masih kurang praktis jika masih dalam bentuk utuh. Biasanya yang menggunakan sabut kelapa sebagai bahan bakar adalah industri pembuatan batu bata atau kerajinan
keramik yang lain. Padahal jika sabut kelapa ini diubah menjadi bentuk lain agar lebih praktis dalam penggunaannya sebagai bahan bakar maka ini akan menjadi
sebuah potensi yang sangat bagus, karena sabut kelapa mudah dicari dan harganya pun dapat dikatakan murah. Bentuk lain dari sabut kelapa agar lebih praktis dalam
penggunaannya sebagai bahan bakar adalah dengan mengolahnya lebih lanjut sebagai briket.
Dari sisi momentum saat ini adalah saat yang paling tepat untuk mempromosikan sabut kelapa sebagai salah satu sumber energi alternatif. Jika ini
dilakukan, bukan saja memberikan pilihan pada masyarakat menyangkut pemenuhan sumber energi yang murah meriah, pada saat yang sama, juga memberi solusi
mengelola sabut kelapa dengan mengedepankan asas manfaat. Momentumnya juga dapat dikatakan tepat karena masyarakat kini tengah dihadapkan pada pilihan sulit
dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari mereka, menyusul kenaikan harga bahan bakar minyak.
2.3 Pengenalan Sistem Pengeringan
2.3.1 Prinsip Dasar Pengeringan
Pada dasarnya pengeringan adalah suatu proses pemindahan panas dan uap air secara simultan yang memerlukan energi untuk menguapkan kandungan air yang
dipindahkan dari permukaan bahan yang dikeringkan oleh media pengering yang biasanya berupa panas. Biasanya proses pengeringan merupakan suatu proses akhir
dari suatu deretan operasi proses dan setelah pengeringan bahan siap untuk disimpan, dijual, atau diolah kembali.
Berdasarkan sumbernya, faktor yang mempengaruhi pengeringan dibedakan menjadi 2 yaitu :
1. Faktor internal, yaitu faktor yang mempengaruhi pengeringan yang berasal
dari material itu sendiri, faktor-faktor tersebut ialah ukuran material dan kadar awal air material.
2. Faktor eksternal, yaitu faktor yang mempengaruhi pengeringan yang
berasal dari luar material. Faktor-faktor tersebut ialah perbedaan suhu dan kelembaban antara material dan udara pengering dan kecepatan aliran
udara pengering. Berdasarkan atas proses kontak antara media pengering dengan bahan yang
akan dikeringkan, maka pengeringan dapat dibedakan menjadi :
1. Pengeringan langsung Direct drying, disini bahan yang dikeringkan
langsung berhubungan dengan bahan yang dipanaskan. 2.
Pengeringan tidak langsung Indirect drying, udara panas berhubungan dengan bahan melalui perantara, umumnya berupa dinding
– dinding atau tempat meletakkan bahan. Bahan akan kontak langsung dengan panas
secara konduksi. Berdasarkan cara pemindahan bahan yang dikeringkan, maka proses
pengeringan dibedakan menjadi 2 yaitu : 1.
Pengeringan Kontinyu Continuous Drying Bahan yang dikeringkan dilewatkan pada alat pengering secara
berkesinambungan dengan kapasitas dan kecepatan tetap. Jenis-jenis alat pengering dengan metode kontinyu antar lain pengering terowongan
tunnel dryer, pengeringan drum drum dryer, pengeringan putar rotary dryer, pengering semprot spray dryer.
2. Pengeringan Tumpukan Batch Drying
Pada proses ini bahan yang dikeringkan ditampung dalam suatu wadah, kemudian baru dikeringkan dan bahan dikeluarkan setelah mencapai
keadaan kering, kemudian dilanjutkan dengan memasukkan bahan berikutnya.
Pengeringan merupakan proses penguapan kandungan air dalam bahan dengan waktu tertentu sesuai dengan kondisi udara di sekitarnya. Pada prinsipnya