taksiran dari
hasil penjumlahan
dan pengurangan
bilangan bulat dan
28 27
1.1.12 Menemukan
taksiran dari
hasil perkalian dan
pembagian bilangan bulat
29 dan
30 28,
29, dan
30
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis data kualitatif dan kuantitatif.
1. Analisis Data Kualitatif
a. Hasil Wawancara Wawancara dilakukan kepada guru kelas V SD Kanisius
Sorowajan untuk analisis kebutuhan. Analisis kebutuhan dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi guru dalam
pembuatan tes hasil belajar. b. Saran Validasi Produk
Saran dari validasi yang terdiri dari empat guru kelas V SD yaitu SD Kanisius Sorowajan dan SDN 3 Wonokerto akan
digunakan peneliti untuk memperbaiki produk tes hasil belajar matematika agar layak untuk diujicobakan.
2. Analisis Data Kuantitatif
a. Kuesioner Kuesioner yang telah dibuat oleh peneliti divalidasi oleh
empat guru kelas V SD. Kuesioner tersebut berisi 16 butir pernyataan dengan rentang skor 1-4. Validasi kuesioner juga
dilakukan terhadap kesesuaian setiap butir soal yang akan diujicobakan dengan indikator. Rentang skor yang digunakan oleh
peneliti berdasarkan skala likert. Penggunaan skala likert dalam penelitian ini menggunakan model empat pilihan skala empat.
Skala disusun dalam bentuk suatu pernyataan dan diikuti oleh pilihan respon yang menunjukkan tingkatan Widoyoko, 2016:
104. Hasil validasi ahli dan guru kemudian dianalisis dan dikategorikan ke dalam tabel berikut ini menurut skala likert
Widoyoko, 2015: 69.
Tabel 3. 4 Kategori Skor Kuesioner
Interval Tingkat Pencapaian Kategori
3,25 M ≤4,00 Sangat Baik
2,50 M ≤ 3,25 Baik
1,75 M ≤ 2,50 Kurang Baik
0,00 M ≤ 1,75 Tidak Baik
Keterangan: M = rerata skor pada aspek yang dinilai. b. Analisis Validitas
Arikunto 2013: 85 menyatakan bahwa tes dikatakan valid apabila hasilnya sesuai dengan kriteria. Teknik yang
digunakan adalah teknik korelasi biserial. Rumus mencari korelasi biserial adalah sebagai berikut:
rpbi =
−
√
Keterangan:
rpbi = koefisien korelasi biserial
Mp = rerata dari subjek yang menjawab benar bagi item yang dicari
validitasnya. Mt
= rerata skor total St
= standar deviasi dari skor total proporsi p
= proporsi siswa yang menjawab benar p=
ℎ ℎ
q = proporsi siswa yang menjawab salah q = 1 – p
Hasil analisis validitas pada penelitian ini dapat dilihat melalui hasil point biserial pada TAP. Hasil point biserial
dibandingkan dengan r
tabel
dengan taraf signifikan 5
.
Sugiyono, 2010: 258. Pada soal yang valid dengan taraf signifikan 5 sudah
mampu mengukur kemampuan siswa. Jika point biserial lebih besar dari r
tabel
maka butir soal tersebut valid
.
Besar r
tabel
untuk jumlah siswa sebanyak 30 siswa yaitu 0,361. Jika point biserial
lebih besar dari 0,361 maka butir soal valid. r
tabel
product moment dapat dilihat pada lampiran 16.
Masidjo 1995: 243, mengatakan bahwa interpretasi validitas dibagi menjai 5 yaitu:
Tabel 3. 5 Kriteria Validitas
Koefisien Korelasi Kualifikasi
0,91 – 1,00 Sangat Tinggi
0,71 – 0,90 Tinggi
0,41 – 0,70 Cukup
0,21 – 0,40 Rendah
Negatif – 0,20 Sangat Rendah
Besar r
tabel
untuk jumlah siswa sebanyak 30 siswa yaitu 0,361 dalam kriteria validitas masuk dalam kualifikasi rendah.
