dikhawatirkan bahwa industri nasional akan semakin terdegradasi didalam perekonomian
nasional. Bukan tidak mungkin gejala awal deindustrialisasi penurunan kontribusi sektor industri dalam menciptakan output dan
menyediakan kesempatan kerja akan semakin bertambah luas seiring dengan pemberlakuan ACFTA.
2.3 Permasalahan Yang Dihadapi UMKM Batik Tanjung Bumi
2.3.1 Finansial dan Non-finansial
Permasalahan yang dianggap mendasar bagi UMKM batik di Tanjung Bumi adalah adanya kecenderungan pemerintah dalam menjalankan program
untuk pengembangan UMKM seringkali merupakan tindakan koreksi terhadap kebijakan lain yang berdampak merugikan usaha kecil. Selain permasalahan
tersebut, secara umum UMKM sendiri mempunyai dua permasalahan utama, yaitu permasalahan finansial dan masalah non-finansial.
100
Masalah finansial: i Tidak ada keseimbangan dana, kurangnya kesesuaian antara dana yang tersedia yang dapat diakses oleh UMKM. ii Tidak adanya
pendekatan sistematis dalam pendanaan UMKM. iii Biaya transaksi yang tinggi, yang disebabkan oleh prosedur kredit yang
cukup rumit sehingga menyita banyak waktu sementara jumlah kredit yang dikeluarkan jumlahnya sangat kecil. iv Kurangnya akses terhadap sumber dana
formal, baik yang disebabkan oleh ketiadaan bank dipelosok maupun tidak tersedianya informasi yang memadai. v Bunga UMKM yang belum bankable,
100
Nika Sartika, 2010, dalam, Yulianita Anisyah, Analisis Perkembangan Industri Batik Semarang, Semarang, Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro, p.16
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
baik yang disebabkan oleh belum adanya manajemen keuangan yang transparan maupun kurangnya kemampuan manajerial dan finansial.
101
Masalah non-finansial : i Kurangnya pengetahuan atas pemasaran yang disebabkan oleh terbatasnya informasi yang dapat dijangkau oleh UMKM
mengenai pasar, selain karena keterbatasan UMKM itu sendiri untuk menyediakan produk atau jasa yang sesuai dengan keinginan pasar. ii Kurangnya
pengetahuan atas teknologi produksi dan quality control yang disebabkan oleh minimnya kesempatan mengikuti perkembangan teknologi serta kurangnya
pendidikan dan pelatihan. iii Keterbatasan sumber daya manusia SDM, karena tidak adanya kemampuan mengembangkan atau pengembangan SDM.
102
Permasalahan krusial yang dihadapi oleh UMKM batik di Tanjung Bumi adalah i soal infrastruktur yang kurang memadai. Infrastruktur merupakan
variabel yang sangat krusial dalam memacu roda perekonomian.
103
Bahkan Kwiek Kian Gie mengatakan, secara ekonomi makro ketersediaan dari jasapelayanan
infrastruktur mempengaruhi marginal productivity of private capital, sedangkan dalam konteks ekonomi mikro,ketersediaan jasa pelayanan infrastruktur
berpengaruh terhadap pengurangan biaya produksi. Penurunan kinerja infrastruktur berimplikasi pada terhambatnya distribusi barang dan jasa yang
menyebabkan kenaikan biaya angkut, sehingga biaya produksi meningkat.
104
Hal inilah mengapa perbaikan infrastruktur akan sangat menekan biaya produksi. ii
101
Ibid.
102
Ibid.
103
Rustam, Kabid.UMKM Kab.Bangkalan, 2013, Wawancara langsung di Kantor Diskop.UMKM Kab.Bangkalan, 16-April-2013
104
Sekretariat Negara Repuplik Indonesia, 2010, dalam, ACFTA sebagai Tantangan Menuju Perekonomian yang Kompetitif,
http:www.setneg.go.id , diakses tanggal 22-Juli-2013
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
minimnya skill, kemampuan dibidang organisasi dan manajemen SDM. Sumberdaya angkatan kerja dan tenaga kerja 60 persennya mayoritas masih
berpendidikan rendah level SD ke bawah.
105
Oleh sebab itu, kontribusi pemerintah daerah untuk menciptakan human capital di Tanjung Bumi sangat
diperlukan, demi terciptanya iklim usaha yang kondusif. Iklim bisnis yang lebih kondusif perlu ditunjang dengan pengembangan
berbagai prasarana infrastruktur dapat mendukung pengembangan UMKM di Tanjung Bumi. Beberapa prasarana infrastruktur ini misalnya adalah prasarana
jalan, pelabuhan, terminal, penyediaan air bersih dan ketersediaan listrik. Industri- industri di China dapat berkembang dengan pesat juga karena diikuti dengan
pengembangan prasarana infrastruktur yang sangat memadai. Sedangkan di Indonesia, pasca krisis ekonomi tahun 1997 berbagai pembangunan prasarana
infrastruktur seolah berjalan dengan sangat lambat.
106
Tidak semua daerah di Indonesia memiliki prasarana infrastruktur yang memadai. Penyediaan prasarana infrastruktur yang menunjang akan sangat
membantu untuk pemberdayaan sektor UMKM batik di Tanjung Bumi di era ACFTA. Infrastruktur merupakan sarana yang sangat vital dan akan memeberi
dampak yang sangat besar terhadap perkembangan UMKM batik di Tanjung Bumi.
105
Rustam, Kabid.UMKM Kab.Bangkalan, 2013, Wawancara langsung di Kantor Diskop.UMKM Kab.Bangkalan, 16-April-2013
106
Ibid.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
53
BAB III STRATEGI PEMASARAN DINAS KOPERASI UMKM KABUPATEN