Pengembangan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar 1.5 melakukan penaksiran dan pembulatan untuk sIswa kelas IV Sekolah Dasar tahun pelajaran 2016/2017.

(1)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA KOMPETENSI DASAR 1.5 MELAKUKAN PENAKSIRAN DAN PEMBULATAN UNTUK SISWA

KELAS IV SEKOLAH DASAR TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Sriningsih Indriani Siahaan

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2017

Penelitian ini berangkat dari adanya potensi dan masalah. Guru kelas kesulitan dalam membuat tes hasil belajar dan membutuhkan contoh soal dengan kualitas soal yang baik untuk dijadikan sebagai pedoman. Berdasarkan potensi dan masalah tersebut peneliti terdorong untuk melakukan penelitian dan pengembangan tes hasil belajar matematika. Tujuan dari penelitian dan pengembangan ini adalah untuk (1) mengembangkan tes hasil belajar (2) mendeskripsikan kualitas produk tes hasil belajar untuk kompetensi dasar melakukan penaksiran dan pembulatan untuk siswa kelas IV SD.

Prosedur pengembangan produk tes hasil belajar ini peneliti memodifikasi langkah-langkah pengembangan menurut Borg dan Gall. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Kanisius Condongcatur dan SD Kanisius Kadirojo yang berjumlah 61 siswa.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) langkah-langkah penelitian pengembangan yaitu (a) potensi dan masalah, (b) pengumpulan data, (c) desain produk, (d) validasi desain, (e) revisi desain, (f) uji coba produk, (g) revisi produk, (2) hasil analisis butir soal pada 60 butir soal tes diperoleh 36 butir soal kategori valid. Hasil analisis reliabilitas soal tipe A dan B termasuk kategori “tinggi”. Hasil analisis daya beda untuk soal tipe A 16 soal atau 53% soal termasuk kategori “Sangat baik” dan sebanyak 3 soal atau 10% soal termasuk kategori “Cukup baik”. Daya beda soal tipe B 15 soal atau 50% termasuk kategori “Sangat baik” dan 7 soal atau 23% soal termasuk kategori “Cukup baik”. Hasil uji analisis tingkat kesukaran soal tipe A adalah 3 soal atau 10% (Mudah), 22 soal atau 73% (sedang) dan 5 soal atau 16% (sukar). Analisis tingkat kesukaran soal tipe B adalah sebanyak 2 soal atau 6% (mudah), 21 soaal atau 63% (sedang) dan 6 soal atau 29% (sukar). Pengecoh yang berfungsi sebanyak 132 option dan yang tidak berfungsi sebanyak 12 option direvisi oleh peneliti. Sebanyak 36 butir soal yang telah dinyatakan berkualitas baik dijadikan buku.

Kata Kunci: Pengembangan, matematika, validitas, reliabilitas, daya pembeda, tingkat kesukaran, pengecoh.


(2)

ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF MATHEMATICS LEARNING ACHIVEMENT TEST BASIC COMPETENCE DO THE INTEGERS AND ASSESSMENTS FOR THE

FOURTH STUDENTS OF ELEMENTARY SCHOOL

Sriningsih Indriani Siahaan Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2017

This study departs from the potential and the problems. The classroom teacher has difficulty in making achievement test and needs example of test items which have good quality to be made as the reference. Based on the potential and the problems the purpose of this research and development is to (1) develop the test result (2) described product quality of the test result learn basic competence assessment and rounding for student class 4 elementary school.

Procedure of learning achievement test development, researcher modified the steps of development based on Borg and Gall. The subject of the research is fourth grade students of SD kanisius Condongcatur and SD kanisius Kadirojo which consist of 61 students.

The result showed mathematics test quality (product) after analyzed using TAP (Test Analysis Program) obtained 36 point about category valid. The analysis about reliability of type A mathematics test 0,743 while the reliability of analysis about type B mathematics test 0,765. Reliability about task type A and B is “high”. An analysis the discrimination index task A is “very good” about 16 tasks or 53% and “good enough” about 3 tasks or 10%. The discrimination index of task type B is “very good” about 15 tasks or 50 % and “good enough” 7 tasks or 23%. The results of item difficulty task A is 3 or 10 % (easy) 22 or 73 % (moderate) and 5 or 16% (difficult). The results of item difficulty task B is 2 or 6% (easy) 21 or 63 % (moderate) and 6 or 29 % (difficult). The distractor that serves as many as 132 options and serves as many as 12 option revised by researchers. The items which have good quality will be complied into one prototype Key words: development, mathematics, valid, reliability, different power, difficulty level, and distractor.


(3)

i

PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA

KOMPETENSI DASAR 1.5 MELAKUKAN PENAKSIRAN DAN

PEMBULATAN UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

TAHUN PELAJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Sriningsih Indriani Siahaan NIM: 131134218

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2017


(4)

(5)

iii


(6)

iv

PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa memberikan kesehatan, pertolongan, dan kekuatan hingga mampu menyelesaikan skripsi ini.

2. Kedua orang tua tercinta Bapak R. M. Siahaan dan Ibu L. Sitorus yang selalu mendoakan, memberikan semangat, dukungan moril, dan materil. 3. Tulang D. Sitorus dan Nantulang R. Simorangkir yang telah memberikan

saya cinta, kasih sayang, perhatian, mendoakan serta memberikan dukungan materil.

4. Adik-adikku Andrie Firera, Yan Danie, Catherine Oktavia, dan Joshua Free Adiel yang menjadi motivasi saya agar segera menyelesaikan skripsi ini.

5. Kak Susan, kak Mega, kak Dewi, dan kak Lina yang selalu mendorong saya agar segera menyelesaikan studi.

6. Harry L Arios yang selalu memberikan semangat, doa, dan dukungan. 7. Ronitua Napitupulu yang selalu memberikan perhatian, semangat,

menghibur dan membantu saya.

8. Khalih Ridho Pangesti dan Fika Cahya yang telah mau menerima saya menjadi teman mereka dan setia mendengarkan seluruh curahan hati saya. 9. Sahabat-sahabatku Duta, Dani, Dessy, Eka, Windy, Ayu, Anjut, dan Jupe

yang selalu ada disaat suka maupun duka.

10.Teman sepayung skripsi yang selalu membantu saya dalam mengerjakan skripsi.


(7)

v MOTTO

“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; Carilah, maka kamu akan mendapat; Ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu”

-Matius7:7-

“Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan.”

-Amsal 1:7-

“Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya” -Pengkhotbah 3: 11-

“Segala perkara dapat kutanggung dalam Dia yang memberi kekuatan padaku” -Filipi 4:13-


(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 21 Februari 2017 Penulis


(9)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma: Nama : Sriningsih Indriani Siahaan

Nomor Mahasiswa : 131134218

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA KOMPETENSI DASAR 1.5 MELAKUKAN PENAKSIRAN DAN PEMBULATAN UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR TAHUN PELAJARAN 2016/2017” beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk apa saja, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 21 Januari 2017 Yang menyatakan


(10)

viii ABSTRAK

PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA KOMPETENSI DASAR 1.5 MELAKUKAN PENAKSIRAN DAN PEMBULATAN UNTUK SISWA

KELAS IV SEKOLAH DASAR TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Sriningsih Indriani Siahaan

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2017

Penelitian ini berangkat dari adanya potensi dan masalah. Guru kelas kesulitan dalam membuat tes hasil belajar dan membutuhkan contoh soal dengan kualitas soal yang baik untuk dijadikan sebagai pedoman. Berdasarkan potensi dan masalah tersebut peneliti terdorong untuk melakukan penelitian dan pengembangan tes hasil belajar matematika. Tujuan dari penelitian dan pengembangan ini adalah untuk (1) mengembangkan tes hasil belajar (2) mendeskripsikan kualitas produk tes hasil belajar untuk kompetensi dasar melakukan penaksiran dan pembulatan untuk siswa kelas IV SD.

Prosedur pengembangan produk tes hasil belajar ini peneliti memodifikasi langkah-langkah pengembangan menurut Borg dan Gall. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Kanisius Condongcatur dan SD Kanisius Kadirojo yang berjumlah 61 siswa.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) langkah-langkah penelitian pengembangan yaitu (a) potensi dan masalah, (b) pengumpulan data, (c) desain produk, (d) validasi desain, (e) revisi desain, (f) uji coba produk, (g) revisi produk, (2) hasil analisis butir soal pada 60 butir soal tes diperoleh 36 butir soal kategori valid. Hasil analisis reliabilitas soal tipe A dan B termasuk kategori “tinggi”. Hasil analisis daya beda untuk soal tipe A 16 soal atau 53% soal termasuk kategori “Sangat baik” dan sebanyak 3 soal atau 10% soal termasuk kategori “Cukup baik”. Daya beda soal tipe B 15 soal atau 50% termasuk kategori “Sangat baik” dan 7 soal atau 23% soal termasuk kategori “Cukup baik”. Hasil uji analisis tingkat kesukaran soal tipe A adalah 3 soal atau 10% (Mudah), 22 soal atau 73% (sedang) dan 5 soal atau 16% (sukar). Analisis tingkat kesukaran soal tipe B adalah sebanyak 2 soal atau 6% (mudah), 21 soaal atau 63% (sedang) dan 6 soal atau 29% (sukar). Pengecoh yang berfungsi sebanyak 132 option dan yang tidak berfungsi sebanyak 12 option direvisi oleh peneliti. Sebanyak 36 butir soal yang telah dinyatakan berkualitas baik dijadikan buku.

Kata Kunci: Pengembangan, matematika, validitas, reliabilitas, daya pembeda, tingkat kesukaran, pengecoh.


(11)

ix ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF MATHEMATICS LEARNING ACHIVEMENT TEST BASIC COMPETENCE DO THE INTEGERS AND ASSESSMENTS FOR THE

FOURTH STUDENTS OF ELEMENTARY SCHOOL

Sriningsih Indriani Siahaan Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2017

This study departs from the potential and the problems. The classroom teacher has difficulty in making achievement test and needs example of test items which have good quality to be made as the reference. Based on the potential and the problems the purpose of this research and development is to (1) develop the test result (2) described product quality of the test result learn basic competence assessment and rounding for student class 4 elementary school.

Procedure of learning achievement test development, researcher modified the steps of development based on Borg and Gall. The subject of the research is fourth grade students of SD kanisius Condongcatur and SD kanisius Kadirojo which consist of 61 students.

The result showed mathematics test quality (product) after analyzed using TAP (Test Analysis Program) obtained 36 point about category valid. The analysis about reliability of type A mathematics test 0,743 while the reliability of analysis about type B mathematics test 0,765. Reliability about task type A and B is “high”. An analysis the discrimination index task A is “very good” about 16 tasks or 53% and “good enough” about 3 tasks or 10%. The discrimination index of task type B is “very good” about 15 tasks or 50 % and “good enough” 7 tasks or 23%. The results of item difficulty task A is 3 or 10 % (easy) 22 or 73 % (moderate) and 5 or 16% (difficult). The results of item difficulty task B is 2 or 6% (easy) 21 or 63 % (moderate) and 6 or 29 % (difficult). The distractor that serves as many as 132 options and serves as many as 12 option revised by researchers. The items which have good quality will be complied into one prototype Key words: development, mathematics, valid, reliability, different power, difficulty level, and distractor.