Hasil validitas yang dianalisis menggunakan teknik point biserrial pada aplikasi TAP dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 3. 3 Hasil Validitas Pada Program TAP
c. Analisis Reliabilitas Arikunto 2013: 100 menyatakan bahwa reliabilitas tes
berhubungan dengan masalah ketepatan. Uji reliabilitas yang digunakan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
peneliti adalah metode belah dua atau split-half method dengan cara membelah item genap dan item ganjil atau belah ganjil genap. Langkah
pertama menggunakan rumus product moment dengan angka kasar:
r
xy
=
∑ −∑ ∑
∑ − ∑
{∑ − ∑ ²}
Keterangan :
r
xy
= koefisien korelasi antara variable X dan variable Y, dua variable
yang dikorelasikan. Langkah kedua menggunakan formula Spearman-Brown
sebagai berikut:
r
11
=
+
Keterangan:
r
11
= Korelasi reliabilitas yang sudah disesuaikan
=
Korelasi antara skor-skor pada setiap belahan tes Berdasarkan pendapat Masidjo 1995: 209 interpretasi reliabilitas
dibagi menjadi 5 yaitu:
Tabel 3. 6 Kriteria Reliabilitas
Koefisien Korelasi Kualifikasi
0,91 – 1,00 Sangat Tinggi
0,71 – 0,90 Tinggi
0,41 – 0,70 Cukup
0,21 – 0,40 Rendah
Negatif – 0,20 Sangat Rendah
Peneliti menetapkan item yang lolos yaitu item yang mencapai minimum r = 0,41 atau dalam kategori cukup.
Hasil analisis reliabilitas pada program TAP dapat dilihat pada gambar berikut
Gambar 3. 4 Hasil Reliabilitas Pada Program TAP
d. Analisis Daya beda Kusaeri dan Suprananto 2012: 175 menyatakan bahwa daya
beda soal adalah kemampuan suatu butir soal dapat membedakan antara siswa yang sudah menguasai materi yang ditanyakan dan siswa yang
belum menguasai materi yang diujikan. Daya pembeda untuk meningkatkan mutu setiap butir soal melalui data empirik.
Untuk menghitung daya pembeda soal digunakan rumus sebagai berikut:
DP =
睳
−
atau DP =
−
Keterangan:
DP = daya pembeda soal
BA = jumlah jawaban benar pada kelompok atas
BB = jumlah jawaban yang benar pada kolom bawah
N = jumlah siswa yang mengerjakan tes
Kusaeri dan Suprananto 2012: 177 menjelaskan klasifikasi daya pembeda sebagai berikut:
Tabel 3. 7 Kriteria Daya Beda
Daya Beda Kategori
0,40 – 1,00 Baik sekali
0,30 – 0,39 Baik
0,20 – 0,29 Cukup
0,00 – 0,19 Sangat Tidak Baik
Berdasarkan tabel kriteria daya pembeda diatas, peneliti menggunakan kriteria baik 0,30-0,39 dan kriteria baik sekali
0,40-1,00. Daya pembeda pada analisis program TAP dapat dilihat
pada gambar berikut: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 3. 5 Hasil Daya Pembeda Pada Program TAP
e. Analisis Tingkat Kesukaran Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak
terlalu sukar. Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,0. Indeks kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal dengan
indeks kesukaran 0,0 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,0 menunjukkan bahwa soalnya terlalu mudah.
Arikunto, 2012: 223 0,0
1,0 Sukar
mudah
Didalam istilah evaluasi, indeks kesukaran ini diberi simbol P p besar, dengan singkatan dari kata “proporsi”, dengan demikian maka soal
dengan P = 0,70 lebih mudah jika dibandingkan dengan P = 0,20. Sebaliknya soal dengan P = 0,30 lebih sukar daripada soal P = 0,80.
