Hubungan Keharmonisan Pernikahan dengan Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun pada Karyawan BUMN
LAMPIRAN
A. RELIABILITAS DAN UJI DAYA BEDA ITEM SKALA KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN DAN KEHARMONISAN PERNIKAHAN
B. HASIL UJI NORMALITAS, LINEARITAS, DAN KORELASI
C. SKALA KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN DAN KEHARMONISAN PERNIKAHAN
D. DATA MENTAH KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN DAN KEHARMONISAN PENIKAHAN
(2)
LAMPIRAN A
RELIABILITAS DAN DAYA BEDA ITEM SKALA KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN DAN
KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN PADA SAAT UJI COBA
(3)
Reliabilitas dan Daya Beda Item Skala Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.854 39
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted Item1 9.7000 39.468 .412 .849 Item2 9.6000 39.397 .375 .850 Item3 9.8000 40.197 .356 .851 Item4 9.7667 40.148 .330 .851 Item5 9.6833 39.576 .381 .850 Item6 9.7833 40.003 .379 .850 Item7 9.8167 40.254 .365 .851 Item8 9.9000 41.142 .295 .853 Item9 9.6333 39.795 .317 .852 Item10 9.7833 40.579 .251 .853 Item11 9.5500 39.472 .349 .851 Item12 9.5833 39.739 .312 .852 Item13 9.3333 39.480 .344 .851 Item14 9.7167 40.037 .314 .852 Item15 9.5333 39.101 .407 .849 Item16 9.7167 39.698 .380 .850 Item17 9.4167 39.095 .399 .850 Item18 9.6500 39.791 .325 .851 Item19 9.5667 39.165 .404 .849 Item20 9.6667 40.701 .169 .855 Item21 9.7833 40.376 .296 .852 Item22 9.6333 39.592 .353 .851 Item23 9.7000 39.773 .354 .851 Item24 9.7000 40.180 .277 .853 Item25 9.5333 39.101 .407 .849 Item26 9.6833 39.881 .324 .851
(4)
Item27 9.6833 39.237 .445 .849 Item28 9.6000 39.295 .392 .850 Item29 9.8333 40.412 .353 .851 Item30 9.8500 40.401 .390 .851 Item31 9.6833 39.678 .362 .851 Item32 9.7167 40.003 .320 .851 Item33 9.7833 40.105 .356 .851 Item34 9.6667 39.989 .297 .852 Item35 9.5500 39.709 .309 .852 Item36 9.7167 40.986 .132 .856 Item37 9.6500 39.858 .313 .852 Item38 9.7833 40.410 .288 .852 Item39 9.7167 40.003 .320 .851
(5)
Reliabilitas dan Daya Beda Item Skala Keharmonisan Pernikahan
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items .884 10
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted KPItem1 35.0375 23.339 .649 .871 KPItem2 35.1125 21.484 .792 .859 KPItem3 35.0792 22.211 .764 .862 KPItem4 35.6792 22.663 .486 .886 KPItem5 34.9333 22.667 .685 .868 KPItem6 35.2375 22.961 .532 .880 KPItem7 34.9917 23.330 .619 .872 KPItem8 35.1333 22.579 .650 .870 KPItem9 35.0542 24.710 .404 .886 KPItem10 34.7042 23.495 .659 .871
(6)
LAMPIRAN B
HASIL UJI NORMALITAS, LINEARITAS, DAN KORELASI VARIABEL KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN DANKECEMASAN
(7)
Hasil Uji Normalitas Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun dan Keharmonisan Pernikahan
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. Kecemasan .160 57 .001 .898 57 .000 KeharmonisanPernikahan .120 57 .039 .968 57 .137
Hasil Uji Linearitas Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun dan Keharmonisan Pernikahan
ANOVAb
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 1710.898 1 1710.898 66.028 .000a
Residual 1425.137 55 25.912 Total 3136.035 56
Hasil Uji Linearitas Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun dan Keharmonisan Pernikahan
Correlations
Kecemasan KeharmonisanPernikahan Kecemasan Pearson
Correlation
1 -.739**
Sig. (2-tailed) .000
N 57 57
KeharmonisanPernikahan Pearson Correlation
-.739** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 57 57
(8)
LAMPIRAN C
SKALA KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN DAN KEHARMONISAN PERNIKAHAN
(9)
No :
KUESIONER PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2015
(10)
KATA PENGANTAR
Dengan hormat,
Dalam
rangka
memenuhi
persyaratan
untuk
menyelesaikan pendidikan sarjana di Fakultas Psikologi
USU, saya bermaksud mengadakan penelitian di bidang
Psikologi Perkembangan Untuk itu saya membutuhkan
sejumlah data yang hanya akan saya peroleh dengan adanya
kerjasama dari Bapak dalam mengisi kuesioner ini.
Kuesioner ini terdiri dari 39 pernyataan yang
menggambarkan diri Bapak. Dalam mengisi skala ini tidak
ada jawaban benar atau salah. Yang saya harapkan adalah
jawaban yang paling mendekati keadaan bapak yang
sesungguhnya saat ini. Karena itu, saya berharap Bapak
bersedia memberikan jawaban yang sejujurnya tanpa
mendiskusikan dengan orang lain. Semua jawaban akan
dijaga kerahasiaannya dan hanya akan digunakan untuk
keperluan penelitian ini saja.
Cara menjawab pernyataan-pernyataan tersebut akan
dijelaskan dalam petunjuk pengisian. Oleh karena itu,
perhatikan terlebih dahulu petunjuk pengisian sebelum Bapak
mulai mengerjakan. Bacalah kembali untuk menghindari
adanya pernyataan yang belum terisi.
Bantuan Bapak dalam menjawab pernyataan pada
kuesioner ini berarti besar keberhasilan penelitian ini. Untuk
itu saya mengucapkan terima kasih.
Hormat Saya,
Peneliti
Novika Susi Lestari
111301025
(11)
IDENTITAS DIRI
*coret yang tidak perlu
Nama / Inisial
:
Usia
:
Agama
:
Istri
: Bekerja/Tidak bekerja*
Usia Pernikahan
: ….. Tahun
Pendidikan Terakhir
:
Masa kerja di perusahaan saat ini
: ….. Tahun
Gaji perbulan
: (lingkari yang benar)
≤ Rp. 1.000.000,
-
Rp. 1.000.000
–
Rp. 3.000.000,-
Rp. 3.000.000
–
Rp. 5.000.000,-
Rp. 5.000.000
–
Rp. 10.000.000,-
≥ Rp. 10.000.000,
-
(12)
KUESIONER I
Petunjuk Pengisian
Berilah tanda ceklis ( √ ) pada kolom yang tepat sesuai
dengan yang Bapak rasakan menjelang pensiun.
NO
GEJALA YANG DIRASAKAN
YA TIDAK
1. Membayangkan kondisi yang buruk
2. Gelisah
3. Mudah terkejut
4. Mudah menangis
5. Perasaan tegang
6. Perasaan gemetar
7. Takut seorang diri
8. Takut terhadap orang asing
9. Takut gelap
10. Takut pada binatang
11. Tidur tidak pulas
12. Sulit konsentrasi
13. Daya ingat menurun
14. Sering bingung
15. Sulit mengambil keputusan
16. Sedih
17. Sering terbangun pada malam hari
18. Perasaan tidak berdaya
19. Nyeri otot
20. Gigi gemeretak
21. Lemah
22. Kaku otot/tengkuk
23. Telinga berdenging
(13)
NO
GEJALA YANG DIRASAKAN
YA TIDAK
24. Pandangan kabur
25. Muka merah/pucat
26. Perasaan ditusuk-tusuk
27. Berdebar-debar
28. Nyeri dada
29. Perasaan akan pingsan
30. Rasa tertekan di dada
31. Perasaan tercekik
32. Napas pendek/sesak
33. Sering menarik napas panjang
34. Nyeri saat menelan
35. Susah buang air besar
36. Nyeri ulu hati
37. Penurunan ereksi
38. Ejakulasi dini
39. Mulut kering
(14)
KUESIONER II
Petunjuk Pengisian
Berikut ini terdapat sejumlah pernyataan. Baca dan
pahami baik-baik setiap pernyataan. Bapak diminta untuk
memilih salah satu pilihan yang tersedia di sebelah kanan
pernyataan berdasarkan keadaan yang sesungguhnya. Pilihan
yang tersedia yaitu:
Sangat Setuju
: SS
Setuju
: S
Netral/ragu-ragu
: N
Tidak Setuju
: TS
Sangat Tidak Setuju
: STS
Berilah tanda silang (X) pada salah satu pilihan yang paling
sesuai untuk menggambarkan keadaan saat ini.
Contoh:
NO
PERNYATAAN
SS
S
N
TS STS
1
Pasangan saya seorang
pendengar yang baik
SS
S
N
TS STS
Jika Bapak ingin mengganti jawaban, berikan tanda = pada
jawaban yang salah dan berikan tanda silang pada kolom
jawaban yang Bapak anggap lebih sesuai.
Contoh Koreksi Jawaban:
NO
PERNYATAAN
SS
S
N
TS STS
1
Pasangan saya seorang
pendengar yang baik
SS
S
N
TS STS
(15)
*kata kami merujuk pada Bapak dan Istri
NO
PERNYATAAN
SS S
N TS STS
1.
Saya senang dengan cara kami* membuat
keputusan dan mengatasi perselisihan.
SS S
N TS STS
2.
Saya tidak suka dengan komunikasi
diantara kami, dan saya merasa bahwa
pasangan tidak bisa memahami saya.
SS S
N TS STS
3.
Saya senang dengan cara kami berbagi
tanggung jawab tentang pekerjaan rumah.
SS S
N TS STS
4.
Saya tidak suka dengan beberapa sifat dan
kebiasaan pasangan saya.
SS S
N TS STS
5.
Saya suka dengan cara kami mengatur
aktivitas di waktu senggang dan
menghabiskan waktu bersama.
SS S
N TS STS
6.
Saya tidak puas dengan keadaan keuangan
saat ini dan cara kami dalam mengambil
keputusan tentang keuangan.
SS S
N TS STS
7.
Saya puas karena kasih sayang dan
hubungan seksual kami berjalan dengan
baik.
SS S
N TS STS
8.
Saya tidak suka dengan cara kami
mengelola tanggung jawab sebagai orang
tua.
(16)
9.
Saya senang terhadap hubungan kami
dengan orang tua, mertua dan ipar, serta
teman-teman.
