Perencanaan Arsitektur Enterprise Menggunakan Metode Enterprise Architecture Planning (EAP) Pada KSP Sumber Bahagia Kota Bandung
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat kelulusan pada Program Studi Sistem Informasi Jenjang S1 (Strata Satu)
Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer
Oleh
Mira Mirantie 10510154
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI
FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER
(2)
vi
PERNYATAAN KEASLIAN
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR TABEL... xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 4
1.2.1 Identifikasi Masalah ... 4
1.2.2 Rumusan Masalah ... 5
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 5
1.3.1 Maksud Penelitian ... 5
1.3.2 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Kegunaan Penelitian ... 6
1.4.1 Kegunaan Praktis ... 6
1.4.2 Kegunaan Akademis ... 7
1.5 Batasan Masalah ... 8
(3)
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Koperasi ... 11
2.1.1 Prinsip Koperasi ... 12
2.1.2 Jenis-jenis Koperasi ... 13
2.1.3 Pengertian Koperasi Simpan Pinjam ... 13
2.2 Pengertian Sistem Informasi ... 14
2.3 Arsitektur Enterprise (Enterprise Architecture) ... 15
2.4 Zachman Framework ... 18
2.2.1 Komponen Kerangka Kerja (Framework) ... 19
2.2.2 Kaidah Zachman Framework ... 21
2.5 Perencanaan Arsitektur Enterprise (Enterprise Architecture Planning) ... 23
2.5.1 Perbedaan EAP dengan Perencanaan Sistem Informasi Lainnya ... 24
2.5.2 Manfaat EAP ... 26
2.5.3 Tahapan EAP ... 27
2.6 Metodologi Untuk EAP ... 28
2.7 Pemodelan Bisnis dengan Analisis Rantai ... 28
(4)
viii
2.9 Arsitektur Data ... 33
2.9.1 UML (Unifed Modeling Language) ... 34
2.9.2 Pengertian Usecase ... 34
2.9.3 Diagram Hubungan Entitas (Entity Relationship Diagram) ... 36
2.9.4 Matriks Proses Vs. Entitas Data ... 36
2.10 Arsitektur Aplikasi ... 37
2.11 Arsitektur Teknologi ... 37
2.12 Topologi Jaringan... 39
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ... 43
3.1.1. Sejarah Singkat KSP Sumber Bahagia Kota Bandung ... 43
3.1.2. Visi dan Misi KSP Sumber Bahagia Kota Bandung ... 47
3.1.3. Struktur Organisasi KSP Sumber Bahagia Kota Bandung ... 47
3.1.4. Deskripsi Tugas ... 50
3.1.5. Aktivitas Usaha KSP Sumber Bahagia Kota Bandung ... 53
3.2Metodologi Penelitian ... 56
BAB IV PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Inisiasi Perencanaan ... 60
(5)
4.1.4 Memahami masalah ... 63
4.1.5 Mengumpulkan dokumen ... 63
4.2 Pemodelan Bisnis ... 63
4.2.1 Struktur organisasi KSP Sumber Bahagia ... 64
4.2.2 Mengidentifikasi dan mendefinisikan fungsi Bisnis... 65
4.2.3 Mendefinisikan area fungsional bisnis ... 65
4.2.4 Bagan Hierarki Fungsi Bisnis KSP Sumber Bahagia ... 67
4.2.5 Definisi Fungsi Bisnis KSP Sumber Bahagia ... 69
4.2.6 Matriks Antara Fungsi Bisnis dengan Unit Organisasi ... 79
4.3 Sistem dan teknologi saat ini ... 81
4.3.1 Use case Diagram KSP Sumber Bahagia ... 81
4.3.1.1 Use case Diagram Pengajuan Anggota Baru Koperasi ... 81
4.3.1.2 Skenario Use case Pengajuan Anggota Baru Koperasi ... 82
4.3.1.3 Use case Diagram Simpan Pinjam ... 84
4.3.1.4 Skenario Use Case Simpan Pinjam ... 84
4.3.1.5 Use case Diagram Penyajian Laporan Simpan Pinjam ... 90
(6)
x
4.4.2 Definisikan Entitas, Atribut, Dan Relasi ... 95
4.4.3 Struktur Tabel ... 101
4.4.4 Relasi Entitas Dengan Fungsi Bisnis ... 104
4.5 Arsitektur Aplikasi ... 106
4.5.1 Kandidat Aplikasi ... 106
4.5.2 Definisi Aplikasi ... 107
4.5.3 Relasi Aplikasi Dengan Fungsi Bisnis ... 108
4.6 Arsitektur Teknologi ... 110
4.6.1 Platform Teknologi ... 110
4.6.2 Mengidentifikasi Platform Teknologi Dan Prinsip Teknologi ... 112
4.6.3 Definisi Platform Teknologi ... 115
4.7 Rekomendasi ... 119
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 121
5.2 Saran ... 121
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(7)
Altin Mentang. 2011. Pemodelan Arsitektur Enterprise Menggunakan Enterprise Architecture Planning Untuk Pelayanan Kepada Pelanggan Di PT. Indosat. Tbk Sales Area Kendari. Tesis Magister Sistem Informasi – Universitas Kompuetr Indonesia Bandung.
Budhi Irawan. 2005. Jaringan Komputer. Graha Ilmu. Yogyakarta
Kridanto Surendro. 2009. Pengembangan Rencana Induk Sistem Informasi
(Memadukan Arsitektur Bisnis, Arsitektur Informasi, Arsitektur Aplikasi dan Arsitektur Teknologi Dalam Sebuah Arsitektur Enterprise Untuk Menyusun atau
Merancang Pengembangan Rencana Induk Sistem Informasi Organisasi).
Bandung : Penerbit Informatika.
Paulus. 2005. Perencanaan Arsitektur Enterprise di STT Telkom. Tesis Magister Sistem Informasi – Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung.
(8)
iii
Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin, Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang telah memberikan rahmat dan karunia-NYA, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi ini dengan judul
“PERENCANAAN ARSITEKTUR ENTERPRISE MENGGUNAKAN
METODE ENTERPRISE ARCHITECTURE PLANNING (EAP) PADA KSP SUMBER BAHAGIA KOTA BANDUNG“.
Laporan skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat dalam skripsi Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Program Studi Sistem Informasi S-1 Universitas Komputer Indonesia.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Hal ini disebabkan karena terbatasnya pengetahuan dan kemampuan. Namun demikian, penyusun senantiasa berusaha menyusun dan menyelesaikan dengan sebaik-baiknya.
Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dan bimbingan dari semua pihak yang berhubungan dengan laporan ini, tidak mungkin laporan ini dapat diselesaikan. Untuk itu penyusun menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Ir. Eddy Suryanto Soegoto. Selaku Rektor Universitas Komputer
(9)
2. Prof. Dr. H. Denny Kurniadie, Ir.,M.Sc., Selaku Dekan Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia.
3. Citra Noviyasari, S.Si., MT Selaku Ketua Program Studi Sistem Informasi Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia
4. Yasmi Afrizal, S.Kom., M.Kom Selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu, tenaga serta pikirannya dalam membimbing penulis sehingga akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Deasy Permatasari, S.Si., MT selaku Dosen Wali SI-5 Program Studi Sistem
Informasi 2010 Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia.
6. Seluruh Dosen Program Studi Sistem Informasi yang telah memberikan ilmu
yang sangat bermanfaat bagi penulis.
7. Bapak H.Irwansyah, SE Selaku Ketua Pengurus Koperasi yang telah
mengijinkan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di KSP Sumber Bahagia Kota Bandung
8. Bapak Epi Rahmat Prana selaku pembimbing di kantor, yang telah membantu
kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di KSP Sumber Bahagia Kota Bandung.
9. Seluruh Staf dan Karyawan KSP Sumber Bahagia Kota Bandung yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
10.Terima kasih kepada kedua orang tua Bapak Didin Saripudin, Mamah
Indasah, serta Adik-adikku Indi Mawarnie dan Harnum Andinie, yang selalu memberikan doa dengan penuh kasih sayang, keikhlasan dan kesabaran serta
(10)
v
pengorbanan yang tiada henti mendorong dan selalu memberi semangat penulis untuk menyelesaikan laporan skripsi ini
11.Untuk Reno Mulyadi yang selalu memberikan semangat, perhatian, kasih sayang, doa dengan penuh rasa ikhlas dan sabar, serta memotivasi untuk penulis dalam mengerjakan laporan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
12.Teman-teman Kelas SI-5 Angakatan 2010 dan pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga semua bantuan, bimbingan, dorongan dan segala sesuatu yang telah diberikan kepada penulis senantiasa mendapat
imbalan dari Allah SWT. Amin yaa robbal ‘alamin.
Akhir kata penulis semoga laporan skripsi ini dapat memenuhi harapan yang bermanfaat bagi penulis khususnya bagi para pembaca pada umumnya, dan segala kelapangan hati penulis menerima segala saran dan kritik terhadap penulisan laporan skripsi ini untuk perbaikan selanjutnya.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Bandung, Agustus 2014
(11)
1.1 Latar Belakang
Perkembangan teknologi informasi dapat meningkatkan kinerja dan meningkatkan berbagai kegiatan organisasi yang dapat dilaksakan dengan cepat, tepat dan akurat sehingga akan meningkatkan strategi pencapaian visi dan misi organisasi. Teknologi informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas.
Pemanfaatan teknologi informasi untuk mendukung tercapainya tujuan bisnis organisasi dan peningkatan kinerja organisasi diwujudkan melalui implementasi aplikasi sistem informasi pada berbagai fungsi organisasi. Akan tetapi, upaya pengembangan aplikasi sistem informasi seringkali dilakukan tanpa perencanaan yang baik dan benar. Aplikasi dikembangkan berdasar hasil analisis dan desain dari fungsi organisasi secara lokal sehingga akhirnya menghasilkan perencanaan yang strategis.
Perkembangan teknologi informasi mempunyai dampak yang sangat signifikan terhadap sistem informasi dalam suatu organisasi. Dampak dari hal tersebut adalah banyak organisasi yang berlomba-lomba umtuk menerapkan sistem informasi dan teknologinya dengan hanya memperhatikan kebutuhan
(12)
sesaat dan memungkinkan penerapan sistem informasi yang saling tumpang tindih satu dengan lainnya.
Kondisi tersebut membuat sistem informasi tidak dapat dimanfaatkan sesuai dengan yang diharapkan berdasarkan misi dan tujuan penerapan sistem informasi, yaitu efisiensi dan efektivitas dalam pemenuhan kebutuhan organisasi mulai dari tingkat yang tertinggi sampai operasional dalam organisasi.