Rumus mencari P adalah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
P = Dimana:
P = indeks kesukaran B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul
JS = jumlah seluruh siswa peserta tes Indeks kesukaran menurut Arikunto 2012: 225 adalah sebagai
berikut:
Tabel 3. 8 Indeks Kesukaran
No Indeks kesukaran
Kategori 1.
0,00-0,30 Sukar
2. 0,31-0,70
Sedang 3.
0,71-1,00 Mudah
Menurut Widoyoko 2014: 165 yaitu bahwa tingkat kesukaran yang baik pada suatu tes adalah 25 mudah, 50 sedang, dan 25 sukar.
Oleh karena itu, tingkat kesukaran pada tes hasil belajar yang dibuat peneliti ini diharapkan sesuai kurva normal, yaitu 25 mudah, 50
sedang, dan 25 sukar. Hasil analisis tingkat kesukaran pada program TAP dapat dilihat
pada gambar berikut: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 3. 6 Hasil Tingkat Kesukaran Pada Program TAP
f. Analisis Pengecoh Arifin 2009: 279 menyatakan bahwa butir soal yang dapat
dikatakan baik apabila pengecohnya dipilih secara merata oleh peserta tes,
sedangkan butir soal tersebut dikatakan kurang baik jika
pengecohnya dipilih secara tidak merata. Dalam melakukan analisis pengecoh digunakan rumus sebagai berikut:
IP =
− −
x 100 Keterangan:
IP = indeks pengecoh
P = jumlah peserta didik yang memilih pengecoh
N = jumlah peserta didik yang ikut tes
B = jumlah peserta didik yang menjawab benar pada setiap soal
n = jumlah alternatif jawaban
1 = bilangan tetap
Arikunto 2012: 234, menyatakan bahwa sebuah distraktor dapat dikatakan berfungsi baik jika paling sedikit dipilih
oleh 5 pengikut tes.
Berdasarkan kedua teori, peneliti menyimpulkan bahwa suatu pengecoh dapat dikatakan berfungsi
dengan baik apabila dipilih secara merata oleh peserta tes atau setidaknya 5 dari peserta tes. Skor 5 ini jika diubah ke dalam
bentuk desimal, maka skornya adalah 0,05. Pada penelitian ini peneliti menggunakan skor 5 atau 0,05 untuk menentukan batas
minimal kriteria pengecoh yanga baik. Adapun hasil analisis pengecoh pada program TAP
dapat dilihat ada gambar berikut:
Gambar 3. 7 Hasil Pengecoh Pada Program TAP
79
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab IV, peneliti membahas hasil penelitian dan pembahasan yang diuraikan sebagai berikut.
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini membahas tentang hasil dari prosedur pengembangan tes dan kualitas produk tes hasil belajar matematika
kompetesi dasar melakukan operasi hitung bilangan bulat, pembulatan, dan penaksiran untuk siswa kelas V SD. Penelitian ini dikembangkan
berdasarkan modifikasi langkah-langkah penelitian dan pengembangan Borg and Gall.
1. Prosedur Pengembangan Tes a Potensi dan masalah
Penelitian diawali dengan analisis kebutuhan untuk mencari potensi masalah penelitian. Analisis kebutuhan menjadi bahan dasar
pengembangan tes hasil belajar ini. Peneliti melakukan analisis kebutuhan dengan melakukan wawancara terhadap guru kelas V SD
Kanisius Sorowajan pada tanggal 5 September 2016, dalam wawancara tersebut terdapat 12 butir pertanyaan. Hasil dari
wawancara yang diperoleh menunjukkan bahwa guru jarang membuat soal sendiri ketika memberikan evaluasi kepada siswanya
dan soal yang biasa diberikan pada siswa adalah soal uraian bukan pilihan ganda, guru menganggap soal uraian lebih mudah dibuat