Tabel 5. Kategori Serangan dan Ketahanan dari Masing-Masing Kultivar
Jenis Kultivar
Intensitas Penyakit
Kategori Serangan Kategori
Ketahanan Bauji
0.67 a Tidak ada serangan
Tahan Tiron
2.17 ab Tidak ada serangan
Tahan Bima
3.33 ab Tidak ada serangan
Tahan Biru
3.50 ab Tidak ada serangan
Tahan Kuning
4.67 b Tidak ada serangan
Tahan Philip
11.00 c Serangan sedang
Agak Rentan
Menurut Wiyatiningsih 2010, kategori ketahanan tanaman bawang merah
terhadap serangn Fusarium oxysporum f.sp. cepae adalah sebagai berikut : 1. Intensitas Penyakit 0,00 - 5,00
: Tahan 2. Intensitas Penyakit 5,00 - 10,00 : Agak Tahan
3. Intensitas Penyakit ≥ 10,00 - 30,00 : Agak Rentan
4. Intensitas Penyakit ≥ 30,00 - 75,00 : Rentan 5. Intensitas Penyakit ≥ 75,00
: Sangat Rentan Sesuai Tabel 4 pada minggu I sampai dengan minggu V tanaman bawang
merah Kultivar Bauji tidak ada perkembangan intensitas penyakit moler 0.67. Tidak ada perkembangan intensitas penyakit moler karena kategori katahanan
tanaman bawang merah Kultivar Bauji terhadap serangan Fusarium oxysporum f.sp. cepae
penyebab penyakit moler tergolong tahan. Kondisi lingkungan suhu, kelembaban, dan curah hujan kurang mendukung perkembangan serangan Fusarium
oxysporum f.sp cepae penyebab penyakit moler. Dilihat dari Tabel 5 intensitas
penyakit pada tanaman bawang merah Kultivar Bauji 0.67 dan kategori serangan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
tergolong tidak ada serangan, sehingga kategori ketahanan Kultivar Bauji tergolong tahan terhadap serangan Fusarium oxysporum f.sp. cepae.
Sesuai Tabel 4 pada minggu I sampai dengan minggu V tanaman bawang merah Kultivar Philip ada perkembangan intensitas penyakit moler yang sangat jelas
yaitu dari 1.50 sampai 11.00. Perkembangan intensitas penyakit moler karena kategori ketahanan tanaman bawang merah Kultivar Philip terhadap serangan
Fusarium oxysporum f.sp. cepae penyebab penyakit moler tergolong agak rentan.
Ketahanan tanaman bawang merah dipengaruhi juga oleh kondisi suhu, kelembaban, dan curah hujan yang mendukung untuk perkembangan serangan Fusarium
oxysporum f.sp. cepae penyebab penyakit moler. Dilihat dari Tabel 5 intensitas
penyakit pada tanaman bawang merah Kultivar Philip 11.00 dan kategori serangan tergolong serangan sedang, sehingga kategori ketahanan Kultivar Philip tergolong
agak rentan terhadap serangan Fusarium oxysporum f.sp. cepae. Sesuai Tabel 4 pada minggu I sampai dengan minggu V tanaman bawang
merah Kultivar Bima ada perkembangan intensitas penyakit moler yaitu dari 0.83 sampai 3.33. Perkembangan intensitas penyakit moler karena serangan Fusarium
oxysporum f.sp. cepae penyebab penyakit moler sangat cepat. Suhu, kelembaban, dan
curah hujan yang mendukung juga mempengaruhi perkembangan intensitas penyakit moler. Dilihat dari Tabel 5 intensitas penyakit pada tanaman bawang merah Kultivar
Bima 3.33 dan kategori serangan tergolong tidak ada serangan, sehingga kategori ketahanan Kultivar Bima tergolong tahan terhadap serangan Fusarium oxysporum
f.sp. cepae.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Sesuai Tabel 4 pada minggu I sampai dengan minggu V tanaman bawang merah Kultivar Kuning ada perkembangan intensitas penyakit moler yang disebabkan
oleh Fusarium oxysporum f.sp. cepae penyebab penyakit moler yaitu dari 0.33 sampai 4.67. Suhu, kelembaban, dan curah hujan yang mendukung mempengaruhi
perkembangan intensitas penyakit serta ketahanan tanaman bawang merah terhadap serangan Fusarium oxysporum f.sp. cepae penyebab penyakit moler. Dilihat dari
Tabel 5 intensitas penyakit pada tanaman bawang merah Kultivar Kuning 4.67 dan kategori serangan tergolong tidak ada serangan, sehingga kategori ketahanan Kultivar
Kuning tergolong tahan terhadap serangan Fusarium oxysporum f.sp. cepae. Sesuai Tabel 4 pada minggu I sampai dengan minggu V tanaman bawang