KSP Sumber Bahagia Kota Bandung merupakan koperasi simpan pinjam yang mempunyai tugas pokok mengelola penerimaan anggota baru, mengelola simpan pinjam anggota, dan manajemen keuangan yang menghasilkan laporan simpan pinjam. Untuk menunjang kelancaran tugas tersebut peran sistem informasi sangat dibutuhkan untuk membantu dalam mengelola penerimaan anggota baru, mengelola simpan pinjam anggota dan manajemen keuangan. Koperasi ini salah satunya memiliki simpan pinjam koperasi dengan menggunakan sistem informasi yang masih sangat sederhana. Pada awalnya sistem informasi yang digunakan tersebut masih dapat menangani sistem informasi simpan pinjam koperasi secara manual yang menyebabkan simpan pelayanan simpan pinjam menjadi lambat, tetapi sistem informasi tersebut tidak saling terintegrasi satu dengan lainnya dan belum sesuai dengan Tugas Pokok dan Fungsi KSP Sumber Bahagia Kota Bandung.
Namun seiring dengan perkembangan yang telah terjadi, dengan semakin banyaknya peraturan-peraturan koperasi dan dalam membuat laporan, maka dibutuhkan suatu sistem yang dapat menangani kesulitan-kesulitan tersebut yang mulai menjadi kesenjangan bagi koperasi. Kesenjangan tersebut membuat pihak
(13)
pengurus koperasi dalam pengelolaan simpan pinjam koperasi ini merasa perlu untuk sistem TI yang terintegrasi.
Untuk mengurangi kesenjangan tersebut, maka diperlukan sebuah paradigma dalam merencanakan, merancang dan mengelola sistem informasi yang disebut dengan Enterprise Architecture (EA), dimana merupakan tool untuk mengelola sistem informasi dalam organisasi yang dapat dimanfaatkan untuk mewujudkan keselarasan sistem informasi dengan fungsi bisnis yang dijalankan organisasi. Keselarasan sistem informasi tersebut hanya mampu dijawab dengan memperhatikan faktor integrasi di dalam pengembangannya, tujuan integrasi yang sebenarnya adalah untuk mengurangi permasalahan yang terjadi dalam proses pengembangan sistem.
Berdasarkan permasalahan tersebut, menunjukkan bahwa pentingnya memberikan perhatian terhadap perencanaan pengembangan sistem informasi berupa model EA yang dapat mengelola Sistem Informasi Simpan Pinjam dan dimanfaatkan untuk mewujudkan keselarasan sistem informasi dengan Fungsi Bisnis KSP Sumber Bahagia Kota Bandung. Maka dalam penyusunan usulan
penelitian ini penulis memberi judul “Perencanaan Arsitektur Enterprise
Menggunakan Metode Enterprise Arsitektur Planning (EAP) Pada KSP
(14)
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas terdapat masalah yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1) Pengembangan sistem informasi terkadang harus dibuat per unit kerja, karena
kebutuhan pembuatan aplikasi yang terintegrasi terlalu rumit, sehingga diperlukan rencana;
2) Pengembangan IT kedepan masih belum sepenuhnya terpahami untuk
mendukung sistem kerja yang baik;
3) Masih belum adanya keselarasan IT dengan bisnis untuk kedepan;
4) Pengembangan IT kedepan masih belum sepenuhnya terpahami untuk
mendukung sistem kerja yang baik.
1.2.2 Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan masalah diatas, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1) Bagaimana mendefinisikan model tingkat tinggi atau cetak biru (Blueprint) arsitetur enterprise yang mencakup arsitektur bisnis, arsitektur data, arsitektur aplikasi, dan arsitektur teknologi pada KSP Sumber Bahagia.
2) Bagaimana Perencanaan Arsitektur Enterprise bisa memberikan
pengembangan TI kedepannya, sehingga masalah yang sering muncul dalam menghambat aktivitas utama pada KSP Sumber Bahagia dapat teratasi.
(15)
3) Bagaimana merancang blueprint untuk Arsitektur Enterprise menggunakan metode EAP pada KSP Sumber Bahagia Kota Bandung;
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dan tujuan penelitian sebagai berikut :
1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian adalah untuk Perencanaan Arsitektur Enterprise
Menggunakan Metode Enterprise Architecture Planning (EAP ) Pada KSP
Sumber Bahagia Kota Bandung, guna tercapainya tujuan bisnis yang akan meningkatkan strategi pencapaian visi dan misi KSP Sumber Bahagia Kota Bandung.
1.3.2 Tujuan Penelitian
1) Mendefinisikan model tingkat tinggi atau cetak biru (Blueprint) arsitetur enterprise yang mencakup arsitektur bisnis, arsitektur data, arsitektur aplikasi, dan arsitektur teknologi pada KSP Sumber Bahagia.
2) Untuk Perencanaan Arsitektur Enterprise bisa memberikan pengembangan TI
kedepannya, sehingga masalah yang sering muncul dalam menghambat aktivitas utama pada KSP Sumber Bahagia dapat teratasi.
3) Menggambarkan blueprint untuk Arsitektur Enterprise menggunakan metode
(16)
1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Praktis
a. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam upaya perbaikan masalah yang terkait dengan
Perencanaan Arsitektur Enterprise Menggunakan metode EAP Pada Ksp
Sumber Bahagia Kota Bandung.
b. Bagi Anggota Koperasi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi anggota koperasi sebagai pelayanan dalam simpan pinjam tentang Perencanaan Arsitektur Enterprise
Menggunakan metode EAP, dalam rangka tercapainya tujuan bisnis yang akan meningkatkan strategi pencapaian visi dan misi Ksp Sumber Bahagia Kota Bandung.
1.4.2 Kegunaan Akademis
a. Pengembangan Ilmu
Penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembangan bidang keilmuan khususnya bidang ilmu sistem informasi tentang Perencanaan Arsitektur
Enterprise menggunakan metode EAP. Diharapkan temuan-temuan yang
diperoleh dapat menjadi bahan-bahan pengkajian dan pengembangan bagi mahasiswa Universitas Komputer Indonesia khususnya mahasiswa program studi sistem informasi.
(17)
b. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
ataupun wawasan mengenai kemampuan Perencanaan Arsitektur Enterprise
menggunakan metode EAP kepada peneliti lain atau para akademis yang akan mengambil skripsi atau tugas akhir dalam kajian yang sama sekaligus sebagai referensi di dalam penulisan.
c. Bagi peneliti
Diharapkan berguna dalam menambah atau memperkaya wawasan pengetahuan baik teori maupun praktek, belajar menganalisa dan melatih daya fikir dalam mengambil kesimpulan atas permasalahan yang ada didalam perusahaan, khususnya pada KSP Sumber Bahagia Kota Bandung.
1.5 Batasan Masalah
Sehubungan dengan keterbatasan kemampuan dan waktu, ditetapkan sejumlah batasan sebagai berikut:
1. Ruang lingkup dari enterprise dibatasi pada bagian simpan pinjam yang
merupakan bisnis inti dari KSP Sumber Bahagia dengan bagian pendukungnya yaitu: keuangan, dan sumber daya manusia.
2. Framework (Kerangka Kerja) untuk arsitektur enterprise yang dipakai adalah
Zachman Framework. Zachman Framework akan dimanfaatkan sebagai cara
pandang terhadap arsitektur enterprise itu sendiri.
3. Metodologi yang dipakai adalah Enterprise Architecture Planning (EAP). EAP
(18)
4. EAP ini tidak melibatkan rencana implementasi pada lapisan ke 7 karena
penulis hanya merencanakan saja.
5. Penelitian arsitektur enterprise ini dikhususkan untuk KSP Sumber Bahagia
Kota Bandung.
1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi dan waktu penelitian yang dilakukan yaitu sebagai berikut :
1.6.1 Lokasi Penelitian
KSP Sumber Bahagia adalah salah satu koperasi yang berada di kota Bandung berlokasi di Jalan Gardu Jati No. 74 Kelurahan Kebon Jeruk, Kecamatan Andir, Kota Bandung. Daerah kerja KSP Sumber Bahagia meliputi Kota Bandung dan Kabupaten Bandung.
(19)
1.6.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2014. Adapun waktu pelaksanaan penelitian terdapat dalam Tabel 1.1 dibawah ini :
Tabel 1.1
Jadwal Penelitian
No. Aktivitas
Tahun 2014
Maret April Mei Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Survei Awal
2. Inisiasi Perencanaan 3. Pemodelan Bisnis
4. Menggambarkan arsitektur sistem dan teknologi saat ini
5. Menentukan kebutuhan arsitektur data
6. Menentukan kebutuhan arsitektur aplikasi 7. Menentukan kebutuhan
arsitektur teknologi
1.7 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika pada penulisan skripsi ini secara garis besar sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang Latar Belakang Penelitian, Identifikasi Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Ruang Lingkup Penelitian, Metodologi Penelitian dan Sistematika Penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi teori-teori yang digunakan dalam menganalisis dan memodelkan EA.
(20)
BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi profil, visi dan misi, tujuan, struktur organisasi, tugas pokok dan fungsi KSP Sumber Bahagia Kota Bandung dan metodologi yang digunakan pada penelitian.
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL
Bab ini berisi kondisi enterprise saat ini dari sudut pandang proses bisnis, sistem teknologi serta menentukan kebutuhan arsitektur data, aplikasi, teknologi tepat
guna untuk cetak biru (Blueprint) di masa mendatang, dan mengenai perencanaan
arsitektur dari Enterprise Architecture Planning yang telah dibuat selama dalam penelitian.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
(21)
2.1 Pengertian Koperasi
Pengertian koperasi secara etimologi berasal dari kata cooperation, co
berarti bersama dan operation artinya bekerja atau berusaha. Jadi cooperation
adalah bekerja bersama-sama atau usaha bersama-sama untuk kepentingan bersama.
Adapun pengertian koperasi menurut Undang-Undang Perkoperasian Bab 1 pasal 1 (2002:2) koperasi mempunyai pengertian sebagai berikut :
Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan.
Pengertian ini disusun tidak hanya berdasar pada konsep koperasi sebagai organisasi ekonomi dan sosial tetapi secara lengkap telah mencerminkan norma-norma dan kaidah-kaidah yang berlaku bagi bangsa Indonesia. Norma dan kaidah tersebut dalam UU tersebut lebih tegas dijabarkan dalam fungsi dan peran koperasi Indonesi sebagai:
1. Alat untuk membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan
ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya
(22)
3. Alat untuk memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional, dan
4. Alat untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang
merupakan usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi
Adapun yang dapat menjadi anggota koperasi yaitu :
1. Perorangan, yaitu orang yang secara sukarela menjadi anggota koperasi.
2. Badan hukum,koperasi, yaitu suatu koperasi yang menjadi anggota kopersai yang memiliki lingkup lebih luas.
Hal pokok yang membedakan koprasi dengan lembaga keuangan lainnya diantaranya dalam juklak KPBR Bukopin Tahun 1991 yang menyatakan sebagai berikut : Pembinaan dan pengawasan terhadap usaha koperasi/KUD meelalui kelompok anggota, ditujukan untuk mencegah praktek-praktek pemberian pelayanan pinjaman demi keuntungan pribadi.
