikan pada tahun 1974 yang beralamat di Kuyang, Kliwonan, Masaran, Sragen dengan nomor Telp. 0271-7070772. Selain itu, Batik Brotoseno juga memiliki gerai atau ruang galeri penjualan dengan nama Griya Batik Brotoseno, yang berada di Jl. Raya Solo-Sragen Km 18, Masaran, Solo-Sragen. Batik Brotoseno telah memiliki ijin resmi dengan Nomor Tanda Daftar Perusahaan, 11.14.552.00928 dan Nomor Pokok Wajib Pajak, 14.108.3147.526.000. Perusahaan Batik Brotoseno kini dipimpin oleh Bp. H. Eko Soeprihono, SE yang merupakan putra dari Bp. Soeparjan, pemimpin pertama Batik Brotoseno. Untuk penjualan via on line, Batik Brotoseno

menyediakan situs Website dengan alamat http://www.batik-brotoseno.com.

Perusahaan Batik Brotoseno tidak hanya terdapat di wilayah Sragen namun juga mempunyai cabang di Pusat Grosir Solo dengan nama Bimoseno, dan di Jakarta

dengan nama Brotoseno1.

Gambar 3.1 Showroom Batik Brotoseno

1 Wawancara, dengan Supriyanti 23 Desember 2009. Supriyanti adalah sekretaris perusahaan Batik Brotoseno.


(44)

commit to user

1. Perusahaan Batik Brotoseno

Perusahaan Batik Brotoseno berawal dari usaha rumahan yang dijalankan oleh Bapak Soeparjan beberapa dasawarsa yang lalu, tepatnya tahun 1974. Dengan usaha keras dan tidak kenal menyerah walaupun pernah dilanda krisis

ekonomi, Batik Brotoseno bisa tetap survive dan tidak terhempas badai krisis

ekonomi. Tongkat estafet kepemimpinan pada tahun 1997 oleh Bapak Soeparjan diserahkan kepada putranya yaitu Bapak H. Eko Suprihono, SE yang selanjutnya dibawah pemimpin baru ini Batik Brotoseno lebih agresif dalam pemasaran dan penjualan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pameran-pameran yang diikuti, baik pameran skala daerah, nasional maupun pameran dengan skala internasional. Hal ini menyebabkan nama Batik Brotoseno kini menjadi semakin berkibar dan menjadikan perusahaan rumahan ini menjadi sebuah perusahaan batik yang diperhitungkan dalam kancah perbatikan.

Dalam menjalankan usahanya, Batik Brotoseno senantiasa menganggap pengusaha sejenis adalah kawan bukan lawan, dengan demikian tidak akan terjadi persaingan dengan cara yang kurang sehat. Batik Brotoseno juga melakukakan pelatihan-pelatihan membatik untuk instansi pemerintah maupun swasta yang memiliki tujuan membuka lapangan kerja di daerahnya, hal ini disambut dengan positif oleh para kepala daerah yang selanjutnya mengirimkan wakil dari departemennya untuk mengikuti pelatihan.

2. Keberadaan Batik Brotoseno

Batik merupakan salah satu hasil kebudayaan Indonesia dengan latar belakang sejarah serta akar budaya yang kuat. Pemalaman dilakukan dengan menggunakan alat canting atau sejenisnya dengan bahan lilin sebagai penahan


(45)

commit to user

masuknya warna.2 Sehingga batik dapat dikatakan sebagai tulisan berupa

gambaran atau hiasan motif pada kain atau media lain yang dihasilkan melalui proses tutup celup dengan lilin yang kemudian diproses dengan cara tertentu.

Surakarta merupakan salah satu lokasi berkembangnya batik di antara pusat kegiatan pembatikan di Jawa Tengah. Surakarta terdiri dari dua istana yakni Kraton Surakarta Hadiningrat dan Istana Mangkunegaran yang berukuran lebih kecil yang secara struktur pemerintahan setara dengan kadipaten. Dua tempat tersebut membawa pengaruh budaya, termasuk tradisi membatik, pada masing-masing wilayah kekuasaan yang kini dinamakan Eks-Karesidenan Surakarta. Tradisi membatik di Surakarta menyebar ke daerah-daerah sekitar, yakni Klaten (Batik Bayat), Sukoharjo (Batik Pajang), Solo (Batik Kauman dan Batik Laweyan), Wonogiri (Batik Wonogiren), Karanganyar (Batik Matesih), dan Sragen (Batik Kliwonan).

