dengan adanya Mery dan Kiwana yang masih kecil itu. Tanggung jawab tentang anak dan tentang makanan, adalah tanggung jawab perempuan
Herliany, 2015:72
F. Rumah Sakit
Rumah sakit di kampung Hobone merupakan tempat Irewa dirawat saat mengalami penyakit malaria dan penyakit sifilis. Sebelumnya Irewa tidak
mengetahui penyakit apa yang sedang dialami. Di rumah sakit inilah terungkap bahwa Jingi adalah saudara kembar Irewa yang dulu dibuang ke sungai.
Jingi merawat Irewa sampai sembuh. Jingi sadar bahwa kehidupannya dengan saudara kembarnya itu berbeda. Dulu, Jingi dianggap lemah hingga
akhirnya terpilih sebagai bagi yang dibuang ke sungai. Namun, sekarang yang terjadi sebaliknya, Jingi adalah perempuan yang sudah sukses menjadi seorang
dokter. Suster Wawuntulah yang memperkenalkan siapa Irewa kepada Jingi dan Mama Kame, mama kandung Irewa.
81 Irewa lalu dibawa ke rumah sakit yang letaknya tak jauh dari tempat
Mama Kame tinggal. Sudah ada listrik sekarang di Aitubu. Pendeta Ruben dan Doketr Leon yang membuatnya. Mereka mengukur aliran sebuah
sungaiyang tepat. Lalu aliran itu diubah jadi tenaga listrik dengan bantuan mesin turbin air. Dibantu perempuan muda tadi, Suster Wawuntu sibuk
melalukan pertolongan pada Irewa di sebuah ruangan khusus. Kondisi
Irewa kritis. Keguguran dan malaria…. Herliany, 2015:84-85 82
“Inilah anak Mama Kame yang dibuang dulu itu, Mama,” kata Suster Wawuntu pada Mama Kame Herliany, 2015:87
G. Distrik Yar
Distrik Yar adalah kota kecamatan di perkampungan Hobone. Letaknya di daerah pinggir sehingga banyak pendatang yang mendirikan usaha. Lama-lama,
Distrik Yar menjadi ramai penduduk untuk meraup keuntungan dari
perkampungan Hobone yang kaya akan gaharu, pohon yang memiliki banyak manfaat sehingga didirikan pasar. Para pedagang dari luar pulau berdatangan
membutuhkan uang dan butuh tanah untuk mendirikan tempat tinggal. Pelacuran di Distrik Yar menjadi hal yang baru di Hobone. Malom dan
lelaki lain sering „jajan‟ di sana. Sebagian besar pelacur datang dari Surabaya dan kota lain di Jawa bagian Timur. Perubahan di Distrik Yar mempengaruhi keadaan
Malom. 83
Masih dalam wilayah tanah ulayat keluarga Malom. Tetap di perdusunan Perem. Tetap di perkampungan Hobone. Tapi kini di wilayah paling
ping gir dari Perem. Di dekat situ ada sebuah “kota kecamatan” yang baru
saja dibangun. Distrik Yar Herliany, 2015:130 84
Bersamaan dengan adanya pencari gaharu, jumlah orang jadi bertambah. Kebutuhan akan barang-barang naik. Terutama bahan-bahan untuk dibawa
masuk ke hutan. Karena itu, pemerintah di distrik itu mendirikan pasar. Selain pencari kayu, ada golongan pendatang lain yang sudah datang lebih
dulu ke Distrik Yar. Mereka dari pulau-pulau lain di luar Papua. Pulau Buton, Pulau Makasar, Pulau Sumatera, Pulau Jawa, dan lainnya. Mereka
adalah para pedagang yang berbeda. Bukan pedagang kayu. Mereka punya usaha di Distrik Yar. Punya uang dan butuh tanah untuk dibeli dan
mendirikan rumah untuk tempat tinggal Herliany, 2015:147
85 Pelacuran adalah hal yang baru bagi para laki-laki di Distrik Yar. Tak
hanya laki-laki dewasa. Laki-laki remaja juga banyak yang mencoba-coba dengan perempuan itu. Para pelacur kebanyakan berasal dari Surabaya dan
kota-kota lain di Jawa bagian Timur. Perubahan di Distrik Yar dan sekitarnya mempengaruhi kehidupan Malom. Malom lebih sering
menghabiskan waktunya di Distrik Yar Herliany, 2015:151
Distrik Yar Disyark juga merupakan tempat tinggal baru Irewa dan Malom. Pindahnya Irewa dan Malom karena Malom merasa lebih mudah dan
cepat untuk tiba di “kota”. Berikut kutipannya.
86 Suatu hari, ada pendatang dari lain perkampungan mencari-cari rumah
yang bisa dijual. Pendatang dan keluargamya itu akan pindah ke daerah
tempat Malom dan Irewa tinggal. Malom tadinya tidak punya pikiran untuk pindah rumah. Tapi, mendengar hal itu, ia jadi tertarik. Ia berpikir,
kalau saja ia pindah ke pusat “kota” distrik, maka ia tak harus pulang ke rumahnya yang jauh itu. Ia akan bisa lebih sering berada di dekat teman-
temannya. Kebutuhan hidupnya untuk minum-minum dan kesenangan lain juga lebih tersedia di Distrik Yar. Maka, Malom lalu menjual rumahnya ke
orang yang membutuhkan itu. Ia lalu emmbeli sebuah rumah baru di
“kota” distrik. Tak perlu rumah bagus. Cukup kecil saja. Asal dia bisa tidur. Yang lebih penting, ia bisa memegang uang sisa yang banyak.
Malom menyimpan sisanya utnuk dirinya sendiri Herliany, 2015:184
Di Disyark, Irewa mendapat pekerjaan baru karena Irewa diajak oleh camat perempuan baru di Disyark, yaitu Ibu Selvi. Mulanya, Irewa merasa tidak percaya
dengan pekerjaan baru yang didapatkannya, setidaknya dapat membantunya untuk membiayai anak-anaknya yang masih sekolah. Irewa menjadi perempuan yang
dapat membawa perubahan positif untuk perempuan Papua. 87
Ruang Marya adalah nama ruang yang baru diabngun di akntor distrik. Ibu Selvi dan Irewa memberi nama itu setelah lama tak menemukan nama