2.1.1 Prinsip Koperasi
Tata kehidupan dalam organisasi koperasi mengatur bagaimana hubungan di antara anggota dan pengurus koperasi. Tata kehidupan ini secara prinsip diatur oleh prinsip-prinsip koperasi. Undang-undang Nomor 25 tahun 1992 Pasal 5 merinci ada 7 (tujuh) prinsip koperasi Indonesia, yaitu:
1. Kanggotaan bersifat sukarela dan terbuka. 2. Pengelolaan dilakukan secara demokratis.
(23)
3. Pembagian Sisa Hasil Usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota.
4. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal.
5. Kemandirian.
6. Pendidikan perkoperasian. 7. Kerjasama antar koperasi.
2.1.2 Jenis-Jenis Koperasi
Berdasarkan pasal 2, PP 60/1959 ada 7 jenis koperasi, yaitu : 1. Koperasi Desa,
2. Koperasi Pertanian, 3. Koperasi Perternakan, 4. Koperasi Perikanan,
5. Koperasi Kerajinan/Industri, 6. Koperasi Simpan Pinjam, dan 7. Koperasi Konsumsi.
2.1.3 Pengertian Koperasi Simpan Pinjam
Pengertian koperasi simpan pinjam berdasarkan PSAK 27/Reformat 2007 adalah sebagai berikut :
Koperasi simpan pinjam adalah koperasi yang kegiatan atau jasa utamanya menyediakan jasa penyimpanan dan peminjaman untuk anggotanya.
(24)
Koperasi simpan pinjam memiliki tujuan untuk mendidik anggotanya hidup berhemat dan juga menambah pengetahuan anggotanya terhadap perkoperasian. Untuk mencapai tujuannya, berarti koperasi simpan pinjam harus melaksanakan aturan mengenai peran pengurus, pengawas, manajer dan yang paling penting adalah rapat anggota. Pengurus berfungsi sebagai pusat pengambil keputusan tinggi, pemberi nasehat dan penjaga berkesinambungannya organisasi dan sebagai orang yang dapat dipercaya. Menurut UU no.25 tahun 1992, pasal 39, pengawas bertugas melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan dan pengelolaan koperasi dan menulis laporan koperasi, dan berwewenang meneliti catatan yang ada pada koperasi, mendapatkan segala keterangan yang diperlukan dan seterusnya. Manajernya koperasi simpan pinjam, seperti manajer di organisasi apapun harus memiliki ketrampilan eksekutif, kepimpinan, jangkauan pandangan jauh ke depan dan mememukan kompromi dan pandangan berbeda. Akan tetapi untuk mencapai tujuan, rapat anggota harus mempunyai kekuasaan tertinggi dalam organisasi koperasi. Hal ini ditetapkan dalam pasal 22 sampai pasal 27 UU no.25 tahun 1992.
2.2Pengertian Perencanaan
Perencanaan merupakan proses awal dimana manajemen memutuskan tujuan dan cara pencapaiannya. Perencanaan adalah hal yang sangat esensial karena dalam kenyataanya perencanaan memegang peranan lebih bila dibanding dengan fungsi-fungsi manajemen yang lainnya, yaitu pengorganisasian,
(25)
pengarahan, dan pengawasan. Dimana fungsi-fungsi manajemen tersebeut sebenatnya hanya merupakan pelaksanaan dari hasil sebuah perencanaan.
Menurut Deacon, Perencanaan adalah upaya menyusun berbagai keputusan yang bersifat pokok, yang dipandang paling penting dan yang akan dilaksanakan menurut urutannya guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2.3 Arsitektur Enterprise (Enterprise Architecture)
Arsitektur dapat berarti seni dan pengetahuan tentang mendesain sebuah lingkungan bangunan, atau juga produk dari sebuah desain. Arsitektur merupakan sebuah kerangka berpikir yang dibutuhkan pada saat mendesain sebuah
enterprise. Untuk membuat sebuah gambaran tentang struktur organisasi, proses bisnis, aplikasi sistem informasi, dan infrastruktur teknologi informasi yang mendukung.
Menurut IEEE (2000) mendefinisikan Arsitektur adalah organisasi fundamental dari sistem yang diwujudkan dengan komponen-komponennya, keterhubungannya satu sama lain dan terhadap lingkungannya, dan prinsip sebagai pedoman rancangan dan evolusinya (Kridanto : 2009).
Sedangkan menurut O’Rourke, dkk., (2003) mendefinisikan Arsitektur adalah rancangan segala jenis struktur, baik fisik maupun konseptual, baik nyata maupun maya (Kridanto : 2009).
Terlepas dari konteksnya, kata “arsitektur” menyiratkan suatu perencanaan, yang diwujudkan dengan model dan gambar (yang secara umum disebut cetak biru) bagian-bagian/komponen dari sesuatu dengan berbagai sudut pandang.
(26)
Sedangkan pengertian enterprise umumnya sering disamakan dengan
pengertian organisasi atau perusahaan. Menurut Spewak (1992), Enterprise
didefinisikan sebagai organisasi (atau badan lintas organisasi) yang mendukung lingkup bisnis dan misi yang telah ditetapkan. Enterprise mencakup sumber daya yang saling berkaitan (manusia, organisasi, dan teknologi) yang harus mengkoordinasikan fungsinya dan berbagi dalam mendukung misi bersama (atau sekumpulan misi yang berkaitan).
Berdasarkan Dari berbagai definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa
enterprise bukan hanya perusahaan (company), tetapi juga bisa berarti organisasi non-profit/nirlaba seperti pemerintah dan institusi pendidikan ataupun organisasi amal. Dengan memahami definisi arsitektur dan enterprise tersebut, maka dapat dinyatakan definisi arsitektur enterprise sebagai berikut :
Arsitektur Enterprise adalah kumpulan prinsip, metode dan model yang bersifat masuk akal yang digunakan untuk mendesain dan merealisasikan sebuah struktur organisasi enterprise, proses bisnis, sistem informasi dan infrastrukturnya (Kridanto, 2009).
Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa arsitektur enterprise
merupakan cara untuk menggambarkan model operasional enterprise yang
mencakup aspek perencanaan bisnis, operasional bisnis, otomasi, hingga infrastruktur teknologi informasi pendukungnya. Arsitektur enterprise memiliki 4 (empat) komponen (domain) utama yaitu arsitektur bisnis, arsitektur informasi, arsitektur teknologi, dan arsitektur aplikasi. Sehubungan dengan keempat
(27)
komponen ini, produk arsitektur enterprise akan berupa grafik, model, dan narasi yang menjelaskan lingkungan dan rancangan enterprise.
Arsitektur enterprise mempunyai arti penting bagi organisasi sebab salah satu hasilnya adalah keselarasan antara TI dan kebutuhan bisnis. Arsitektur
enterprise menjadi semakin populer dengan alasan berikut. Pertama, dengan datangnya era e-bisnis, dengan aplikasi front-end yang berorientasi ke pelanggan, terdapat kebutuhan untuk menghubungkannya ke sejumlah sistem back-end. Hal
ini menimbulkan kebutuhan bagi arsitektur enterprise untuk menetapkan
bagaimana mencapai integrasi aplikasi ini. Kedua, arsitektur enterprise dapat dimanfaatkan untuk menghindari aplikasi yang berfokus ke organisasi (organisationally focused applications) dan menyediakan kemampuan serta layanan dalam cara yang lebih seragam dan ekonomis. Peranan arsitektur
enterprise dalam perencanaan teknologi strategis dapat memberikan manfaat untuk sisi bisnis dalam organisasi, bukan hanya sisi teknologi.
Pada gambar 2.1 arsitektur enterprise diposisikan dalam konteks
pengelolaan enterprise. Pada posisi puncak piramid, terdapat visi dari enterprise. Visi merupakan pernyataan tentang “citra perusahaan dimasa depan‟ dan nilai
-nilai yang dipegang oleh enterprise. Misi menggambarkan tentang produk
perusahaan, pasar, dan penekanan dibidang teknologi dengan cara mencerminkan nilai dan prioritas para pengambil keputusan yang strategis. Selanjutnya terdapat strategi yang menyatakan tentang rute yang akan dijalani enterprise dalam mencapai visi dan misinya. Hal ini diterjemahkan ke dalam sasaran yang jelas yang memberikan arah dan tahapan dalam menjalankan strategi. Penerjemahan
(28)
sasaran dalam perubahan yang nyata dalam operasi sehari-hari merupakan area aristektur enterprise berada.
Gambar 2.1 Arsitektur Enterprise Sebagai Instrumen Manajemen (Sumber : Kridanto Surendro, 2009)
2.4 Zachman Framework
Zachman Framewok pertama kali dipublikasikan oleh John Zachman pada
tahun 1987 dalam tulisannya yang berjudul “A Framework For Information Systems Architecture” di IBM System Journal. Kerangka kerja ini awalnya berupa struktur matriks 6 X 3 yang terdiri dari enam baris dan tiga kolom. Kerangka kerja kemudian diperluas dan diformalisasikan oleh Sowa dan Zachman pada tahun 1992
dalam tulisannya yang berjudul “Extending Architecture” di IBM System Journal. Perluasan yang dilakukan berupa penambahan tiga kolom, sehingga menjadi sebuah matriks berukuran 6 X 6 yang terdiri dari enam baris dan enam kolom.
Pada dasarnya Zachman Framework untuk arsitektur enterprise adalah
(29)
Pengertian artifak disini dapat berupa model, gambar dan diagram atau dokumen. Tidak semua artifak yang dimiliki perusahaan berguna bagi perusahaan untuk mengelola sistem informasinya. Dengan bantuan kerangka kerja Zachman, perencanaan sistem informasi suatu perusahaan dapat di fokuskan pada artifak
yang berguna dan menghindari adanya artifact of noise yang sering mengalihkan
perhatian dalam perencanaan untuk mengidentifikasi masalah yang sesungguhnya. Artifak yang benar-benar digunakan untuk perencanaan sistem informasi disebut
dengan artifact of value, dimana artifak ini membantu untuk mengelola
perusahaan dan membuat pengoperasian artifak tersebut lebih baik. Pandangan keseluruhan dari kerangka kerja Zachman membantu untuk menentukan kegunaan dari suatu artifak. Artifact of value membantu dalam membahas suatu topik yang penting bagi perusahaan.
2.4.1 Komponen Kerangka Kerja (Framework)
Kerangka kerja Zachman didesain untuk memasukan representasi arsitektur sistem informasi untuk semua pihak yang terlibat dalam kegiatan pengembangan, pengelolaan, perawatan dan penggunaan dari sistem informasi suatu organisasi. Setiap perspektif memberikan cara pandang yang unik dan bernilai pada arsitektur enterprise.
Kerangka kerja Zachman menggambarkan arsitektur enterprise dalam 6 (enam) komponen yaitu data, fungsi, jaringan, personil, waktu dan motivasi. Tiap komponen digambarkan dan dilihat berdasarkan enam perspektif yang berbeda yaitu perspektif planner (perencana) yang menghasilkan cakupan arsitektur
(30)
(gambaran kontekstual), perpektif owner yang menghasilkan model enterprise
(rancangan konseptual), perspektif designer untuk model sistem (rancangan logis), perspektif builder untuk model teknologi (rancangan fisik), perspektif sub-kontraktor untuk representasi detail (rancangan out-of-context) dan terakhir adalah model fungsionalisasi enterprise.