Sebagai akibat kemajuan di bidang teknologi komunikasi dan kegemaran masyarakat terhadap penggunaan batik, maka batik dari masa ke masa juga mengalami perkembangan dan perubahan yang berarti. Dari yang semula untuk kepentingan busana tradisional, kemudian berkembang menjadi komoditas perdagangan yang luas. Hal ini pun berdampak pada batik di wilayah Surakarta,

khususnya Batik Kliwonan di Sragen dengan trademark Batik Brotoseno.

Pengembangan motif serta warna yang mengikuti perkembangan zaman serta

bentuk trend busana, menyebabkan mereka harus keluar pakem. Warna-warna

tidah hanya warna sogan atau juga warna tanah yang telah menjadi kekhasan batik Surakarta, namun berkembang dengan warna cerah khas Batik Pesisiran.

2

A.N. Suyatno, Sejarah Batik Yogyakarta, Yogyakarta: Rumah penerbitan Merapi, 2002, hlm. 2


(46)

commit to user

Motifnya pun juga lebih variatif, bahkan ada yang menggabungkan motif batik larangan dengan motif kreasi baru. Teknik serta kainnya pun berkembang pula menjadi lebih variatif, sebab Batik Brotoseno lebih diarahkan pada industri.

3. Lokasi Perusahaan

Lokasi perusahaan memiliki arti sebagai tempat dimana perusahaan menjalankan aktivitas-aktivitasnya. Perusahaan batik Brotoseno terletak di sebuah desa yang sedang gencar mempromosikan diri sebagai desa wisata, dengan mengunggulkan potensi wisata sebagai desa wisata batik Kliwonan. Desa Kliwonan terletak di daerah Masaran, Sragen yang terletak di perbatasan antara Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sragen. Tepatnya di dusun Kuyang, desa Kliwonan, kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen.

Batik Kliwonan berjarak sekitar 13 km dari pusat kota kabupaten Sragen yang dapat ditempuh selama 20 menit dengan kendaraan bermotor. Jalan menuju komunitas Batik Kliwonan sudah beraspal dan dapat dilalui berbagai macam jenis kendaraan. Dari jalan raya Solo-Sragen sekitar 4 km. Aksesibilitas menuju areal batik Kliwonan dapat dicapai dengan cara:

a. Pintu masuk di Gronong (perbatasan Sragen-Karanganyar), yaitu melalui jalan

Negara Solo-Sragen masuk ke Utara hingga desa Sidodadi-Kliwonan,

b. Pintu masuk Masaran, dari kota kecamatan Masaran melalui jalan kabupaten

menuju desa Pilang-Kliwonan,

c. Dari Obyek wisata Sangiran, melalui jalan kabupaten menuju kota kecamatan

Plupuh - desa Gedongan, menyeberangi sungai dengan jembatan gantung menuju desa Kliwonan,


(47)

commit to user

d. Dari kota kecamatan Gemolong/nKedung Ombo, melalui jalan kabupaten

menuju ke kecamatan Plupuh-desa Gedongan, menyeberangi sungai dengan

jembatan gantung menuju desa Kliwonan.3

Gambar 3.2 Halaman Workshop Batik Brotoseno (Foto : Ariyani)

Gambar 3.3 Workshop Batik Brotoseno ( Foto : Ariyani )

3 Rencana Pengembangan Desa Wisata dan Klaster Batik di Kabupaten Sragen, 2000,


(48)

commit to user

Gambar 3.4 Lokasi Pabrik Batik Brotoseno ( Foto : Ariyani )

Meskipun Batik Brotoseno terletak jauh dari jalan raya Solo-Sragen, Namun, pemasaran Batik Brotoseno melalui outlet ataupun galeri batik telah

dibuka hingga ke Jakarta. Untuk daerah Sragen terdapat Showroom di pinggir

jalan raya Solo-Sragen km 18 Masaran, Sragen. Sedang pemasaran di kota Solo dilakukan dengan membuka outlet di Pusat Grosir Solo (PGS) lantai 2.