SS S
N TS STS
10. Saya senang dengan cara kami
melaksanakan kepercayaan dan nilai-nilai
keagamaan.
SS S
N TS STS
Mohon periksa kembali jawaban Bapak, pastikan tidak ada
pernyataan yang belum diisi.
(17)
No :
KUESIONER PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2015
(18)
KATA PENGANTAR
Dengan hormat,
Dalam
rangka
memenuhi
persyaratan
untuk
menyelesaikan pendidikan sarjana di Fakultas Psikologi
USU, saya bermaksud mengadakan penelitian di bidang
Psikologi Perkembangan Untuk itu saya membutuhkan
sejumlah data yang hanya akan saya peroleh dengan adanya
kerjasama dari Ibu dalam mengisi kuesioner ini.
Kuesioner ini terdiri dari 10 pernyataan yang
menggambarkan diri Ibu dan suami. Dalam mengisi skala ini
tidak ada jawaban benar atau salah. Yang saya harapkan
adalah jawaban yang paling mendekati keadaan Ibu yang
sesungguhnya saat ini. Karena itu, saya berharap Ibu bersedia
memberikan
jawaban
yang
sejujurnya
tanpa
mendiskusikan dengan orang lain. Semua jawaban akan
dijaga kerahasiaannya dan hanya akan digunakan untuk
keperluan penelitian ini saja.
Cara menjawab pernyataan-pernyataan tersebut akan
dijelaskan dalam petunjuk pengisian. Oleh karena itu, mohon
perhatikan terlebih dahulu petunjuk pengisian sebelum Ibu
mulai mengerjakan. Bacalah kembali untuk menghindari
adanya pernyataan yang belum terisi.
Bantuan Ibu dalam menjawab pernyataan pada
kuesioner ini berarti besar keberhasilan penelitian ini. Untuk
itu saya mengucapkan terima kasih.
Hormat Saya,
Peneliti
Novika Susi Lestari
111301025
(19)
IDENTITAS DIRI
Nama / Inisial
:
Usia
:
Agama
:
Usia Pernikahan
: ….. Tahun
Pendidikan Terakhir
:
Status
: Bekerja/Tidak Bekerja*
(Jika bekerja pada perusahaan
isilah pertanyaan dibawah)
Gaji perbulan
: (lingkari yang benar)
≤ Rp. 1.000.000,
-
Rp. 1.000.000
–
Rp. 3.000.000,-
Rp. 3.000.000
–
Rp. 5.000.000,-
Rp. 5.000.000
–
Rp. 10.000.000,-
≥ Rp.
10.000.000,-
Pensiun pada
: Bulan
………. Tahun 20….
(20)
KUESIONER II
Petunjuk Pengisian
Berikut ini terdapat sejumlah pernyataan. Baca dan
pahami baik-baik setiap pernyataan. Ibu diminta untuk
memilih salah satu pilihan yang tersedia di sebelah kanan
pernyataan berdasarkan keadaan yang sesungguhnya. Pilihan
yang tersedia yaitu:
Sangat Setuju
: SS
Setuju
: S
Netral/ragu-ragu
: N
Tidak Setuju
: TS
Sangat Tidak Setuju
: STS
Berilah tanda silang (X) pada salah satu pilihan yang paling
sesuai untuk menggambarkan keadaan saat ini.
Contoh:
NO
PERNYATAAN
SS
S
N
TS STS
1
Pasangan saya seorang
pendengar yang baik
SS
S
N
TS STS
Jika Bapak ingin mengganti jawaban, berikan tanda = pada
jawaban yang salah dan berikan tanda silang pada kolom
jawaban yang Bapak anggap lebih sesuai.
Contoh Koreksi Jawaban:
NO
PERNYATAAN
SS
S
N
TS STS
1
Pasangan saya seorang
pendengar yang baik
SS
S
N
TS STS
(21)
*kata kami merujuk pada Ibu dan Suami
NO
PERNYATAAN
SS S
N TS STS
1.
Saya senang dengan cara kami* membuat
keputusan dan mengatasi perselisihan.
SS S
N TS STS
2.
Saya tidak suka dengan komunikasi
diantara kami, dan saya merasa bahwa
pasangan tidak bisa memahami saya.
SS S
N TS STS
3.
Saya senang dengan cara kami berbagi
tanggung jawab tentang pekerjaan rumah.
SS S
N TS STS
4.
Saya tidak suka dengan beberapa sifat dan
kebiasaan pasangan saya.
SS S
N TS STS
5.
Saya suka dengan cara kami mengatur
aktivitas di waktu senggang dan
menghabiskan waktu bersama.
SS S
N TS STS
6.
Saya tidak puas dengan keadaan keuangan
saat ini dan cara kami dalam mengambil
keputusan tentang keuangan.
SS S
N TS STS
7.
Saya puas karena kasih sayang dan
hubungan seksual kami berjalan dengan
baik.
SS S
N TS STS
8.
Saya tidak suka dengan cara kami
mengelola tanggung jawab sebagai orang
tua.
(22)
9.
Saya senang terhadap hubungan kami
dengan orang tua, mertua dan ipar, serta
teman-teman.
SS S
N TS STS
10. Saya senang dengan cara kami
melaksanakan kepercayaan dan nilai-nilai
keagamaan.
SS S
N TS STS
Mohon periksa kembali jawaban Ibu, pastikan tidak ada
pernyataan yang belum diisi.
(23)
LAMPIRAN D
DATA MENTAH KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN DAN KEHARMONISAN PENIKAHAN
(24)
DATA MENTAH KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN DAN KEHARMONISAN PERNIKAHAN No. Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun Keharmonisan Pernikahan
Suami Istri Gabungan
= (2 [h+w] – [h-w]) : 4
1. 8 37 37 37.00
2. 15 42 37 38.25
3. 9 50 40 43.50
4. 7 39 36 36.75
5. 8 40 42 41.50
6. 18 30 34 33.00
7. 11 38 40 39.50
8. 12 41 38 38.75
9. 2 45 41 42.00
10. 29 31 27 28.00
11. 1 46 46 46.00
12. 8 46 40 41.50
13. 11 43 50 48.25
14. 15 45 33 36.00
15. 6 48 41 42.75
16. 4 38 33 34.25
17. 5 43 43 43.00
18. 10 43 37 38.50
19. 27 34 36 35.50
20. 9 45 39 40.50
21. 10 47 41 42.50
22. 12 39 41 40.50
23. 10 45 40 41.25
(25)
25. 28 36 34 34.50
26. 10 43 41 41.50
27. 14 36 35 35.25
28. 7 39 40 39.75
29. 7 44 39 40.25
30. 7 44 38 39.50
31. 13 41 44 43.25
32. 13 34 33 33.25
33. 10 44 40 41.00
34. 5 41 43 42.50
35. 4 48 50 49.50
36. 10 44 40 41.00
37. 12 37 39 38.50
38. 25 30 29 29.25
39. 17 35 33 33.50
40. 3 40 45 43.75
41. 11 39 40 39.75
42. 6 50 47 47.75
43. 15 33 35 34.50
44. 8 41 39 39.50
45. 4 45 41 42.00
46. 14 43 40 40.75
47. 6 42 42 42.00
48. 26 29 25 26.00
49. 27 33 25 27.00
50. 26 34 34 34.00
51. 10 41 40 40.25
52. 23 34 29 30.25
53. 14 43 43 43.00
(26)
55. 12 38 38 38.00
56. 27 29 33 32.99
(27)
DAFTAR PUSTAKA
Almeida, B. (2008). Retirement Readiness: What Differences does Pension Make. National Institute on Retirement Security.
Anoraga, P. (2005). Psikologi Kerja. Cetakan Ketiga. Jakarta: PT. Rineka Cipta Arikunto, S. (2002). Prosedur penelitian, suatu pendekatan praktek. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Atkinson, Rita, dkk. (1983). Pengantar Psikologi (ed. 8). Jakarta: Erlangga
Azwar, S. (2000). Reliabilitas dan validitas: Seri pengukuran psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset
Azwar, S. (2010). Sikap manusia, teori, dan pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset
Beck, A.T. (2004). Contemporary Cognitive Therapy: Theory, Research, and
Practice. Guildford Publications.
Bamboe Doea Team, (2013).BUMN dan Kebanggaan Bangsa. Retrieved June 10,
2015, from Bamboedoea.com:
www.bamboedoea.com/index.php?mod=mod_ content&task=show&catid=28&itemid=1490
Cavanaugh, J. C., Fields, F. B (2006). Adult Development and Aging. USA: The Thomson Coorperation
Corey, G. (1997). Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Edisi Ketiga. Bandung: PT. Eresco
Darajat, Z. (1990). Kesehatan Mental. Jakarta: PT. Gunung Agung.
Dehle, C., Larsen, D., & Landers, J. E. (2001). Social Support in Marriage. The
American Journal of Family Therapy , 307-324.
Dewi, Artika Kumala .(2011). Hubungan antara Kecerdasan Emosi dengan
Kecemasan Mengahadapi Masa Pensiun pada Pegawai Negeri Sipil.:
Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Dewi, D.E.P. (2003). Kecemasan Dalam Menghadapi Masa Pensiun Pada
Pegawai Negeri Sipil Di Departemen Keuangan RI Jawa Tengah ditinjau dari Dukungan Sosial. Semarang: Fakultas Psikologi Universitas Katolik
(28)
Digdoyo., Priyono, S. A. (2011). Analisis Usaha Sektor Informal di Perkotaan. Lembaga Penelitian dan Pengembangan UHAMKA.
Effendi, R. W. (1999). Hubungan Antara Perilaku Coping dan Dukungan Sosial
dengan Kecemasan Pada Ibu Hamil Anak Pertama. Surabaya: Fakultas
Psikologi Universitas Surabaya. Vol. 14 No. 54 (213-225)
Fatima, M., Ajmal, M. Asir. (2012). Happy Marriage: A Qualitative Study.
Pakistan Journal of Social and Clinical Psychology, Vol. 10, No. 1, 37-42.
Lahore: Government College University.
Fatimah, N. (2014). Kesejahteraan Subjektif Dewasa Madya Lajang. Yoogyakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.
Fendsidy, B. (2015, April 5). Uang Pensiun dibayar Sekaligus vs Bulanan. Retrieved June 2, 2015, from Koran Sindo: koran- sindo.com/read/985281/150/uang-pensiun-dibayar-sekaligus-vs-bulanan-1428201857/1
Foster, Thomas. W. (2008). Depression, Anxiety, and Attitude toward Retirement
as Predictors of Wellness for Workers Nearing Retirement. Kent State
University College.