Elemen kerangka kerja Zachman ditunjukan sebagai sel-sel seperti terlihat pada Gambar 2.2. Kerangka kerja menjelaskan sebuah contoh model variabel tunggal untuk setiap sel. Informasi ini dapat dinyatakan sebagai artifak.
Tabel 2.1 Zachman Framework untuk arsitektur enterprise Data (What) Fungsi
(How) Jaringan (Where) Orang (Who) Waktu (When) Motivasi (Why) Tujuan Cakupan (Perspektif Perencna) Daftar hal-hal yang penting bagi
enterprise Daftar proses-proses yang dilakukn enterpise Daftar lokasi operasional enterprise Daftar unit organisasi Daftar waktu siklus bisnis Daftar tujuan strtegi bisnis Model Bisnis (Perspektif Pemilik) Entity Reltionship Diagram (mencakup m:m relasi bertribut) Model proses bisnis (diagram aliran data fisik)
Jaringn logistic (node dan link)
Struktur orgnisasi, dengan peran; kumpulan keahlian;
isu keamanan
Jadwal bisnis
induk Aturn bisnis
Model Sistem Informasi (Perspektif Arsitek) Model data (entitas valid normalisasi sepenuhnya)
Diagram liran dta spesifik; aritektur aplikasi Arsitektir system yang didistribusikan Arsitktur antarmuka manusia (peranan, data, akses) Diagram ketergantungn, sejarh hidup entitas (struktur proses) Model aturan bisnis Model Teknologi (Perspektif Builder) Arsitektur data (table dan kolom);
peta data baru terhadap data lama
Rancangan sistem; struktue chrt, pseudecode Arsitektur sistem (perngkat keras, tipe perangkat lunak) Antarmuka pengguns (bagimana perilaku system); rancangn kemanan Diagram aliran kendali (struktur kendali) Rancangan aturan bisnis Representasi Detail (Perspektif subkontraktor) Rancangan data (denormalisasi), rancangan penyimpann fisik Rancangan program Arsitektur jaringan Layar, arstektur kemanan (siapa yang
dapat melihat apa)
Definisi waktu Spesifikasi aturan dalam program logis Fungsi Sistem (Perspektif Pengguna) Data yang dikonversi Program tang dapat sieksekusi Fasilitas komuniksi
Orang yanf sudah
dilatih Kejdian bisnis
Aturan yang memaksa
(31)
Keenam baris pada Tabel 2.1 menyajikan enam pandangan (perspektif), sebagaimana yang dipandang oleh perencana, pemiliki, perancang, pembangun, dan functioning enterprise. Penjelasannya adalah sebagai berikut :
1. Perencana : yang menetapkan objek dalam pembahasan, latar belakang,
lingkup, dan tujuan enterprise;
2. Pemilik : penerima atau pemakai produk/jasa akhir dari enterprise;
3. Arsitek/Perancang : perantara antara apa yang diinginkan (pemilik) dan apa yang dapat dicapai secara teknis dan fisik;
4. Builder (Pembangun) : pengawas/pengatur dalam menghasilkan produk/jasa
akhir;
5. Subkontraktor : bertanggung jawab membangun dan merakit bagian-bagian
dari produk/jasa akhir;
6. Pengguna : wujud nyata dari produk/jasa akhir.
2.4.2 Kaidah Zachman Framework
Ada beberapa kaidah yang terdapat pada kerangka kerja Zachman, antara lain :
1) Dimension Importance, setiap kolom tidak memiliki urutan prioritas atau pola barisan dan urutan kolom dalam kerangka kerja dapat berubah-ubah, tetapi urutan dari kiri ke kanan dan dari atas ke bawah sudah menjadi sebuah konvensi dalam implementasinya, dengan demikian urutan kolom tersebut menjadi sangat mudah untuk dibacakan dan dijadikan acuan.
(32)
2) Dimension Simplicity, setiap kolom yang ada sangat sederhana, merupakan model dasar yang digunakan untuk menggambarkan bagian dari organisasi dan arsitektur sistem informasi. Akan tetapi, model ini tidak berdiri sendiri, artinya setiap kolom saling bergantung satu sama lainnya dan berinteraksi secara kontinu, sehingga perpindahan dari satu kolom akan berdampak pada satu atau lebih kolom yang lainnya.
3) Dimension Uniqueness, model dasar dari setiap kolom harus bersifat unik, dengan model yang unik ini dimungkinkan bahwa setiap artifak dari
enterprise dapat diklasifikasikan secara pasti.
4) Perspective Uniqueness, setiap baris menampilkan sebuah perspektif yang unik dan berbeda, berhubungan dengan partisipan atau kelompok partisipan didalam perencanaan, pengembangan dan penggunaan sistem informasi. 5) Cell Uniqueness, Jika setiap dimensi dan perspektif unik, maka setiap sel juga
harus unik. Konsekuensinya isi salah satu sel tidak terdapat dalam sel lain. Contohnya, entitas bisnis hanya dapat dicari pada perpotongan dari model
enterprise dan kolom data. Entitas data hanya dapat dicari pada perpotongan model sistem dan kolom data.
6) Dimension Necessity, keenam dimensi tersebut dibutuhkan untuk
merepresentasikan secara lengkap setiap perspektif yang ada. Dengan kata lain, gabungan atau integrasi seluruh model sel dalam satu baris merupakan model lengkap dari perspektif baris tersebut.
7) Logic Recursiveness, kerangka kerja bersifat berulang berkenaan dengan versi, yakni deskripsi sistem alternatif dan dekomposisinya, selain itu sel-sel
(33)
dalam kerangka kerja dapat dan mungkin ditampilkan pada berbagai level detail.
2.5 Perencanaan Arsitektur Enterprise (Enterprise Architecture Planning)
Perencanaan arsitektur enterprise adalah proses mendefinisikan arsitektur untuk penggunaan informasi yang mendukung bisnis dan rencana untuk mengimplementasikan arsitektur tersebut.
Beberapa hal yang menjadi penekanan dalam pengertian EAP adalah : 1) Arsitektur-arsitektur, yaitu bersifat jamak, karena terdapat tiga jenis arsitektur
dalam perencanaannya, yaitu arsitektur data, arsitektur aplikasi dan arsitektur teknologi. Arsitektur dalam konteks ini serupa dengan blueprint dan gambar
atau model. Dalam perencanaan arsitektur enterprise, arsitektur
mendefinisikan dan menggambarkan data, aplikasi dan teknologi yang diperlukan untuk mendukung bisnis.
2) Mendefinisikan bisnis dan mendefinisikan arsitekturnya, sehingga dalam
pelaksanaannya tidak dilakukan kegiatan merancang sistem, basis data dan jaringan. Pekerjaan merancang dan implementasi sistem dilakukan sesudah proses pendefinisian EAP telah selesai.
3) Merencanakan, yaitu arrsitektur mendefinisikan apa yang dibutuhkan dan rencana pendukung mendefinisikan kapan arsitektur akan diimplementasikan.
EAP adalah merupakan pendekatan yang dibuat oleh Spewak (1992) untuk membangun arsitektur enterprise dengan berdasarkan dorongan data dan bisnis.
(34)
Jika dipetakan ke dalam kerangka kerja zachman, EAP akan berada di baris pertama dan kedua yang merupakan perspektif perencana dan pemilik.
Sedangkan aspek yang dibahas dalam EAP hanya meliputi data, fungsi dan jaringan dari arsitektur sistem informasi. Hasil pemetaaan EAP ke dalam Zachman Framework dapat di lihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 EAP dalam Zachman Framework
Aspek Perspektif Data (What) Fungsi (How) Jaringan (Where) Tujuan Cakupan (Perspektif Perencna)
Daftar hal-hal yang penting bagi
enterprise
Daftar proses-proses yang dilakukn enterpise
Daftar lokasi operasional enterprise
Model Bisnis (Perspektif Pemilik) Entity Reltionship Diagram (mencakup m:m relasi bertribut)
Model proses bisnis (diagram aliran data
fisik)
Jaringn logistic (node dan link)
Sumber : Buku Pengembangan Rencana Induk Sistem Informasi, 2009
Dari aspek cakupannya berdasarkan klasifikasi Zachman Framework, EAP
melibatkan 6 (enam) sel yang masing-masing dibangun melalui 4 tahap yaitu : Tahap untuk memulai adalah tahap untuk memahami kondisi saat ini, tahap pendefinisian visi masa depan dan tahap untuk menyusun rencana dalam mencapai visi masa depan. Tahap dimana kondisi kita saat ini adalah tahap analisis untuk kondisi saat ini menghasilkan model bisnis dan analisis sistem dan teknologi saat ini. Tahap visi tentang dimana yang kita inginkan di masa depan adalah tahap pendefinisian arsitektur enterprise yang terdiri dari arsitektur data, aplikasi dan teknologi. Gambar 2.2 berikut mengilustrasikan keenam komponen dan empat lapisan dalam EAP.
(35)
Gambar 2.2 Komponen dan Lapisan EAP (Sumber : Kridanto Surendro, 2009)
2.5.1 Perbedaan EAP dengan Perencanaan Sistem Informasi Lainnya
Perbedaan EAP dengan perencanaan sistem informasi lainnya adalah sebagai berikut : Arsitektur dapat ditemukan dalam suatu model bisnis fungsional.
Kegiatan EAP dimulai dengan pertanyaan “Bisnis apa yang dilakukan organisasi?” dan bukan “Sistem apa yang diperlukan eksekutif organisasi?”.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa EAP merupakan perencanaan yang bersifat business driven;
1) EAP mendefinisikan data sebelum aplikasi.
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam kegiatan ini adalah mengidentifikasi data apa saja yang dibutuhkan untuk mendukung bisnis dan kemudian mendefinisikan aplikasi-aplikasi apa saja yang diperlukan untuk mengelola data tersebut;
2) EAP menggunakan data dependency untuk menentukan rencana implementasi.
(36)
yang berarti bahwa rencana pengembangan aplikasi yang membuat data dan bukan yang menggunakan data. Pendekatan pengembangan aplikasi seperti ini disebut dengan data driven planning;
3) EAP mempertimbangkan operasional jangka pendek dan juga berfokus pada strategi jangka panjang organisasi dalam penggunaan data dan teknologi untuk mendukung bisnis.