(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya peneliti mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA KOMPETENSI DASAR 1.5 MELAKUKAN PENAKSIRAN DAN PEMBULATAN UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR TAHUN PELAJARAN 2016/2017” tepat pada waktunya.

Dalam kesempatan ini, perkenankanlah peneliti mengucapkan terimakasih kepada banyak pihak yang membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terimakasih tersebut disampaikan kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa memberikan berkatnya tiada henti. 2. Bapak Rohandi, Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 3. Ibu Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. Ketua Program Studi Pendidikan

Guru Sekolah Dasar.

4. Bapak Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. Wakil Program Studi Pendidikan Guru sekolah Dasar.

5. Bapak Drs. Puji Purnomo, M.Si. Dosen pembimbing I yang telah membimbing peneliti dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan dari awal penulisan skripsi hingga selesai.

6. Ibu Maria Agustina Amelia, S.Si., M.Pd. Dosen pembimbing II yang telah membimbing peneliti dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan dari awal penulisan skripsi hingga selesai.

7. Dosen dan guru yang telah menjadi validator ahli terhadap perangkat soal yang peneliti kembangkan.

8. Seluruh staff sekretariat Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. 9. Kedua Orangtua, Tulang dan Nantulang yang selalu memberikan yang

terbaik melalui doa dan dukungan.

10.Adik dan kakak peneliti yang selalu memberikan semangat dan dukungan 11.Teman payung penelitian

12.Para sahabat dan teman yang telah memberi dukungan dan doa bagi kelancaran skripsi ini.


(13)

xi

14.Semua pihak yang telah berjasa yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak sangat peneliti harapkan.

Yogyakarta, 21 Februari 2017 Penulis


(14)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

F. Definisi Operasional ... 6

G. Spesifikasi Produk ... 8

BAB II LANDASAN TEORI ... 10

A. Kajian Pustaka ... 10

1. Tinjauan tentang Tes Hasil Belajar ... 10

a. Definisi Tes ... 10

b. Definisi Belajar ... 11

c. Definisi Hasil Belajar ... 12


(15)

xiii

e. Ciri-ciri Tes Hasil Belajar ... 14

g. Jenis-jenis Tes Hasil Belajar ... 16

2. Tinjauan tentang Tes Pilihan Ganda ... 18

a. Karakteristik Bentuk Tes Pilihan Ganda ... 18

b. Kaidah Penulisan Tes Hasil Belajar Pilihan Ganda ... 18

c. Kelebihan dan kekurangan Tes Hasil Belajar Pilihan Ganda... 20

3. Tinjauan tentang Kualitas Tes Hasil Belajar ... 21

a. Validitas... 21

b. Reliabilitas ... 24

c. Karakteristik Butir Soal ... 27

1) Daya Pembeda ... 27

2) Tingkat Kesukaran ... 28

3) Analisis Pengecoh ... 29

4. Tinjauan Pengembangan Tes hasil belajar ... 30

5. Tinjauan tentang Taksonomi Bloom yang Direvisi ... 38

6. Tinjauan tentang Matematika ... 41

7. Tinjauan tentang Kompetensi Dasar Melakukan Penaksiran dan Pembulatan... 44

8. Tinjauan tentang Program TAP (Test Analysis Program) ... 45

B. Penelitian yang Relevan ... 47

C. Kerangka Berpikir ... 52

D. Pertanyaan Penelitian ... 54

BAB III METODE PENELITIAN... 55

A. Jenis Penelitian ... 55

B. Setting Penelitian ... 59

C. Prosedur Pengembangan ... 60

D. Teknik Pengumpulan Data ... 64

E. Instrumen Penelitian ... 67

F. Teknik Analisis Data ... 71

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 81

A. Hasil Penelitian ... 81


(16)

xiv

2. Kualitas Perangkat Tes Hasil belajar ... 86

B. Pembahasan ... 94

1. Prosedur Pengembangan Tes ... 94

2. Kualitas Tes Hasil Pengembangan ... 101

BAB V PENUTUP ... 110

A. Kesimpulan ... 110

B. Keterbatasan Penelitian ... 112

C. Saran ... 112

DAFTAR PUSTAKA ... 113


(17)

xv DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Pedoman wawancara analisis kebutuhan ... 68

Tabel 3.2 Kisi-kisi soal tes hasil belajar matematika ... 70

Tabel 3.3 Kualifikasi skor validator ahli ... 72

Tabel 3.4 Kriteria Validitas ... 75

Tabel 3.5 Kriteria Koefisien Reliabilitas ... 76

Tabel 3.6 Indeks Daya Beda dan Kualitas Butir Soal ... 77

Tabel 3.7 Kriteria Indeks kesukaran ... 78

Tabel 4.1 Hasil Validasi Ahli ... 84

Tabel 4.2 Komentar dan Saran Ahli ... 84

Tabel 4.3 Daftar pengecoh tidak berfungsi tipe A ... 85

Tabel 4.4 Daftar pengecoh tidak berfungsi tipe B ... 85

Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Soal Tipe A ... 86

Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Soal Tipe B ... 87

Tabel 4.7 Hasil Uji Daya Beda Soal Tipe A ... 89

Tabel 4.8 Hasil Uji Daya Beda Soal Tipe B ... 90

Tabel 4.9 Hasil Uji Tingkat kesukaran Soal Tipe A ... 91

Tabel 4.10 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal Tipe B ... 91

Tabel 4.11 Hasil Uji Pengecoh Soal Tipe A ... 92

Tabel 4.12 Hasil Uji Pengecoh Soal Tipe B ... 93

Tabel 4.13 Hasil analisis Validator ... 96

Tabel 4.14 Daftar pengecoh tidak berfungsi tipe A ... 100

Tabel 4.15 Daftar pengecoh tidak berfungsi tipe B ... 100

Tabel 4.16 Analisis Uji validitas Soal Tipe A dan Kategori ... 101

Tabel 4.17 Analisis Uji validitas Soal Tipe B dan Kategori ... 102

Tabel 4.18 Hasil Uji Daya Pembeda Soal Tipe A ... 103

Tabel 4.19 Hasil Uji Daya Pembeda Soal Tipe B ... 104

Tabel 4.20 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal Tipe A ... 105

Tabel 4.21 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal Tipe B ... 105

Tabel 4.22 Hasil Uji Pengecoh Soal Tipe A ... 106


(18)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Literature Map Penelitian yang Relevan ... 51

Gambar 3.1 Bagan Langkah-langkah Pengembangan Borg and Gall... 56

Gambar 3.2 Langkah Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika... 61

Gambar 3.3 Hasil Validitas Program TAP ... 74

Gambar 3.4 Hasil Analisis Reliabilitas ... 76

Gambar 3.5 Hasil uji daya pembeda pada program TAP... 77

Gambar 3.6 Hasil uji tingkat kesukaran pada program TAP ... 78


(19)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian ... 118

Lampiran 2 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 120

Lampiran 3 Hasil Wawancara ... 122

Lampiran 4 Tabel Spesifikasi Produk Soal Tipe A ... 125

Lampiran 5 Tabel Spesifikasi Produk Soal Tipe B ... 140

Lampiran 6 Hasil Validasi Butir Soal Tipe A ... 155

Lampiran 7 Hasil Validasi Butir Soal Tipe B ... 167

Lampiran 8 Lembar Kuesioner Produk Tes Hasil Belajar Matematika ... 169

Lampiran 9 Hasil Validasi Ahli ... 162

Lampiran 10 Soal Ujicoba Produk Tipe A ... 182

Lampiran 11 Soal Ujicoba Produk Tipe B ... 189

Lampiran 12 Jawaban Siswa Soal Tipe A... 195

Lampiran 13 Jawaban Siswa Soal Tipe B ... 197

Lampiran 14 Hasil Analisis Uji TAP Soal Tipe A ... 199

Lampiran 15 Hasil Uji Analisis Pengecoh TAP Soal Tipe A ... 201

Lampiran 16 Hasil Uji Analisis TAP Soal Tipe B ... 205

Lampiran 17 Hasil Uji Analisis Pengecoh TAP Soal Tipe B ... 207

Lampiran 18 Dokumentasi Uji Coba Produk ... 211


(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

Bab I membahas latar belakang, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi produk yang dikembangkan, dan definisi operasional.

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan wahana dalam usaha mencerdaskan suatu bangsa. Bangsa yang cerdas sudah pasti mampu membawa kepada kemajuan, kemerdekaan, kesejahteraan dan martabat di hadapan bangsa-bangsa lain. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 (dalam Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006) pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

Lembaga pendidikan baik formal ataupun non formal menjadi sarana bagi pendidikan. Pendidikan nasional diwujudkan melalui kegiatan belajar mengajar di sekolah. Tujuan sekolah adalah mencerdaskan peserta didik melalui pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan kognitif dan sangat berperan penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Kualitas pendidikan berkaitan erat dengan pendidik atau guru, pembelajaran, serta materi ajar yang seharusnya memiliki kualitas yang sesuai dengan kemampuan


(21)

peserta didik, sehingga sekolah yang hakikatnya adalah sebuah lembaga pendidikan memegang tanggung jawab untuk mengembangkan potensi siswa secara optimal.

Kualitas pendidikan dapat dilihat pada kemampuan lulusan atau kompetensi lulusan. Muslich (2007: 22) menjelaskan bahwa kompetensi lulusan merupakan kompetensi yang diupayakan guru secara maksimal melalui pembelajaran bagi siswa. Peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan melalui peningkatan kualitas pembelajaran dan kualitas penilaian. Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari hasil penilaian atau hasil assessment. Penilaian adalah proses memberikan atau menentukan terhadap hasil belajar tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu (Asep dan Abdul, 2012: 55).

Hasil penilaian didapat dari proses pengujian dengan menggunakan alat ukur berupa tes maupun non tes. Agar dapat diperoleh skor dan nilai yang benar-benar mewakili sifat suatu objek (misal prestasi belajar), maka seorang guru harus mempergunakan suatu alat ukur yang baik (Masidjo, 1995: 38). Alat ukur yang sesuai menghasilkan data yang baik. Pendidik sebaiknya menggunakan alat ukur yang baik agar dapat memberikan data yang benar-benar baik sehingga mampu mengukur kemampuan siswa. Alat ukur yang tidak sesuai akan menghasilkan data yang kurang baik dan tidak mampu mengukur kemampuan siswa. Menurut Subali (2012: 107) alat ukur yang baik apabila alat ukur tersebut valid dan reliabel, sehingga alat tersebut mampu menghasilkan data yang sesuai dengan keadaan nyata atau sesungguhnya. Suatu alat dinyatakan valid, jika alat ukur tersebut benar-benar mampu memberikan informasi empirik sesuai dengan yang diukur.