Perusahaan batik Brotoseno di desa Kliwonan terdiri dari tiga bangunan utama. Bangunan I merupakan rumah juragan batik yang juga dijadikan sebagai kantor pusat dan Showroom batik sekaligus untuk bagian administrasi, sekretariat dan umum. Bangunan II yang terletak di sebelah bangunan I dijadikan sebagai tempat kegiatan produksi batik tulis, area parkir, gudang bahan, dan bagian personalia. Bangunan III terletak sekitar 200 meter dari bangunan I dan II yang dijadikan area produksi batik sablon malam, tempat nglorot, area menjemur batik, dan area pemintalan benang yang nantinya dijadikan sebagai bahan dasar kain


(49)

commit to user

batik. Produksi batik yang dilakukan di bangunan III ini merupakan skala besar dengan panjang kain hingga puluhan meter dalam sekali produksi, dengan cara disablon dan tarik motif menggunakan obat malam khusus.

4. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi dalam sebuah perusahaan baik negeri ataupun swasta merupakan unsur yeng penting untuk pembagian wewenang serta tanggung jawab setiap anggota organisasi. Sebagai perusahaan batik yang cukup dikenal, struktur organisasi perusahaan batik Brotoseno telah tertata secara lengkap dan terstruktur. Seperti digambarkan dalam bagan segabagai berikut:


(50)

commit to user Keterangan gambar :

1. Juragan batik : pemilik modal sekaligus yang memimpin

perusahaan Batik Brotoseno, dan mempunyai hak kuasa atas perusahaan ini.

2. Sekretaris : mengurus bagian kesekretariatan dan masalah

birokrasi perusahaan.

3. Bag. Keuangan : bertanggung jawab dalam bidang keuangan dan

bertugas mencatat sekaligus melaporkan pemasukan serta pengeluaran perusahaan.

4. Bag. Produksi : bertanggung jawab atas bagian produksi serta

mengatur kebutuhan bahan baku yang dibutuhkan perusahaan.

5. Bag. Personalia : bertanggung jawab atas karyawan baik tetap

ataupun karyawan lepas (pekerja borongan)

6. Bag. Pemasaran : bertanggung jawab dalam pemasaran produk baik

dengan konsumen langsung dan menjalin kerja sama dengan outlet-outlet pedagang batik.

7. Bag. Desain : mengerjakan ranangan busana batik dan

menciptakan desain motif baru.

8. Bag. Jahit : mengerjakan masalah jahit setelah proses batik selesai

dan rancangan busana yang telah dibuat

9. Bag. Pembatikan : mengerjakan/menggarap batik sesuai dengan motif dan


(51)

commit to user

10. Bag. Pemotongan: bertanggung jawab masalah pemotongan kain batik

sesuai prosedur atasan.

11. Bag. Pengemasan : bertanggung jawab dalam bidang pengemasan barang

yang akan dikirim.

12. Finishing : bertanggung jawab penuh dalam semua hal yang

menyangkut masalah batik, baik dalam seleksi produk layak pakai, jual dan kirim.

13. Pekerja : melaksanakan semua perintah atasan sesuai kapasitasnya

sebagai pekerja dan prosedur yang ada.

5. Jumlah Karyawan

Jumlah keseluruhan karyawan perusahaan Batik Brotoseno, yaitu :

a. 100 orang karyawan tetap

b. 250 orang karyawan borongan

c. 30 orang mitra

6. Kapasitas Produksi

a. Batik Handprinting : 13.000 meter/bulan

b. Batik Kombinasi : 5000 potong/bulan


(52)

commit to user

B. Data Produk

1. Keadaan Produk

Produk batik dengan trademark Brotoseno merupakan pioneer merk batik di desa Kliwonan, sehingga nama batik Brotoseno di desa Kliwonan sudah sangat dikenal masyarakat sekitar. Hanya karena dianggap batik pinggiran, maka nama batik Brotoseno kurang dikenal jika dibandingkan dengan Batik Semar, Batik Keris atau Batik Danar Hadi di kota Solo sebagai sebuah merk dagang batik di

wilayah Surakarta. Namun di desa Kliwonan, trademark batik Brotoseno telah

menjadi identitas batik Kliwonan. Sehingga dapat dikatakan bahwa batik Kliwonan adalah batik Brotoseno.

2. Proses Produksi

Proses produksi merupakan proses pengolahan melalui tahapan-tahapan, dari bahan baku (kain) menjadi barang jadi, yaitu kain batik hingga beragam jenis pakaian batik. Dalam memproses bahan baku menjadi barang jadi terbagi menjadi tiga tahap utama, yaitu persiapan produksi, proses produksi, dan penyelesaian produksi. Ketiga tahap tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Persiapan Produksi

Yang termasuk dalam tahap persiapan produksi antara lain:

1) Pembuatan pola motif batik pada kain dengan menggunakan canting dan

lilin malam yang telah dipanasi sehingga menjadi cair untuk proses batik tulis, serta canting cap untuk batik cap.