2.5.2 Manfaat EAP
Manfaat dari penerapan EAP baik manfaat yang bersifat bisnis maupun manfaat bagi sistem informasi yang direncanakan sebagai berikut:
1) Fokus pada penggunaan strategi teknologi untuk mengelola data sebagai aset;
2) Standarisasi kosakata (nama data, nama sistem dan sebagainya) merupakan fasilitas untuk berkomunikasi dan mengurangi inkonsistensi dan redudansi data;
3) Adanya dokumentasi meningkatkan pemahaman terhadap bisnis;
4) Kebijakan pengambilan keputusan dapat ditinjau ulang;
5) Memperhatikan integrasi sistem baru dengan sistem aplikasi yang sudah ada;
6) Memungkinkan untuk pendekatan komprehensif, objektif dan imparsial;
7) Rencana sistem jangka panjang merupakan komplemen bagi rencana bisnis;
8) Solusi jangka panjang yang bersifat efektif terhadap biaya dengan
(37)
9) Melibatkan strategi migrasi yang layak dengan pencapaian waktu yang singkat;
10) Mempermudah dalam menilai manfaat dan dampak pemanfaatan teknologi
informasi bagi bisnis.
2.5.3 Tahapan Dalam EAP
Penjelasan tentang tahapan EAP dapat dilihat pada Tabel 2.3, sebagai berikut :
Tabel 2.3 Tahapan EAP
Lapisan Tahapan Tujuan
Permulaan 1.Inisiasi Perencanaan Membuat kerangka keja pengerjaan perencanaan arsitektur enterprise, yang mencakup waktu dan sumber daya yang efesien dan efesiensi, sehingga proyek dpat dimuli secepatnya dalam arah yang tepat, diselesaikan tepat waktu, dan memiliki anggota tim yang berkualitas
Pemahamn Kondsi saat ini
2.Pemodelan Bisnis Tersedianya modelmengenai bisnis enterprise yang konsisten, komreshif, dan lengkap sehingga dapat digunakan untuk mendefinisikan arsitektur-arsitektur dan rencana implementasi
3.Survei Enterprise Detail-detail bisnis yng melengkapi model bisnis
4.Sistem dan teknologi saat ini Mendokumentasikan dan mendefinisikan semua system dan platform teknologi yang digunakan enterprise saat ini
Rencana masa depan 5.Arsitektur data Mengidentifikasikan dan mendefinisikan jenis-jenis data utama yng mendukung fungsi-fungsi bisnis yang telah didefinisikan pada model bisnis
6.Arsitektur aplikasi Mendefinisikan jenis-jenis aplikasi utama yang dibutuhkn untuk mengelola data dn mendukung fungsi bisnis enterprise
7.Arsitektur teknologi Mendefinisikan jenis-jenis teknologi utama yang dibutuhkan untuk menyediakan lingjungan yang mendukung aplikasi pada arsitektur aplikasi yang disusun sebelumnya dalam mengelola data dan mendukung fungsi bisnis Strategi pencapaian 8.Rencana Implementasi Menyusun menyipkn sebuah rencana untuk mengimplementasikan arsitektur
9.Kesimpulan Perencanaan Mengelola rencana migrsi yang sudah dibuat sebelumnya
10.Transisi ke implementasi Menyiapkan akivitas pengimplimentasian arsitektur yang diketahui dan memstikan pengimplemntasian akan berjalan
(38)
2.6 Metodologi Untuk EAP
Pendekatan EAP menyediakan arah, tahapan, langkah, tugas, dan artifak arsitektur enterprise yang dihasilkan, sekaligus juga menyarankan agar dilakukan pemilihan metodologi yang dapat menunjang penyelesaian EAP secara efektif sesuai dengan kondisi dan kebutuhan. Pada bagian ini, metodologi yang dipilih untuk EAP diuraikan sesuai dengan langkah-langkah utama dalam tiap tahap EAP.
Dalam pembahasan bab ini, EA Framework yang digunakan adalah Zachman Framework, sedangkan EA prosesnya adalah Enterprise Architecture Planning (EAP).
2.7 Pemodelan Bisnis dengan Analisis Rantai 2.7.1 Analisis Rantai Nilai
Analisis rantai nilai yang pertama kali diusulkan oleh Porter (1985) memberikan kerangka untuk mengidentifikasi dimana menginventarisasikan area-area fungsi bisnis. Pengelompokan area-area-area-area fungsional kedalam aktivitas utama dan pendukung seperti yang ditunjukan pada Gambar 2.3
Model rantai nilai Porter cenderung dekat dengan model bisnis bagi
enterprise dalam bidang manufaktur, sehingga penerapannya untuk enterprise jasa dan jenis lainnya cukup sering dianggap kurang memadai. Modifikasi atas pengelompokkan area-area fungsi tetap dapat dilakukan tanpa mengurangi substansi pertambahan nilai yang menjadi gerak fungsi dari enterprise. Analisis
(39)
rantai nilai internal maupun eksternal dapat membantu identifikasi dan inventarisasi area-area fungsi enterprise yang diperlukan untuk EAP.
Gambar 2.3 Model Rantai Nilai (Value Chain) (Sumber : Kridanto Surendro, 2009)
1) Primary activities (kegiatan utama) pada rantai nilai ini adalah sebagai berikut:
a. Inbound Logistic : Aktivitas yang berhubungan dengan penerimaan, penyimpanan, dan menyebarkan masukan.
b. Operations : Aktivitas yang mentransformasikan masukan menjadi
keluaran menjadi produk akhir.
c. Outbound Logistic : Aktivitas yang berhubungan dengan menyebarkan produk/jasa ke pelanggan.
d. Marketing & Sales : Kegiatan yang berhubungan dengan pemasaran dan penjualan seperti penelitian pasar, promosi dan sebagainya.
e. Service : Kegiatan yang berhubungan dengan penyedia layanan untuk meningkatkan pemeliharaan produk seperti instalasi, pelatihan, perbaikan, suplai bahan dan perawatan.
(40)
2) Support activities (kegiatan pendukung) yang digambarkan Porter adalah sebagai berikut:
a. Firm Infrastucture : merupakan aktivitas, biaya dan aset yang
berhubungan dengan manajemen umum, accounting dan keuangan,
keamanan dan keselamatan sistem informasi dan fungsi lainnya.
b. Human Resources Management : terdiri dari aktivitas yang terlibat seperti penerimaan, dengar pendapat, pelatihan, pengembangan dan kompensasi untuk semua tipe personil dan mengembangkan tingkat keahlian pekerja. c. Technology Development : aktivitas yang terkait dengan biaya yang
berhubungan dengan produk, perbaikan proses, perancangan perlatan, pengembangan perangkat lunak komputer, sistem telekomunikasi, kapabilitas basis data baru dan pengembangan dukungan sistem berbasis komputer.
d. Procurement : kegiatan yang berhubungan dengan bagaimana sumber daya
diperoleh seperti fungsi pembelian input yang digunakan dalam value chain organisasi.
2.7.2 Daftar Fungsi Bisnis
Daftar fungsi bisnis digunakan untuk menentukan konteks dan lingkup
enterprise dengan cara mengidentifikasi dan menginventarisasikan area-area fungsi yang dijalankan organisasi. Dalam kerangka kerja Zachman, hasil-hasil ini mengisi baris perencana dan kolom fungsi. Tiap-tiap area fungsi dapat dikomposisikan sehingga menjadi proses-proses bisnis dalam berbagai
(41)
tingkatannya. Dekomposisi diperlukan untuk menghasilkan model aktual dan nantinya arsitektur enterprise yang lebih utuh dengan definisi yang lebih lengkap.
2.7.3 Model Bisnis
Setelah proses bisnis didefinisikan dan dirangkaikan dalam model rantai nilai, selanjutnya dalam Perencanaan Arsitektur Enterprise dilakukan identifikasi struktur organisasi yang isinya adalah unit-unit organisasi.
Area-area fungsi beserta proses-proses bisnisnya dipetasilangan dengan unit-unit organisasi, dengan tujuan untuk mengidentifikasi lingkup tanggung jawab pengambilan keputusan dan keterlibatan tiap-tiap unit organisasi dalam tiap-tiap area fungsi dan/atau proses bisnis.
Model rantai eksternal dan rantai internal, serta hasil peta silang tersebut merupakan model bisnis enterprise di saat ini, yang memiliki peran sangat penting. Pedefinisian arsitektur data dan teknologi dilakukan tanpa mengubah atau memodifikasi model bisnis yang telah dihasilkan. Model bisnis tersebut merupakan konteks atau lingkup (ballpark), yang cenderung sudah tetap dan relatif stabil.
2.8 Arsitektur Sistem dan Teknologi Saat Ini
Enterprise yang telah berjalan mumnya telah memiliki sistem dan teknologi untuk aplikasi-aplikasi sistem informasinya. Langkah selanjutnya dalam tahap analisis kondisi saat ini.
Dokumentasinya disebut sebagai Katalog Sumber Daya Informasi
(42)
mendefinisikan semua landasan sistem dan teknologi yang sedang digunakan dalam enterprise. IRC tidak menjabarkan setiap sistem secara terperinci, melainkan ringkasannya saja. IRC juga bukan kamus data ataupun inventori peralatan komputasi. Spewak (1992) melaporkan keuntungan dari pembuatan dan pengelolaan IRC sebagai berikut :
1) IRC menyediakan rujukan akan semua sumber daya informasi.
2) IRC menunjukan distribusi sumber daya informasi dalam enterprise.
3) IRC dapat digunakan sebagai petunjuk lokasi informasi yang dibutuhkan manajemen.
4) IRC dapat digunakan untuk memberikan orientasi bagi personil baru kedalam
Departemen SI.
5) IRC digunakan dalam EAP sebagai basis perencanaan.
6) Keputusan penganggaran dan kendali biaya dapat dihubungkan secara
langsung dengan IRC.
7) IRC dapat dibuat dengan cepat dan dengan biaya yang layak.
8) IRC merepresentasikan penggunaan internal piranti dokumentasi.
IRC dapat dikerjakan secara terpisah atau bersamaan dengan Perencanaan Aristektur Enterprise, akan tetapi lebih baik kalau IRC diselesaikan lebih dahulu sebelum melakukan pekerjaan-pekerjaan arsitektual.
(43)
2.9 Arsitektur Data
Arsitektur data mengidentifikasi dan mendefinisikan jenis data yang utama dalam mendukung fungsi bisnis yang telah didefinisikan dalam model bisnis. Arsitektur data adalah salah satu dari ketiga arsitektur dalam EAP, dan merupakan arsitektur yang didefinisikan pertama sekali dengan pertimbangan bahwa data (informasi) yang berkualitas adalah produk mendasar dari Sistem Informasi.
Arsitektur data memberikan tiga manfaat sebagai berikut :
1. Menyediakan kosa kata standar untuk identifikasi, definisi, dan penamaan jenis data utama yang mendukung bisnis
2. Digunakan untuk menetapkan kebutuhan sistem apikasi yang didefinisikan untuk mengelola sekumpulan entitas data
3. Hubungan antara arsitektur data dan portofolio aplikasi merupakan dasar untuk membuat urutan implementasi aplikasi.
Arsitektur data mengandung entitas data (entity), yang memiliki atribut dan relasi (relationship) dengan entitas lainnya. Berikut adalah pengertian dari entitas, atribut, dan relasi.
1. Entitas adalah orang, tempat, benda, atau kejadian yang memiliki makna (informasi) sehubungan dengan bisnis.
2. Atribut adalah karakteristik dari entitas
3. Relasi adalah keterhubungan antara beberapa entitas yang menjelaskan aturan atau fakta bisnis mengenai hubungan antarentitas.