Furer, P. J. R. (2007). Treating Health Anxiety and Fear of Death: A
Practitioner's Guide. New York: Springer Science Business Media, LLC.
Gallo, W. T., Bradley, E. H., Siegel, M., & Kasl, S. (2000). Health Effects of
Involuntary Job Loss Among Older Workers: Finding from The Health and Retirement Survey. Journal of Gerontology: Social Sciences, 55B,
S131-S140.
Hadi, S. (2000). Metodologi research. Yogyakarta : Andi Yogyakarta
Haverkamp-Heng, L.P. (2006). What Makes a Successful Marriage: Implications
for Practice. Department of Social Work, National University of
Singapore.
Henkens, K., & Van Solinge, H. (2002). Spousal Influence on the Decision to
Retire. International Journal of Sociology, 32, 55-73.
Hukum Online. (2015). Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 Tentang Badan
Usaha Milik Negara. Retrieved April 13, 2015, from m.hukumonline.com/
pusatdata/detail/13588/node/535/uu-no-19-tahun-2003-badan-usaha-milik-negara.
(29)
Hukum Online (2015). Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan.Retrieved April 13, 2015 from m.hukumonline.com/
pusatdata/download/fl51927/node/13146.
Hurlock, E. B. (1991). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan, Edisi Kelima. Jakarta: McGraw Hill.
Imama, H. (2011). Hubungan Kecerdasan Emosi dan Dukungan Sosial dengan
Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun. Jakarta: Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2008) Retrieved April 5, 2015. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.
Kementrian Agama RI. (2015). Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang
Perkawinan. Retrieved May 21, 2015 from https://kemenag.go.id/
file/dokumen/UUPerkawinan.pdf
Kim, J. E., & Moen, P. (2002). Retirement Transisitions, Gender, and
Psychological Well-Being: A Life Course, Ecological Model.Journal of
Gerontology, 212-222.
Kimmel, D. C. (1991). Adulthood and Aging: An Interdiciplinary Developmental
View. New York: John Willey & Sons Ltd.
Koeswara, E. (1991). Psikologi Eksistensial. Bandung: PT. Eresco
Kustini. (2011). Keluarga Harmoni: Dalam Perspektif Berbagai Komunitas
Agama. Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI.
Lazarus, R. S. (1991). Emotion and Adaptation. New York: Oxford University Press.
Lestari, Sri. (2012). Psikologi Keluarga (Penanaman Nilai dan Penanganan
Konflik dalam Keluarga). Jakarta: Kharisma Putra Utama
Matlin, M. W. (2008). The Psychology of Women. USA: The Thomson Coorperation
McDowell, I. (2006). Measuring Health: A Guide to Rating Scales and
Questionnaries, Third Edition. New York: Oxford University Press.
Naviati, Elsa. (2011). Hubungan Dukuran Perawat dengan Tingkat Kecemasan
Orang Tua di Ruang Rawat Anak RSAB Harapan Kita Jakarta.
(30)
Olson, D H., Fowers, B. J. (1993). Five Types of Marriage: An Empirical
Typology Based on ENRICH. Vol. 1, No. 3, 196-207. The Family Journal.
Osborne, J. W. (2012). Psychological Effects of the Transition to Retirement. Vol
46 No. 1 Pages 45-58. Canadian Journal of Counseling and Psychoterapy.
Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2009). Human Develpment. New York: McGraw-Hill.
Passer, M. W., Smith, R. E. (2007). Psychology: The Science of Mind and
Behavior Third Edition.New York: McGraw-Hill.
Portal HR. (2015). Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER.02/MEN/1993 Tentang Usia Pensiun Normal dan Batas Usia Pensiun Maksium Bagi Peserta Peraturan Dana Pensiun. Retrieved March 25, 2015 from http://www.portalhr.com/wp-content/upload/data/pdfs/pdf_peraturan/ Poerwanti, E. (1994). Dasar-dasar metode penelitian. Malang : UMM Press. Pradono, G. S., & Purnamasari, S.E. (2010). Hubungan antara Penyesuaian Diri
dengan Kecemasan dalam Menghadapi Masa Pensiun pada Pegawai Negeri Sipil di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Retrieved from
Universitas Mercubuana Yogyakarta.
Rachmad, D, dkk. (1991). Kecemasan pada Anggota POLRI yang Menghadapi
Purna Tugas di Kepolisian Wilayah Yogyakarya. Jiwa. Majalah Psikiatri,
Th. XXIV. No. 4 Hal 13-17.
Respainingsih, K. (2008). Kecemasan dalam Menghadapi Masa Pensiun ditinjau
dari Self-Efficacy. Semarang: Fakultas Psikologi Universitas Katholik
Soegijapranata.
Risbi, N. A.. (2012). Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Kecemasan
Menghadapi Pensiun pada Pegawai Negeri Sipil.. Retrieved from
Univeritas Andalas, Padang.
Santrock, J. W. (2009). Life Span Development: Twelfth Edition. New York: McGraw Hill.
Sarwono, S. (2002). Berkenalan dengan Aliran-aliran dan Tokoh-tokoh Psikologi. Jakarta: Bulan Bintang.
Shaughnessy, J. J., Zechmeister, E. B., & Zeichmeister, J. S. (2012). Research
(31)
Adajob, (2015).Pendaftaran BUMN 2015/2016. (n.d.). Retrieved May 25, 2015, from adajob.web.id:www.adajob.web.id/pendaftaran-bumn20152016.html Smith, E.E., Hoeksema N., Susan., Fredrickson, B. L., Loftus, C. R., Bem, D. J.,
Maren, Stephen. (2003). Introduction to Psychology Fourteenth Edition. United States of America: Thomson Wadsworth.
Solinge, Hanna van., Henkens, Kene. (2005). Couple’s Adjustment to Retirement:
A Multi-Actor Panel Study. Journal of Gerontology: Social Sciences,
S11-S20.
Suadirman, S. P. (1990). Bimbingan dan Konseling Pernikahan. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.
Suadirman, S. P. (2011). Psikologi Lanjut Usia. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Sue, David., Derald Wing Sue., Stanley Sue. (2010). Understanding Abnormal
Behavior. 9th ed. USA: Wadsworth
Sue, David. (2014). e-Study Guide for Understanding Abnormal Behavior 10th
Edition, Study Guide. Content Technologies, Inc.
Susilawati, I. R., Widyasari, S. D. (2012). Hubungan Antara Career Capital Dan
Work-Life Balance Pada Karyawan Di Pt. Petrokimia Gresik. Universitas
Brawijaya: Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Suryabrata, S. (2003). Metodologi penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Taylor, M. A., & Shore, L. M. (1995). Predictors of Planned Retirement Age: An
Aplication of Beehr’s model. Psychologi and Aging, 10, 76-83.
Walgito, B. (1991). Psikologi Sosial: Suatu Pengantar. Yogyakarta: Andi Offset. Wright, N. (2000). Meredakan Emosi Jiwa. Yogyakarta: Andi Offset.
(32)
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif yang bersifat korelasional yang bertujuan untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu skor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan koefisien korelasi (Suryabrata, 2003).Variabel yang akan diuji korelasinya adalah Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun dan Keharmonisan Pernikahan
A. Identifikasi Variabel Penelitian
Adapun variabel yang terlibat dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel tergantung (dependent variabel) :Kecemasan
2. Variabel bebas (independent variabel) : Keharmonisan Pernikaha
n
B. Defenisi Operasional Variabel Penelitian B. 1. Kecemasan
Kecemasan adalahkeadaan adanya ransangan internal dan eksternal yang mengancam ketidaknyamanan yang mempengaruhi respon kognitif, yaitu; khawatir ringan hingga tinggi, sulit konsentrasi dan mengambil keputusan, mudah bingung, lupa, motorik seperti; gemetar, gelisah, menggigit bibir, menggigit kuku, sulit berbicara, meremas jari, tangan gemetar, sulit duduk diam, somatik seperti; sulit bernapas, tangan kaki menjadi dingin, mulut kering, sering buang air kecil, jantung berdebar, berkeringat, tekanan
(33)
darah tinggi, gangguan pencernaan, kelelahan fisik, dan afektif seperti; mudah tersinggung, tidak tenang. Variabel ini diukur dengan Hamilton Anxiety Scale yang telah diterjemahkan. Semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin tinggi pula kecemasan subjek.
B. 2. Keharmonisan Pernikahan
Keharmonisan pernikahan dicirikan dengan adanya kenyamanan saat berinteraksi dengan pasangan; mampu menangani konflik dan tetap bersikap positif saat berargumentasi; merasa puas terhadap kepribadian pasangan; memutuskan dan mengatur perihal keuangan bersama-sama; mengerti keinginan pasangan dalam menggunakan waktu luang bersama; adanya sikap positif terhadap seksualitas; bekerja sama untuk menegakkan disiplin dan tujuan untuk anak-anak; adanya perasaan nyaman saat menghabiskan waktu bersama teman dan keluarga pasangan; adanya pembagian peran yang disetujui berkaitan dengan tugas rumah tangga, pekerjaan, seks, dan peran sebagai orang tua; serta menggunakan prinsip-prinsip agama dalam menjalankan kehidupan pernikahan. Variebel ini diukur dengan
Enrich(Evaluation and Nurturing Relationship Issues, Communication, and
Happiness)yang telah diterjemahkan. Semakin tinggi skor yang diperoleh
(34)
C. Populasi dan Teknik Sampling
C. 1. Karakteristik Populasi Penelitian
Populasi adalah semua individu yang dapat dikenai generalisasi dalam kenyataan-kenyataan yang diperoleh dari subjek penelitian (Hadi, 2000). Populasi yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah Karyawan BUMN di Kota Medan. Karakteristik sampel dalam penelitian ini adalah:
a. Pasangan suami-istri.
b. Berada di maksimal 2 tahun sebelum usia pensiunnya (maksimal pensiun pada tahun 2017).
c. Akan pensiun berdasarkan jenis Mandatory Retirementyaitupensiun berdasarkan peraturan dan kewajiban, bukan dengan sukarela.
C. 2. Sampel Penelitian
Sampel merupakan sebagian dari populasi atau sejumlah penduduk yang jumlahnya kurang dari jumlah populasi dan harus mempunyai karakteristik yang sama (Hadi, 2000). Sampel dalam penelitian ini adalah 57 orang karyawan BUMN yang akan pensiun maksimal dua tahun lagi terhitung sejak pengambilan data dilakukan. Penelitian ini juga melibatkan 57 orang istri dari subjek penelitian yang bersangkutan sehingga total subjek penelitian adalah 114 orang.