(53)

commit to user

Gambar 3.5 Proses pencantingan pada kain primisma di Batik Brotoseno

(Foto : Ariyani)

2) Untuk batik sablon, pembuatan motif dilakukan dengan menggunakan

klise film dengan teknik hand sparasi hal ini dilakukan agar motif yang

dibuat mirip dengan hasil cantingan tangan

b. Proses Produksi

Dalam tahap ini dilakukan antara lain:

1) Proses pemalaman batik untuk batik tulis dengan menggunakan canting

dan plat dari tembaga untuk canting cap untuk membuat pola batik.

Kemudian diberikan isen-isen pada tempat yang belum terisi

(nglowong), lalu diwarna hingga kemudian dilorot dan diulang lagi

prosesnya untuk warna yang berbeda. Setelah selesai dilanjutkan proses penjemuran namun tidak boleh terkena langsung panas matahari, sehingga hanya diangin-anginkan saja.


(54)

commit to user

Gambar 3.6 Proses pewarnaan batik (Foto : Ariyani)

2) Pada teknik sablon batik terlebih dahulu kain diblok dengan warna

pekat, kemudian dilakukan sablon motif dari lilin malam sablon yang

diberi bahan kimia sebagai peluntur warna. Setelah dilorod kemudian

dijemur.

Gambar 3.7 Proses pembuatan batik sablon di Batik Brotoseno (Foto : Ariyani)


(55)

commit to user

Gambar 3.8 Kegiatan nglorot menggunakan mesin di Batik Brotoseno (Foto : Ariyani)

3) Setelah kering, kain dikemplong dengan cara direndam dengan tepung

kanji kemudian dijemur kembali dan dilipat sambil dipukul-pukul dengan menggunakan palu kayu agar kain menjadi padat. Untuk kain batik yang berupa jarit proses produksi berhenti di sini.

Gambar 3.9 Proses pengeringan hasil produksi (Foto : Ariyani)


(56)

commit to user

4) Untuk batik yang dijahit menjadi pakaian dilakukan pemotongan bahan

sesuai model. Kemudian dilakukan pengobrasan pada tepi kain agar kuat dan rapi lalu dilanjutkan proses penjahitan, termasuk pemasangan kancing, zipper dan penempelan label perusahaan.

c. Tahap penyelesaian

Proses terakhir yaitu tahap penyelesaian berupa:

1) Membersihkan benang-benang yang menjadikan pakaian tidak rapi,

kemudian disetrika agar pakaian tidak kusut.

2) Untuk batik tulis yang telah jadi kemudian dikemas dengan ditempel

stiker merk perusahaan. Sedang pakaian dikemas dalam plastik yang

telah diberi label perusahaan.

3) Untuk yang dijual pada gerai atau Griya Brotoseno, dilakukan

penempelan label harga.

Gambar 3.10 Pola Boket Sriti, Karya Usaha Batik Brotoseno (Repro Foto Tiwi Bina Afanti)


(57)

commit to user

3. Bahan Baku

Bahan baku kain yang digunakan dalam proses produksi batik Brotoseno adalah kain mori dari jenis primisma serta prima. Jenis primisima digunakan pada batik dengan kualitas tinggi karena kerekatan pori-pori kain yang halus. Sedangkan kain prima digunakan untuk produksi kain dengan harga yang relatif murah. Hal ini dilakukan karena pasar tidak lagi melihat dari segi kualitas, tetapi harga. Namun demikian jenis kain primisma tetap digunakan demi menjaga kualitas dan nama perusahaan, selain juga digunakan sebagai komoditi ekspor. Sedangkan bahan baku pendukung meliputi berbagai jenis canting, lilin malam, screen sablon, malam sablon, berbagai benang, kancing, label atau etiket, zipper, dll.

4. Harga

Tujuan perusahaan menentukan harga guna memberikan harga yang layak pada hasil produksinya agar laku di pasaran dan memperoleh keuntungan sekaligus agar dapat bersaing dengan produk perusahaan lain. Dalam menentukan harga, perusahaan harus mempertimbangkan kemampuan dan daya beli masyarakat.