(22)

Reliabilitas merupakan ukuran yang menyatakan tingkat keajegan atau kekonsistenan suatu soal tes (Asep dan Abdul, 2012:180). Sedangkan Subali (2012: 113) mengatakan bahwa reliabilitas berkaitan dengan keajegan atau konsistensi. Suatu alat ukur dapat dikatakan reliabel bila memberikan hasil yang sama pada berkali-kali pengulangan pengukuran. Soal dianggap baik atau layak jika soal tersebut memiliki daya pembeda, tingkat kesulitan, dan pengecoh yang baik. Daya pembeda dihasilkan dari pembagian antara skor terendah dan tertinggi. Tingkat kesulitan adalah tingkatan kesukaran pada soal sesuai dengan tingkat pemahaman. Sedangkan analisis pengecoh terdapat pada

option pilihan jawaban soal dengan tipe tes pilihan ganda.

Peneliti telah melakukan wawancara dengan Ibu Muntamah, S.Pd yang merupakan guru kelas IV SDN Perumnas III, Depok, Sleman. Wawancara yang dilaksanakan pada tanggal 21 Juli 2016 ini memperoleh informasi bahwa guru masih mengalami kesulitan dalam membuat soal dikarenakan keterbatasan waktu. Guru juga belum pernah membuat soal tes pilihan ganda untuk kelas IV. Soal yang pernah dibuat oleh guru masih dalam ranah kognitif mengingat atau belum mengacu pada ranah kognitif taksonomi Bloom. Taksonomi Bloom merupakan ranah kognitif yang terdiri dari enam tingkatan yakni, mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta. Guru membutuhkan prototipe tes hasil belajar matematika yang sudah berkualitas baik, terutama untuk materi Penaksiran dan Pembulatan.

Berdasarkan hasil wawancara, guru membutuhkan contoh soal pada materi Penaksiran dan Pembulatan kelas IV, karena menurut penuturan guru tersebut soal dengan bentuk pilihan ganda pada materi ini sangat jarang


(23)

ditemui. Maka peneliti terdorong untuk melakukan sebuah penelitian pengembangan yang berjudul “Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika Kompetensi Dasar 1.5 Melakukan Penaksiran dan Pembulatan untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar”.

B. Pembatasan Masalah

Peneliti membuat pembatasan masalah pada penelitian ini yang meliputi: 1. Alat ukur yang dikembangkan mengukur ranah kognitif dari taksonomi

Bloom yaitu, mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, menilai hingga mencipta.

2. Alat ukur yang dikembangkan pada mata pelajaran matematika.

3. Alat ukur yang dikembangkan berupa tes obyektif dalam bentuk pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban.

4. Alat ukur yang dikembangkan mengacu pada kompetensi dasar 1.5 melakukan penaksiran dan pembulatan.

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana mengembangkan tes hasil belajar matematika yang berkualitas baik untuk kompetensi dasar 1.5 melakukan penaksiran dan pembulatan untuk siswa kelas IV sekolah dasar?

2. Bagaimana kualitas produk tes hasil belajar matematika kompetensi dasar 1.5 melakukan penaksiran dan pembulatan untuk siswa kelas IV sekolah dasar?

D. Tujuan Penelitian

1. Memaparkan langkah-langkah mengembangkan tes hasil belajar matematika yang berkualitas baik untuk kompetensi dasar 1.5


(24)

melakukan penaksiran dan pembulatan untuk siswa kelas IV sekolah dasar.

2. Mendeskripsikan kualitas produk tes hasil belajar matematika kompetensi dasar 1.5 melakukan penaksiran dan pembulatan untuk siswa kelas IV sekolah dasar.

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan konsep pembuatan soal sesuai dengan karakteristik penyusunan soal tes pilihan ganda dan dapat mengenali kemampuan siswa berdasarkan kompetensi dasar 1.5 melakukan penaksiran dan pembulatan.

2. Manfaat Praktis a. Bagi peneliti

Peneliti memperoleh pengalaman dalam membuat tes hasil belajar pilihan ganda sesuai dengan prosedur pengembangan tes. Peneliti juga memperoleh pengalaman menganalisis tes hasil belajar yang telah dikembangkan sehingga peneliti dapat mengetahui kualitas setiap butir soal.

b. Bagi guru

Penelitian ini dapat menjadi contoh tes hasil belajar yang telah diuji validitas, reliabilitas, daya pembeda, tingkat kesukaran, dan analisi pengecoh.


(25)

c. Bagi siswa

Siswa memperoleh pengalaman mengerjakan soal tes matematika jenis pilihan ganda yang mencakup enam ranah kognitif dari mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta pada kompetensi dasar 1.5 melakukan penaksiran dan pembulatan.

d. Bagi sekolah

Hasil penelitian dapat menjadi pedoman pembuatan soal dan dapat menjadi arsip soal tes hasil belajar matematika kompetensi dasar 1.5 melakukan penaksiran dan pembulatan yang kualitas setiap butir soalnya sudah diketahui.

F. Definisi Operasional

1. Tes hasil belajar merupakan tes penguasaan siswa terhadap materi untuk mengetahui hasil belajar setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar.

2. Matematika adalah suatu ilmu pengetahuan yang didapat dari proses menalar dan berpikir logis yang mengajak siswa untuk berpikir kreatif dalam memecahkan masalah secara sistematis serta berkaitan dengan sesuatu yang dapat dihitung atau dinyatakan dalam kuantitas (jumlah). 3. Kompetensi Dasar merupakan tujuan pembelajaran yang memiliki

cakupan luas pada mata pelajaran tertentu dan menjadi acuan dalam pembuatan indikator pada suatu mata pelajaran.

4. Penaksiran merupakan perkiraan terdekat dari suatu hasil operasi hitung. Caranya dengan membulatkan masing-masing bilangan


(26)

kemudian hasil pembulatan tersebut dijumlahkan, dikurangkan, dikalikan atau dibagikan.

5. Pembulatan adalah mengurangi cacahan bilangan namun nilainya hampir sama. Hasil yang diperoleh menjadi kurang akurat, tetapi lebih mudah digunakan untuk menghitung.

6. Validitas adalah sebuah alat ukur yang digunakan untuk menyatakan ketepatan suatu kecocokan suatu instrumen dalam mengukur sesuatu yang akan diukur.

7. Reliabilitas adalah ukuran ketepatan atau taraf kepercayaan suatu tes yang apabila dilakukan pengujian kepada kelompok yang sama pada waktu dan kesempatan berbeda selalu menghasilkan data yang sama. 8. Daya beda adalah kemampuan butir soal tes untuk membedakan siswa

berkemampuan tinggi dengan siswa berkemampuan rendah.

9. Tingkat kesukaran soal adalah kemampuan siswa menjawab soal yang terdiri dari kategori rendah, sedang, dan tinggi yang dapat diketahui dari banyaknya siswa yang mampu menjawab benar.

10.Pengecoh merupakan alternatif yang bukan merupakan kunci jawaban yang berfungsi untuk mengecoh peserta tes yang kurang memahami materi.


(27)

G. Spesifikasi Produk

1. Instrumen tes hasil belajar berupa soal Matematika Kelas IV Semester I Kompetensi Dasar 1.5 Melakukan Penaksiran dan Pembulatan 2. Instrumen pilihan ganda sudah divalidasi oleh ahli dan dinyatakan

layak untuk digunakan/diujicobakan dengan diperbaiki sesuai saran validator ahli.

3. Instrumen pilihan ganda memiliki kriteria valid dengan taraf signifikan

tabel

r

5%.

4. Instrumen pilihan ganda sudah reliabel dengan masuk pada kategori tinggi dengan kriteria 0,60 – 1,00.

5. Instrumen pilihan ganda memiliki daya pembeda “cukup baik” dengan rentang 0,31 –0,40 dan “sangat baik” dengan rentang 0,41 – 1,00. 6. Instrumen pilihan ganda memiliki tingkat kesukaran mudah dengan

rentang skor 0,71 – 1,00, sedang dengan rentang skor 0,31 – 0,70 dan sukar 0 – 0,30. Proporsi tingkat kesukaran yang seharusnya adalah 25% mudah, 50% sedang dan 25% sukar.

7. Instrumen pilihan ganda sudah diuji analisis pengecoh. Pengecoh-pengecoh dalam instrumen tes ini berfungsi dengan baik. Kriteria pengecoh yang baik adalah apabila dipilih oleh minimal 5% atau 0,05 peserta tes.

8. Penyusunan instrumen pilihan ganda harus memperhatikan EYD yakni huruf kapital, tanda baca, kata depan, dan imbuhan.

9. Perangkat tes hasil belajar memuat beberapa komponen yaitu: (a) identitas soal berupa standar kompetensi dan kompetensi dasar yang


(28)

dikembangkan, (b) indikator, (c) soal tes hasil belajar matematika, (d) kunci jawaban, (e) ranah kognitif yang diukur, dan (f) tingkat kesukaran.


(29)

10 BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab ini, peneliti membahas empat hal yaitu kajian pustaka, penelitian yang relevan, kerangka berpikir dan pertanyaan penelitian.

A. Kajian Pustaka

Kajian pustaka dalam penelitian ini akan membahas teori-teori yang mendukung penelitian yaitu tes hasil belajar, bentuk tes pilihan ganda, kualitas tes hasil belajar, pengembangan tes hasil belajar, matematika, taksonomi Bloom yang direvisi, serta penaksiran dan pembulatan.

1. Kajian tentang Tes Hasil Belajar a. Definisi Tes

Tes yang merupakan sebuah alat ukur memiliki banyak arti. Menurut Arifin (2009: 118) tes merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka melaksanakan kegiatan pengukuran, yang di dalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan, atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik untuk mengukur aspek perilaku peserta didik.

Sedangkan menurut Widoyoko (2012: 57) tes merupakan suatu alat ukur untuk melakukan pengukuran, yaitu alat untuk mmengumpulkan informasi karakteristik suatu objek. Dalam pembelajaran objek ini bisa berupa kecakapan peserta didik, minat, motivasi dan sebagainya.


(30)

Berbeda dengan Widoyoko, Yusuf (2015: 93) menuliskan bahwa tes merupakan suatu prosedur yang spesifik dan sistematis untuk mengukur tingkah laku seseorang, atau suatu pengukuran yang bersifat objektif mengenai tingkah laku seseorang, sehingga tingkah laku tersebut dapat digambarkan dengan bantuan angka, skala atau dengan sistem kategori.

Mengacu dari berbagai pengertian yang telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa tes merupakan teknik yang spesifik dan sistematis untuk mengukur tingkah laku seseorang secara objektif, yang di dalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan, atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik.

b. Definisi Belajar

Menurut Sulistiyorini (2009: 6) belajar adalah proses untuk merubah diri seseorang (siswa) agar memiliki pengetahuan, sikap dan tingkah laku melalui latihan baik latihan yang penuh dengan tantangan atau melalui pelbagai pengalaman yang telah terjadi. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju dari pada keadaan sebelumnya.