(44)
2.9.1 UML (Unified Modeling Language)
UML adalah bahasa pemodelan yang menggunakan konsep orientasi object. UML dibuat oleh Grady Booch, James Rumbaugh, dan Ivar Jacobson di bawah bendera Rational Software Corp. UML menyediakan notasi-notasi yang membantu memodelkan sistem dari berbagai perspektif. UML tidak hanya digunakan dalam pemodelan perangkat lunak, namun hampir dalam semua bidang yang membutuhkan pemodelan.
2.9.2 Pengertian Use Case
Use Case adalah teknik untuk merekam persyaratan fungsional sebuah sistem, use case mendeskripsikan interkasi ripikal antara para pengguna sistem dengan sistem itu sendiri, dengan member sebuah narasi tentang bagaimana sistem tersebut digunakan.
Use Case yang sederhana hanya melibatkan satu interaksi/hubungan dengan sebuah aktor, dan use case lebih kompelks melibatkan beberapa interaksi
dengan aktor. Untuk menjabarkan use case yang lebih kompleks juga melibatkan
lebih dari satu aktor. Untuk menjabarkan use case dalam sistem, sangat baik bila dimulai dengan memperhatikan aktor dan aksi yang mereka lakukan dalam sistem. Setiap use case menggambarkan suatu urutan interaksi antar aktor dengan sistem. Sebuah use case harus memberikan sejumlah nilai pada satu aktor.
a. Pendokumentasian Model Use Case.
Use case didokumentasi dalam use case models sebagai berikut: 1. Use Case Name. Setiap use case diberi nama.
(45)
3. Dependency. Bagian ini menggambarkan apakah use case yang satu tergantung pada use case yang lain, dalam arti apakah use case tersebut termasuk pada use case yang lain atau malah memperluas use case lain.
4. Actors. Bagian ini memberikan nama pada aktor dalam use case. Selalu terdapat use case utama (primary use case) yang memulai use case, disamping itu terdapat juga secondary use case yang terlibat dalam use case.
5. Preconditions. Satu atau lebih kondisi harus berjalan dengan baik pada permulaan use case.
6. Deskripsi. Bagian terbesar dari use case merupakan deskripsi naratif dari
urutan utama use case yang merupakan urutan yang paling umum dari
interkasi antara actor dan sistem. Deskripsi tersebut dalam bentuk input dari aktor, diikuti oleh respon pada sistem. Sistem ditandai dengan sebuah kotak hitam (black box) yang berkaitan dengan apa yang sistem lakukan dalam merepon input actor, bukan bagaimana melakukannya.
7. Alternatif-alternatif. Deskripsi naratif dari alternative merupakan cabang dari urutan utama. Terdapat beberapa cabang alternative dari urutan utama.
8. Postcondition. Kondisi yang selalu terjadi di akhir use case, jika urutan utama telah dilakukan.
9. Outstanding questions. Pertanyaan-pertanyaan tentang use case
(46)
2.9.3 Diagram Hubungan Entitas (Entity Relatioship Diagram)
Suatu entitas data bisa menunjang lebih dari satu area fungsi dan tidak berdiri sendiri, melainkan memiliki ketergantungan dan hubungan dengan entitas data lainnya. Pendekatan EAP mengambil ketergantungan dan hubungan antar entitas data ini untuk melandasai pembangunan arsitektur enterprise. Hal ini mempertimbangkan bahwa aplikasi-aplikasi terkait erat dengan basis-basis data, sedangkan suatu basis data terdiri dari kumpulan entitas data dengan hubungan dan ketergantungannya.
Untuk itu, entitas-entitas data perlu dirangkai sesuai dengan ketergantungan dan hubungannya dalam konteks area fungsi yang didukungnya. Dalam penelitian ini, pemodelan untuk hal ini dilakukan dengan Entity Relationship Diagram
(ERD).
2.9.4 Matriks Proses Vs. Entitas Data
Hubungan antara area fungsi dan entitas data adalah dalam hal pembuatan, pengolahan, dan penggunaan data untuk keperluan pemenuhan tujuan fungsi bisnis. Hubungan ini didefinisikan melalui matriks proses terhadap entitas data,
dimana masing-masing sel dalam matriks diisi dengan huruf : “C” (create), “U”
(update), dan “R” (reference). Penanda tersebut bermakna proses yang
bersangkutan membuat (create), melakukan (upadate), dan menggunakan
(reference) entitas data terkait. Proses yang melakukan “C” mengimplikasikan “U” dan “R”, sedangkan proses yang melakukan “U” mengimplikasikan “R”.
(47)
2.10 Arsitektur Aplikasi
Arsitektur Aplikasi mendefinisikan jenis aplikasi utama yang dibutuhkan untuk mengelola data dan mendukung fungsi bisnis. Aplikasi yang dimaksud adalah proses pendefinisian aplikasi apa saja yang akan mengelola data dan menyediakan informasi untuk pihak manajemen terhadap fungsi bisnisnya. Lima tahap untuk membuat arsitektur aplikasi adalah sebagai berikut:
1. Daftarkan kandidat aplikasi. 2. Definisikan aplikasi.
3. Relasikan aplikasi terhadap fungsi. 4. Analisis dampak dari aplikasi yang ada. 5. Distribusikan arsitektur aplikasi.
2.11 Arsitektur Teknologi
Arsitektur teknologi mendefinisikan jenis teknologi yang utama (platform) yang dibutuhkan untuk menyediakan lingkungan kepada aplikasi yang mengelola data. Arsitektur teknologi bukanlah analisis kebutuhan detil atau desain jaringan perangkat komputasi enterprise. Arsitektur teknologi merupakan arsitektur terakhir dari ketiga arsitektur yang ada, dan didefinisikan setelah arsitektur aplikasi selesai didefinisikan. Pedoman pendefinisian arsitektur teknologi adalah sebagai berikut :
(48)
Prinsip platform teknologi merupakan aturan dan kebijakan yang menyediakan arahan atau pedoman untuk pengadaan platform teknologi sebagai lingkungan penggunaan data dan aplikasi. Contoh prinsip teknologi misalnya :
1) Semua aplikasi menggunakan antarmuka grafis (GUI) yang umum
2) Penyimpanan data akan menggunakan basis data relasional
3) Tersedianya kemampuan recovery data dan aplikasi, dan lain-lain.
2. Definisikan distribusi data dan aplikasi dan platform teknologi
Distribusi data dan aplikasi didefinisikan dengan memperhatikan lokasi bisnis, kemudian dilanjutkan dengan definisi konfigurasi teknologi konseptual dalam tiga tingkatan berupa:
1) Workstation konseptual: fasilitas yang digunakan pemakai untuk
mengakses data secara langsung atau menyediakan data kepada aplikasi atau pemakai lain.
2) Jaringan enterprise konseptual: keterhubungan fasilitas komputasi,
masukan, keluaran, penyimpanan, dan telekomunikasi
3) Arsitektur sistem bisnis: teknologi untuk mengimplementasikan dan
merawat aplikasi dan basis data dalam enterprise. 3. Hubungkan platform teknologi ke aplikasi dan fungsi bisnis.
Penghubungan ini bertujuan untuk menjustifikasi pengadaan platform
(49)
2.12 Topologi Jaringan Komputer
Menurut Abdul Kadir (2003:346) yang dimaksud dengan jaringan
komputer (Computer Network) adalah hubungan dua buah simpul (umumnya
berupa komputer atau lebih yang bertujuan utamanya adalah untuk melakukan pertukaran data.
Menurut Budhi Irawan (2005:25). Topologi secara fisik dari suatu jaringan local adalah merujuk kepada konfigurasi kabel, komputer, dan perangkat lainnya. Berikut adalah macam-macam topologi fisik yang digunakan di dalam jaringan lokal, dintaranya :
1. Topologi Linear Bus (Garis Lurus)
Topologi linear bus terdiri dari satu jalur kabel utama dimana masing-masing ujungnya diberikan sebuah terminator. Semua nodes pada jaringan (file server, workstation, dan perangkat lainnya) terkoneksi sebuah kabel utama (backbone). Jaringan-jaringan Ethernet dan local talk menggunakan topologi linear ini.
(50)
Server
Laptop Komputer
Laptop Komputer Komputer Komputer
Gambar 2.4 Topologi Linear Bus (Sumber : Budhi Irawan, 2005) 2. Topologi Star
Pada topologi star, setiap nodes (file server, workstation, dan perangkat lainnya) terkoneksi ke jaringan melalui sebuah concentrator.
Server
Concentrator
Laptop Komputer
Laptop Komputer
Gambar 2.5 Topologi Star (Sumber : Budhi Irawan, 2005)
(51)
3. Topologi Ring
Topologi ring menggunakan teknik konfigurasi yang sama dengan topologi star tetapi pada topologi ini terlihat bahwa jalur media transmisi menyerupai suatu lingkaran tertutup.
Server
Laptop
Laptop
Komputer
Komputer
Gambar 2.6 Topologi Ring (Sumber : Budhi Irawan, 2005)
4. Topologi Tree
Topologi model ini merupakan perpaduan antara topologi linear bus dan star, yang terdiri dari kelompok-kelompok dari workstation dengan konfigurasi star yang terkoneksi ke kabel utama yang menggunakan topologi linear bus. Topologi ini memungkinkan untuk perkembangan jaringan yang telah ada dan
(52)
Laptop
Komputer Server
Laptop Laptop
Komputer
Komputer
Gambar 2.7 Topologi Tree (Sumber : Budhi Irawan, 2005)
(53)
BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1. Objek Penelitian
Objek Penelitian dilakukan di Jalan Gardu Jati No. 74 Kelurahan Kebon Jeruk, Kecamatan Andir, Kota Bandung.
3.1.1. Sejarah Singkat Koperasi KSP Sumber Bahagia Kota Bandung
KSP Sumber Bahagia adalah salah satu koperasi yang berada di kota Bandung berlokasi di Jalan Gardu Jati No. 74 Kelurahan Kebon Jeruk, Kecamatan Andir, Kota Bandung. Daerah kerja KSP Sumber Bahagia meliputi Kota Bandung dan Kabupaten Bandung.
Banyak anak pandai tetapi tidak dapat melanjutkan pendidikan karena terbentur soal biaya, untuk menanggulangi hal tersebut diatas pada tanggal 26 September 1934 didirikan perhimpunan studie bank, dalam namanya sudah tercakup bahwa tujuan Studie Bank yaitu sebagian keuntungan dipakai untuk membantu biaya studi (belajar) bagi siswa atau mahasiswa yang memerlukan biaya.