Dalam menentukan harga produk, perusahaan batik Brotoseno

menggunakan metode cost plus pricing, yaitu metode yang berdasarkan pada

harga pokok produksi ditambah dengan besaran tingkat keuntungan yang diharapkan. Hasil produksi ada bermacam-macam dilihat dari bentuk dan jenisnya

seperti, printing, cap, sablon dan tulis. Untuk batik printing harga jual termurah


(58)

75.000-commit to user

keatas, batik sablon dimulai dari harga Rp 100.000-keatas, dan batik tulis dipasang dengan harga mulai dari Rp 300.000-keatas. Harga tersebut untuk harga pakaian jadi, sedangkan batik tulis asli jarit bisa mencapai harga jutaan tergantung warna dan motifnya.

5. Makna dan Filosofi Logo Batik Brotoseno/Bimoseno/Wrekodara

Gambar 3.11 Logo Batik Brotoseno

Brotoseno/Bimoseno/Wrekodara merupakan sebuah nama yang diambil dari pewayangan. Ia adalah seorang tokoh yang populer dalam khazanah pewayangan Jawa dan termasuk Pandawa kedua, putra dari Prabu Pandu. Brotoseno disebut juga Bimoseno dan Bajusuta, sebagai putra angkat Betara Baju. Setelah dewasa ia bernama Wrekodara, bertahta di Djodipati sebagai ksatria besar, jalah ksatria sebagai raja. Brotoseno/Bimoseno/Wrekodara memiliki senjata ampuh yaitu kuku, yang terkenal dengan sebutan Kuku Ponconoko. Tajamnya Kuku Ponconoko setara dengan tajamnya 7 kali tajam pisau cukur baru. Dari seluruh Pandawa, Brotoseno/Bimoseno/Wrekodara yang paling dibenci oleh Kurawa, karena memiliki tubuh yang paling kuat diantara Pandawa dan Kurawa. Dia mampu mengalahkan Duryodhana dan Kurawa lainnya.


(59)

commit to user

Memiliki sifat gagah berani, teguh, kuat, tabah, patuh dan jujur, serta menganggap semua orang sama derajatnya. Untuk itu, mengapa perusahaan ini

menggunakan simbol dan headline Brotoseno. Diharapkan dengan menggunakan

simbol tersebut mampu membangun image yang sama dengan makna nama

tersebut. Yaitu, berani bersaing dengan sehat, teguh dalam menjalankan misi dan visi perusahaan, kuat (tidak mudah rapuh) karena produksinya menggunakan kain yang berkualitas, primisima. Tabah dalam menghadapi krisis global, dengan tetap melestarikan kebudayaan. Patuh dan jujur dalam berkomitmen demi kemajuan

perusahaan Batik Brotoseno. Tagline “ Paduan Kreasi Seni dan Budaya” memilki

makna yaitu, memadukan kreatifitas dalam berseni yang merupakan pelestarian budaya bangsa agar semakin berkembang.

C. Data Pemasaran

Daerah pemasaran produk Batik Brotoseno lebih diprioritaskan pada pulau Jawa khususnya kota Surakarta dan sekitarnya, terutama kabupaten Sragen. Dalam memasarkan produknya, perusahaan Batik Brotoseno menempuh tiga cara:

1) Dengan melakukan penjualan langsung kepada konsumen. Caranya

dengan membuka showroom atau outlet butik batik. Saat ini batik

Brotoseno telah membuka showroom yang terletak bersebelahan dengan

tempat produksi. Sedang outlet berada di pasar masaran yang letaknya


(60)

commit to user

2) Melalui pesanan, dimana konsumen memesan langsung via telephone juga

on line dari internet. Pemesanan ini hanya dilayani untuk pesanan dalam jumlah yang besar.

3) Dengan menitipkan hasil-hasil produk ke toko-toko yang telah menjadi

langganan ataupun telah menjadi mitra bisnis.

Dipilihnya cara-cara tersebut selain memperlancar pemasaran hasil produksi, juga bertujuan meningkatkan efisiensi biaya dengan menekan ongkos transportasi dan lebih memperkenalkan produk kepada konsumen.

D. Data Konsumen

Dari hasil observasi yang telah dilakukan, pandangan masyarakat umum yang berkembang saat ini tentang Batik Brotoseno adalah kerajinan batik yang memiliki beragam macam motif batik sekaligus jenis produk yang dihasilkan. Sehingga semua lapisan masyarakat dapat menikmati hasilnya dan ditunjang dengan memiliki sumber daya manusia yang terampil, teruji mampu menghasilkan batik berkualitas dengan harga yang bervariatif.