Senada dengan Sulistiyorini, Asep dan Abdul (2012: 1) berpendapat bahwa belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan, hal ini berarti keberhasilan


(31)

pencapaian tujuan pendidikan sangat tergantung pada keberhasilan proses belajar siswa di sekolah dan lingkungan sekitarnya.

Sedangkan menurut Dimyati dan Mudijono (2006: 7) belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, kegiatan yang tidak terpisahakan dari kehidupan manusia dan dilakukan oleh setiap orang. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami.

Menurut pendapat para ahli di atas, dapat didefinisikan bahwa belajar adalah tindakan atau proses kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh pengetahuan dan merubah diri ke arah yang lebih maju melalui apa yang dialaminya.

c. Definisi Hasil Belajar

Menurut Majid (2004: 28) hasil belajar merupakan kemampuan aktual yang diukur secara langsung. Hasil belajar ini akhirnya akan mengetahui sebarapa jauh tujuan pendidikan dan pengajaran yang dicapai. Berbeda dengan pendapat Asep dan Abdul ( 2012: 14) hasil belajar dapat diartikan sebagai pencapaian bentuk perilaku yang cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris dari proses belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu.

Berdasarkan teori operan conditioning Skinner (dalam Sulistiyorini, 2009:10-13) hasil belajar adalah respon yang baru berupa tingkah laku, sedangkan berdasarkan teori belajar Gagne,


(32)

hasil belajar adalah kapabilitas internal yang dicerminkan dalam unjuk perbuatan tertentu untuk setiap jenis belajar.

Berdasarkan berbagai pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diukur secara langsung untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa meliputi kognitif, afektif dan psikomotorik yang dicerminkan dalam wujud perbuatan tertentu.

d. Definisi Tes Hasil Belajar

Menurut Purwanto (2008: 66) tes hasil belajar merupakan tes penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan oleh guru atau dipelajari oleh siswa. Pendapat lain diungkapkan oleh Trianto (2010: 114) bahwa tes hasil belajar merupakan butir tes yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar. Sedangkan menurut Masidjo (1995: 40) tes hasil belajar adalah suatu tes yang mengukur prestasi seseorang dalam suatu bidang sebagai hasil proses belajar yang dilakukan secara sengaja dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan nilai.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, tes hasil belajar merupakan tes penguasaan siswa terhadap materi untuk mengetahui hasil belajar setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar.


(33)

e. Ciri-ciri Tes Hasil Belajar

Menurut Arikunto (2012: 72) sebuah tes yang dapat dinyatakan baik sebagai alat pengukur, harus memenuhi persyaratan tes, yaitu: 1) validitas; 2) reliabilitas; 3) objektivitas ; 4) praktikabilitas; dan 5) ekonomis.

1) Validitas

Sebuah tes dapat dikatakan valid apabila tes itu tepat mengukur apa yang hendak diukur.

2) Reliabilitas

Tes dapat dikatakan dipercaya jika memberikan hasil yang tetap apabila diteskan selama berkali-kali. Sebuah tes dikatakan reliabel apabila hasil-hasil tes tersebut menunjukkan ketetapan. 3) Objektivitas

Sebuah tes dapat dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam melaksanakan tes itu tidak ada faktor subjektivitas yang mempengaruhi. Hal ini terutama terjadi pada sistem scoring . 4) Praktikabilitas

Sebuah tes dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis dan mudah dalam pengadministrasiannya.

5) Ekonomis

Ekonomis yang dimaksudkan adalah pelaksanaan tes tidak membutuhkan ongkos/biaya yang mahal, tenaga yang banyak dan waktu yang lama.


(34)

Sudijono (2011: 93) memaparkan empat ciri-ciri tes hasil belajar yang baik yaitu: 1) valid, 2) reliabel, 3) obyektif dan 4) praktis. Berikut ini penjabaran dan ciri-ciri tes hasil belajar yang baik.

1) Tes hasil belajar yang baik adalah tes yang bersifat valid atau memiliki validitas. Sebuah tes hasil belajar dikatakan valid apabila tes secara tepat dan benar dapat mengukur apa yang seharusnya diukur.

2) Tes hasil belajar yang baik adalah tes yang reliabel. Sebuah tes dikatakan reliabel apabila hasil-hasil pengukuran yang dilakukan menggunakan tes tersebut secara berulangkali terhadap subjek yang sama, senantiasa menunjukkan hasil yang tetap sama atau sifatnya ajeg dan stabil.

3) Tes hasil belajar yang baik adalah tes hasil belajar yang bersifat obyektif, apabila tes tersebut disusun dan dilaksanakan menurut apa adanya. Ditinjau dari segi materi, materi tes bersumber dari materi atau bahan pelajaran yang telah diberikan sesuai dengan materi atau bahan pelajaran yang telah diberikan guru kepada peserta didik. Ditinjau dari segi pemberian skor, bahwa pemberian skor dan pemberian nilainya terhindar dari unsur-unsur subyektivitas.

4) Tes hasil belajar yang baik adalah tes hasil belajar yang bersifat praktis. Sebuah tes dikatakan praktis bahwa tes hasil belajar


(35)

tersebut dapat dilaksanakan dengan mudah serta disusun dengan sederhana dan lengkap.

Berdasarkan pendapat dari kedua ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa sebuah tes yang dikatakan baik sebagai alat ukur adalah yang telah memenuhi persyaratan tes yakni memiliki validitas, reliabilitas, objektivitas, praktikabilitas, dan ekonomis. f. Jenis-jenis Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar memiliki beberapa jenis atau bentuk. Ditinjau dari segi bentuk responnya Sudijono (2011: 75) tes dapat dibedakan menjadi:

1) Verbal test

Merupakan suatu tes yang menghendaki respon (jawaban) yang tertuang dalam bentuk ungkapan kata-kata atau kalimat, baik secara lisan maupun secara tertulis.

2) Nonverbal test

Merupakan tes yang menghendaki respon (jawaban) dari test bukan berupa ungkapan kata-kata atau kalimat, melainkan berupa tindakan atau tingkah laku, jadi yang dikehendaki adalah berupa perbuatan atau gerakan-gerakan tertentu.

Menurut Sudijono (2011: 75) dilihat dari segi aspek kejiwaan yang ingin diungkapkan, tes dapat dibagi menjadi:


(36)

(1) Tes Intelegensi

Merupakan tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkapkan atau mengetahui tingkat kecerdasan seseorang.

(2) Tes kemampuan

Adalah tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap kemampuan dasar atau bakat khusus yang dimiliki siswa.

(3) Tes sikap

Merupakan salah satu jenis tes yang dipergunakan untuk mengungkap predisposisi atau kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu respon terhadap dunia sekitarna, baik berupa individu-individu, maupun objek-objek tertentu.

(4) Tes Kepribadian

Adalah tes yang dilaksanakan dengan tujuan mengungkap ciri-ciri khas dari seseorang yang banyak sedikitnya bersifat lahiriah, seperti gaya bicara, cara berpakaian, nada suara, hobi atau kesenangan, dan lain-lain. (5) Tes hasil belajar (tes pencapaian)

Merupakan tes yang biasa digunakan untuk mengungkapkan tingkat pencaaian atau potensi belajar. Berbentuk serangkaian tugas baik berisi pertanyaan atau soal-soal yang harus dijawab oleh siswa.


(37)

2. Tinjauan tentang Tes Pilihan Ganda

a. Karakteristik Bentuk Tes Pilihan Ganda

Salah satu bentuk tes obyektif yang digunakan dalam penelitan ini adalah pilihan ganda. Menurut Suprananto (2012: 107) tes bentuk pilihan ganda merupakan merupakan soal yang jawabannya harus dipilih dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Suwarto (2012: 37) menambah bahwa tes pilihan ganda adalah tes yang terdiri dari suatu statement yang belum lengkap. Menurut Sukardi (2008: 12) tes pilihan ganda merupakan salah satu jenis tes objektif yang digunakan oleh guru, karena tes pilihan ganda dapat mencakup banyak materi pelajaran yang diujikan.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa soal tes pilihan ganda adalah salah satu bentuk tes obyektif yang dapat diselesaikan dengan memilih salah satu kemungkinan jawaban yang tersedia.

b.Kaidah Penulisan Tes Hasil Belajar Pilihan Ganda

Sudjana (2009: 50) memaparkan bahwa kaidah dan contoh penulisan soal pilihan ganda ada 9, yaitu:

1) Pokok soal yang merupakan permasalahan harus dirumuskan dengan jelas.

2) Perumusan pokok soal dan alternatif jawaban hendaknya merupakan pertanyaan yang diperlukan.


(38)

4) Pada pokok soal sebisa mungkin perumusan pertanyaan yang positif.

5) Alternatif jawaban harus logis dan pengecoh harus berfungsi.

6) Diusahakan agar tidak ada “petunjuk” untuk jawaban yang benar.

7) Diusahakan untuk tidak menggunakan pilihan jawaban yang berbunyi “semua jawaban di atas salah” atau “semua jawaban di atas benar”.

8) Usahakan agar pilihan jawaban satu jenis, baik dari segi isi ataupun dari segi struktur kalimat.

9) Apabila pilihan ganda berbentuk angka maka disusun secara berurutan dari angka terkecil keangka terbesar atau sebaliknya.

Berdasarkan pendapat Sudjana di atas, ada beberapa kaidah-kaidah dalam penulisan soal tes berbentuk pilihan ganda. Kaidah-kaidah tersebut digunakan sebagai aturan atau pedoman bagi guru dalam pembuatan soal berbentuk pilihan ganda. Peneliti juga menggunakan kaidah-kaidah tersebut dalam pembuatan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar melakukan penaksiran dan pembulatan untuk siswa kelas IV SD.


(39)

c. Kelebihan dan kekurangan tes hasil belajar pilihan ganda Setiap bentuk soal tes memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Arifin (2009: 143) memaparkan kelebihan tes pilihan ganda yaitu:

1) Cara penilaian dapat dilakukan dengan mudah, cepat dan objektif.

2) Kemungkinan menjawab dengan terkaan dapat dikurangi. 3) Digunakan untuk menilai kemampuan peserta didik dalam

berbagai jenjang kemampuan kognitif. 4) Dapat digunakan berulang-ulang.

Menurut Suwarto (2012: 34) kelebihan tes pilihan ganda yaitu:

1) Tes dapat menjawab sejumlah besar pertanyaan dalam satu periode tes.

2) Reliabilitas skor yang diberikan terhadap pekerjaan siswa dapat dijamin sepenuhnya.

3) Jawaban-jawaban tes dapat dikoreksi dengan mudah dan cepat dengan menggunakan kunci jawaban.

Sedangkan kelemahan tes pilihan ganda Menurut Arifin (2009: 143) adalah sebagai berikut:

1) Tidak dapat digunakan untuk mengukur kemampuan verbal dan pemecahan masalah.


(40)

3) Sukar dalam menentukan alternatif jawaban yang homogen, logis dan berfungsi.