merah Kultivar Biru ada perkembangan intensitas penyakit moler yaitu dari 0.50 sampai 3.50. Perkembangan intensitas penyakit moler dipengaruhi oleh suhu,
kelembaban, dan curah hujan yang mendukung serangan Fusarium oxysporum f.sp. cepae
penyebab penyakit moler. Ketahanan tanaman bawang merah juga mempengaruhi intensitas penyakit moler. Dilihat dari Tabel 5 intensitas penyakit
pada tanaman bawang merah Kultivar Biru 3.50 dan kategori serangan tergolong tidak ada serangan, sehingga kategori ketahanan Kultivar Biru tergolong tahan
terhadap serangan Fusarium oxysporum f.sp. cepae. Sesuai Tabel 4 pada minggu I sampai dengan minggu V tanaman bawang
merah Kultivar Tiron ada perkembangan intensitas penyakit moler yaitu dari 0.83 sampai 2.17. Ketahanan tanaman bawang merah terhadap serangan Fusarium
oxysporum f.sp. cepae penyebab penyakit moler mempengaruhi perkembangan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
intensitas penyakit moler. Semakin tinggi ketahanan tanaman semakin rendah perkembangan intensitas penyakit moler begitu juga sebaliknya. Suhu, kelembaban,
dan curah hujan yang mendukung juga mempengaruhi perkembangan intensitas penyakit moler. Dilihat dari Tabel 5 intensitas penyakit pada tanaman bawang merah
Kultivar Tiron 2.17 dan kategori serangan tergolong tidak ada serangan, sehingga kategori ketahanan Kultivar Tiron tergolong tahan terhadap serangan Fusarium
oxysporum f.sp. cepae.
Perubahan iklim mempengaruhi perkembangan jamur patogen secara fisiologis dan molekuler. Pengaruh itu bisa berdampak pada meningkatnya keganasan
patogen Garrett, 2010. Perubahan status moler menjadi penyakit utama diduga berkaitan dengan perubahan iklim yang tidak menentu beberapa tahun terakhir. Lahan
yang ditanami bawang merah sepanjang musim tanpa pergiliran tanaman juga rawan terinfeksi moler. Kandungan organik tanah rendah dan penggunaan bibit yang tidak
selektif, umbi berasal dari daerah yang pernah terkena fusarium, juga memicu meningkatnya serangan fusarium Suryo, 2010.
Penyakit moler terutama berkembang pada musim hujan dengan kondisi lingkungan yang lembap dan intensitas sinar matahari yang rendah. Penyakit juga
banyak ditemukan di daerah-daerah yang mempunyai jenis tanah berat, juga pada lahan yang selalu ditanami bawang merah dengan benih yang berasal dari pertanaman
sebelumnya yang menunjukkan gejala penyakit moler Wiyatiningsih, 2007b.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
C. Panjang Tanaman dan Jumlah Daun
Hasil analisis menunjukkan ada perbedaan tanggapan Kultivar bawang merah terhadap panjang tanaman dan jumlah daun dari tiap Kultivar pada saat terserang
Fusarium oxysporum f.sp. cepae penyebab penyakit moler.
Tabel 6. Selisih Panjang Tanaman Normal dengan Panjang Tanaman yang Terserang Fusarium oxysporum
f.sp. cepae penyebab penyakit moler pada Kultivar yang Diuji
Jenis Kultivar
Rerata Panjang Tanaman cm
Selisih Panjang Tanaman Bawang Merah cm
Pembanding cm
Bima 20.40
14.10 a 34.50
Kuning 18.98
16.33 a 35.30
Bauji 18.35
20.65 b 39.00
Biru 17.00
25.50 c 42.50
Philip 18.34
26.66 c 45.00
Tiron 13.60
26.90 c 40.50
Pada Tabel 6 menunjukkan bahwa selisih panjang tanaman Kultivar Bima terendah yaitu sebesar 14.10cm diikuti Kultivar Kuning sebesar 16.33cm. Kemudian
Kultivar Bauji sebesar 20.65cm dan Kultivar Biru sebesar 25.50cm. Sedangkan Kultivar Philip sebesar 26.66cm dan Kultivar Tiron tertinggi yaitu sebesar 26.90cm.
Pembanding merupakan data panjang tanaman bawang merah yang sehat dan tidak terserang Fusarium oxysporum f.sp. cepae. Berdasarkan analisis Duncant untuk
panjang tanaman dari Kultivar Bima 14.10cm dan Kultivar Kuning 16.33cm tidak berbeda. Namun Kultivar Bauji 20.65cm berbeda dengan Kultivar lainnya.
Sedangkan Kultivar Biru 25.50cm, Kultivar Philip 26.66cm, dan Kultivar Tiron 26.90cm tidak berbeda.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.