E. Data Promosi

a. Promosi yang pernah dilakukan


(61)

commit to user

Gambar 3.12 Logo Batik Brotoseno di Internet

2) Merk Produk

Gambar 3.13 Label Baju Batik Brotoseno

Gambar 3.14 Label Harga Batik Brotoseno

3) Kartu Nama


(62)

commit to user

4) Nota (bukti pembayaran)

Gambar 3.16 Nota

5) Pin

Gambar 3.17 Pin

6) Tas Plastik & Kertas


(63)

commit to user

7) Packging baju

Gambar 3.19 Packging baju

8) Nameboard


(64)

commit to user

9) Direction board

Gambar 3.21 Directionboard Batik Brotoseno

F. Kompetitor

Batik Brotoseno merupakan trademerk dari Batik Kliwonan atau Batik

Girli. Banyak merek-merek yang tumbuh dan berkembang di Batik Kliwonan. Sebagian besar usaha kerajinan batik yang cukup ternama berada di wilayah desa Kliwonan, misalnya Brotoseno, Punokawan dan Sadewa. Dari hasil wawancara

dan survey, penulis mengambil kesimpulan bahwa kompetitor berat Batik

Brotoseno adalah kedua batik tersebut, yakni Batik Punokawan dan Batik Sadewa Berikut adalah data kompetitor :


(65)

commit to user

1. Batik Sadewa

Batik Sadewa merupakan salah satu batik ternama yang berada di Kliwonan. Dengan nama pemilik Rohmad Nugroho, berdiri tahun 1985. Beralamat Jl. Kuyang No. 12 Kliwonan, Masaran, Sragen 57251. Telp. 0271- 881388. Batik Sadewa merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang kerajinan batik yang berproduksi berdasarkan pesanan yang diterima dari pembeli.

Dilihat dari produknya Batik Sadewa lebih memperhatikan mutu dan kualitas karena dari sebagian hasil produknya menggunakan kain mori dengan kualitas terbaik yaitu primisima. Maka dari itu dalam kerja samanya Batik Sadewa

menjalin hubungan dengan Batik Keris yang dipercaya mempunyai image yang

baik di mata masyarakat.

Jenis dan Kapasitas Produksi

Sesuai proses produksinya, Batik Sadewa dapat diklasifikasikan dalam 4 jenis :

a. Batik Tulis

1. Nilai seninya tinggi & ekslusif motif berdimensi dan warnanya tembus

(pada kedua sisi)

2. Pengerjaannya memakan waktu lama (karena menggunakan canting &

prosesnya berulang-ulang), kapasitas produksi setiap bulan hanya sekitar 2.000 sampai 4.000 helai.

3. Bahan Baku yang dipergunakan selain kain mori untuk kain-kain

tradisioanl, kebanyakan dari bahan sutera alam, sutera ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin), dan sutera organdi.


(66)

commit to user

b. Batik Cap

1. Lebih cepat dan mudah dikerjakan, motif kurang luwes.

2. Prosesnya lebih mudah dan cepat kapasitas produksi/bulan mencapai 40.000

helai, atau 100.000 m

3. Bahan baku kebanyakan katun dan rayon.

c. Batik Printing

1. Proses pengerjaanya dengan mesin (flat print atau rotary print) motif kurang

dimensinal dan luwes.

2. Kapasitas produksi per bulan 1.400.000 yard

3. Bahan Baku kebanyakan georgette polyester dan rayon

d. Batik Kombinasi

1. Proses printing yang diperhalus dengan proses batik tulias, cukup ekslusif

2. Kapasitas produksi per bulan 20.000 yard

3. Katun paling banyak dipergunakan, sebagian kecil sutera.

Bedanya, dengan kapasitas produksi yang berbeda sesuai dengan jenis dan ragamnya adibusana dan siap pakai. Untuk pakaian siap pakai, proses pengerjaan lebih cepat dengan model yang tidak begitu rumit sehingga proses produksi dapat mencapai 11.000 helai untuk kemeja dan 7.000 helai untuk rok dalam berbagai jenis model dan harga. Untuk adibusana dengan model dan pengerjaan yang lebih rumit kapasitasnya per bulan hanya 250 helai. Berikut adalah salah satu atau motif dari Batik Sadewa :


(67)

commit to user

Foto 3.20 Pola Srikaton, Karya Usaha Batik Sadewa

(Repro foto Tiwi Bina Afanti)

2. Batik Punokawan

Batik Punokawan merupakan salah satu batik ternama yang berada di Kliwonan. Yang dipimpin oleh Bp. Suparmanto, beralamat di desa Kliwonan Rt 003/02 Masaran, Sragen, Jawa Tengah, Telp. 0271-7088236/081329317454. Selain mengembangkan usaha batik, salah satu tujuannya adalah mempertahankan seni warisan Budaya Bangsa Indonesia.