Pendapat lain diungkapkan oleh Masidjo (20014: 68) bahwa kelemahan dari tes pilihan ganda adalah perserta didik tidak mengembangkan sendiri jawabannya.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas disimpulkan bahwa soal tes pilihan ganda memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan soal tes pilihan ganda adalah cara penilaian mudah, cepat dan obyektif, dan dapat digunakan berulang-ulang. Sedangkan kekurangan tes pilihan ganda tidak dapat mengukur kemampuan verbal, membutuhkan waktu lama untuk menyusun soal serta siswa tidak dapat mengembangkan jawabannya.

3. Tinjauan tentang Kualitas Tes Hasil Belajar

Karakteristik kualitas tes yang baik adalah yang memenuhi validitas reliabilitas dan karakteristik butir soal yang meliputi daya pembeda, tingkat kesulitan dan pengecoh.

a. Validitas

Sugiyono (2014: 203) menyatakan bahwa valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Sedangkan Arifin (2011: 245-246) menyatakan bahwa validitas adalah suatu derajat ketepatan instrumen (alat ukur). Maksudnya dalah instrumen yang


(41)

digunakan benar-benar tepat untuk mengukur apa yang akan diukur.

Senada dengan itu Sulistiyorini (2009: 162) juga menyatakan bahwa valid berarti cocok atau sesuai. Suatu tes dikatakan valid apabila tes tersebut benar-benar menyasar kepada apa yang dituju. Tes tersebut benar-benar dapat memberikan keterangan atau gambaran tetang apa yang diinginkan.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa validitas merupakan sebuah alat ukur yang digunakan untuk menyatakan ketepatan suatu kecocokan suatu instrument dalam mengukur sesuatu yang hendak diukur dan menyasar kepada apa yang dituju.

Herman dan Yustiana (2014: 284-285) menyatakan bahwa terdapat beberapa macam validitas, yaitu:

1) Validitas isi

Validitas isi merupakan validitas yang menunjukkan bahwa isi satu tes mencerminkan aspek atau karakteristik yang mau dikur. Untuk memperoleh validitas isi, guru melakukan pemeriksaan ulang terhadap bahan/materi pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan diteskan/diujikan. Berkenaan dengan kegiatan penilaian hasil belajar siswa agar diperoleh validitas isi, prosedur yang ditempuh yaitu merumuskan kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi, merincikan bahan/materi pembelajaran, memvisualisasikannya


(42)

di dalam kisi-ksi penulisan soal, dan membandingkan setiap butir soal yang disajikan dengan kisi-kisi penulisan soal yang sudah ditetapkan.

2) Valditas Kriteria

Validitas kriteria adalah validitas yang memperhatikan hubungan antara suatu tes dengan tes lainnya yang menjadi kriteria atau bahan pembanding. Validitas kriteria mencakup validitas konkuren (concurrent validity) dan validitas prediktif

(predictif validity).

3) Validitas konkuren

Validitas konkuren merupakan validitas pada hubungan antara skor dari tes dengan skor tes lainnya yang pengukurannya dilakukan bersamaan atau hampir bersamaan. Validitas konkuren disebut juga validitas empiris. Suatu tes dikatakan memiliki validitas konkuren apabila hasilnya sesuai dengan pengalaman (kondisi empiris).

4) Validitas prediktif

Validitas prediksi merupakan hubungan skor dari tes di masa sekarang dengan skor tes yang terjadi di masa mendatang. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas prediksi apabila memiliki kemampuan memperdiksi skor tes lainnya di masa mendatang.


(43)

5) Validitas Konstruksi

Validitas konstruksi merupakan validitas yang menunjukkan bagaimana isi tes tersebut atau konstruksi teoritis yang menjadi landasan disusunnya suatu tes.

b. Reliabilitas

Reliabilitas adalah derajat konsistensi instrumen yang bersangkutan. Suatu instrumen dikatakan reliabel jika selalu memberikan hasil yang sama jika diujikan pada kelompok yang sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda (Arifin, 2011: 248). Sugiyono (2014: 203) mengungkapkan bahwa instrumen yang apabila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.

Sedangkan menurut Sulistiyorini (2009: 166-167) reliabilitas berhubungan dengan kepercayaan. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa reliabilitas adalah ukuran ketepatan atau taraf kepercayaan suatu tes yang apabila dilakukan pengujian kepada kelompok yang sama pada waktu dan kesempatan berbeda selalu menghasilkan data yang sama.

Widoyoko (2015: 158-165) menyatakan bahwa cara-cara melakukan pengujian tingkat reliabilitas instrumen, secara garis


(44)

besar ada dua jenis reliabilitas, yaitu reliabilitas eksternal (external

reliability) dan reliabilitas internal (internal reliability).

1) Reliabilitas Eksternal (External Reliability)

Reliabilitas eksternal diperoleh jika ukuran atau kriteria tingkat reliabilitas berada di luar instrumen yang bersangkutan. Ada dua cara untuk menguji reliabilitas eksternal suatu instrumen yaitu dengan metode bentuk parallel (equivalent method) dan metode tes berulang (test-retest method).

(a) Metode bentuk paralel (equivalent method)

Metode paralel dilakukan dengan cara menyusun instrumen yang hampir sama (equivalen), kemudian diujicobakan pada sekelompok responden yang sama (responden mengerjakan dua kali) kemudian hasil uji coba tersebut dikorelasikan dengan teknik korelasi product

moment. Data dari hasil dua kali uji coba, yang satu

dianggap sebagai nilai X, sedangkan yang lainnya dianggap sebagai nilai Y. karena dalam metode ini ada dua instrumen dan dilakukan dua kali tes, maka disebut dengan metode tes berulang atau test retest. Metode ini umumnya menguji reliabilitas instrumen bentuk tes. Instrumen paralel atau ekuivalen adalah dua buah instrumen yang mempunyai kesamaan tujuan, tingkat kesulitan, dan susunan, tetapi butir-butir pertanyaan berbeda. Kelemahan metode ini adalah membutuhkan waktu dan biaya yang lebih karena


(45)

harus menyusun dua instrumen dan harus tersedia waktu yang lama untuk mencobsa dua kali tes.

(b) Metode tes berulang (test-retest method)

Metode ini dilakukan untuk menghindari penyusunan instrumen dua kali. Dalam menggunakan metode ini kita hanya menyusun satu perangkat instrumen. Instrumen tersebut diujicobakan pada sekelompok responden dan hasilnya dicatat. Pada kesempatan lain, instrumen tersebut diberikan pada kelompok responden yang sama untuk dikerjakan lagi, dan hasil yang kedua tersebut dicatat. Kemudian kedua hasil tersebut dikorelasikan. Metode ini pada umumnya juga untuk menguji reliabilitas instrumen bentuk tes.

2) Reliabilitas Internal (Internal Reliability)

Reliabilitas internal diperoleh jika ukuran atau kriteria tingkat reliabilitas didasarkan pada instrumen itu sendiri. Berdasarkan sistem pemberian skor (scoring system)

instrumen, ada dua metode analisis reliabilitas internal, yaitu: (a) Instrumen skor diskirt

Instrumen skor diskirt, nominal atau pilah adalah instrumen yang skor jawabannya/respondennya hanya dua, yaitu 1 (satu) dan 0 (nol). Dengan kata lain, hanya dua jawaban yaitu benar dan salah. Jawaban benar diberikan skor 1 (satu) dan jawaban salah


(46)

diberikan skor 0 (nol). Metode ini dapat digunakan untuk menguji reliabilitas instrumen baik bentuk tes maupun non tes.

(b) Instrumen skor non diskirt

Instrumen skor non diskirt adalah instrument pengukuran yang dalam sistem skoringnya bukan 1 dan bukan 0, tetapi bersifat gradual, yaitu ada penjenjangan skor, mulai dari skor tertinggi hingga skor terendah. Hal ini biasanya terdapat pada instrumen tes bentuk uraian dan pilihan ganda, serta instrumen non tes bentuk anget dengan skala Likert dan skala lanjutan (rating scale). c. Karakteristik Butir Soal

1) Daya Pembeda

Daya pembeda adalah kemampuan butir soal tes hasil belajar dalam membedakan siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dan rendah (Purwanto, 2009: 102). Menurut Sulistiyorini (2009: 177) item yang baik adalah item yang mampu membedakan antara kemampuan siswa yang pandai dan siswa yang rendah. Sedangkan pengertian daya pembeda menurut Rakhmat dan Suherdi (2011: 193) daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang mampu dengan siswa yang tidak mampu.

Pendapat lain juga diungkapkan oleh Herman dan Yustiana ( 2014: 264) bahwa daya beda yaitu kemampuan butir


(47)

soal untuk membedakan siswa yang memiliki prestasi belajar yang tinggi atau kelompok atas (upper group) dan siswa yang memiliki prestasi belajar rendah atau (lower group).

Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa daya pembeda adalah kemampuan butir soal tes untuk membedakan siswa berkemampuan tinggi (pandai) dengan siswa berkemampuan rendah (kurang pandai). 2) Tingkat kesukaran

Widoyoko (2014: 132) mengungkapkan bahwa tingkat kesukaran (item difficulty) butir soal adalah proporsisi peserta tes menjawab dengan benar terhadap suatu soal. Sedangkan menurut Rakhmat dan Suherdi (2001: 190) tingkat kesukaran (item difficulty) adalah ukuran yang menunjukkan kesulitan soal untuk diselesaikan siswa. Sementara itu, Herman dan Yustiana ( 2014: 261) memaparkan bahwa butir soal yang baik adalah butir soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Butir soal yang terlalu sukar dapat menyebabkan siswa tidak memiliki motivasi memecahkan atau menjawab butir soal tersebut karena sudah di luar jangkauan kemampuannya. Sudjana (2009: 135) mengungkapkan bahwa tingkat kesukaran soal dipandang dari kesanggupan atau kemampuan siswa dalam menjawab soal, bukan dari sudut guru sebagai pembuat soal. Persoalan yang penting dalam melakukan analisis tingkat kesukaran soal adalah penentuan proporsisi soal yang termasuk


(48)

mudah, sedang, dan sukar. Perbandingan proporsisi jumlah soal untuk tiga kategori tersebut didasarkan atas kurva normal. Sebagian besar soal berada pada kategori sedang, sebagian lagi berada pada kategori mudah dan sukar dengan proporsisi yang seimbang. Perbandingan antara soal yang mudah-sedang-sukar dapat dibuat 3-4-3. 30% soal dengan kategori mudah, 40% soal dengan kategori sedang, dan 30% soal dengan kategori sukar. Perbandingan juga dapat dibuat 25-50-25, 25% soal dengan kategori mudah, 50% soal dengan kategori sedang, dan 25% soal dengan kategori sukar. Tingkat kesukaran yang baik pada suatu tes adalah 25% mudah, 50% sedang, dan 25% sukar.