Adapun pendiri Studie Bank terdiri dari 27 orang yaitu :
1. Arnot Rusdi Achsan
2. M. rusdi Achsan
3. D. H.. Mukri Achsan
4. E.H. Mukri Achsan
5. Saleh Gumadi
6. Sahir
7. M. Madsuki
(54)
9. R. Sachrawi
10.M.Caman Pagieh
11.M. basuki
12.R.H. Djuwaeni
13.Masrob
14.Basoeni
15.M.mdt. Winatapura
16.Udit 17.M. Kurdi 18.M. Dita
19.M. Madnasih
20.M. Endjar
21.R. Uho Adipura
22.M. Hasan Sidik Achsan
23.M. Idun Suhana
24.M.E. Badari 25.M. Halim 26.H. Padail
27.M. Nachrawi
Setelah perhimpunan Studie Bank berdiri, untuk pertama kali pengurus dan badan pemeriksa dipilih oleh para pendiri, susunannya sebagai berikut :
Pengurus:
1. M. rusdi Achsan - Ketua
2. R. Sachrawi - Sekretaris
3. M.Caman Pagieh - Bendahara
4. M. Sahir - Komisaris I
5. D. H.. Mukri Achsan - Komisaris II
Badan pengawas :
1. M. Madsuki - Ketua
2. Basoeni - Anggota
(55)
Pada mulanya kantor perhimpunan Studie Bank terletak di jalan Belakang Pasar No. 70 Bandung yaitu dirumah ketuanya dan buka dari tangga 1 s/d 15 setiap bulannya.
Pada tahun 1937 perhimpunan Studie Bank berhasil mempunyai bangunan permanen sendiri dengan tanahnya seluas 280 meter persegi.
Sebelum Studie Bank menempati bangunan kantor yang baru pada tahun 1935 perhimpunan Studie Bank sudah mampu memberi sumbangan sebesar f. 1.000,-- (seribu gulden) kepada pemuda yang sedang melanjutkan pendidikannya.
Pada tahun 1969 pula datang surat No. 2/3/UPPB/PPTR 114-4-1969 dari Bank Indonesia yang mengharuskan Studie Bank mengubah statusnya menjadi perseroan terbatas (PT) atau Koperasi.
Untuk menentukan status Studie Bank menjadi perseroan terbatas atau koperasi maka dibentuk panitia adhoc yang tugasnya memberi pertimbangan kepada pengurus mengenai segi baik buruknya memilih PT atau koperasi.
Panitia adhoc ini terdiri dari 3 orang yaitu:
1. M.A. Danuwidjaja,
2. E. Natawidjaja dan
3. Abas Rukmana.
Kemudian datang surat keputusan mentri keuangan tanggal 18-12-1968 No. Kop.603/M/IV/12/68. Yang menetapkan bahwa pada RAT 1973 harus sudah memilih salah satu dari 2 alternatif yaitu memilih PT atau Koperasi.
Pada tanggal 20 Mei 1973 diadakan RAT yang salah satu acaranya menetapkan status perhimpunan studie bank.
(56)
Kemudian segala kekayaan (asset), hak dan kewajiban perhimpunan Studie Bank tanpa kecuali beralih kepada koperasi yang diberi nama : Koperasi
Simpan Pinjam “Sumber Bahagia” disingkat menjadi KSP “Sumber Bahagia”
atau KSB.
Para anggota Studie Bank otomatis menjadi anggota KSP “Sumber
Bahagia” karena para anggota Studie Bank dalam RAT Studie Bank yang terakhir
pada tanggal 20 mei 1973 telah menyetujui status perhimpunan Studie Bank menjadi berbentuk koperasi, dan sekaligus pula telah memilih pengurus dan badan
pemeriksa KSP ”sumber bahagia”
Anggota perhimpunan Studie Bank yang sudah dibubarkan itu langsung
menjadi anggota KSP “Sumber Bahagia” sebanyak 954 orang terdiri dari 539 pria dan 415 wanita.
Pada tanggal 27 Mei 1973 KSP “Sumber Bahagia disahkan sebagai Badan
hukum dengan SK No. 5667/BH/DK-10/1 dari Bapak Kepala Direktorat Koperasi Propinsi Jawa Barat.
KSP “sumber bahagia” berjalan lancar sebagaimana Studie Bank, simpanan bertambah terus terutama simpanan berjangka yang pada tahun 1978 sudah mencapai Rp. 29.135.000,- sebagai bukti kepercayaan anggota sehingga KSP bisa menolong orang yang membutuhkan uang. Pinjaman dana siswa (pinjaman tanpa bunga) terus meningkat setiap tahunnya, bahkan sering dana siswa mengalami defisit. Yang menggunakan kesempatan meminjam dana siswa itu rata-rata 15 orang bahkan tahun 1981 mencapai 21 orang dengan jumlah uang Rp.1.410.000,-.
(57)
Meskipun relatif tidak begitu besar KSP”Sumber Bahagia” merasa beruntung telah dapat membantu masyarakat khususnya anggota KSP dalam
bidang pendidikan. Aggaplah “tiada rotan akarpun jadi” dengan iuran per bulan
Rp.10,-- pada tahun 1979, jika anggota meninggal dunia keluarganya mendapat tunjangan kematian sebesar Rp.20.000-,
3.1.2. Visi dan Misi KSP Sumber Bahagia 3.1.2.1 Visi
Menjadikan KSP Sumber Bahagia Sebagai Lembaga Keuangan yang Terpercaya, Jujur, Amanah, dan Transparan
3.1.2.2 Misi
1) Menjadi lembaga intermediasi yang menghimpun dana dari anggota dan
menyaluran KEMBALI UNTUK USAHA PRODUKTIF ANGGOTA
2) Meningkatkan pendapatan dan daya beli anggota koperasi
3) Memberdayakan koperasi sebagai lembaga keuangan alternatif bagi
pembiayaan usaha anggota
4) Meningkatkan kualitas pelayanan melalui peningkatan kualitas SDM dan
iklim organisasi yang kondusif.
3.1.3. Struktur Organisasi KSP Sumber Bahagia Kota Bandung
Dalam menjalankan kegiatan usaha dibutuhkan suatu struktur organisasi yang baik untuk menunjang kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan,
(58)
dengan maksud agar perusahaan dapat bekerja dengan lebih efektif dan efisien, suatu struktur organisasi yang baik memiliki bagian bagian pelaksanaan, pengawasan, dan pimpinan guna memperlancar tugas tugas manajemen dan misi organisasi.
Organisasi dapat dipandang sebagai segi, tetapi bagaimana pun juga pada umumnya organisasi dikembangkan sebagai instrumen bagi pencapaian tujuan. Muncul dimana orang menyadari organisasi sebagai jalan bagi pelaksanaan kegiatan suatu badan atau perusahaan. Struktur organisasi merupakan suatu yang telah ditetapkan yang telah memberikan petunjuk terang terhadap pola hubungan kerja, wewenang dan tanggung jawab. Disamping itu pula struktur organisasi dapat memperjelas kedudukan ataupun posisi seseorang dalam organisasi sehingga dengan demikian setiap anggota yang berhubungan dengan organisasi tersebut dapat mengetahui kepada siapa ia harus mempertanggung jawabkan pekerjaan tersebut.
Adapun Struktur Organisasi Koperasi KSP Sumbar Bahagia Bandung sendiri yaitu sebagai berikut:
(59)
Gambar 3.1 Struktur Organisasi KSP Sumber Bahagia Kota Bandung (Sumber : KSP Sumber Bahagia Kota Bandung)
Adapun komposisinya untuk periode 2008 – 2012 sesuai dengan
keputusan RAT tanggal 31 Maret 2008 adalah sebagai berikut :
1) Pengurus
Ketua : H. Irwansyah, S.E
Sekretaris I : Tuti Rochayati Soeharto
Sekretaris II : O. Soma Amied
Bendahara : Eli Djuariah
2) Pengawas
Ketua : Drs. Hernadi Natawidjaya, MM
Sekretaris : Drs. Suherman
Anggota : H. Kosasih Hamzah
RAPAT ANGGOTA
PENGURUS PENGAWAS
KARYAWAN
(60)
Dan dalam pelaksanaan fungsi usaha KSP sumber bahagia juga mengangkat kayawan dari unsur anggoata KSP sendiri hingga saat ini sebanyak 4 orang yaitu:
1) Siti Halimah
2) Epi Rahmat
3) Dani Rustandi
4) Ajang Sopandi
3.1.4. Deskripsi Tugas
Dalam struktur organisasi di atas akan dijelaskan pembagian tugas dan wewenang beberapa jabatan dalam Koperasi KSP Sumber Bahagia Bandung yaitu sebagai berikut :
a. Keanggotaan Koperasi
Keanggotaan koperasi merupakan salah satu unsur terpenting dan paling mendasar dari terbentuknya sebuah koperasi. Oleh sebab itu anggota dalam koperasi secara hukum adalah salah satu keharusan, sehingga sebagai konsekuensinya maka anggota memiliki hak dan kewajiban.
Berkaiatan dengan keanggotaan koperasi ditegaskan dalam pasal 17 Undang-undang nomor 25 tahun 1992 tentang perkoperasian yang menyebutkan
1. Anggota koperasi adalah pemilik dan sekaligus pengguna jasa koperasi.
(61)
b. Rapat Anggota
Rapat anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi. Rapat anggota diselenggarakan paling sedikit satu tahun sekali. Rapat anggota merupakan tempat dimana para anggota menyatakan pendapatnya.
Karena merupakan pemegang kekuaaan tertinggi, maka rapat anggota memiliki wewenang yang luas. Dalam UU No. 25 tahun 1992 tentang perkoperasian disebutkan bahwa rapat anggota mempunyai wewenang dalam:
Menetapkan anggaran dasar.
Menetapkan kebijaksanaan umum dibidang organisasi, manajemen, dan
usaha koperasi.
Melakukan pemilihan, pengangkatan, dan pemberhentian pengurus dan
pengawas.
Menetapkan rencana kerja,rencana anggaran pendapatan dan belanja
(RAPB) serta penyerahan laporan keuangan.
Melakukan pengesahan pertanggungjawaban pengurus dalam pelaksanaan
tugas.
Menetapkan pembagian sisa hasil usaha.
Melakukan penggabungan, peleburan, pembagian dan pembubaran
koperasi.
Dalam rapat anggota, dikenal dengan pengambilan keputusan, yang dilakukan oleh seluruh anggota koperasi. Dalam pengambilan keputusan di koperasi dikenal dua macam, yakni berdasarkan musyawarah, kemudian bila tidak didapat keputusan bersama maka diadakan pemungutan suara.
(62)
c. Pengurus koperasi
Pengurus koperasi merupakan institusi dalam koperasi yang dipilih dari kalangan anggota oleh anggota koperasi. Karena pengurus merupakan pemegang kuasa rapat anggota maka pengurus mempunyai tanggung jawab langsung kepada rapat anggota atas segala kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan koperasi dan usaha yang dikelolanya.
Dalam prakteknya pengurus koperasi tidak melakukan pengelolaan sendiri melainkan kemudian mengangkat pengelola (manager) yang diberinya wewenang dan kuasa untuk mengelola usahanya. Hal ini sesuai dengan bunyi pasal 32 UU 25/92 tentang koperasi. Namun dalam pengangkatan manager pun harus disampaikan terebih dahulu kepada rapat anggota untuk mendapatkan persetujuan.
