analisis struktural tersebut dipakai sebagai dasar analisis konstruksi gender yang diasumsikan merupakan cerminan kondisi perempuan di Papua.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana unsur tokoh dan penokohan, alur, dan latar novel Isinga
karya DRH? 2.
Bagaimana konstruksi gender dalam novel Isinga karya DRH?
1.3 Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan konstruksi gender dalam novel Isinga karya DRH. Secara khusus tujuan penelitian ini dapat
dirinci sebagai berikut. 1.
Mendeskripsikan struktur tokoh dan penokohan, alur dan latar novel Isinga karya DRH.
2. Mendeskripsikan konstruksi gender dalam novel Isinga karya DRH.
1.4 Manfaat Hasil Penelitian
Manfaat teoritis penelitian ini adalah memberikan sumbangsih ilmiah mengenai penelitian di bidang sastra dengan menggunakan analisis kritik sastra
feminis. Hal ini berkaitan dengan bagaimana novel dapat membingkai fenomena masyarakat yang dikemukakan melalui struktur novel.
Manfaat praktis penelitian ini adalah sebagai rujukan penelitian tentang kritik sastra feminis sehingga diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan
untuk memotivasi ide atau gagasan baru yang lebih kreatif dan inovatif.
1.5 Tinjauan Pustaka
Dalam tinjauan pustaka telah ditemukan beberapa pembahasan Isinga karya DRH Pembahasan-pembahasan yang ditemukan ada yang merupakan skripsi
tugas akhir, esai, dan jurnal. Pembahasan pertama ditulis oleh Rahmayati 2015, yang secara khusus
mengulas stereotip terhadap perempuan Papua dalam novel Isinga. Menurutnya, stereotip perempuan dibentuk dan dikonstruksi secara sosial kultural. Nasihat
untuk perempuan lebih banyak dan cenderung terkategori stereotip. Hal tersebut diungkapkan dengan nasihat-nasihat orang tua terlebih ibu terhadap anak
perempuannya. Hosniyeh 2015, secara khusus membahas citra diri tokoh utama
perempuan serta untuk mengetahui peran sosial tokoh utama perempuan dalam keluarga dan masyarakat. Hosniyeh menyimpulkan tokoh utama perempuan
adalah seseorang yang sangat optimis dalam kehidupannya. Tokoh utama menunjukkan bahwa perempuan tidak hanya berperan di lingkup domestik saja,
tapi juga dapat berperan di ruang publik. Citra peran sosial Irewa sebagai penggerak perekonomian dimulai dari lingkup masyarakat yang lebih kecil yaitu
keluarga. Semangat juang dimiliki oleh Irewa untuk memperjuangkan nasib perempuan dan melestarikan kesenian-kesenian yang ada di Papua, dengan
mengajarkannya kepada para perempuan. Walaupun Irewa selalu mendapat tekanan dan siksaan dari suaminya, Irewa tetap semangat menjalani hari-harinya.
Irewa juga mengajarkan kepada para perempuan untuk bangkit keterpurukan dan bangkit dari penindasan yang dilakukan oleh kaum laki-laki.
Sementara itu, Rahmanto 2016 menjelaskan bahwa secara kritis DRH merunut struktur cerita dan juga dimensi kandungannya yang begitu banyak
dengan latar waktu yang panjang tetapi dalam jumlah halaman yang terbatas. Dengan demikian pembaca menjadi terbantu karena pengarang telah memecah
teksnya dalam delapan sekuen yang berututan secara kronologis, yaitu: Asap Mengepul di Gunung-gunung; Anak-anak Panah di Lembah; Menabur Benih;
Nyanyian Mama-mama; Angin Menerbangkan Kesedihan; Matahari Melihat Manusia; Pohon Oak Menangis; dan Tifa Menggema di Gunung-gunung Orang-
orang Menyulam dan Membuat Ukiran. Setiap sekuennya terbagi dalam kernel- kernel kadanag ada yang sampai 12, 10, tapi kadang hanya 2 atau 3 yang
dikembangkan oleh satelit-satelitnya. Arismaningtyas 2016 dalam skripsinya membahas tentang gejala bahasa
yakni campur kode yang terdapat dalam novel Isinga berupa kata, baster, perulangan kata, idiom dan frasa. Faktor penyebab campur kode terdapat empat
macam pembicaraan yaitu keefisienan pembicaraan, keterbatasa padanan kata, pengaruh pihak kedua, dan bentuk ekspresi penutur. Fungsi campur kode novel
Isinga yaitu untuk penghormatan, untuk menegaskan maksud tertentu, untuk menunjukkan identitas diri, dan pengaruh materi pembicaraan.
Berdasarkan tinjauan penelitian di atas, Rahmayati 2015 tentang stereotip terhadap perempuan, Hosniyeh 2016 tentang citra diri tokoh utama perempuan
serta peran sosial tokoh utama perempuan dalam keluarga dan masyarakat, Rahmanto 2016 tentang struktur cerita dan juga dimensi kandungan, dan
terakhir Arismaningtyas 2016 yang membahas tentang segala bahasa berupa campur kode yang terdapat dalam novel Isinga. Peneliti belum menemukan
penelitian dengan subjek yang sama dengan penelitian ini terkait konstruksi gender. Namun, peneliti melihat terdapat beberapa penelitian yang sama yaitu
mengkaji novel Isinga dengan kritik feminis dan kajian struktural.
1.6 Landasan Teori