dengan klausula baku yang memuat klausula eksonerasi dalam setiap dokumen ataupun perjanjian-perjanjian yang dibuat oleh pelaku usaha. Undang-
undang memberikkan kesempatan kepada pelaku usaha untuk menyesuaikan klausula tersebut tetapi dari hasil data menunjukkan pelaku usaha belum melakukan
penyesuaian sebagaimana diwajibkan oleh Undang-undang Perlindungan Konsumen nomor 8 tahun 1999. Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap klausula baku
yang memuat klausula eksonerasi terdapat dua klausul dalam perjanjian pengikatan perjanjian jual beli perumahan PT. Pakuwon Darma yaitu pada pasal 6 ayat 3 dan
pasal 9 ayat 2 huruf b.
3.1 Akibat Hukum Ditinjau Dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Pada perjanjian jual beli PT.Pakuwon Darma pada pasal 6 ayat 3 dan pasal 9 ayat 2 huruf b melanggar syarat obyektif pada pasal 1320 ayat 4 yaitu
“suatu sebab yang halal”. Pada pengertian suatu sebab yang halal tersebut dapat ditemukan dalam pasal 1337 KUHPerdata yang berbunyi “suatu sebab adalah
terlarang, apabila dilarang oleh undang-undang,atau apabila berlawanan dengan hukum.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Dalam lahirnya perjanjian pengikatan jual beli perumahan PT. Pakuwon Darma tersebut, pelaku usaha juga melakukan penyalahgunaan keadaan
misbruik van omstandigheden sehingga konsumen perumahan mau tidak mau harus menandatangani perjanjian pengikatan jual beli rumah tersebut.
Penyalahgunaan keadaan itu berkaitan dengan kondisi yang ada pada saat kesepakatan terjadi. Kondisi itu membuat ada salah satu pihak berada dalam
kondisi tidak bebas untuk meyatakan kehendaknya. Itu sebabnya, penyalahgunaan keadaan ini sebagai salah satu cacat kehendak juga.
21
. Sebenarnya, penyalahgunaan keadaan sejak dulu dimasukkan sebagai
keadaan yang bertentangan dengan ketertiban umum atau kebiasaan baik. Atas dasar itu, suatu perjanjian dapat dinyatakan tidak berlaku, baik seluruhnya
maupun bagian tertentu saja. Dengan demikian, ada anggapan, sebab yang terlarang sama dengan isi perjanjian yang tidak dibenarkan. Padahal
penyalahgunaan tidak semata-mata berkaitan dengan isi perjanjian. Isinya mungkin tidak terlarang, tetapi ada sesuatu lain, yang terjadi pada saat lahirnya
perjanjian, yang menimbulkan kerugian pada salah satu pihak. Inilah yang dinamakan penyalahgunaan keadaan.
22
Data pada surat pengaduan tersebut menunjukkan bahwa konsumen menandatangani perjanjian jual beli yang telah dibakukan dan memuat klausula
eksonerasi tersebut karena terpaksa melakukan penandatanganan dikarenakan apabila menolak untuk menandatangani perjanjian jual beli berarti dianggap
melakukan pembatalan sepihak dan akan dikenakan sanksi berupa biaya
21
Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen indonesia,Grasindo,jakrta, 2006, h.85
22
Ibid
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
pembatalan pada pasal 10 perjanjian jual beli sebesar 20 dua puluh persen dari harga jual beli.
Dengan demikian ada kecenderungan konsumen yang menandatangani kontrak tersebut dalam keadaan terpaksa menerima segala isi syarat-syarat dalam
perjanjian baku yang ditetapkan secara sepihak oleh pengembang, inipun dapat dijadikan bukti bahwa adanya penyalahgunaan keadaan ekonomi yaitu
ketidakseimbangan kekuatan dalam melakukan tawar-menawar atau perundingan antara pihak ekonomi kuat terhadap pihak ekonomi lemah. Kondisi ini membuat
ada salah satu pihak berada dalam keadaan tidak bebas untuk menyatakan kehendaknya, dan juga penyalahgunaan keadaan dimasukkan sebagai keadaan
yang bertentangan dengan ketertiban umum atau kebiasaan yang baik goede zeden. Maka klausula eksonerasi tersebut bertentangan dengan syarat subyektif
perjanjian sehingga akibat hukumnya dapat dibatalkan.
3.2 Akibat Hukum ditinjau dari Undang-Undang Perlindungan Konsumen