C. 3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik sampling adalah cara yang digunakan untuk mengambil sampel dari populasi dengan menggunakan prosedur tertentu, dalam jumlah yang sesuai dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar
(35)
diperoleh sampel yang benar-benar dapat mewakili populasi (Poerwanti, 1994).
Teknik sampling yang digunakan adalah nonpropability sampling yakni dalam penelitian ini peneliti tidak menjamin setiap populasi dalam penelitian memiliki kesempatan yang sama untuk ditetapkan sebagai anggota sampel (Shaughnessy, Zechmeister, dan Zechmeister, 2012). Bentuk
nonprobabilitas sampling yang digunakan adalah convenience sampling, yang
berarti peneliti mendapatkan sampel penelitian berdasarkan kesediaan subjek.
D. Metode Pengambilan Data
Metode pengambilan data adalah cara yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data (Arikunto, 2002). Metode pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode skala. Metode skala digunakan karena data yang ingin diukur berupa konstruk dan konsep psikologis yang dapat diungkap secara tidak langsung melalui indikator-indikator perilaku yang diterjemahkan dalam bentuk item-item pernyataan.
Azwar (2010) juga mengemukakan bahwa metode skala dapat menggambarkan aspek kepribadian individu, dapat merefleksikan diri yang biasanya tidak disadari responden yang bersangkutan, responden tidak menyadari arah jawaban ataupun kesimpulan yang diungkapkan pernyataan atau pertanyaan. Peneliti menggunakan dua skala psikologi, yaitu skala kecemasan menghadapi masa pensiun dan skala keharmonisan pernikahan.
(36)
D. 1. Skala Kecemasan
Variabel kecemasan menghadapi masa pensiun diukur dengan
Hamilton Anxiety Scale, terdiri dari 14 kelompok gejala yang
masing-masing dirinci lagi dengan gejala-gejala yang lebih spesifik. Kuesioner ini telah dikembangkan oleh peneliti sebelumnya yaitu Naviati (2011) untuk Program Magister di Universitas Indonesia, sehingga menghasilkan 39 item. Masing-masing diberi penilaian 1 jika “Ya” dialami oleh subjek, dan
0 jika “Tidak” dialami oleh subjek. Item-item dalam skala ini berdasarkan
manifestasi klinis sistem tubuh dan respon kognitif serta afektif dari kecemasan.
2. Skala Keharmonisan Pernikahan
Variabel keharmonisan pernikahan diukur dengan menggunakan Skala Enrich(Evaluation and Nurturing Relationship Issues, Communication, and Happiness) buatan David H. Olson yang telah
dikembangkan oleh Haverkamp-Heng (2006) selaku Director of Marriage
and Family Institute, Singapore. Skala terdiri dari 10 item yang mewakili
10 aspek keharmonisan pernikahan sesuai dengan teori David H. Olson. Setiap item memiliki 5 pilihan jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Nilai skala setiap pernyataan diperoleh dari jawaban subjek yang menyatakan mendukung (favourable) atau tidak mendukung (unfavourable).
(37)
E. Evaluasi Alat Ukur E.1 Validitas Alat Ukur
Menurut Shaughnessy, Zeichmeister, & Zeichmeister (2012) validitas merupakan kebenaran suatu pengukuran, apakah aitem mengukur apa yang hendak diukur. Sedangkan Azwar (2000) mendefinisikan uji validitas alat ukur sebagai sejauh mana tes itu mengukur apa yang dimaksudnya untuk diukur, artinya mengukur derajat fungsi suatu tes atau derajat kecermatan suatu tes. Untuk Hamilton Anxiety Scale nilaivaliditasnya sebesar 0.83, dan untuk Enrich(Evaluation and Nurturing Relationship Issues, Communication,
and Happiness)nilai validitasnya sebesar 0.82
E.2 Uji Daya Beda Item
Uji daya beda itemdilakukan untuk melihat sejauh mana aitemmampu membedakan antara individu atau kelompok yang memiliki atau yang tidak memiliki atribut yang diukur. Dasar kerja yang digunakan dalam analisis aitemini adalah dengan memilih aitemyang mengukur hal yang sama dengan yang diukur oleh tes sebagai keseluruhan (Azwar, 2000).
Pengujian daya beda aitem ini dilakukan dengan komputasi koefisien korelasi antara distribusi skor pada setiap aitemdengan suatu kriteria yang relevan, yaitu skor total tes itu sendiri dengan menggunakan koefisien korelasi
Pearson Product Moment, yang di analisis dengan bantuan komputerisasi
SPSS 17.0 for windows dan Microsoft Office Excel 2007. Prosedur pengujian ini akan menghasilkan koefisien korelasi aitemtotal (rit) yang dikenal dengan parameter daya beda aitem(Azwar, 2000). Aitem yang lulus seleksi adalah
(38)
aitem yang memiliki nilai rit≥ 0,3. Semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,3 daya pembedanya dianggap baik. Aitem yang memiliki harga rit kurang dari 0,3 dapat diinterpretasikan sebagai aitem yang memiliki daya beda rendah.
Dua buah instrument pengukuran yang digunakan pada penelitian ini merupakan skala yang pernah dikembangkan oleh peneliti-peneliti sebelumnya, serta tujuan dari penelitian ini bukan untuk menghasilkan skala baru. Sehingga jika nantinya ditemukan item yang memiliki daya beda item dibawah 0,3 maka item tersebut tidak akan digugurkan.
E.3 Reliabilitas Alat Ukur
Konsep reliabilitas mengacu pada apakah suatu instrumen dapat diinterpretasi secara konsisten dalam suatu pengukuran dan dalam situasi yang berbeda-beda (Shaughnessy, Zeichmeister, & Zeichmeister, 2012). Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya, maksudnya apabila dalam beberapa pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok yang sama diperoleh hasil yang relatif sama (Azwar, 2000).
Uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan konsistensi internal (Cronbach’s alpha coeffecient), yaitu suatu bentuk tes yang hanya memerlukan satu kali pengenaan tes tunggal pada sekelompok individu sebagai subjek dengan tujuan untuk melihat konsistensi antar aaitem atau antar bagian dalam skala. Koefisien reliabilitas yang mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitasnya. Sebaliknya koefisien reliabilitas yang mendekati angka 0,00 berarti semakin rendah reliabilitasnya.
(39)
E.4 Hasil Uji Coba Alat Ukur a) Skala Kecemasan
Hasil analisis skala kecemasan menunjukkan bahwa dari 39 item terdapat 32 item yang memiliki daya beda item cukup tinggi. Terdapat 7 item yang memiliki daya beda item rendah (daya beda item lebih kecil dari 0,3) yaitu item nomor 8, 10, 20, 24, 34, 36, 38. Koefisien korelasi item total bergerak dari 0,132 sampai 0,445. Hasil reliabilitas dengan menggunakan Cronbach Alpha diperoleh hasil rxx = 0.854 yang berarti tingkat reliabilitas baik.
b) Skala keharmonisan pernikahan
Hasil analisis skala keharmonisan pernikahan menunjukkan bahwa dari 10 item, seluruh item memiliki daya beda item yang tinggi. Koefisien korelasi item total bergerak dari 0,404 sampai 0,792. Hasil reliabilitas dengan menggunakan Cronbach Alpha diperoleh hasil rxx = 0.884 yang berarti tingkat reliabilitas baik.
F. Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan Penelitian
Adapun persiapan yang dilakukan peneliti antara lain sebagai berikut: a. Pencarian referensi
Peneliti mengumpulkan berbagai informasi dan teori yang berhubungan dengan variabel penelitian, yaitu kecemasan menghadapi masa pensiun dan keharmonisan pernikahan.
(40)
b. Pembuatan alat ukur
Pada tahap ini, peneliti mengadaptasi alat ukur kecemasan (Hamilton Anxiety Scale) yang telah dikembangkan sehingga menghasilkan 39 item. Peneliti juga mengadaptasi skala ENRICHoleh David H. Olson yang telah dikembangkan sehingga menghasilkan 10 item.
c. Uji coba alat ukur
Uji coba alat ukur dilakukan dilakukan sejak minggu kedua bulan November 2015 hingga minggu keempat bulan Januari di tiga perusahaan BUMN yaitu yaitu PTPN III dengan jumlah responden 25 orang, PT. Telkom dengan jumlah responden 25 orang dan PT. PLN dengan jumlah resonden 10 orang, sehingga total responden uji coba adalah 60 orang.
2. Tahap pelaksanaan penelitian
Pengambilan data penelitian dilakukan mulai dari minggu kedua bulan Februari hingga minggu kedua bulan April di lima perusahaan BUMN yaitu PT. PLN dengan jumlah resonden 15 orang, PT. Pertamina dengan jumlah responden 1 orang, Bank Mandiri dengan jumlah responden 2 orang, PTPN IV dengan jumlah responden 37 orang, dan PT. PGN dengan jumlah responden 2 orang. Sehingga total responden dalam penelitian ini berjumlah 57 orang.
3. Tahap pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan fasilitas komputerisasi SPSS 17.0 for
(41)
G. Metode Analisis Data
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan keharmonisan pernikahan dan kecemasan menghadapi masa pensiun, maka analisa data yang digunakan adalah korelasi Pearson Product Moment. Korelasi Pearson
Product Moment merupakan teknik korelasi yang memperlihatkan seberapa
besar hubungan yang ada antara dua variabel, yang kedua variabel tersebut memiliki data berskala interval. Analisis ini juga memungkinkan untuk memperlihatkan arah hubungan variabel dependen dengan variabel independen.
Sebelum data-data yang terkumpul dianalisa, maka terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yang meliputi:
G.1 Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian masing-masing variabel telah menyebar secara normal. Jika populasi dari sampel yang diambil tidak bersifat normal maka tes statistik yang bergantung pada asumsi normalitas itu menjadi cacat sehingga kesimpulannya tidak berlaku. Uji normalitas ini dilakukan dengan menggunakan uji one
sample kolmogorov-smirnov dengan aplikasi SPSS 17.0 for windows
Kaidah normal yang digunakan adalah jika p ≥ 0,05 maka sebarannya
dinyatakan normal dan sebaliknya jika p < 0,05 maka sebarannya dinyatakan tidak normal (Hadi, 2000).