Berdasarkan pemaparan para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa tingkat kesukaran soal adalah kemampuan siswa menjawab soal yang terdiri dari kategori rendah, sedang, dan tinggi yang dapat diketahui dari banyaknya siswa yang mampu menjawab benar. Proporsi soal dengan tingkat kesukaran yang baik pada suatu tes adalah 25%, mudah, 50% sedang, dan 25% sukar.

3) Analisis pengecoh

Menurut Sudijono (2011: 410) pengecoh adalah alternatif yang bukan merupakan jawaban yang digunakan agar peserta tes dapat tertarik dengan pengecoh jawaban tersebut. Semakin banyak peserta tes yang memilih pengecoh, maka pengecoh tersebut sudah menjalankan fungsinya. Sebaliknya


(49)

apabila pengecoh yang dipasang tidak ada yang memilih maka pengecoh tersebut tidak berfungsi. Purwanto (2009:75) memaparkan bahwa pengecoh (distractor) adalah pilihan yang bukan merupakan kunci jawaban. Sedangkan menurut Arikunto (2012: 234) pengecoh dapat berfungsi dengan baik apabila pengecoh tersebut mempunyai daya tarik bagi peserta tes yang kurang memahami materi. Sebuah distractor dapat dikatakan berfungsi dengan baik jika paling sedikit dipilih oleh 5% peserta tes.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pengecoh merupakan alternatif yang bukan merupakan kunci jawaban yang berfungsi untuk mengecoh peserta tes yang kurang memahami materi. Pengecoh dapat dikatakan berfungsi apabila dipilih oleh paling sedikit 5% peserta tes.

4. Tinjauan Pengembangan Tes Hasil belajar

Ada Sembilan langkah yang perlu ditempuh dalam pengembangan tes hasil belajar menurut Mardapi (dalam Widoyoko, 2014: 122). Kesembilan langkah tersebut meliputi:

a. Menyusun Spesifikasi Tes

Menetapkan spesifikasi tes yaitu berisi uraian yang menunjukkan keseluruhan karakteristik yang harus dimiliki suatu tes. Spesifikasi yang jelas akan mempermudah dalam menulis soal dan siapa saja yang menulis soal akan menghasilkan tingkat


(50)

kesulitan yang relatif sama. Penyusunan spesifikasi tes mencakup kegiatan: 1) menentukan tujuan tes, 2) menyusun kisi-kisi tes, 3) memilih bentuk tes, dan 4) menentukan panjang tes.

1) Menentukan Tujuan Tes

Ditinjau dari segi tujuannya ada empat macam tes yang banyak digunakan di lembaga pendidikan, yaitu tes penempatan, tes diagnostik, tes formatif, dan tes sumatif. Untuk tujuan penempatan, suatu tes dilaksanakan pada awal pelajaran. Hasil tes ini berguna untuk mengetahui tingkat kemampuan yang telah dimiliki peserta didik. Seseorang perlu tambahan pelajaran atau tidak, ditentukan dari hasil tes penempatan ini.

Tes diagnostik berguna untuk mengetahui kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik, termasuk kesalahan pemahaman konsep. Tes ini dilakukan apabila diperoleh informasi bahwa sebagian besar peserta didik gagal mengikuti proses pembelajaran. Tes diagnostik berisi materi yang dirasa sulit oleh peserta didik, namun tingkat kesulitan tes ini cenderung rendah.

Tes formatif bertujuan untuk memperoleh masukan tentang tingkat keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran. Masukan ini berguna untuk memperbaiki strategi mengajar. Tes sumatif bukan untuk menentukan


(51)

keberhasilan belajar semata, tetapi untuk mengetahui keberhasilan proses pembelajaran.

Tes sumatif diberikan pada akhir suatu pelajaran, atau akhir semester. Hasilnya untuk menentukan keberhasilan belajar peserta didik untuk mata pelajaran tertentu. Tingkat keberhasilan ini dinyatakan dengan skor atau nilai, pemberian sertifikat, dan sejenisnya. Tingkat kesukaran soal pada tes sumatif bervariasi, sedang materinya harus mewakili bahan yang diajarkan. Hasil tes bisa ditafsirkan sebagai keberhasilan belajar, keberhasilan mengajar, serta keduanya.

2) Menyusun Kisi-kisi Tes

Kisi-kisi atau tabel spesifikasi tes merupakan tabel matrik yang berisi spesifikasi soal-soal yang akan dibuat. Kisi-kisi merupakan acuan bagi penulis soal, sehingga siapapun yang menulis soal akan menghasilkan soal yang isi dan tingkat kesulitannya relatif sama. Matrik kisi-kisi soal terdiri dari dua jalur, yaitu kolom dan baris. Ada empat langkah dalam mengembangkan kisi-kisi tes, yaitu:

(a) Menulis standar kompetensi dan kompetensi dasar. (b) Menentukan indikator.

(c) Membuat daftar pokok bahasan menjadi sub pokok bahasan yang akan diujikan.


(52)

3) Memilih Bentuk Tes

Pemilihan bentuk tes yang tepat ditentukan oleh tujuan tes, jumlah peserta tes, waktu yang tersedia untuk memeriksa lembar jawaban tes, cakupan materi, dan karakteristik mata pelajaran yang diujikan. Bentuk tes objektif pilihan ganda sangat tepat digunakan bila jumlah peserta banyak, waktu koreksi singkat, dan cakupan materi yang diujikan banyak. Kelebihan tes objektif bentuk pilihan adalah lembar jawaban dapat diperiksa dengan komputer sehingga objektivitas penskoran dapat dijamin.

4) Menentukan Panjang Tes

Penentuan panjang tes didasarkan pada cakupan materi ujian dan kelelahan peserta tes. Pada umumnya tes tertulis menggunakan waktu 90 sampai 150 menit, untuk tes praktik bisa lebih dari itu. Penentuan panjang tes berdasarkan pengalaman waktu berdasarkan pengalaman saat melakukan tes. Khusus untuk tes baku penentuan waktu berdasarkan hasil ujicoba. Namun tes untuk ulangan di kelas penentuan waktu berdasarkan pengalaman guru. Pada umumnya waktu yang digunakan untuk mengerjakan tes bentuk pilihan ganda adalah 2 sampai 3 menit untuk tiap butir soal.

5) Menulis Soal Tes

Penulisan soal dilakukan setelah langkah pertama, yaitu menyusun spesifikasi tes dilakukan. Penulisan soal


(53)

merupakan langkah menjabarkan indikator menjadi pertanyaan-pertanyaan yang karakteristiknya sesuai dengan perincian kisi-kisi yang telah dibuat. Langkah ini perlu dilakukan secara hati-hati agar keseluruhan tes dapat berkualitas baik. Kualitas tes secara keseluruhan sangat dipengaruhi oleh tingkat kebaikan dari masing-masing butir soal. Pertanyaan perlu dikembangkan dan dibuat dengan jelas dan simpel. Soal yang tidak jelas dan terlalu bertele-tele akan menyebabkan interpretasi yang tidak tunggal dan juga membingungkan. Dengan demikian setiap pertanyaan perlu disusun sedemikian rupa sehingga jelas yang ditanyakan dan jelas pula jawaban yang diharapkan.

6) Menelaah Soal Tes

Setelah soal dibuat, perlu dilakukan telaah atas soal tersebut. Hal ini perlu dilakukan untuk memperbaiki soal jika ternyata dalam pembuatannya masih ditemukan kekurangan atau kesalahan. Walaupun telah dipersiapkan dengan baik, kekurangan dan kesalahan pembuatan soal mungkin terjadi selama proses pembuatan berlangsung. Telaah soal ini sebaiknya dilakukan oleh orang lain, bukan si pembuat sendiri. Sering kali kelemahan dan kekurangan, baik dari tata bahasa maupun dari substansi, tidak terlihat oleh pembuat soal. Akan tetapi baik lagi jika telaah dilakukan oleh sejumlah orang yang terdiri dari para ahli yang secara bersama-sama


(54)

dalam tim menelaah dan atau mengoreksi soal. Dengan telaah soal ini diharapkan dapat semakin memperbaiki kualitas soal yang terbentuk.

7) Melakukan Uji Coba Tes

Sebelum soal digunakan dalam tes yang sesungguhnya, uji coba perlu dilakukan untuk memperbaiki kualitas soal. Uji coba ini dapat digunakan sebagai sarana memperoleh data empirik tentang tingkat kebaikan soal yang telah disusun. Melalui uji coba dapat diperoleh data tentang reliabilitas, validitas, tingkat kesukaran, pola jawaban, efektivitas pengecoh, daya beda, dan lain-lain. Jika memang soal yang disusun belum memenuhi kualitas yang diharapkan, berdasarkan hasil uji coba tersebut kemudian dilakukan pembenahan atau perbaikan.

8) Menganalisis Butir Soal Tes

Melalui uji coba yang telah dilakukan dapat diperoleh beberapa informasi penting tentang kualitas soal yang telah disusun. Dalam hal ini tentunya termasuk kualitas tiap butir soalnya. Berdasarkan hasil uji coba perlu kiranya dilakukan analisis antara lain: tingkat kesulitan butir soal, daya pembeda, dan juga efektivitas pengecoh.

9) Memperbaiki Tes

Setelah uji coba dilakukan dan kemudian dianalisis maka langkah berikutnya adalah melakukan


(55)

perbaikan-perbaikan tentang bagian soal yang masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Langkah ini biasanya dilakukan setiap butir soal, yaitu memperbaiki masing-masing butir soal yang ternyata masih belum baik. Ada kemungkinan beberapa soal sudah baik sehingga tidak perlu direvisi, beberapa butir mungkin perlu direvisi, dan beberapa yang lain mungkin harus dibuang karena tidak memenuhi standar kualitas yang diharapkan.

10) Merakit Tes

Setelah semua butir soal dianalisis dan diperbaiki langkah berikutnya adalah merakit butir-butir soal tersebut menjadi satu kesatuan tes. Keseluruhan butir perlu disusun secara hati-hati menjadi kesatuan soal tes yang terpadu. Dalam merakit soal, hal-hal yang dapat mempengaruhi validitas soal seperti nomor urut soal, pengelompokan bentuk soal, lay out dan sebagainya harus diperhatikan. Hal ini sangat penting karena walaupun butir-butir soal yang disusun telah baik tetapi jika penyusunannya sembarangan dapat menyebabkan soal tersebut menjadi tidak baik.

11)Melaksanakan Tes

Setelah langkah menyusun tes selesai dan telah direvisi pasca uji coba, langkah selanjutnya adalah melaksanakan tes. Tes yang telah disusun diberikan kepada peserta untuk diselesaikan. Pelaksanaan tes dilakukan sesuai


(56)

dengan waktu yang ditentukan. Dalam pelaksanaan tes ini memerlukan pengawas agar tes tersebut benar-benar dikerjakan oleh peserta tes dengan jujur dan sesuai dengan ketentuan yang digariskan. Peserta tes yang mengerjakan tidak boleh sampai terganggu oleh kehadiran pengawas. Hal ini akan berakibat tidak akuratnya hasil tes yang diperoleh. Oleh karena itu pelaksanaan tes perlu dilakukan secara hati-hati agar tujuan tes tersebut benar-benar dapat tercapai.

