Informan 1 SG Hasil Penelitian

Allah. BY juga merasa sudah berusaha untuk memenuhi tugas dan tanggungjawabnya sebagai orangtua. BY sudah merasa siap menghadapi masa pensiun karena secara finansial, BY sudah berusaha mempersiapkan semua kebutuhan. BY merasa belum ada pengaruh pada kehidupannya karena masih ada support dana. BY juga menyadari adanya post power syndrome namun BY merasa tidak mengalaminya karena BY sudah menyiapkan dana, menyiapkan kegiatan yang akan dilakukan untuk mengisi hari tuanya yaitu bisnis pangkalan LPG, inventaris rumah, membantu memberikan pinjaman dengan tambahan pendapatan, serta mencari kegiatan yang positif seperti mengikuti pengajian dengan berbagai kelompok.

C. Hasil Penelitian

Hasil wawancara menunjukkan bahwa emosi positif dan emosi negatif muncul pada ketiga informan dalam menghadapi masa pensiun. Untuk mengatur emosi-emosi tersebut, ketiga informan melakukan regulasi emosi dengan lima bentuk yaitu pemilihan situasi situation selection, modifikasi situasi situation modification , penyebaran atensi attentional deployment, perubahan kognitif cognitive change, dan modulasi respon response modulation. Kelima bentuk dalam proses regulasi emosi tersebut dapat terjadi secara bersamaan dan bisa juga tidak semua terjadi. Berikut merupakan pemaparan pada setiap informan:

1. Informan 1 SG

a. Emosi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Emosi positif yang dirasakan oleh SG dalam menghadapi masa pensiun adalah SG merasa tidak takut untuk pensiun dan ingin keluar dari pekerjaannya. Saat memiliki masalah, SG merasa tenang dan terbantu ketika sudah ke gereja. SG mengatakan: “Merasa terbantu, meskipun saya nggak bisa berdoa yang khusyuk ya saya kalau udah ke gereja gitu saya tenang, kalau sampe nggak bisa ke gereja gitu ya saya gelo ” line 1.110- 1.114 Sedangkan emosi negatif yang dirasakan SG yaitu sudah merasa jenuh dan ingin keluar dari pekerjaan yang telah puluhan tahun digelutinya. SG merasakan adanya penyesalan dalam dirinya karena saat ditawari untuk membantu cabang baru di luar Pulau SG menolak, jika SG mau ikut pasti hidupnya tidak akan seperti ini. Penyesalan tersebut juga membuat SG menyalahkan diri sendiri karena dulu menolak penawaran dan tidak mengira karirnya sekarang akan hancur. Saat perasaan bersalah itu muncul, SG hanya mampu berpasrah dan merasa bahwa garisnya sudah seperti ini. SG berpandangan bahwa dirinya tidak bisa dan hanya mampu segini. SG juga merasa takut untuk memulai usaha sendiri. SG sempat merasa marah kepada anaknya karena skripsi tidak selesai dalam waktu satu semester. SG mengatakan: “Kemarin itu saya pernah marah sama K, semester ini kan satu semester, saya tak kasih waktu satu semester selesaikan skripsimu langsung besok bisa kerja, semoga bisa kerja. Tapi nggak selesai to ” line 664-670 b. Regulasi Emosi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Bentuk proses regulasi emosi pemilihan situasi situation selection dalam menghadapi masa pensiun ditunjukkan oleh peran dan pendapat istri SG di mana istri SG merasa belum siap jika SG pensiun dini dan beranggapan bahwa lebih baik meneruskan pekerjaan daripada menganggur di rumah, sehingga istri meminta SG untuk bekerja lagi. SG memiliki keinginan untuk mengembangkan usaha memasak bersama istri dengan membuka usaha warung makan. SG memilih untuk membicarakan hal tersebut kepada istrinya dan mengatakan kepada istri bahwa SG hanya memiliki waktu setahun dua tahun lagi, usaha tersebut mau dipertahankan seperti ini atau mau dikembangkan. Jika dikembangkan dan membuka warung maka perlu mengontrak. SG bercerita: “Saya sama istri punya kegiatan, masak itu terus dititipkan. Nah kegiatan itu saya mau mengembangkan itu gitu ” line 106-108 “Tapi saya masih omong-omong terus sama istri saya. Saya ngomong, aku ming punya waktu setahun dua tahun, dadi arep dipertahanke koyo ngene atau mau dikembangin gitu. ” line 129-134 SG pun mengajak istri untuk mencari informasi tentang ruko kecil. Namun istri memberikan pendapat jika mengontrak dan warungnya laris tidak akan menjadi masalah, namun jika warungnya sepi maka akan rugi. Istri beranggapan bahwa lebih baik menggunakan rumah saudara yang di tepi jalan untuk berjualan makanan. Meskipun SG dan istri menemukan ruko yang murah, namun istrinya tetap tidak berani. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Dalam menjalani pekerjaannya sebagai karyawan media cetak, SG dihadapkan pada suatu pilihan untuk menjadi pekerja yang lurus atau mafia dengan banyak uang. SG pun memilih untuk tetap di kantor dan menjadi karyawan yang lurus. Jika di kantor SG memiliki permasalahan dengan teman atau diperlakukan tidak adil oleh teman kerja, maka SG akan membicarakan dengan orang yang bersangkutan dan memilih untuk menghindari orang-orang yang membuat SG jengkel. Jika pensiun nanti, SG memiliki perencanaan ke depan. SG juga tidak ingin membebani anak jika anak-anak sudah bekerja nanti. SG memilih untuk mengontrak ruko dan rumah yang ditinggali akan di kontrakan. Bentuk proses regulasi emosi modifikasi situasi situation modification dalam menghadapi masa pensiun ditunjukan dengan alternatif kegiatan atau pekerjaan lain yang dilakukan untuk menghadapi masa pensiun. SG memiliki kegiatan memasak lalu masakan tersebut di titipkan di sebuah warung makan. SG ingin mengembangkan usaha tersebut dengan membuka warung sendiri namun istri memiliki pemikiran yang berbeda dan merasa begini saja sudah cukup untuk memberikan uang saku pada anak-anak. Dalam bekerja, SG selalu berusaha untuk meminimalkan absen dalam bekerja. SG merasa kasihan jika tidak masuk kerja karena pekerjaannya akan ditanggung oleh teman-temannya karena pekerjaan harus selesai hari itu juga. SG bercerita: “Koran itu kan deadline ya, tidak bisa ya kerja wah iki kok awakku ra penak yo, dah tak garap sesuk. Ha gak bisa kaya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI gitu itu, harus jadi hari itu juga harus jadi. Lebih cepat lebih baik. ” Bentuk proses regulasi emosi penyebaran atensi attentional deployment dalam menghadapi masa pensiun dilakukan SG dengan memikirkan perasaan dan konsekuensi dari sebuah situasi. Saat SG ditawari pekerjaan di luar pulau namun SG menolak. Jika SG mau ikut, maka hidupnya tidak akan seperti ini. Kalau dulu bekerja keras, maka sekarang SG sudah kaya. Karena hal tersebut SG merasa istri menyalahkan dan meminta SG untuk mencari pekerjaan lain sebagai tambahan. Di usia yang menginjak 50 tahunan seperti ini sudah tidak ada yang mau menerima kerja, kalaupun menerima cuma karena kasihan bukan karena kualitas. SG merasa ini sudah menjadi nasibnya dan membuat SG gelo. SG juga mempunyai rencana untuk pensiun dini karena perusahaan tidak berkembang dan bertahun-tahun gaji tidak pernah naik, namun karena anak belum selesai skripsi, maka SG bekerja lagi. Hal itu membuat SG merasa menyesal dan tidak mendapat dukungan karena program yang SG rencanakan tidak bisa berjalan. SG juga merasa hal tersebut menjadi beban karena SG sebentar lagi pensiun namun anaknya belum bekerja. SG mengatakan: “Ya sebenernya beban saya cuma itu ya. Saya kerja, anak saya belum bekerja saya sudah mau pensiun ” line 662-664 Setelah pensiun nanti, SG berminat untuk bermain motor sebagai bentuk perubahan minatnya selama ini yang cenderung senang menulis. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tujuan SG bermain motor agar merasa senang dan menikmati dengan kecepatan dibawah 80 kmjam. Nantinya SG ingin bisa mengunjungi anaknya yang bekerja di luar kota menggunakan motor. Jika ada teman yang tidak menyukai SG maka SG cenderung akan berpura-pura tidak ada masalah. SG memiliki pelarian untuk ke gereja atau berziarah saat memiliki masalah. SG tidak mengekpresikan emosinya pada orang lain karena SG merupakan sosok yang pendiam. Jadi ketika merasa marah, maka SG memilih untuk pergi dan diam daripada marah meledak-ledak. SG mengungkapkan: “Saya malah kalau pelariannya malah pergi nongkrong ke angkringan gitu aja nggak sampe marah meledak-ledak ” line 1.007-1.010 “Saya malah pelariannya di situ. Saya lebih banyak ke gereja atau kalau dulu saya tiap apa gitu mesti ziarah ” line 1.080-1.083 Bentuk proses regulasi emosi perubahan kognitif cognitive change dalam menghadapi masa pensiun ditunjukkan SG dengan tetap bersemangat bekerja meskipun sudah berusia di atas 50 tahun karena merasa menjadi panutan bagi teman-teman kerjanya. SG juga tidak menyikapi masa tua dengan ngenes jika tidak memiliki pekerjaan. SG yakin pada modal berpikir yang dimiliki dan kemampuan istri dalam memasak akan lebih baik nantinya jika istri mau. SG merasa mungkin belum rejeki atau memang garis rejekinya memang seperti ini. Bagi SG yang terpenting masih bisa bekerja dan menghasilkan untuk anak. SG berprinsip bahwa hidup tidak perlu muluk-muluk yang terpenting adalah anak bisa sekolah dan selesai lalu bekerja dengan baik, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI meskipun keinginan sendiri tidak terpenuhi. SG menekankan pada kedua anaknya bahwa tidak bisa memberikan harta, hanya mampu menyekolahkan. Jika anak-anak bisa mendapatkan beasiswa maka itu menjadi nilai plus. SG selalu mengupayakan supaya anaknya bisa sekolah untuk bekal hidup. SG menuturkan: “Sisi positifnya apa ya. Istilahnya kalau istilahnya orang Jawa tuh belum rejekinya gitu. Atau mungkin garis rejeki saya tuh di sini, kaya gini gitu. Saya tuh hidup saya tuh saya nggak mau hidup yang muluk-muluk kok, yang penting saya anak saya bisa sekolah, keinginan anak saya terpenuhi, meskipun keinginan saya nggak terpenuhi. Nggak papa. ” line 736-747 SG memiliki pendapat tentang perbedaan pria dan wanita dalam menghadapi permasalahan. Menurut SG pria menyelesaikan permasalahan dengan tindakan dan wanita biasanya lebih peka dan berbicara dengan perasaan sehingga bisa stres dalam menghadapi permasalahan. Bentuk regulasi emosi modulasi respon response modulation dalam menghadapi masa pensiun tidak muncul dalam pengalaman SG karena SG tidak menyadari apakah ada perubahan yang berkaitan dengan kebutuhan fisiologis ketika SG sedang dalam masalah.

2. Informan II NR