(42)
G.2 Uji Linearitas
Uji linearitas ini digunakan untuk mengetahui apakah data distribusi penelitian yaitu variabel bebas (keharmonisan pernikahan) dan variabel tergantung (kecemasan menghadapi masa pensiun) memiliki hubungan linier. Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan teknik uji F dengan bantuan program komputer SPSS versi 17 for windows. Kaidah yang digunakan untuk mengetahui linier atau tidaknya hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung adalah jika p < 0,05 maka hubungannya antara variabel bebas dengan variabel tergantung dinyatakan linier, sebaliknya jika p > 0,05 berarti hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung dinyatakan tidak linier (Hadi, 2000). Jika uji asumsi terpenuhi maka dapat dilanjutkan dengan uji hipotesis.
(43)
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Subjek penelitian adalah karyawan BUMN di Kota Medan yang akan pensiun maksimal 2 (dua) tahun lagi terhitung sejak pengambilan data dilakukan. Subjek penelitian terdiri dari 57 orang pria yang berstatus karyawan BUMN sekaligus suami dan 57 orang wanita yang berstatus sebagai istri karyawan BUMN bersangkutan, sehingga subjek penelitian total berjumlah 114 orang (57 pasangan suami-istri).
A. UJI ASUMSI
Sebelum data yang terkumpul dianalisis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yang meliputi:
A. 1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah populasi data penelitian berdistribusi normal dalam kurva sebaran normalitas yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 1. Hasil Uji Normalitas
Variabel P Keterangan
Kecemasan 0.160 Sebaran Normal Keharmonisan
Pernikahan
(44)
Kaidah normal yang digunakan adalah jika p > 0.05 maka sebaran data dinyatakan normal dan sebaliknya jika p < 0.05 maka sebaran data dinyatakan tidak normal.
Hasil uji normalitas terhadap variabel kecemasan diperoleh p = 0.160. hasil ini menunjukkan bahwa nilai p (0.160) > 0.05 maka data dari variabel kecemasan terdistribusi secara normal. Hasil uji normalitas terhadap variabel keharmonisan pernikahan diperoleh
p = 0.120 hasil ini menunjukkan bahwa nilai p (0.120) > 0.05 maka data dari variabel keharmonisan pernikahan terdistribusi secara normal.
A. 2. Uji Linearitas
Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linear atau tidak. Dalam penelitian ini uji linearitas akan melihat apakah dua variabel penelitian yaitu kecemasan dan keharmonisan pernikahan berkorelasi untuk memenuhi asumsi garis linear. Hasil uji linearitas dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2. Hasil Uji Linearitas
Variabel Linearity F Kesimpulan
Kecemasan* Keharmonisan Pernikahan
(45)
Berdasarkan tabel diatas, diperoleh nilai linearity0.000 untuk variabel kecemasan dan keharmonisan pernikahan. Hal ini menunjukkan bahwa nilai linearitydibawah 0.05 sehingga telah memenuhi asumsi linearitas.
B. HASIL UTAMA PENELITIAN
B.1. Korelasi antara Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun dan Keharmonisan Pernikahan
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara keharmonsan pernikahan dan kecemasan menghadapi masa pensiun. Untuk menguji hubungan antara keharmonisan pernikahan dan kecemasan menghadapi masa pensiun digunakan analisis Pearson
Product Moment dengan bantuan aplikasi komputer program SPSS
17.0 for windows dan Microsoft Office Excel 2007.
Tabel 3. Hasil Analisis Korelasi Pearson Product Moment
Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun Keharmonisan
Pernikahan
Pearson Correlation -.739** Sig. (2-tailed) .000
N 57
Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh koefisien korelasi sebesar -0.682 dan P = 0.000 pada level 0.01 . Hal ini menujukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara keharmonisan pernikahan dan kecemasan. Berdasarkan hasil tersebut dapat
(46)
disimpulkan bahwa jika tingkat keharmonisan pernikahan tinggi maka tingkat kecemasan menghadapi masa pensiun rendah. Sebaliknya, jika tingkat keharmonisan pernikahan rendah maka tingkat kecemasan menghadapi masa pensiun tinggi.
B. 2 Nilai Empirik dan Nilai Hipotetik
a. Nilai Empirik dan Nilai Hipotetik Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun
Peneliti menggunakan alat penelitian berupa skala kecemasan yang terdiri dari 39 item dengan rentang 0-1 sehingga dihasilkan total skor minimum 0 dan total skor maksimun 39. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh skor minimum 1 dan skor maksimum 29. Hasil perhitungan rata-rata empirik dan rata-rata hipotetik variabel kecemasan dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini:
Tabel 4. Perbandingan Mean Hipotetik dan Mean Empirik Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun
Variabel Hipotetik Empirik
Min Maks Mean SD Min Maks Mean SD
Kecemasan 0 39 19.5 6.5 1 29 12.21 7.494 Berdasarkan tabel diatas maka diperoleh nilai rata-rata hipotetik kecemasan sebesar 19,5 dengan standar deviasi sebesar 6.5 dan nilai rata-rata empirik sebesar 12.21 dengan standar deviasi sebesar 7.494.
(47)
Jika dilihat perbandingan antara rata-rata empirik dengan rata-rata hipotetik, maka diperoleh rata-rata empirik lebih kecil dari pada rata-rata hipotetik dengan selisih 7.29. Hasil ini menunjukkan bahwa kecemasan yang dimiliki subjek penelitian tergolong rendah.
b. Nilai Hipotetik dan Nilai Empirik Keharmonisan Pernikahan
Peneliti menggunakan alat penelitian berupa skala
keharmonisan pernikahan yang terdiri dari 10 item dengan rentang 1-5 sehingga dihasilkan total skor minimum 10 dan total skor maksimun 50. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh skor minimum 26 dan skor maksimum 49.5. Hasil perhitungan rata-rata empirik dan rata-rata hipotetik variabel keharmonisan pernikahan dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini:
Tabel 5. Perbandingan Mean Hipotetik dan Mean Empirik Keharmonisan Penikahan
Variabel Hipotetik Empirik
Min Maks Mean SD Min Maks Mean SD
Keharmonisan pernikahan
10 50 30 6.67 26 49.5 38.51 5.1268
Berdasarkan tabel diatas maka diperoleh nilai rata-rata hipotetik keharmonisan pernikahan sebesar 30 dengan standar deviasi 6.67 dan nilai rata-rata empirik sebesar 38.51 dengan standar deviasi sebesar 5.126.
(48)
Jika dilihat perbandingan antara rata-rata empirik dengan rata-rata hipotetik, maka diperoleh rata-rata empirik lebih besar dari pada rata-rata hipotetik dengan selisih 8.51. Hasil ini menjunjukkan bahwa keharmonisan pernikahan yang dimiliki subjek penelitian beserta pasangannya tergolong tinggi.
C. KATEGORISASI DATA PENELITIAN
C. 1. Kategorisasi Data Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun
Norma kategorisasi data kecemasan menghadapi masa pensiun yang digunakan adalah sebagai berikut:
Tabel 6. Norma Kategorisasi Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun
Rentang Nilai Kategori
X < (µ - 1.0 SD) Rendah (µ - 1.0 SD) ≤ X < (µ + 1.0 SD) Sedang
X ≥ (µ + 1.0 SD) Tinggi
Besar nilai rata-rata hipotetik kecemasan adalah 19.5 dengan standar deviasi 6.5 sehingga kategorisasi yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Tabel 7. Kategorisasi Data Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun
Rentang Nilai Kategori Jumlah (N) Persentase (%)
X < 13 Rendah 37 65
13 ≤ X < 26 Sedang 13 22.8
X ≥ 26 Tinggi 7 12.2
(49)
Kategorisasi pada tabel diatas menunjukkan bahwa mayoritas subjek penelitian termasuk dalam kategori kecemasan yang rendah sebanyak 37 orang (65%), kemudian 13 orang berada dalam kategori kecemasan sedang (22.8%), dan 7 orang berada pada kategori kecemasan tinggi (12.2%).
C. 2. Kategorisasi Keharmonisan Pernikahan
Norma kategorisasi data keharmonisan pernikahan berasal dari norma ENRICH yang sudah tersedia, sebagai berikut:
Tabel 8. Norma Kategorisasi Data Keharmonisan Pernikahan Persentase dan Level Keharmonsian Pernikahan
Raw Score Sangat Tinggi 46-50 44-45 42-43 41 Tinggi 40 38-39 37 36 Sedang 35 33-34 32 30-31 29 Rendah 27-28 26 25 23-24 Sangat Rendah 21-22 15-20 10-14
(50)
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui tingkat keharmonisan pernikahan subjek penelitian dan pasangannya sebagai berikut:
Tabel 9. Kategorisasi Data Keharmonisan Pernikahan Kategori Rentang Nilai Jumlah (N)
Persentase (%)
Sangat Tinggi
46-50 4
21 36.84 %
44-45 -
42-43 11
41 6
Tinggi
40 5
20 35.08 % 38-39 10
37 2
36 3
Sedang
35 2
13 23 %
33-34 7
32 1
30-31 2
29 1
Rendah
27-28 2
3 5.26 %
26 1
25 -
23-24 -
Sangat Rendah
21-22 -
- 0 %
15-20 -
10-14 -
(51)
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa keharmonisan pernikahan paling banyak berada pada kategori sangat tinggi sebanyak 21 pasangan (36.84%), selanjutnya terdapat pada kategori tinggi sebanyak 20 pasangan (35.08%), berada pada kategori sedang sebanyak 13 pasangan (23%), dan kategori rendah sebanyak 3 pasangan (5.26%).
D. HASIL TAMBAHAN PENELITIAN
Hasil analisis korelasi aspek-aspek keharmonisan pernikahan dengan kecemasan menghadapi masa pensiun terlihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 10. Hasil Analisis Korelasi antara Aspek-aspek Keharmonisan Pernikahan dengan Kecemasan
No. Aspek-aspek Keharmonisan Pernikahan
Kecemasan
(Pearson Correlation)
Sig. (2-tailed)
1. Resolusi konflik -.601** .000
2. Komunikasi -.643** .000
3. Pembagian peran yang
seimbang -.532** .000
4. Kecocokan kepribadian -.458** .000 5. Pemanfaatan waktu luang -.498** .000 6. Pengelolaan keuangan -.435** .000
7. Relasi seksual -.708** .000
8. Pengasuhan anak -.484** .000
9. Hubungan dengan keluarga dan
teman -.574** .000
10. Nilai-nilai dan kepercayaan
(52)
Hasil analisis korelasi antara aspek-aspek keharmonisan pernikahan dengan kecemasan pada tabel diatas memperlihatkan ada hubungan negatif yang signifikan dari tiap-tiap aspek dengan variabel kecemasan. Hal ini terlihat dari nilai keseluruhan aspek pada nilai p = 0.000 < 0.01.
E. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 57 karyawan BUMN yang akan pensiun menunjukkan adanya hubungan negatif antara keharmonisan pernikahan dan kecemasan menghadapi masa pensiun. Hasil penelitian ditunjukkan melalui koefisien korelasi yang signifikan sebesar -0.739. Hal ini berarti jika tingkat keharmonisan pernikahan tinggi maka tingkat kecemasan menghadapi masa pensiun rendah, dan sebaliknya jika keharmonisan pernikahan rendah maka kecemasan menghadapi masa pensiun tinggi.
Alasan pertama yang dapat menjelaskan adanya hubungan negatif antara dua variabel diatas karena transisi menuju pensiun bukanlah hal yang mudah, banyak perubahan yang terjadi pada masa ini. Pensiun bukan pula yang melibatkan satu individu saja, melainkan juga dengan keluarganya. Untuk menghadapi masa ini, keluarga memiliki andil besar untuk menyiapkan individu menghadapi masa pensiun (Papalia dkk, 2009). Keluarga adalah orang-orang terdekat yang ada saat individu membutuhkan dukungan untuk melewati masa-masa krisis termasuk masa transisi menuju pensiun.
(53)
Dukungan dari keluarga terutama pasangan berdampak besar dalam menciptakan kesiapan psikologis saat menghadapi masa pensiun, sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kim dan Moen (2002). Penelitian yang dilakukan oleh Osborne (2012) juga menyatakan hal senada bahwa hubungan yang baik dengan pasangan dan keluarga akan membuat calon pensiunan mampu menghadapi masa pensiun dengan baik jika dibandingkan dengan individu yang hubungannya tidak begitu baik dengan pasangan. Pernikahan yang harmonis dicirikan dengan keadaan rumah tangga penuh kasih sayang, adanya hubungan interpersonal yang baik dan orang-orang di dalamnya merasa terlindungi dan dapat menjalani kehidupannya dengan tenang dan tentram tanpa rasa takut (Kustini, 2011). Dengan demikian, keadaan keluarga yang harmonis mampu menghindarkan seseorang dari perasaan cemas dan takut mengenai hal-hal tertentu, tidak terkecuali masa pensiun yang merupakan salah satu peristiwa besar dalam fase kehidupan seseorang.
Di sisi lain, hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas subjek penelitian memiliki tingkat kecemasan rendah sebanyak 37 orang (65%) dan sedang sebanyak 13 orang (22.8%) dan tinggi sebanyak 7 orang (12.2%). Jika dikaitkan dengan keharmonisan pernikahan, tentu saja kecemasan yang muncul juga akan berada dalam taraf rendah sampai sedang, karena tingkat keharmonisan pernikahan subjek penelitian mayoritas berada pada level sangat tinggi sebanyak 21 pasangan (36.84%), dan selanjutnya kategori tinggi sebanyak 20 pasangan (35.08%), kategori
(54)
sedang sebanyak 13 pasangan (23%), dan kategori rendah sebanyak 3 pasangan saja (5.26%).
Pada masa dewasa tengah (40-65 tahun), tingkat keharmonisan pernikahan berada pada kondisi baik. Kurva pernikahan berbentuk U, mencapai bawah pada awal usia paruh baya dan mencapai puncak tertingginya pada saat anak-anak dewasa atau saat memasuki usia pensiun (Orbruch dalam Papalia dkk, 2009). Senada pula dengan yang dikemukakan Santrock (2009) bahwa kasih sayang dan perasaan cinta akan meningkat kembali pada masa ini. Hal ini dikarenakan pada masa paruh baya, pasangan tidak lagi begitu khawatir mengenai keuangan, lebih sedikit pekerjaan, serta lebih banyak waktu yang bisa dihabiskan bersama pasangan. Alasan ini masuk akal jika dikaitkan dengan pensiun, bahwa pernikahan sudah dalam kondisi yang stabil sehingga keluarga terutama pasangan dapat memberikan dukungan bagi individu yang akan pensiun.
Kondisi pernikahan yang harmonis dipengaruhi oleh kondisi mental masing-masing pasangan (Papalia dkk, 2009). Kecemasan dan depresi bisa menyebabkan kondisi pernikahan menjadi tidak harmonis. Jika dikaitkan dengan pembahasan sebelumnya, keluarga bisa dianggap sebagai salah satu variabel penyebab munculnya kecemasan. Di sisi lain keluarga bisa pula menjadi variabel yang dikenai dampak dari munculnya kecemasan. Pengalaman-pengalaman psikologis yang dialami oleh calon pensiunan bisa mempengaruhi anggota keluarga yang lain (Nuttman-Shwartz dalam Osborne, 2012). Jika calon pensiunan merasa dan
(55)
memikirkan hal-hal negatif berkaitan dengan pensiun, hal ini akan membawa suasana yang kurang baik dan akan mempengaruhi anggota keluarga yang lain sehingga menyebabkan kondisi rumah tangga menjadi tidak harmonis. Interaksi kedua variabel ini memungkinkan adanya hubungan timbal-balik antara kecemasan dan keharmonisan pernikahan.
Alasan kedua yang mendukung rendahnya tingkat kecemasan pada subjek penelitian adalah karena mayoritas subjek sudah mampu menerima keadaan bahwa ia akan berhenti bekerja dalam waktu yang tidak lama lagi, subjek dapat memahami bahwa pensiun merupakan salah satu fase hidup yang harus dilalui. Hal ini sejalan dengan penelitian Fretz (dalam Foster, 2008) yang menyatakan bahwa sikap mengenai pensiun merupakan prediksi yang kuat terhadap munculnya kecemasan menghadapi masa pensiun. Mayoritas sikap subjek penelitian tentang masa pensiun adalah positif, mereka tidak menganggap pensiun sebagai momok masa tua melainkan cenderung merasa bahagia karena bisa menyelesaikan amanah pekerjaan hingga masa pensiun. Sikap positif ini sehingga mampu menghindarkan subjek penelitian dari rasa cemas menjelang pensiun dan tersisa segelintir orang saja yang berada dalam tingkat kecemasan yang sedang dan tinggi.
Alasan ketiga adalah subjek penelitian tidak mengalami kecemasan yang tinggi adalah karena mereka dalam keadaan yang sehat, memiliki pendapatan yang memadai selama bekerja, memiliki perencanaan matang setelah pensiun, memiliki jaringan pertemanan yang luas dan hubungan
(56)
kekeluargaan yang baik, serta merasa puas dengan kehidupannya saat itu (Santrock, 2009). Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan saat pengambilan data, dapat dikatakan para subjek penelitian memenuhi syarat-syarat diatas. Dalam bekerja, hampir keseluruhan subjek terlihat bekerja tanpa tekanan, adanya hubungan yang baik dengan rekan kerja karena sudah bekerja dalam waktu yang cukup lama serta jika ditanyai, rata-rata subjek penelitian sudah memiliki rencana saat masa pensiunnya tiba. Nilai kecemasan yang rendah pada subjek penelitian disebabkan oleh pemilihan subjek penelitian yang masih kurang sesuai dengan criteria maksimal dua tahun sebelum pensiunnya terhitung sejak pengambilan data dilakukan. Alasan lain pula pada penggunaan alat ukur kecemasan yang belum sesuai (bersifat simtomatik).
(57)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai jawaban dari masalah penelitian dan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian. Kemudian pada akhir bab ini akan dikemukakan berbagai saran praktis dan metodologis untuk penelitian berikutnya yang mungkin akan menggunakan tema serupa.
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data penelitian, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Ada hubungan antara keharmonisan pernikahan dan kecemasan. Hubungan yang berlaku adalah negates yangberarti semakin tinggi keharmonisan pernikahan maka semakin rendah kecemasan menghadapi masa pensiun. Sebaliknya, semakin rendah keharmonisan pernikahan maka semakin tinggi kecemasan menghadapi masa pensiun.
2. Korelasi aspek-aspek keharmonisan perikahan terhadap kecemasan menghadapi masa pensiun cukup tinggi. Korelasi tertinggi pada aspek relasi seksual, kemudian aspek komunikasi, resolusi konflik, hubungan yang baik dengan keluarga dan teman, pembagian peran yang seimbang, pemanfaatan waktu luang, pengasuhan anak, kecocokan
(58)
3. kepribadian, pengelolaan keuangan, dan nilai-nilai keagamaan dan kepercayaan.
B. SARAN
Pada bagian ini, peneliti ingin memberikan sejumlah saran sehubungan dengan hasil penelitian yang pembahasan yang telah dilakukan.
A. 1. Saran Metodologis
a. Untuk penelitian sejenis, alat ukur kecemasan sebaiknya tidak bersifat simtomatik melainkan menilai kecenderungan sikap subjek penelitian terhadap masa pensiun.
b. Untuk penelitian selanjutnya dengan sampel penelitian yang sama, pada saat pengisian skala diusahakan agar peneliti melakukan pendampingan saat subjek mengisi skala penelitian. Hal ini mempertimbangkan faktor usia subjek yang berada pada masa dewasa tengah dan ada saja kemungkinan subjek membutuhkan asistensi langsung dari peneliti. Pada saat ini juga memungkinkan peneliti untuk mendapatkan informasi tambahan melalui perbincangan dengan subjek, tentu saja setelah skala penelitian sudah diselesaikan.
c. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan meneliti seberapa besar pengaruh keharmonisan pernikahan dan kecemasan menghadapi masa pensiun dan mempertimbangkan adanya kemungkinan hubungan timbal balik antara dua variabel penelitian ini.
(59)
d. Pemelihan sampel pada peneitian sejenis selanjutnya sebaiknya berada di jarak waktu maksimal 6 bulan menuju masa pensiun.
B. 2. Saran Praktis
a. Kepada pihak perusahaan diharapkan dapat mempertahankan penyelenggaraan program-progam pra pensiun bagi karyawan yang akan pensiun dalam waktu dekat, jika memungkinkan sebaiknya ditingkatkan pula intensitasnya.
b. Kepada pasangan suami-istri untuk tetap menjaga keharmonisan pernkahan terutama pada masa-masa krisis/transisi agar nantinya mencapai kondisi yang sejahtera di masa tua.