Pada waktu itu pengembangan penjualan batik masih terbatas pada kota-kota tertentu yang ada di pulau Jawa. Produksi dari Batik Punokawan pada

Foto 3.21 Pola Sapi Ingon, Karya Usaha Batik Sadewa (Repro foto Tiwi Bina Afanti)


(68)

commit to user

awalnya hanya memproduksi batik-batik tulis yang jangkauan pemasarannya terbatas pada masyarakat golongan menengah dan menengah keatas. Tetapi dengan maksud dan tujuan agar produksi dapat berkembang lebih baik, maka produksi dikembangkan dengan menambah batik cap dan batik kombinasi, sehingga daya belinya dapat terjangkau oleh masyarakat luas. Corak-corak batik yang diproduksi oleh Batik Punokawan tidak hanya terbatas pada corak-corak batik petanen saja, tetapi juga dikembangkan untuk memproduksi corak batik modern, dengan kombinasi warna. Sejalan dari perkembangan waktu, batik juga mengalami perubahan dan perkembangan dengan munculnya teknik baru yang

pada waktu itu disebut printing atau batik printing atau printing/sablon dengan

motif batik. Untuk mengimbangi dan mengikuti perkembangan atas kemajuan jaman maka produksi Batik sendiri dikembangkan lebih bervariasi baik dalam mode, corak dan warnanya.

Dari segi pemasaran didalam negeri, Batik Punokawan telah mengembangkan jalur distribusi dengan menjalin kerja sama dengan Batik Semar yang sudah mempunyai nama yang baik di mata masyarakat. Dengan harapan dapat memudahkan masyarakat untuk mendapatkan hasil produksi Batik Punakawan.

Dengan demikian hasil usaha dari perintis Batik Punokawan dapat diteruskan kepada generasi berikutnya sejalan dengan usaha untuk melestarikan dan membudayakan batik pada masa yang akan datang. Berikut merupakan salah satu produk dari Batik Punokawan :


(69)

commit to user

Foto 3.22 Pola Ceplok Alas, Karya Usaha Batik Punokawan (Repro foto Tiwi Bina Afanti)

E. Analisis SWOT

Analisis akan segala hal yang berhubungan dengan perencanaan strategi, dapat menggunakan analisis SWOT. Analisis ini membantu untuk melihat kembali Kekuatan (Strength), Kelemahan (Weakness), Kesempatan (Opportunity), Ancaman (Threat). Faktor-faktor internal adalah kekuatan dan kelemahan sedangkan faktor-faktor eksternal adalah kesempatan dan ancaman. Tabel analisis SWOT penulis uraikan pada halaman berikutnya.

F. Positioning

Positioning adalah suatu proses penempatan suatu produk, merek, perusahaan, individu atau apa saja dalam alam pikiran mereka yang dianggap

sebagai sasaran atau konsumennya (Rhenald Khasali 1995 : 155). Positioning

bertujuan membentuk atau membangun citra (image) produk yang posiitif. Untuk itu perlu ditampilkan personalitas atau citra tersendiri dari produk agar menempati


(70)

commit to user

posisi tertentu pada benak khalayak. Positioning bagi suatu produk adalah penting apabila banyak produk-produk lain beredar di masyarakat.

Positioning yang diinginkan untuk dicapai promosi Batik Brotoseno adalah sebagai industri batik dengan mempunyai ciri khas motif batik petanen yang khas dengan motif kombinsi sebagai ragam batik yang ada di Surakarta.

G. Unique Selling Preposition (USP)

Rooser Reeves merumuskan suatu strategi yang kini popular didunia periklanan, yaitu USP (Unique Selling Preposition) yang meliputi :

1. Keunggulan Produk (product benefit)

Batik Brotoseno adalah sebuah industri batik yang tumbuh dan berkembang mengikuti target market atau sasaran. Dimana batik ini mempunyai semua produk yang diinginkan masyarakat. Sehingga masyarakat mampu memenuhi kebutuhannya dalam berbusana batik sesuai keinginan dan fashion.