Adapun tugas pengurus koperasi adalah:
Mengelola koperasi dan usahanya
Mengajukan rancangan rencana kerja dan rancangan anggaran pendapatan
dan belanja koperasi
Menyelenggarakan rapat anggota
Mengajukan laporan keuangan dan pertanggungjawaban pelaksanaan
tugas
Memelihara daftar buku anggota dan pengurus
Selain tugas pengurus, pengurus koperasi pun memiliki wewenang, yakni:
(63)
Memutuskan penerimaan dan penolakan anggota baru seta pemberhentian anggota sesuai dengan ketentuan dalam anggaran dasar
Melakukan tindakan dan upaya bagi kepentingan dan manfaat koperasi sesuai dengan tanggung jawabnya dan ssuai dengan keputusan rapat anggota
d. Pengawas koperasi
Pengawas pada organisasi koperasi adalah salah satu perangkat organisasi koperasi, yang merupakan satu lembaga atau badan structural organisasi koperasi. Pengawas pengembang amanat anggota untuk melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan dan pengelola koperasi, sebagaimana telah ditetapkan dalam anggaran dasar/anggaran rumah tangga koperasi, keputusan pengurus dan peraturan lainnya yang ditetapkan dan berlaku dalam koperasi.
Fungsi utama pengawas adalah mengamankan keputusan rapat anggota, ketentuan anggaran dasar atau anggaran rumah tangga koperasi, keputusan pengurus dan peraturan lainnya yang berlaku dalam koperasi yang bersangkutan. Disamping itu, juga melindungi kepentingan anggota dalam koperasi dari kesewenangan dan penyimpangan yang dilakukan oleh pengurus atau pengelola.
3.1.5. Aktivitas Usaha Koperasi KSP Sumber Bahagia Kota Bandung
Dalam pasal 43 ayat 1 UU Nomor 25 tahun 1992 tentang perkoperasian disebutkan bahwa usaha koperasi adalah usaha yang berkaitan langsung dengan kepentingan anggota: penjelasannya menyebutkan bahwa usaha koperasi terutama diarahkan pada bidang usaha yang berkaitan langsung dengan kepentingan
(64)
anggota, baik yang menunjang usaha maupun kesejahteraan anggotanya. Dari penjelasan ini menjadikan koperasi sebagai badan usaha.
Koperasi merupakan bagian dari tatanan perekonomian. Hal ini berarti dalam kegiatanya koperasi dituntut turut mengambil bagian bagi tercapainya kehidupan ekonomi yang sejahtera baik bagi anggota koperasi maupun masyarakat sekitarnya. Koperasi sebagai perkumpulan untuk kesejahteraan bersama melakukan usaha dan kegiatan dibidang pemenuhan kebutuhan bersama dan para anggotanya. Usaha ini diantaranya bidang produksi, konsumsi, distribusi barang-barang, dan usaha jasa.
Koperasi sebagai badan usaha dapat melaksanakan kegiatan disegala bidang kehidupan ekonomi yang memperhatikan bahwa usaha tersebut adalah usaha yang berkaitan dengan kepentingan anggota dalam rangka meningkatkan usaha dan kesejahteraanya.
Koperasi KSP Sumber Bahagia Menyelenggarakan kegiatan usaha sebagai berikut :
1) Menerima tabungan dan Simpanan berjangka dari anggota
2) Menggiatkan anggota untuk menyimpan secara teratur
3) Memberikan kesempatan kepada non anggota untuk menyimpan uangnya di
koperasi
4) Membantu usaha-usaha dengan jalan memberikan pinjaman dengan bunga
yang layak untuk keperluan perdagangan, pertanian, pembelian barang barang tidak bergerak dan lain lain.
(65)
5) Mengadakan dana siswa untuk dapat menolong anggota, anak anggota dan jika diizinkan kepada orang non anggota dengan tanpa menggunakan bunga.
6) Mengadakan dana kematian untuk dapat memberi sumbangan kepada ahli
waris anggota.
7) Mengadakan kerjasama dengan pihak ketiga dalam rangka meningkatkan
pelayanan sebagaimana dimaksud angka 1 dan 3
8) Dan usaha lain lain yang tidak bertentangan dengan UU dan tata susila ketertiban umum
9) Pada pelaksanaannya KSP Sumber Bahagia melaksanakan 2 jenis usaha
yaitu:
1) Bidang Simpanan
Dalam pelaksanaan usaha ini KSP Sumber Bahagia melaksanakan 2 program usaha sebagai berikut :
a) Simpanan Khusus Anggota
b) Simpanan Sukarela
Dari kedua jenis simpanan tersebut sesuai data pada Laporan RAT tahun Buku 2012 adalah sebagai berikut
2) Bidang Pinjaman
Dalam pelaksanaan usaha pinjaman ini ada 4 jenis pinjaman yaitu :
a) Pinjaman dengan jaminan simpanan dengan bunga 2,5 % Menurun
b) Pinjaman jaminan non simpanan 3,5% Menurun
(66)
d) Pinjaman dana siswa yaitu pinjaman untuk membantu anggota maupun anak anggota dalam pembiayaan uang sekolah/kuliah tanpa bunga.
3.2. Metodologi Penelitian
Metodologi yang digunakan dalam pembuatan model EA ini adalah metode EAP. Pendekatan EAP menyediakan arah, tahapan, langkah, tugas, dan artifak arsitektur enterprise yang dihasilkan, sekaligus juga menyarankan agar dilakukan pemilihan metodologi yang dapat menunjang penyelesaian EAP secara efektif sesuai dengan kondisi dan kebutuhan. Pada bagian ini, metodologi yang dipilih untuk EAP diuraikan sesuai dengan langkah-langkah utama dalam tiap tahap EAP.
(67)
Tabel 3.2 Tahapan Metodologi Penelitian
Tahap Proses Tahap Alat Bantu
(Tools)
Daftar produk dihasilkan Survei Awal :
Studi Pustaka, dan
Pengumpulan Data
1. Melakukan ijin penelitian pada KSP Sumber Bahagia untuk melakukan penelitian di perusahaan tersebut dengan memberikan sekilas pemahaman tentang tools yang digunakan dalam penelitian.
2. Melakukan studi literatur terhadap referensi yang akan digunakan sebagai
pedoman dalam
penyelesaian penelitian.
3. Observasi pada KSP Sumber Bahagia serta wawancara.
Wawancara 1. Observasi dan Wawancara
2. Mendapatkan dokumen-dokumen dari perusahaan,
mulai dari
dokumentasi strategi, tujuan, struktur organisasi, proses bisnis, kebijakan teknologi informasi serta data penunjang lainnya
3. Aktivitas utama perusahaan dan aktivitas pendukung terhadap bisnis yang berjalan.
4. Mendapatkan
referensi yang akan digunakan sebagai pedoman dalam penyelesaian
penelitian
Inisiasi Perencanaan
1. Menentukan ruang lingkup dan sasaran perencanaan arsitektur enterprise
2. Menentukan visi dan metodologi
1. Ruang lingkup dan sasaran
2. Visi 3. Metodologi
Pemodelan bisnis 1. Mendokumentasikan struktur organisasi 2. Mengidentifikasi dan
mendefinisikan fungsi-fungsi bisnis
Hierarki Fungsi Value Chain
1. Tugas pokok dan fungsi pelaku organisasi di setiap unit
2. Model rantai nilai (value chain) 3. Hubungan (matriks)
antara fungsi bisnis dengan keterlibatan dan tanggung jawab unit organisasi
Menggambarkan arsitektur sistem
1. Mempersiapkan data-data aplikasi dan
Information Resource
1. Menghasilkan dokumen IRC
(1)
120
Untuk arsitektur teknologi, karena yang dilakukan adalah mendefinisikan kebutuhan teknologi utama untuk mendukung aplikasi dan data, maka penerapannya masih harus dilihat berdasarkan kondisi real yang ada nantinya. Namun setidaknya, arsitektur teknologi yang telah digambarkan sebelumnya dapat memberikan gambaran umum kebutuhan teknologi yang harus disediakan untuk mendukung aplikasi dan data.
(2)
121 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Sehubungan dengan hasil-hasil yang dicapai dalam pelaksanaan EAP, Blue print dapat dijadikan pedoman untuk menghilangkan masalah-masalah dalam pengembangan IT sehingga kita bisa mengendalikan belanja IT. Blue print yang dihasilkan melalui metode EAP ini terbukti menjadi hal yang sangat penting bagi sebuah enterprise. Pemanfaatan notasi, tool, dan bahasa yang terlalu kompleks terlalu bernafaskan IT, atau tidak cocok memang menyebabkan Blue print yang dihasilkan terasa canggih dan pembuatnya dianggap piawai, namun hal-hal seperti itu kurang bermanfaat bahkan bisa kontra efektif untuk penerimaan.
2. EAP dapat dimanfaatkan sebagai upaya menyelaraskan IT dengan bisnis. Setiap pekerjaan Arsitektural yang berhubungan dengan bagaimana kebutuhan TI dimasa mendatang selalu harus disesuaikan dengan model bisnis baik secara langsung maupun tidak langsung. Pelaksanaan tahap-tahap EAP tidaklah mutlak harus mengikuti acuan dari EAP itu sendiri tetapi disesuaikan dengan keperluan.
5.2 Saran
Saran yang dihasilkan dari pembuatan skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Perlunya pengkajian ulang terhadap model bisnis atau Blue print yang
(3)
122
pondasi perencanaan, setiap perubahan pada model bisnis tentunya akan berdampak pada cetak biru yang dihasilkan, untuk itu model bisnis perlu diupayakan agar stabil namun bukan bearti kaku. Model bisnis juga harusnya tanggap terhadap perubahan bisnis selama proses EAP sehingga perlu dikaji ulang dalam setiap langkah pembuatan Blue print.
2. Pemahaman akan model bisnis dan cetak biru biasanya bertambah seiring dengan pelaksanaan EAP sehingga selain kaji ulang model bisnis juga disarankan kaji ulang Blue print yang telah dihasilkan dalam tahapan EAP, akan tetapi dibalik semua itu hambatan waktu dan sumber daya harus diseimbangkan dengan pengkajian ulang yang dilakukan.
3. Blue print yang dihasilkan EAP masih merupakan model tingkat tinggi yang dapat ditermahkan ke bentuk yang lebih detail dalam perancangan dan implementasi sistem IT. Dalam rencana implementasi yang jika rekomendasi cetak biru ini diterima maka harus mengetahui manajemen risiko, karena Rencana implementasi suatu rencana proyek berskala besar untuk mengimplementasi cetak biru yang telah dihasilkan, untuk itu perlu mengadopsi serta mengetahui risiko-risiko yang akan timbul dalam implementasi sehingga risiko-risiko yang mungkin terjadi dalam pengimplementasian IT kearah depan, seperti risiko sumber daya manusia IT yang terkait, dan jika ada risiko penjadwalan yang tidak terpenuhi, dan sebagainya.
(4)
(5)
(6)