(60)
BAB II
TINJAUAN TEORITIS A. Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun
A. 1. Definisi kecemasan
Kecemasan adalah hal yang sering dihadapi individu berupa perasaan tidak menentu, perasaan panik, takut, dan ketidakmampuan untuk memahami sumber ketakutan (Darajat, 1990). Kecemasan
(anxiety)merupakan reaksi ketika seseorang menerima ancaman,
semakin berpengaruh dan semakin dekat ancaman tersebut maka akan semakin tinggi kecemasannya (Salkovis dan Walwick dalan Furer, 2007).
Wright (2000) berpendapat bahwa kecemasan merupakan ketidaknyamanan pikiran, perasaan yang menakutkan dan menyerang sebagian peristiwa yang akan datang. Menurut Passer dan Smith (2007), kecemasan adalah keadaan tegang dan takut sebagai reaksi normal terhadap munculnya suatu ancaman, yanglebih banyak dipicu oleh peristiwa eksternal spesifik daripada konflik internal. Kecemasan mempengaruhi respon tubuh seperti berkeringat, otot menegang, detak jantung serta nafas yang menjadi lebih cepat. Kecemasan juga merupakan gangguan psikologis dengan ciri-ciri seperti ketegangan motorik, pusing, jantung berdebar, adanya pikiran serta harapan yang mencemaskan (Santrock, 2009).
(61)
Darajat (1990) mengemukakan ada dua gejala kecemasan, yaitu; a) Gejala fisik berupa ujung-ujung jari terasa dingin, pencernaan tidak teratur, detak jantung cepat, keringat bercucuran, tidur tidak nyenyak, nafsu makan hilang, dan gemetar; dan b) Gejala mental berupa perasaan sangat takut akan tertimpa bahaya, tidak dapat memusatkan perhatian, rendah diri, tidak tentram dan ingin lari dari kenyataan hidup, gelisah, dan perasaan tegang serta bingung. Menurut Aaron T. Beck (2004), kecemasan berada pada garis kontinum yang sama dengan pengalaman emosional lainnya, dan setiap semua pengalaman emosional berkaitan dengan kognisi. Setiap emosi berhubungan dengan tema kognitif
tertentu, dan kecemasan dikaitkan dengan tema „ancaman‟, „bahaya‟ dan „mudah diserang‟. Kecemasan merupakan hasil dari penafsiran yang berlebihan tentang suatu bahaya atau kepercayaan yang terlalu rendah pada coping atau kemampuannya.
Kemudian menurut Sue (2010), kecemasan merupakan emosi dasar manusia yang menghasilkan reaksi tubuh mempersiapiapkan diri untuk “lawan”
atau “lari” terhadap situasi atau kejadian yang belum terjadi. Sue (2014) juga
menambahkan bahwa kecemasan merupakan kondisi psikologis dan fisiologis yang dicirikan dengan adanya komponen somatik, emosi, kognitif, dan perilaku sebagai reaksi normal dari stres. Kecemasan bisa menghasilkan perasaan takut, khawatir, gelisah.
Kecemasan menurut Max Hamilton (McDowell, 2006) meliputi aspek
physic anxiety (agitasi mental, tekanan psikologis) dan somatic anxiety (gangguan
(62)
Hamilton meliputi 14 komponen yaitu: perasaan gelisah, ketegangan, takut, sulit tidur, gangguan intelektual (daya ingat menurun), perasaan depresi, gejala somatik, gejala sensorik, gejala kadiovaskuler, gejala pernapasan, gejala pencernaan, gejala urogenital, gejala otonom, gejala yang dapat diamati langsung.
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa kecemasan merupakan keadaan adanya ransangan internal dan eksternal yang mengancam yang menimbulkan pengalaman emosional yang tidak jelas yang menyebabkan ketidaknyamanan pikiran, dan perasaan takut akan tertimpa bahaya, sulit memusatkan perhatian, rendah diri, tidak tentram, gelisah, bingung sehingga mempengaruhi respon respon fisiologis seperti berkeringat, pusing, otot menegang, jantung berdebar, dan nafas yang menjadi lebih cepat.
A. 2. Aspek-aspek Kecemasan
Empat komponen kecemasan menurut David Sue (2010) adalah: a. Kognitif (pikiran)
Komponen kognitif dapat bervariasi, berupa khawatir yang ringan hingga tinggi (panik). Seseorang terus mengkhawatirkan segala masalah yang bisa terjadi, menjadi sulit untuk berkonsentrasi maupun mengambil keputusan, mudah bingung, dan lupa.
b. Motorik (pergerakan tubuh)
Individu menunjukkan gerakan yang tidak beraturan, seperti gemetar hingga guncangan tubuh yang berat.Perilaku yang dimunculkan berupa gelisah, menggigit bibir, menggigit kuku atau jari. Individu sering gugup, mengalami kesulitan dalam berbicara,
(63)
meremas jari-jari, tangan gemetar, tidak dapat duduk diam atau berdiri di tempat.
c. Somatik (reaksi fisik dan biologis)
Gangguan pada anggota tubuh, berupa; sesak napas, tangan dan kaki menjadi dingin, mulut kering, diare, sering buang air kecil, jantung berdebar, berkeringat, tekanan darah tinggi, gangguan pencernaan, dan kelelahan fisik seperti pingsan.
d. Afektif (perasaan)
Individu mengalami ketegangan yang kronis. Individu terus-menerus mengalami perasaan gelisah tentang suatu bahaya, mudah tersinggung, dan tidak tenang.
A. 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan
Dibawah ini adalah faktor-faktor yang menyababkan kecemasan, yaitu:
a. Frustasi (tekanan perasaan)
Menurut Darajat (1990) frustasi merupakan proses yang menyebabkan orang merasa adanya hambatan terhadap terpenuhinya kebutuhan-kebutuhannya, atau menyangka akan terjadi suatu yang hal mengalangi keinginannya.
b. Konflik
Adanya dua kebutuhan atau lebih yang berlawanan yang harus dipenuhi disaat yang sama. Konflik adalah terdapatnya dua macam
(64)
dorongan atau lebih yang berlawanan dan tidak mungkin dipenuhi disaat yang sama (Darajat, 1990).
c. Ancaman
Adanya bahaya yang harus diperhatikan. Zain (1994) mengatakan bahwa ancaman merupakan peringatan yang harus diperhatikan dan dicegah agar tidak terjadi.
d. Harga diri
Harga diri merupakan suatu penilaian yang dibuat oleh individu tentang dirinya sendiri dan dipengaruhi oleh interaksinya dengan lingkungan. Merupakan faktor yang dibentuk berdasarkan pengalaman. Koeswara (1991) mengatakan bahwa terhambatnya pemuasan kebutuhan harga diri mengakibatkan perasaan rendah diri, tidak mampu, tidak pantas, tidak berguna, dan lemah.
e. Lingkungan sosial
Lingkungan di sekitar individu dapat mempengaruhi cara berpikir individu tentang diri sendiri dan orang lain. Pengalaman yang tidak menyenangkan dengan sahabat, ataupun rekan kerja bisa memunculkan rasa tidak aman dan kecemasan (Ramaiah dalam Dewi, 2003). Sebaliknya, dukungan sosial dari lingkungan mampu mengurangi dan mencegah kecemasan individu (Effendi, 1999). f. Lingkungan keluarga
Menurut Musfir Az-Zahrani (dalam Dewi, 2003), keadaan rumah dengan kondisi penuh dengan pertengkaran atau kesalahpahaman,
(65)
serta adanya ketidakpedulian satu sama lain dapat menyebabkan ketidaknyamanan serta kecemasan pada anggota keluarga saat berada di rumah.
g. Emosi yang ditekan
Kecemasan bisa terjadi jika individu tidak mampu menemukan jalan keluar atas perasaannya sendiri, terutama jika ia merasa marah atau frustasi dalam jangka waktu yang lama (Ramaiah dalam Dewi, 2003). h. Sebab-sebab fisik
Masih menurut Ramaiah (dalam Dewi, 2003), pikiran dan tubuh saling berinteraksi dan dapat menyebabkan kecemasan. Selama individu mengalami kondisi-kondisi baru, akan terjadi perubahan yang menyebabkan timbulnya kecemasan.
B. Masa Pensiun
B. 1 Definisi Masa Pensiun
Pensiun merupakan masa seseorang tidak lagi bekerja secara formal pada suatu perusahaan badan komersial yang terorganisasi atau dalam pemerintahan karena telah mencapai usia maksimum sebagai pekerja (Kimmel, 1991). Pensiun merupakan masa transisi ke pola hidup yang baru sehingga berkaitan erat dengan perubahan peran, perubahan keinginan dan nilai, serta perubahan pola hidup (Schwartz dalam Hurlock, 1991).
(66)
Menurut Cavanaugh dan Fields (2006), pensiun adalah proses yang kompleks saat seseorang menarik diri dari partisipasi penuh dari pekerjaan. Dengan demikian, pensiun adalah proses seseorang berhenti bekerja pada perusahaan/organisasi/pemerintahan karena telah mencapai usia maksimum serta menimbulkan perubahan peran, nilai, dan pola hidup.
Soegino (dikutip oleh Respatiningsih, 2008), menyebutkan aspek kehidupan masa pensiun yang perlu untuk ditelusuri dan diberi perhatian untuk menjalankan masa pensiun yang memuaskan adalah: a. Kegiatan. orang dewasa membutuhkan kegiatan agar tidak merasa
gelisah dan sebagai pengisi waktu di masa pensiunnya. Kegiatan yang dapat dipertimbangkan adalah berjalan-jalan, bermasyarakat, berpartisipasi dalam bidang pendidikan, bekerja kembali, dan berekreasi.
b. Kesehatan. Kesehatan yang baik sangat diharapkan di masa ini. Di sisi lain, individu pun tidak perlu mengeluarkan biaya yang banyak untuk pengobatan hari tua.
c. Keuangan. Merencanakan keuangan di masa pensiun sangat penting karena masa pensiun adalah masa yang sangat panjang, uang pesangon untuk masa pensiun tidak akan cukup untuk kehidupan keluarga.
d. Sikap positif. Sikap yang positif sangat berpengaruh pada kesehatan, pertahanan diri, motivasi bagi diri sendiri untuk
(67)
berbuat sesuatu yang positif. Mengeluarkan potensi diri, disiplin dalam menjaga kesehatan, dan membuat hidup lebih bermakna. e. Hubungan yang serasi terutama dengan pasangan hidup.