2. Keunikan yang tidak dimilki oleh produk-produk lain yang sejenis.

Motif batik yang dimilki Batik Brotoseno berbeda dengan kebanyakan batik yang berada di Surakarta, didukung kreatifitas dari pekerjanya yang cukup potensial. Memiliki corak batik yang khas, dan motif yang tidak membosankan. Memadukan kombinasi antara motif baku dengan motif


(1)

commit to user t. kamper (kapur barus)

Bahan/ Media : bahan packging kamper, Ukuran : all size

Typografi : Salina, Arial RN, Harlow Solid Narow, Balthazar Ilustrasi : Logo,,Ornamen dan Grafis

Warna : full colour

Visualisasi : Corel Draw Realisasi : sticker

Distribusi : Kamper digunakan sebagai souvenir yang berguna sebagai pengharum baju dari Batik Brotoseno.


(2)

commit to user


(3)

commit to user Kartu Nama


(4)

commit to user

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perusahaan Batik Brotoseno merupakan salah satu perusahaan yang ada di desa Kliwonan (Sragen). Yang turun-temurun berawal didirikan dari Bp. Suparjan pemimpin pertama dan kini dipimpin oleh putranya Bp. H. Eko Suprhono, SE. Batik Kliwonan khususnya Batik Brotoseno memiliki cirri khas tersendiri, yaitu terletak pada motifnya (corak petanen dan lawasan).

Itulah yang membuat kain batik Brotoseno berbeda dengan kain batik lainnya. Selain terbuat dari kain yang berkulitas (primisma) dan tidak diproduksi secara umum. Hal tersebut merupakan kharakteristik dari Batik Brotoseno. Walaupun demikian sebagian masyarakat banyak yang belum mengetahui keberadaan Batik Brotoseno, dikarenakan lokasi yang berada di pinggiran kota. Hal tersebut dikarenakan juga kurangnya promosi da informasi yang efektif dan tepat pada masyarakat. Agar membuat masyarakat dalam negeri maupun luar negeri terterik untuk mengunjungi Showroom dan Workshop Batik Brotoseno. Salah satunya dengan cara menciptakan perancangan corporate identity

perusahaan yaitu logo, karena Batik Brotoseno sendiri belum memilki logo yang di patenkan.

Perancangan promosi dilakukan dengan memilih media-media yang efektif baik media lini atas (above the line), media lini bawah (below the line), maupun interaktif media dengan menggunakan website. Penggunaan media lini bawah dalam hal ini media cetak dipilih karena merupakan media yang terhitung


(5)

commit to user

murah dan mampu menyampaikan informasi lebih lengkap serta dapat menampilkan gambar atau ilustrasi yang menarik. Media interaktif (website)

dipilih karena mampu menjangkau target audience dan target market, maka kegiatan promosi ini diharapkan akan berhasil dan efektif. Strategi yang tepat dan terarah dapat mendukung strategi pemasaran, sehingga dapat meningkatkan besarnya pengunjung yang datang ke Showroom dan Workshop Batik Brotoseno.

B. Saran

Sebagai sebuah pusat perbelanjaan khusus batik dan juga termasuk dalam kawasan kampong wisata batik Kliwonan (Sragen). Bertujuan untuk melestarikan dan juga memberikan pengetahuan agar dapat mempertahankan dan mengembangkan seni budaya dan kerajinan batik. Perusahaan Batik Brotoseno membetuhkan perancangan promosi yang efektif guana menunjukkan kekuatannya serta menanamkan citra yang baik di mata masyarakat sehingga akan menarik minat masyarakat untuk berkunjung dan ikut meramaikan budaya batik. Hal ini dilakukan dengan melakukan perancangan yang efektif,komunikatif dengan pemilihan media yang tepat.

Dengan adanya perencanaan promosi yang matang dan eektif, maka dalam pelaksanaannya tidak menghabiskan banyak biaya sehingga bias mengurangi pengeluaran perusahaan. Diharapkan dengan adanya perancangan promosi ini bias menunjukkan keberadaan Batik Brotoseno kepada masyarakat serta menanamkan kepercayaan masyarakat. Untuk tetap menjaga


(6)

commit to user

kepercayaan masyarakat diperlukan untk mempertahankan kualitas batik dan koleksi pada perusahaan.