12)Menafsirkan Hasil Tes

Hasil tes menghasilkan data kuantitatif yang berupa skor. Skor ini kemudian ditafsirkan sehingga menjadi nilai, yaitu rendah, menengah, atau tinggi. Tinggi rendahnya nilai ini selalu dikaitkan dengan acuan penilaian. Ada dua acuan penilaian yang sering digunakan dalam bidang psikologis dan pendidikan, yaitu acuan norma dan acuan kriteria. Jadi tinggi dan rendahnya suatu nilai dibandingkan dengan kelompok atau kriteria yang harus dicapai.

Berdasarkan pendapat Mardapi di atas, pengembangkan tes hasil belajar memerlukan langkah-langkah pengembangan yang baik dan benar. Ada sembilan langkah yang perlu ditempuh dalam mengembangkan tes hasil belajar. Kesembilan langkah tersebut adalah : 1) menyusun spesifikasi tes, 2) menulis soal tes, 3) menelaah soal tes, (4) melakukan ujicoba tes, 5) menganalisis butir soal tes, 6)


(57)

memperbaiki tes, 7) merakit tes, 8) melaksanakan tes, dan 9) menafsirkan hasil tes.

5. Tinjauan tentang Taksonomi Bloom yang Direvisi

Tes hasil belajar ini akan membahas mengenai ranah kognitif taksonomi Bloom yang sudah direvisi. Taksonomi Bloom hanya mempunyai satu dimensi. Sedangkan taksonomi Bloom yang direvisi memiliki dua dimensi. Dua dimensi itu adalah proses kognitif dan pengetahuan (Anderson & Krathwohl, 2010: 6). Endaryanto (2014: 35) memaparkan bahwa dimensi proses kognitif menunjukan keterampilan berfikir yang hendak dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran. Ranah kognitif dalam taksonomi Bloom yakni, mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta. Berikut uraian proses kognitif tersebut.

a. Mengingat

Proses mengingat adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori jangka panjang. Kategori proses kognitif mengingat meliputi mengenali dan mengingat kembali. Kata kerja operasional dalam mengingat (remembering) yaitu: mengutip, menyebutkan, menjelaskan, menggambar, membilang, mengidentifikasi, mendaftar, menunjukkan, memberi label, memberi indeks, memasangkan, menamai, menandai, membaca, menyadari, menghafal, meniru, mencatat, mengulang, mereproduksi, meninjau, memilih, menyatakan, mempelajari, mentabulasi, memberi kode, menelusuri, dan menulis.


(58)

b. Memahami

Proses memahami konstruksi makna dari pesan-pesan pembelajaran, baik yang bersifat lisan, tulisan ataupun garis. Kategori proses kognitif memahami meliputi menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasi merangkum, menyimpulkan, membandingkan dan menjelaskan. Contoh kata kerja operasional dalam memahami yaitu memperkirakan, menjelaskan, mencirikan, merinci, membandingkan, menghitung, mengubah, menguraikan, membedakan, mendiskusikan, menggali, mencontohkan, menerangkan, mengemukakan, menyimpulkan, merangkum, dan menjabarkan.

c. Mengaplikasikan

Proses mengampikasikan melibatkan penggunaan prosedur-prosedur tertentu untuk mengerjakan soal latihan atau menyelesaikan masalah. Kategori proses kognitif mengaplikasikan mengeksekusi dan mengimplementasikan. Kata kerja operasional dalam ranah mengaplikasikan yaitu menugaskan, mengurutkan, menentukan, menerapkan, menyesuaikan, mengkalkulasi, memodifikasi, mengklarifikasi, menghitung, membangun, mengurutkan, menggambarkan, menggunakan, menilai, melatih, menyelidiki, mengoperasikan, melaksanakan, mengkonsepkan, meramalkan, memproduksi, mengaitkan, menyusun, menstimulasi, memecahkan, melakukan, dan mentabulasi.


(59)

d. Menganalisis

Proses menganalisis melibatkan proses memecah-mecah materi jadi bagian-bagian kecil dan menentukan bagaimana hubungan antarbagian dan antara setiap bagian dan struktur keseluruhan. Kategori proses kognitif menganalisis meliputi membedakan, mengorganisasi dan mengatribusi. Kata kerja operasional dalam ranah menganalisis yaitu menganalisis, mengaudit, memecahkan, menegaskan, mendeteksi, mendiagnosis, menyeleksi, memerinci, menominasikan, mendiagramkan, mengkorelasikan, merasionalkan, menguji, mencerahkan, menjelajah, membagankan, menyimpulkan, menemukan, menelaah, memaksimalkan, memerintahkan, mengedit, mengaitkan, memilih, mengukur, melatih, dan mentransfer.

e. Mengevaluasi

Proses mengevaluasi membuat keputusan berdasarkan kriteria dan standar. Kategori proses kognitif mengevaluasi meliputi memeriksa dan mengkritik. Kata kerja operasional dalam ranah menilai/mengevaluasi yaitu membandingkan, menyimpulkan, menilai, mengarahkan, mengkritik, menimbang, memutuskan, memisahkan, memprediksi, memperjelas, menugaskan, menafsirkan, mempertahankan, memerinci, mengukur, merangkum, membuktikan, memvalidasi, mengetes, mendukung, memilih, dan memproyeksikan.


(60)

f. Mencipta

Proses mencipta melibatkan proses menyusun elemen-elemen jadi sebuah keseluruhan yang koheren atau fungsional. Kategori proses kognitif mencipta meliputi merumuskan, merencanakan dan memproduksi. Kata kerja operasional yang sesuai dengan ranah mencipta adalah mengabstraksi, mengatur, menganimasi, mengumpulkan, mengkategorikan, mengkode, mengkombinasikan, menyusun, mengarang, membangun, menanggulangi, menghubungkan, menciptakan, mengkreasikan, mengoreksi, merancang, merencanakan, mendikte, meningkatkan, memperjelas, memfasilitasi, membentuk, merumuskan, menggabungkan, memadukan, membatas, mereparasi, menampilkan, menyiapkan, memproduksi, merangkum, merekonstruksi, dan membuat.

Berdasarkan penjelasan Anderson dan Krathwohl di atas, ada enam tingkatan proses kognitif dalam taksonomi Bloom yang sudah direvisi. Keenam proses kognitif tersebut meliputi mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta.

6. Tinjauan tentang Matematika a. Definisi matematika

Zubaedi (2014: 296) menyatakan bahwa mata pelajaran matematika terdapat nilai konsistensi dalam berfikir logis, pemahaman aksioma kemudian mencari penyelesaian melalui pengenalan terhadap kemungkinan yang ada (semua probabilitas)


(61)

lalu mengeliminasi sejumlah kemungkinan tertentu dan akhirnya menemukan sesuatu kemungkinan yang pasti akan membawa kepada jawaban yang benar. Dari sini ada pengenalan probabilitas, ada eliminasi probabilitas, ada konklusi yang menunjukan jalan pasti akan menuju kepada suatu jawaban yang benar.

Matematika ialah ilmu yang mengajak siswa untuk berfikir logis dengan mencari jawaban secara pasti, matematika juga dapat mengajak siswa untuk kreatif dalam memecahkan masalah secara sistematis yang dihadapi dengan materi yang dikuasainya, hal tersebut diperkuat dengan pernyataan Al-Arif (2013: 16-17) menyatakan bahwa matematika merupakan cabang dari logika yang memberikan sesuatu krangka kinerja yang sistematis, dimana suatu hubungan secara kuantitatif dapat dipelajari. Matematika berkaitan dengan sesuatu yang dapat dihitung atau sesuatu yang dinyatakan dalam bentuk kuantitas (jumlah). Sedangkan matematika menurut Tinggih (dalam Suherman, 2003: 16) adalah ilmu pengetahuan yang didapat melalui proses menalar.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa Matematika adalah suatu ilmu pengetahuan yang didapat dari proses menalar dan berpikir logis yang mengajak siswa untuk berpikir kreatif dalam memecahkan masalah secara sistematis serta berkaitan dengan sesuatu yang dapat dihitung atau dinyatakan dalam kuantitas (jumlah).


(62)

b. Tujuan Umum Pendidikan Matematika

Depdiknas (dalam Susanto, 2013: 184) memaparkan bahwa peran dan fungsi matematika terutama sebagai sarana mengembangkan kemampuan bernalar dalam memecahkan masalah baik pada bidang matematika maupun dalam bidang lainnya. Oleh karena itu, tujuan umum pendidikan matematika ditekankan agar siswa memiliki:

1) Kemampuan yang berkaitan dengan matematika yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah matematika, pelajaran lain ataupun masalah yang berkaitan dengan dunia nyata. 2) Kemampuan menggunakan matematika sebagai alat

komunikasi.

3) Kemampuan menggunakan matematika sebagai cara bernalar yang dapat dialihgunakan pada setiap keadaan seperti berpikir kritis, berpikir logis, berpikir sistematis, bersifat objektif, bersifat jujur, bersifat disiplin dalam memandang, dan menyelesaikan suatu masalah.

Depdiknas (dalam Susanto, 2013: 184) juga menyebutkan bahwa pengajaran matematika di sekolah Dasar bertujuan agar siswa mampu:

1) Melakukan operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian beserta operasi campurannya, termasuk yang melibatkan pecahan.


(1)

TITLE: Soal Paket B COMMENT:

****************************************************************** *********

Quick Options Analysis

****************************************************************** *********

* is keyed answer, # is option that discriminates better than keyed answer

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ ~~~~~~~~~~~~~~

---- --- --- --- --- ---

Item Group Option 1 Option 2 Option 3 Option 4 ---- --- --- --- --- ---

1 TOTAL 0 (0.000) 3 (0.097) 25*(0.806) 3 (0.097) High 0 (0.000) 0 (0.000) 8 (1.000) 0 (0.000) Low 0 (0.000) 1 (0.100) 8 (0.800) 1 (0.100) Diff 0 (0.000) -1(-0.100) 0 (0.200) -1(-0.100) 2 TOTAL 1 (0.032) 16*(0.516) 14 (0.452) 0 (0.000) High 0 (0.000) 7 (0.875) 1 (0.125) 0 (0.000) Low 1 (0.100) 2 (0.200) 7 (0.700) 0 (0.000) Diff -1(-0.100) 5 (0.675) -6(-0.575) 0 (0.000) 3 TOTAL 16*(0.516) 5 (0.161) 8 (0.258) 2 (0.065) High 6 (0.750) 2 (0.250) 0 (0.000) 0 (0.000) Low 4 (0.400) 2 (0.200) 3 (0.300) 1 (0.100) Diff 2 (0.350) 0 (0.050) -3(-0.300) -1(-0.100) 4 TOTAL 1 (0.032) 4 (0.129) 3 (0.097) 23*(0.742) High 1 (0.125) 0 (0.000) 1 (0.125) 6 (0.750) Low 0 (0.000) 3 (0.300) 2 (0.200) 5 (0.500) Diff 1 (0.125) -3(-0.300) -1(-0.075) 1 (0.250) 5 TOTAL 3 (0.097) 1 (0.032) 0 (0.000) 27*(0.871) High 1 (0.125) 0 (0.000) 0 (0.000) 7 (0.875) Low 2 (0.200) 0 (0.000) 0 (0.000) 8 (0.800) Diff -1(-0.075) 0 (0.000) 0 (0.000) -1 (0.075) ---- --- --- --- --- ---