Hubungan yang baik dengan pasangan dan keluarga menjelang pensiun sangat dibutuhkan untuk menciptakan dan menjaga kesejahteraan masa tua.
B. 2 Jenis-Jenis Pensiun
Terdapat dua jenis pensiun menurut Hurlock (1991), yaitu: a. Voluntary Retirement (pensiun secara sukarela)
Individu memutuskan untuk mengakhiri masa kerjanya secara formal dan sukarela. Hal ini dilakukan dengan alasan kesehatan atau keinginan untuk menghabiskan sisa hidupnya dengan melakukan sesuatu yang lebih berarti jika dibandingkan dengan pekerjaan selanjutnya.
b. Mandatory Retirement (pensiun berdasarkan peraturan dan
kewajiban)
Pensiun dilakukan berdasarkan adanya peraturan yang mengikat karyawan di tempatnya bekerja tentang batasan usia yang menandakan berakhirnya masa kerja secara formal.
(68)
B. 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun
Menurut Brill dan Hayer (dalam Imama, 2011) disebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan menghadapi masa pensiun adalah:
a. Menurunnya pendapatan, termasuk gaji, tunjangan fasilitas yang dulunya bisa ia dapatkan semasa bekerja, serta adanya anak yang belum mandiri yang masih dalam tanggungan orang tuanya.
b. Hilangnya status atau jabatan seperti pangkat dan golongan maupun status sosialnya, termasuk didalamnya adalah hilangnya wewenang penghormatan orang lain atas dirinya.
c. Berkurangnya interaksi sosial dengan teman kerja. Kerja memberikan kesempatan untuk bertemu orang-orang baru dan mengembangkan persahabatan. Namun dengan tibanya masa pensiun, individu tidak memiliki kesempatan yang sama untuk berinteraksi dengan rekan kerjanya seperti saat ia masih bekerja. d. Datangnya masa tua, terutama menurunnya kekuatan fisik dan
daya ingat menurun karena proses penuaan yang tidak bisa dihindari, sehingga muncul perasaan tidak dibutuhkan lagi yang bisa membuatnya semakin cemas.
Rini (dalam Pradono dan Purnamasari, 2010) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan menghadapi masa pensiun, berupa:
(69)
a. Kepuasan kerja dan pekerjaan
Datangnya masa pensiun menyebabkan individu merasa kehilangan pekerjaan karena pekerjaan tersebut dapat memberikan kepuasan bagi individu.
b. Usia
Asumsi ketika seseorang memasuki masa tua maka ia akan semakin lemah, semakin banyak penyakit, cepat lupa, penampilan tidak menarik, dan semakin banyak hambatan lain yang membuat hidupnya semakin terbatas. Pensiun karena memasuki batasan usia produktif kerja membuat individu merasa ia sudah tidak berguna lagi.
c. Kesehatan
Kesehatan mental dan fisik merupakan kondisi yang mendukung keberhasilan individu untuk beradaptasi terhadap masa pensiun. Hal ini ditambah dengan persepsi individu tersebut terhadap kodisi fisiknya. Jika ia menganggap kondisi fisiknya sebagai hambatan besardan bersikap pesimistik terhadap hidup, maka ia akan mengalami masa pensiun dengan penuh kesukaran.
d. Persepsi individu tentang bagaimana ia akan menyesuaikan diri dengan masa pensiunnya. Persepsi negatif akan mendatangkan kecemasan pada individu.
(70)
Individu yang bekerja memiliki status sosial tertentu, jika tiba masa pensiunnya maka ia akan melepas semua atribut dan fasilitas yang menempel padanya. Hal ini dapat menimbulkan kecemasan bagi sebagian orang.
C. Keharmonisan Pernikahan
C. 1. Definisi Keharmonisan Pernikahan
Keharmonisan pernikahan menurut Walgito (1991) adalah berkumpulnya unsur fisik dan psikis yang berbeda antara pria dan wanita sebagai pasangan suami istri yang dilandasi oleh berbagai unsur persamaan; saling dapat memberi dan menerima cinta kasih yang tulus dan memiliki nilai-nilai yang serupa. Keharmonisan ditandai dengan suasana rumah yang teratur, tidak cenderung pada konflik, dan peka terhadap kebutuhan rumah tangga (Suardiman, 1990).
Pernikahan yang harmonis merupakan keadaan ketika suami dan istri merasakan kebutuhan emosional mereka terpenuhi, mereka saling memahami dan menghargai nilai-nilai yang dianut serta latar belakang budaya pasangannya (Matlin, 2008). Sedangkan menurut Lestari (2012), pernikahan harmonis merupakan evaluasi afektif yang berupa perasaan positif yang dimiliki oleh suami istri, yang maknanya lebih luas daripada kenikmatan, kesenangan, dan kesukaan.
Pernikahan yang harmonis merupakan keadaan ketika suami dan istri merasakan kebutuhan emosional mereka terpenuhi, mereka saling
(71)
memahami dan menghargai nilai-nilai yang dianut serta latar belakang budaya pasangannya (Matlin, 2008). Sedangkan menurut Lestari (2012), pernikahan harmonis merupakan evaluasi afektif yang berupa perasaan positif yang dimiliki oleh suami istri, yang maknanya lebih luas daripada kenikmatan, kesenangan, dan kesukaan.
Pernikahan harmonis menurut Olson (1993), melakukan interaksi pernikahan yang sangat baik, melakukan tugas sebagai orang tua dengan baik, memiliki hubungan yang baik dengan keluarga besar dan teman, suami dan istri saling berusaha untuk menjaga dan meningkatkan kualitas hubungan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa keharmonisan pernikahan adalah keadaan yang menggambarkan adanya ketenangan lahir batin pada suami dan istri karena puas dengan yang telah mereka capai dan miliki, tidak cenderung pada konflik, peka terhadap kebutuhan rumah tangga, terpenuhinya kebutuhan seksual, dan pergaulan yang baik antara anggota keluarga dan masyarakat.
C. 2. Aspek-aspek Keharmonisan Pernikahan
Menurut David D. Olson dan Amy K. Olson (dalam Lestari, 2012), terdapat sepuluh aspek keluarga harmonis:
a. Resolusi konflik
Aspek ini berkaitan dengan persepsi individu tentang keberadaan dan upaya untuk menyelesaikan konflik dalam hubungan mereka. Mencakup keterbukaan pasangan untuk mengenali dan
(1)
vi
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I : PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 9
C. Tujuan Penelitian ... 9
D. Manfaat Penelitian ... 9
E. Sistematika Penulisan ... 10
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ... 12
A. Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun ... 12
A.1.Definisi Kecemasan ... 12
A.2.Aspek-aspek Kecemasan ... 14
A.3.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan... 15
B. Masa Pensiun ... 17
B.1.Definisi Masa Pensiun ... 17
(2)
vii
B.3.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Menghadapi Masa
Pensiun ... 20
C. Keharmonisan Pernikahan ... 22
C.1.Definisi Keharmonisan Pernikahan ... 22
C.2.Aspek-aspek Keharmonisan Pernikahan ... 23
D. Karyawan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ... 26
D.1.Definisi Karyawan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ... 26
D.2.Masa Pensiun Karyawan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) .... 26
E. Masa Dewasa Madya ... 27
E.1.Definisi Masa Dewasa Madya ... 27
E.2.Perkembangan pada Masa Dewasa Madya ... 27
E.3.Tugas Perkembangan Masa Dewasa Madya ... 28
E.4.Midlife Crisis (Krisis pada Masa Dewasa Madya) ... 29
F. Dinamika Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun dengan Keharmonisan Pernikahan pada Karyawan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)... 29
G. Hipotesis Penelitian ... 34
BAB III : METODE PENELITIAN ... 35
A. Identifikasi Variabel Penelitian ... 35
B. Definisi Operasional Variabel ... 35
B.1.Kecemasan ... 35
(3)
viii
C. Populasi dan Teknik Sampling ... 37
C.1.Karakteristik Populasi Penelitian ... 37
C.2.Sampel Penelitian ... 37
C.3.Teknik Pengambilan Sampel ... 37
D. Metode Pengambilan Data ... 38
D.1.Skala Kecemasan ... 39
D.2.Skala Keharmonisan Pernikahan ... 39
E. Evaluasi Alat Ukur Alat Ukur ... 40
E.1.Validitas Alat Ukur ... 40
E.2.Uji Daya Beda Item ... . 40
E.3.Reliabilitas Alat Ukur ... ... 41
E.4.Hasil Uji Coba Alat Ukur ... 42
F. Prosedur Penelitian ... 42
G. Metode Analisis Data ... 44
G.1.Uji Normalitas ... 44
G.2.Uji Linearitas ... 45
BAB IV: ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 46
A. Uji Asumsi ... 46
A.1.Uji Normalitas ... 46
A.2.Uji Linearitas ... 47
B. Hasil Utama Penelitian ... 48
B.1.Korelasi antara Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun dan Keharmonisan Pernikahan ... 48
(4)
ix
B.2.Nilai Empirik dan Nilai Hipotetik ... 49
C. Kategorisasi Data Penelitian ... 51
C.1.Kategorisasi Data Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun ... 51
C.2.Kategorisasi Data Keharmonisan Pernikahan ... 52
D. Hasil Tambahan Penelitian ... 54
E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 55
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN ... 60
A. Kesimpulan ... 60
B. Saran ... 61
DAFTAR PUSTAKA ... 63
(5)
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1Hasil Uji Normalitas ... 46
Tabel 2 Hasil Uji Linearitas ... 47
Tabel 3Hasil Analisis Korelasi Pearson Product Moment ... 48
Tabel 4Perbandingan Mean Hipotetik dan Mean Empirik Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun ... 49
Tabel 5Perbandingan Mean Hipotetik dan Mean Empirik Keharmonisan Pernikahan ... 50
Tabel 6 Norma Kategorisasi Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun ... 51
Tabel 7 Kategorisasi Data Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun ... 51
Tabel 8 Norma Kategorisasi Keharmonisan Pernikahan... 52
Tabel 9Kategorisasi Data Keharmonisan Pernikahan ... 53
(6)
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Reliabilitas dan Uji Daya Beda Item Skala Kecemasan
Menghadapi Masa Pensiun dan Keharmonisan Pernikahan .... 69
Lampiran BHasil Uji Normalitas, Linearitas, dan Korelasi ... 73
Lampiran CSkala Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun dan
Keharmonisan Pernikahan ... 75
Lampiran D Data Mentah Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun dan