Item Group Option 1 Option 2 Option 3 Option 4 ---- --- --- --- --- ---

6 TOTAL 10 (0.323) 4 (0.129) 12*(0.387) 5 (0.161) High 1 (0.125) 0 (0.000) 6 (0.750) 1 (0.125)


(2)

Low 3 (0.300) 3 (0.300) 1 (0.100) 3 (0.300) Diff -2(-0.175) -3(-0.300) 5 (0.650) -2(-0.175) 7 TOTAL 1 (0.032) 1 (0.032) 26*(0.839) 3 (0.097) High 0 (0.000) 0 (0.000) 8 (1.000) 0 (0.000) Low 1 (0.100) 1 (0.100) 6 (0.600) 2 (0.200) Diff -1(-0.100) -1(-0.100) 2 (0.400) -2(-0.200) 8 TOTAL 10 (0.323) 2 (0.065) 6 (0.194) 13*(0.419) High 2 (0.250) 1 (0.125) 1 (0.125) 4 (0.500) Low 3 (0.300) 1 (0.100) 2 (0.200) 4 (0.400) Diff -1(-0.050) 0 (0.025) -1(-0.075) 0 (0.100) 9 TOTAL 1 (0.032) 11 (0.355) 4 (0.129) 15*(0.484) High 0 (0.000) 1 (0.125) 0 (0.000) 7 (0.875) Low 1 (0.100) 6 (0.600) 2 (0.200) 1 (0.100) Diff -1(-0.100) -5(-0.475) -2(-0.200) 6 (0.775) 10 TOTAL 18*(0.581) 2 (0.065) 7 (0.226) 4 (0.129) High 4 (0.500) 0 (0.000) 3 (0.375) 1 (0.125) Low 5 (0.500) 1 (0.100) 2 (0.200) 2 (0.200) Diff -1 (0.000) -1(-0.100) 1#(0.175) -1(-0.075) ---- --- --- --- --- ---

Item Group Option 1 Option 2 Option 3 Option 4 ---- --- --- --- --- ---

11 TOTAL 4 (0.129) 3 (0.097) 20*(0.645) 4 (0.129) High 0 (0.000) 0 (0.000) 8 (1.000) 0 (0.000) Low 1 (0.100) 2 (0.200) 5 (0.500) 2 (0.200) Diff -1(-0.100) -2(-0.200) 3 (0.500) -2(-0.200) 12 TOTAL 23*(0.742) 4 (0.129) 1 (0.032) 3 (0.097) High 7 (0.875) 0 (0.000) 0 (0.000) 1 (0.125) Low 6 (0.600) 2 (0.200) 1 (0.100) 1 (0.100) Diff 1 (0.275) -2(-0.200) -1(-0.100) 0 (0.025) 13 TOTAL 3 (0.097) 3 (0.097) 8 (0.258) 17*(0.548) High 0 (0.000) 1 (0.125) 1 (0.125) 6 (0.750) Low 1 (0.100) 1 (0.100) 3 (0.300) 5 (0.500) Diff -1(-0.100) 0 (0.025) -2(-0.175) 1 (0.250) 14 TOTAL 18*(0.581) 9 (0.290) 2 (0.065) 2 (0.065) High 5 (0.625) 2 (0.250) 0 (0.000) 1 (0.125) Low 3 (0.300) 4 (0.400) 2 (0.200) 1 (0.100) Diff 2 (0.325) -2(-0.150) -2(-0.200) 0 (0.025) 15 TOTAL 3 (0.097) 5 (0.161) 4 (0.129) 19*(0.613) High 1 (0.125) 0 (0.000) 0 (0.000) 7 (0.875)


(3)

Low 1 (0.100) 2 (0.200) 2 (0.200) 5 (0.500) Diff 0 (0.025) -2(-0.200) -2(-0.200) 2 (0.375) ---- --- --- --- --- ---

Item Group Option 1 Option 2 Option 3 Option 4 ---- --- --- --- --- ---

16 TOTAL 27*(0.871) 1 (0.032) 2 (0.065) 1 (0.032) High 8 (1.000) 0 (0.000) 0 (0.000) 0 (0.000) Low 6 (0.600) 1 (0.100) 2 (0.200) 1 (0.100) Diff 2 (0.400) -1(-0.100) -2(-0.200) -1(-0.100) 17 TOTAL 4 (0.129) 5 (0.161) 2 (0.065) 20*(0.645) High 0 (0.000) 0 (0.000) 0 (0.000) 8 (1.000) Low 3 (0.300) 4 (0.400) 0 (0.000) 3 (0.300) Diff -3(-0.300) -4(-0.400) 0 (0.000) 5 (0.700) 18 TOTAL 7 (0.226) 6 (0.194) 12*(0.387) 6 (0.194) High 0 (0.000) 1 (0.125) 6 (0.750) 1 (0.125) Low 2 (0.200) 3 (0.300) 2 (0.200) 3 (0.300) Diff -2(-0.200) -2(-0.175) 4 (0.550) -2(-0.175) 19 TOTAL 7 (0.226) 3 (0.097) 12 (0.387) 9*(0.290) High 0 (0.000) 0 (0.000) 3 (0.375) 5 (0.625) Low 4 (0.400) 2 (0.200) 4 (0.400) 0 (0.000) Diff -4(-0.400) -2(-0.200) -1(-0.025) 5 (0.625) 20 TOTAL 1 (0.032) 15*(0.484) 12 (0.387) 3 (0.097) High 0 (0.000) 6 (0.750) 2 (0.250) 0 (0.000) Low 1 (0.100) 4 (0.400) 3 (0.300) 2 (0.200) Diff -1(-0.100) 2 (0.350) -1(-0.050) -2(-0.200) ---- --- --- --- --- ---

Item Group Option 1 Option 2 Option 3 Option 4 ---- --- --- --- --- ---

21 TOTAL 8 (0.258) 6 (0.194) 14*(0.452) 3 (0.097) High 0 (0.000) 1 (0.125) 7 (0.875) 0 (0.000) Low 4 (0.400) 4 (0.400) 1 (0.100) 1 (0.100) Diff -4(-0.400) -3(-0.275) 6 (0.775) -1(-0.100) 22 TOTAL 4 (0.129) 11*(0.355) 3 (0.097) 13 (0.419) High 0 (0.000) 6 (0.750) 0 (0.000) 2 (0.250) Low 1 (0.100) 2 (0.200) 3 (0.300) 4 (0.400) Diff -1(-0.100) 4 (0.550) -3(-0.300) -2(-0.150) 23 TOTAL 9 (0.290) 6 (0.194) 14*(0.452) 2 (0.065) High 0 (0.000) 0 (0.000) 8 (1.000) 0 (0.000) Low 6 (0.600) 1 (0.100) 2 (0.200) 1 (0.100) Diff -6(-0.600) -1(-0.100) 6 (0.800) -1(-0.100)


(4)

24 TOTAL 12*(0.387) 4 (0.129) 6 (0.194) 9 (0.290) High 7 (0.875) 0 (0.000) 1 (0.125) 0 (0.000) Low 0 (0.000) 4 (0.400) 2 (0.200) 4 (0.400) Diff 7 (0.875) -4(-0.400) -1(-0.075) -4(-0.400) 25 TOTAL 2 (0.065) 1 (0.032) 7 (0.226) 21*(0.677) High 0 (0.000) 0 (0.000) 1 (0.125) 7 (0.875) Low 1 (0.100) 0 (0.000) 4 (0.400) 5 (0.500) Diff -1(-0.100) 0 (0.000) -3(-0.275) 2 (0.375) ---- --- --- --- --- ---

Item Group Option 1 Option 2 Option 3 Option 4 ---- --- --- --- --- ---

26 TOTAL 7 (0.226) 7 (0.226) 14*(0.452) 3 (0.097) High 0 (0.000) 1 (0.125) 7 (0.875) 0 (0.000) Low 4 (0.400) 3 (0.300) 1 (0.100) 2 (0.200) Diff -4(-0.400) -2(-0.175) 6 (0.775) -2(-0.200) 27 TOTAL 6 (0.194) 3 (0.097) 10 (0.323) 12*(0.387) High 0 (0.000) 1 (0.125) 0 (0.000) 7 (0.875) Low 2 (0.200) 2 (0.200) 4 (0.400) 2 (0.200) Diff -2(-0.200) -1(-0.075) -4(-0.400) 5 (0.675) 28 TOTAL 4 (0.129) 4 (0.129) 18*(0.581) 5 (0.161) High 0 (0.000) 1 (0.125) 7 (0.875) 0 (0.000) Low 4 (0.400) 2 (0.200) 2 (0.200) 2 (0.200) Diff -4(-0.400) -1(-0.075) 5 (0.675) -2(-0.200) 29 TOTAL 21*(0.677) 6 (0.194) 3 (0.097) 1 (0.032) High 8 (1.000) 0 (0.000) 0 (0.000) 0 (0.000) Low 2 (0.200) 5 (0.500) 2 (0.200) 1 (0.100) Diff 6 (0.800) -5(-0.500) -2(-0.200) -1(-0.100) 30 TOTAL 6*(0.194) 9 (0.290) 10 (0.323) 6 (0.194) High 2 (0.250) 2 (0.250) 3 (0.375) 1 (0.125) Low 2 (0.200) 2 (0.200) 4 (0.400) 2 (0.200) Diff 0 (0.050) 0 (0.050) -1(-0.025) -1(-0.075)


(5)

(6)

CURRICULUM VITAE

Sriningsih Indriani Siahaan lahir di Sorba, 08 April 1996 anak pertama dari lima bersaudara. Menempuh pendidikan dasar di SD Inpres Sorba dan SDN 091516 Hatonduhan serta lulus pada tahun 2007. Pendidikan Sekolah Pertama (SMP) diperoleh di SMP Negeri I Tanah Jawa lulus pada tahun 2010 dan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) diperoleh di SMA Bina Guna Tanah Jawa. Pada tahun 2013 peneliti melanjutkan pendidikan di Universitas Sanata Dharma (USD), Yogyakarta. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar (PGSD). Selama menempuh pendidikan di PGSD, peneliti mengikuti kegiatan di luar perkuliahan seperti menjadi panitia Visualisasi Kisah Sengsara Yesus, mengikuti seminar “Indonesia Mengajar” serta menjadi peserta di seminar “Reinventing Childhood

Education”. Peneliti mengakhiri S1 dengan menulis skripsi berjudul

“Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika Kompetensi Dasar 1.5 Melakukan Penaksiran dan Pembulatan Untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar.