itu, kondisi kelebihan berat badan pada orang dewasa yang cukup banyak terjadi di Indonesia mendorong pengembangan pangan fungsional yang dapat
menurunkan resiko terkena penyakit jantung dan penyakit degeneratif lain, dengan adanya kandungan yang bersifat hipokolesterolemik.
Tujuan Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh minuman ready to drink emulsi minyak bekatul-cokelat terhadap kadar profil lipid
plasma pada mahasiswa obes.
Tujuan Khusus
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mempelajari pengembangan produk minuman emulsi minyak bekatul
tanpa cokelat.
2. Menganalisis kandungan asam lemak pada minuman emulsi ready to drink
minyak bekatul-cokelat. 3. Mengkaji karakteristik subyek mahasiswa obes.
4. Mengidentifikasi kebiasaan makan makanan sumber lemak subyek.
5. Menganalisis pengaruh intervensi minuman emulsi minyak bekatul- cokelat terhadap kadar profil lipid plasma subyek, meliputi trigliserida,
kolesterol total, kolesterol HDL dan kolesterol LDL. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pengaruh intervensi minuman emulsi minyak bekatul-cokelat terhadap kadar
profil lipid plasma. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi mengenai alternatif produk pangan tinggi PUFA, MUFA dan antioksidan yang
dapat mencegah berbagai penyakit degeneratif dan stres oksidatif pada penderita obesitas. Selain itu produk ini diharapkan dapat meningkatkan daya
terima masyarakat terhadap minyak bekatul sehingga masyarakat semakin dapat merasakan manfaat dari produk ini.
TINJAUAN PUSTAKA
Obesitas
Data dari Riskesdas 2010 menyatakan permasalahan gizi pada orang dewasa di Indonesia cenderung lebih dominan untuk kelebihan berat badan.
Sebanyak 21.7 dewasa yang memiliki Indeks Massa Tubuh IMT di atas 25.0 kgm
2
, dengan 11.7 merupakan dewasa obes dengan IMT ≥ β7 kgm
2
. Obesitas merupakan kondisi kelebihan akumulasi lemak pada jaringan
adiposa tubuh WHO 1998, sedangkan menurut Whitney dan Rolfes 2007, obesitas adalah kondisi kelebihan lemak yang kemudian mempengaruhi
kesehatan. Indikator yang paling mudah untuk menentukan sesorang obes melalui pengukuran Indeks Massa Tubuh IMT, waist circumference atau lingkar
pinggang. Metode lain untuk pengukuran lemak tubuh antara lain menggunakan pengukuran lipatan kulit skinfold, hidrodensitometri pengukuran berat badan
dalam air, absorptiometri X-ray DEXA dan sebagainya Sizer Whitney 2007. Pada pengukuran menggunakan IMT, terdapat beberapa cut off points
yang dapat digunakan. Berdasarkan penelitian WHO for Asian 2000, populasi Asia memiliki cut off point yang berbeda dari pengkategorian IMT internasional
yang biasa digunakan, dimana IMT ≥ γ0 kgm
2
baru dikategorikan sebagai obesitas. Hal ini dikarenakan populasi Asia memiliki persentase lemak tubuh dan
prevalensi penyakit degeneratif seperti hipertensi, diabetes tipe 2, penyakit kardiovaskular yang lebih tinggi daripada populasi Kaukasia pada usia, jenis
kelamin dan IMT yang sama. Selain itu, ada pula pengelompokan status gizi yang digunakan oleh Riskesdas 2010 untuk orang Indonesia. Pengelompokan
status gizi menurut WHO for Asian 2000 dan Riskesdas 2010 dijelaskan dalam tabel berikut.
Tabel 1 Pengelompokan status gizi untuk dewasa menurut IMT
Status Gizi IMT kgm
2
menurut WHO for Asian
2000 IMT kgm
2
menurut Riskesdas 2010
Underweight 18.5
18.5 Normal
18.5-22.9 18.5-24.9
Overweight 23-24.9
25-26.9 Obes I
25-29.9 ≥ β7
Obes II ≥ γ0
Sumber: WHO
for Asian
2000 dan Riskesdas 2010
Pada tahun 2004, WHO Expert
Consultation mengkaji juga
pengelompokan status gizi orang dewasa untuk populasi Asia. Keragaman
populasi orang Asia yang lebar menyebabkan cut off point yang sama tidak dapat diterapkan pada seluruh populasi Asia, sehingga terbentuklah diagram yang
dapat sesuai dengan kondisi dan dapat digunakan pada masing-masing negara, seperti yang terdapat pada Gambar 1. Pada penelitian ini digunakan cut off point
IMT WHO for Asian 2000 karena dirasa lebih lengkap serta memudahkan pengkategorian.
Gambar 1 Diagram IMT untuk Asia WHO Expert Consultation 2004 Penyebab tersimpannya lemak dalam tubuh adalah kelebihan pemasukan
energi daripada energi yang dikeluarkan. Pada penderita obes, jumlah lemak yang tersimpan dalam tubuh besar. Normalnya seorang pria memiliki 12-20
lemak dari berat badannya, sedangkan wanita memiliki 20-30 lemak dari berat badan Sizer Whitney 2007.
Secara umum, penyebab obesitas belum dapat diketahui secara pasti. Faktor keturunan dan lingkungan memberikan pengaruh yang berbeda kepada
setiap orang. Faktor memiliki ayah atau ibu obes dapat meningkatkan resiko seseorang menjadi obes sebesar 30-70 lebih tinggi. Faktor genetik
mempengaruhi seseorang meningkat atau menurun berat badannya ketika ia kelebihan atau kekurangan asupan energi. Hormon leptin dan ghrelin memiliki
peran dalam mengatur regulasi energi dengan mengurangi atau meningkatkan nafsu untuk makan Sizer Whitney 2007.
Faktor penyebab eksternal dapat berupa overeating atau kelebihan makan, serta kurangnya aktivitas fisik. Menurut data Riskesdas 2007,
prevalensi nasional kurang aktivitas fisik pada dewasa usia 15-24 tahun adalah 52, yang dihitung berdasarkan k
riteria „cukup‟ apabila aktivitas yang dilakukan terus-menerus sekurangnya 10 menit atau 150 menit dalam seminggu.
Beberapa orang dapat menjadi obes bukan karena asupan energi berlebih, namun karena kurangnya aktivitas fisik Whitney Rolfes 2005.
Obesitas memiliki kaitan erat dengan sindrom metabolik. Obesitas akan mengganggu homeostasis metabolik akibat distribusi lemak dan menyebabkan
timbulnya banyak faktor resiko terkait resistensi insulin dan hiperlipidemia. Obesitas sendiri meningkatkan kadar kolesterol LDL dan menurunkan kadar
kolesterol HDL. Sindrom metabolik merupakan kumpulan dari penyakit degeneratif, termasuk di dalamnya diabetes tipe 2, hipertensi, penyakit
kardiovaskular, tinggi trigliserida dan rendah HDL dalam darah Sizer Whitney 2007. Berikut merupakan tabel kriteria klinis sindrom metabolik menurut
International Diabetes Federation 2005.
Tabel 2 Kriteria klinis sindrom metabolik
Kriteria Nilai
Pria Wanita
Obesitas sentral, ukuran lingkar pinggang 94 cm
80 cm Ditambah 2 faktor resiko
Kadar kolesterol HDL puasa 40 mgdl
50 mgdl Kadar trigliserida puasa
150 mgdl Tekanan darah
13085 mmHg Kadar glukosa darah puasa
100 mgdl
Sumber: International Diabetes Federation 2005 Pada penelitian Furukawa et al. 2004, dijelaskan bahwa akumulasi
lemak yang banyak dimiliki pada manusia obes dapat meningkatkan stres oksidatif sistemik, terlepas dari tingginya kadar gula dalam darah hiperglikemia.
Tingginya stres oksidatif mengakibatkan disregulasi produksi adipositokin, yaitu molekul yang dihasilkan dari sel adiposit. Hal sama juga terjadi pada penelitian
yang menggunakan tikus obes, yang menunjukkan penghambatan oksidase NADPH menurunkan produk stres oksidatif ROS, melemahkan diregulasi
produksi adipositokin, serta meningkatkan metabolisme lipid dan glukosa. Penderita obesitas yang mengalami sindrom metabolik memiliki resiko
terkena penyakit kardiovaskular yang semakin tinggi Arnlov et al. 2009. Adanya asosiasi kuat antara obesitas dengan peningkatan faktor-faktor resiko
kardiovaskular. Hubungan antara obesitas dan penyakit kardiovaskular sangat erat, akibat hubungannya dengan peningkatan kolesterol darah dan hipertensi.
Semakin meningkatnya berat badan, semakin besar resiko terserang penyakit kardiovaskular. Berikut merupakan faktor resiko penyakit kardiovaskular yang
terkait dengan obesitas, yaitu: 1 kolesterol LDL yang tinggi, 2 HDL kolesterol
rendah, 3 tingginya tekanan darah hipertensi, dan 4 diabetes Whitney Rolfes 2005. Skema pada Gambar 2 merupakan hubungan antar penyakit-
penyakit degeneratif. Gambar tersebut menunjukkan adanya hubungan langsung antara
obesitas dengan faktor resiko aterosklerosis, diabetes, beberapa tipe kanker dan penyakit empedu. Masalah penderita obesitas sebagian besar akibat memiliki
pola makan aterogenik dan kurang aktivitas fisik, baik pada masa sebelumnya maupun masa sekarang. Pola makan aterogenik secara umum merupakan pola
makan yang bersifat memicu terjadinya aterogenesis, contohnya pola makan tinggi lemak jenuh, kolesterol, garam serta kurangnya asupan serat Sizer
Whitney 2007. Selain itu, obesitas juga meningkatkan apo-B48 dan apo-B100, yaitu apolipoprotein pada VLDL dan LDL. Aterogenesis merupakan proses
terjadinya aterosklerosis, yaitu menebal dan mengerasnya pembuluh arteri karena akumulasi lipid dan makrofag dalam dinding arteri yang membentuk plak
McCance et al. 2010.
Gambar 2 Relasi antar penyakit-penyakit degeneratif Sizer Whitney 2007 Aterosklerosis merupakan respon peradangan pada endothelium yang
kronik dari berbagai faktor resiko. Peradangan endothelium diakibatkan LDL yang teroksidasi pada bagian intima pembuluh darah. LDL teroksidasi
menyebabkan adhesi pada monosit dan T-limposit, yang kemudian bersatu membentuk sel busa. Akumulasi sel busa pada tahap tertentu menjadi lesi yang
disebut fatty streak. Seperti yang diketahui, fatty streak memproduksi semakin banyak toksin radikal oksigen yang mengakibatkan kerusakan pada dinding
pembuluh. Sel otot halus kemudian mengalami proliferasi, membentuk kolagen dan terbentuklah menjadi fibrous plaque yang dimediasi sitokin. Pada tahap ini
fibrous plaque dapat mengeras akibat adanya kalsium sehingga mengganggu
berjalannya aliran darah. Plak ini terdiri dari LDL, kalsium dan fibrin Mahan dan Escott-Stump 2008. Plak yang rusak rupture dapat menimbulkan hemorrhage
atau perdarahan sehingga disebut plak komplikasi McCance et al. 2010.
Beberapa tipe kanker
Penyakit empedu
Diabetes Aterosklerosis
Hipertensi Serangan jantung
dan stroke Obesitas
Salah satu faktor penyebab disfungsi endothelium ini adalah dislipidemia, yaitu abnormalitas pada fraksi lipoprotein, seperti meningkatnya LDL diakibatkan
kombinasi antara diet tinggi lemak dan kolesterol serta adanya faktor genetik membuat tingginya kadar LDL dalam darah sehingga semakin besar resiko
terbentuknya aterosklerosis. Menurunnya kadar HDL, hipertensi, merokok, diabetes, obesitas dan diet tinggi kolesterol dan lemak jenuh. Hal ini dapat
dicegah dengan modifikasi diet dan perubahan gaya hidup, walaupun aterosklerosis dapat juga dikarenakan oleh faktor genetik Mahan dan Escott-
Stump 2008. Konsumsi tinggi antioksidan telah membuktikan penghambatan modifikasi
LDL yang akan membentuk aterosklerosis, serta menghambat pembentukan sel busa makrofag. Pada penelitian Aviram et al. 2000, pemberian pangan
fungsional tinggi antioksidan menurunkan kerusakan LDL akibat agregasi pada manusia serta mengurangi peroksidasi lipid. Begitu pula dengan menurunkan
kadar LDL darah dapat meregresi lesi aterosklerotik dan memperbaiki fungsi endothelium McCance et al. 2010.
Hipertensi memiliki hubungan saling mempengaruhi dan dipengaruhi dengan aterosklerosis. Resiko mengalami aterosklerosis meningkat bila
seseorang menderita hipertensi sehingga mengalami luka endothelium, dan berlaku pula sebaliknya pada pembuluh arteri yang mengeras dan menyempit
menyebabkan tekanan darah meningkat. Diet tinggi lemak, natrium dan kafein penting untuk dihindari, sedangkan asupan kalium dan kalsium dapat
berkontribusi menurunkan tekanan darah. Secara langsung, anak panah menunjukkan relasi obesitas dengan hipertensi yaitu melalui pengaruh hormon.
Menurut Riskesdas 2007, prevalensi kasus hipertensi nasional pada usia 18 tahun ke atas sebesar 29.8, dengan kriteria hasil pengukuran darah sistolik
diastolik ≥140 ≥90 mmHg. Seperti yang telah disebutkan di atas, asupan serat mempengaruhi profil
lipid darah. Asupan serat tidak larut air seperti selulosa dan lignin diketahui tidak memiliki efek terhadap kadar kolesterol serum, sedangkan serat larut air seperti
pektin, gum, alga polisakarida, berpengaruh. Efek hipokolesterolemik dari serat larut air antara lain: 1 serat larut air mengikat garam empedu sehingga
menurunkan kadar kolesterol serum, dan 2 bakteri memfermentasikan serat untuk menghasilkan asetat, propionate dan butirat sehingga sintesa kolesterol
terhambat Mahan Escott-Stump 2008.
Perencanaan diet yang perlu dilakukan pada penderita obesitas untuk mencapai dan mempertahankan berat badan ideal antara lain memahami
kecukupan gizi individual, mengonsumsi makanan sedikit demi sedikit, memperbanyak konsumsi air minum, meningkatkan asupan karbohidrat
kompleks. Selain itu, tidak kalah pentingnya meningkatkan aktivitas fisik. Aktivitas fisik memainkan peranan penting dalam menjaga berat badan. Aktivitas
fisik yang dilakukan perlu disesuaikan dengan kondisi masing-masing individu. Cara yang diketahui paling efektif meningkatkan kadar HDL darah adalah dengan
aktivitas fisik Mahan Escott-Stump 2008.
Minyak bekatul dan Cokelat
Minyak bekatul didapat dari bagian yang disebut aleuron dari bekatul Juliano 1993. Komponen utama minyak bekatul adalah trigliserida, berjumlah
sekitar 80 dari minyak kasarnya. Aktivitas enzim lipolitik dalam bekatul dapat mengakibatkan hidrolisis trigliserida menjadi digliserida, monogliserida, dan asam
lemak bebas pada kondisi panas dan lembab. Hal ini merupakan penyebab kerusakan minyak bekatul selama penyimpanan. Tiga asam lemak utama
minyak bekatul terdiri dari palmitat, oleat, dan linoleat Kao Luh 1991. Minyak bekatul kini sudah banyak diproduksi dan dijual umum. Salah satu minyak
bekatul komersial diproduksi oleh Oryza Grace Rice Bran Oil®, Thailand. Berikut adalah tabel kandungan gizi dalam minyak bekatul komersial Oryza Grace Rice
Bran Oil® per 100 mL: Tabel 3 Kandungan gizi minyak bekatul Oryza Grace Rice Bran Oil® per 100ml.
Komposisi dan Kandungan Zat Gizi Per 100mL
Energi 820 kkal
Protein 0 g
Karbohidrat 0 g
Total lemak 89.2 g
- Lemak jenuh
19.4 g -
Asam lemak trans 0 g
- Asam lemak tak jenuh tunggal
37.2 g -
Asam lemak tak jenuh jamak 31.4 g
- Asam lemak tak jenuh omega 3
1.2 g -
Asam lemak tak jenuh omega 6 30.0 g
Kolesterol 0 mg
Serat 0 g
Sodium 0 g
Gamma Oryzanol 229 mg
Vitamin E 7.2 mg
Sumber: Informasi Nilai Gizi Minyak Bekatul Oryza Grace Rice Bran Oil® Gamma-oryzanol merupakan fraksi tak tersabunkan dalam minyak
bekatul. Menurut Diack dan Saska 1994, struktur -oryzanol adalah keluarga
dari ester asam ferulat dari triterpenoid alkohol tidak jenuh. Berdasarkan penelitian Damayanthi et al. 2007, kandungan oryzanol di dalam minyak dari
bekatul padi awet adalah sekitar 17.70 mg g minyak. Aktivitas antioksidan oryzanol bergantung pada gugus hidroksi fenolik di dalam bagian ferulat.
Aktivitas antioksidan
tertinggi oryzanol
terdapat pada
struktur 24-
methylenecycloartanyl ferulat Xu et al. 2001. Minyak bekatul sangat bermanfaat karena ada kandungan vitamin E dan
komponen bioaktif oryzanol yang berfungsi sebagai antioksidan. Antioksidan adalah senyawa yang mampu melindungi melindungi tubuh dari pengaruh radikal
bebas Mulato Suharyanto 2011. Minyak bekatul awet dan fraksinya fraksi tak tersabunkan dan oryzanol terbukti dapat menghambat oksidasi -VLDL dan
LDL manusia secara in vitro. Di samping itu, minyak bekatul awet, faksi tak
tersabunkan dan oryzanol juga dapat menghambat proliferasi sel kanker KR-4, K-562 dan melanoma Damayanthi 2002; Damayanthi et al. 2004. Most et al.
2005 melaporkan pemberian minyak bekatul secara nyata dapat menurunkan kadar kolesterol total plasma dan kolesterol LDL dibandingkan dengan campuran
minyak dengan asam lemak serupa. Hal ini kemudian diduga akibat fraksi tak tersabunkan pada minyak bekatul, termasuk di dalamnya -oryzanol. Berikut
adalah struktur kimia -oryzanol.
Gambar 3 Struktur kimia -oryzanol Cho et al. 2012 Selain minyak bekatul, cokelat juga memiliki kandungan antioksidan yang
baik. Biji cokelat diketahui penghasil senyawa polifenol paling tinggi diantara jenis bahan pangan lain. Kandungan polifenol dalam cokelat bernama flavonoid
yang berfungsi dapat meningkatkan kandungan kolesterol HDL, sekaligus mengatur rasio seimbang antara HDLLDL. Hal ini sinergis dengan manfaat
minyak bekatul, yaitu dapat mengurangi resiko pembentukan plak arteri aterosklerosis. Kandungan polifenol cokelat juga dinyatakan dapat
merangsang produksi senyawa nitrit NO yang dapat melenturkan pembuluh
darah dan merangsang diproduksinya enzim anti-trombosit sehingga melancarkan aliran darah Mulato Suharyanto 2011.
Kandungan asam lemak pada cokelat terdiri dari 37.5 asam lemak tidak jenuh dan sekitar 61.4 merupakan asam lemak jenuh. Perbandingan asam
lemak jenuh dan tidak jenuh pada cokelat saling menetralkan dalam adanya potensi meningkatkan kolesterol darah. Tabel 4 berikut adalah komposisi asam
lemak jenuh dan tidak jenuh pada cokelat. Cokelat bubuk, bila dibandingkan dengan olahan cokelat jenis lain seperti
cokelat batang dan lainnya, memberikan kontribusi serat tertinggi, yaitu sebesar 28 gram dari 100 gram cokelat bubuk. Selain itu, cokelat bubuk juga
menyumbang energi, karbohidrat, gula, lemak, lemak jenuh, MUFA dan PUFA sebesar 357 kkal, 24.3 g, 0.9 g, 14.3 g, 8.6 g, 4.7 g dan 0.4 g. Cokelat bubuk
dengan demikian tidak menyumbang tinggi gula, namun lemak jenuh dan MUFA. Tabel 4 Komposisi asam lemak jenuh dan tidak jenuh pada cokelat
Komposisi asam lemak jenuh Jumlah
Palmitat 26.3
Stearat 33.8
Arakhidat 1.3
Komposisi asam lemak tidak jenuh Oleat
34.4 Linoleat
3.1 Sumber: Mulato Suharyanto 2011
Seperti yang tertera pada Tabel 4, lemak jenuh pada cokelat sebagian besar merupakan stearat yang diketahui bersifat netral dan tidak berpotensi
meningkatkan kadar kolesterol LDL. Tingginya kadar palmitat yang berpotensi meningkatkan kolesterol dapat dinetralisasi dengan tingginya kadar MUFA dan
PUFA yaitu oleat dan linoleat Mulato Suharyanto 2011. Indonesia merupakan negara terbesar ketiga sebagai penghasil biji
cokelat. Salah satu daerah penghasil dan peneliti cokelat adalah Jember, Jawa Timur. Hasil olahan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia di Jember
antara lain adalah cokelat bubuk asli. Proses yang dilalui untuk mendapatkan cokelat bubuk dari biji cokelat adalah penyangraian, pengupasan, penggilingan
dan penempaan. Penyangraian yang dilakukan pada 120 C diperlukan untuk
menghasilkan aroma dan rasa yang khas dan memudahkan pengelupasan kulit buah. Setelah bungkil cokelat terpisah pada tahap penghalusan, maka jadilah
cokelat bubuk.
Berdasarkan sifat dan fungsi kesehatan yang terdapat pada suatu bahan pangan tertentu maka sangat tepat jika asupan bahan pangan tersebut
ditingkatkan. Suatu bahan pangan yang jarang dikonsumsi dapat disebabkan oleh karena sifatnya yang sulit diolah ataupun karena daya terimanya kurang.
Cara meningkatkan asupan bahan pangan yang memiliki khasiat kesehatan adalah salah satunya dengan mengolahnya menjadi pangan fungsional. Pangan
fungsional adalah pangan olahan yang mengandung satu atau lebih komponen fungsional yang berdasarkan kajian ilmiah, mempunyai fungsi fisiologis tertentu,
terbukti tidak membahayakan dan bermanfaat bagi kesehatan BPOM 2005. Maka dari itu sifat sensori rasa, bau, warna, tekstur dan lain-lain pada pangan
fungsional harus dapat diterima masyarakat. Bentuk dari pangan fungsional dapat berupa makanan atau minuman.
Minuman Emulsi
Emulsi adalah suatu dispersi suatu cairan dalam cairan lain dimana molekul-molekul kedua cairan tersebut tidak saling berbaur tetapi bersifat saling
antagonis. Bagian-bagian dari suatu emulsi adalah sebagai berikut: 1 bagian terdispersi yang biasanya berupa lemak dalam air, 2 bagian pendispersi berupa
air, 3 emulsifier yang berfungsi menjaga butir minyak tetap terdispersi dalam air Charley 1982. Minuman emulsi merupakan minuman emulsi campuran minyak
dalam air. Emulsifier
adalah bahan yang membantu pembentukan emulsi dan mempertahankan kestabilan emulsi yang terbentuk. Daya kerja emulsifier
disebabkan oleh bentuk molekulnya yang dapat terikat baik pada minyak maupun air. Emulsifier bekerja dengan menurunkan tegangan antar permukaan minyak
dan air sehingga memudahkan pembentukan emulsi Charley 1982. Tipe emulsifier biasa didasarkan pada konsep HLB Hidrophilic Lipophilic
Balance yang diteliti oleh Griffin 1979. HLB merupakan karakter yang
mendefinisikan afinitas relatif untuk minyak dan air. Keseimbangan hidrofilik- lipofilik terletak di tengah, yaitu pada angka 10 dari skala HLB. Contoh produk
emulsifier yang sesuai untuk membuat emulsi oil in water adalah Tween 80 dan
sugar ester , yang memiliki HLB antara 8-16 Riken 2002; Igoe 2011.
Menurut Goldberg 1994, pangan fungsional bentuk minuman secara keseluruhan lebih digemari. Hal ini dapat disebabkan sisi kepraktisan. Selain itu,
bentuk minuman fungsional seringkali mengalami pengolahan yang lebih sedikit daripada makanan fungsional sehingga zat gizi serta antioksidan yang
terkandung di dalamnya lebih terjaga. Secara keseluruhan antioksidan yang dikonsumsi dapat lebih banyak bila disajikan dalam bentuk minuman.
Asam Lemak
Asam lemak adalah komponen organik yang terbentuk dari rantai karbon dengan hidrogen terikat dan grup asam COOH di ujung satu dan grup metil
CH
3
pada ujung lainnya. Panjang rantai karbon pada asam lemak beragam, dimulai dari 4 hingga 24, dengan rantai karbon 18 yang paling umum terdapat
pada makanan. Asam lemak jenuh dan tidak jenuh merupakan penamaan ada tidaknya ikatan rangkap pada karbon yang menggantikan ikatannya dengan
hidrogen Bender 2002. Tata penamaan asam lemak disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Tata penamaan asam lemak
Atom Karbon
Jumlah Ikatan Rangkap
Urutan Rangkap Pertama
Singkatan Jenuh
Butirat 4
- C4:0
Kaproat 6
- C6:0
Kaprilat 8
- C8:0
Kaprat 10
- C10:0
Laurat 12
- C12:0
Miristat 14
- C14:0
Palmitat 16
- C16:0
Stearat 18
- C18:0
Arakhidat 20
- C20:0
Behenat 22
- C22:0
Lignoserat 24
- C24:0
Monounsaturated Palmitoat
16 1
6 C16:1 ώ6
Oleat 18
1 9
C18:1 ώ9 Setolat
22 1
11 Cββ:1 ώ11
Nervonat 24
1 9
Cβ4:1 ώ9 Polyunsaturated
Linoleat 18
2 6
C18:β ώ6 α- Linolenat
18 3
3 C18:γ ώγ
- Linolenat 18
3 6
C18:γ ώ6 Arakhidonat
20 4
6 Cβ0:4 ώ6
Eikosapentaenoat 20
5 3
Cβ0:5 ώγ Dokosatetraenoat
22 4
6 Cββ:4 ώ6
Dokosapentaenoat 22
5 3
Cββ:5 ώγ Dokosapentaenoat
22 5
6 Cββ:5 ώ6
Dokosaheksaenoat 22
6 3
Cββ:6 ώγ Sumber: Bender 2002
Asupan asam lemak yang memiliki ikatan rangkap seperti PUFA polyunsaturated fatty acid dan MUFA monounsaturated fatty acid dapat
menurunkan kadar kolesterol darah. Sebaliknya asam lemak yang tidak memiliki
ikatan rangkap asam lemak jenuh dapat meningkatkan kolesterol darah. Diketahui adanya asosiasi meningkatnya resiko terkena penyakit kardiovaskular
dan aterosklerosis dengan banyaknya asupan lemak jenuh. Konsumsi pangan yang mengandung lemak tidak jenuh yaitu yang terdapat dalam minyak ikan dan
sebagainya diketahui baik bagi kesehatan jantung Mahan Escott-Stump 2008.
Menurut Sartika 2008, asam lemak tidak jenuh ganda seperti asam linoleat dan asam linolenat memiliki fungsi esensial pada sistem transport dan
metabolisme lemak, sistem imun, serta mempertahankan fungsi kerja membran sel. Asam lemak tidak jenuh merupakan substrat untuk esterifikasi kolesterol
dalam sel Bender 2002. Meningkatnya esterifikasi kolesterol menurunkan konsentrasi kolesterol dalam sel dan meningkatkan sintesis reseptor LDL.
Berikut adalah mekanisme penurunan kolesterol LDL oleh asam oleat: 1 konsumsi asam oleat meningkatkan kadar asam oleat dalam hati, yang
merangsang meningkatnya enzim esterifikasi kolesterol yaitu acyl-CoA cholesterol acyltransferase
ACAT, 2 peningkatan aktivitas ACAT dapat menurunkan kadar kolesterol bebas dalam hati, 3 turunnya kadar kolesterol
merangsang pemecahan sterol response element binding protein, yang kemudian menstimulasi gen reseptor LDL, 4 menurunnya kadar kolesterol LDL
plasma. Tubuh manusia dapat mensistesis asam lemak dari lemak, karbohidrat
atau protein, kecuali asam linoleat omega-6 dan linolenat omega-3. Maka dari itu asam linoleat dan asam linolenat dianggap esensial. Dietary Recommended
Intake DRI Amerika menyarankan konsumsi asam linoleat dan asam linolenat
masing-masing mencapai 5-10 dan 0.6-1.2 dari total energi Sizer Whitney 2007. WNPG 2004 menyatakan perbandingan kandungan omega-6 dan
omega-3 yang tepat dan efektif adalah yang 3:1. Semakin panjang dan tinggi derajat ketidakjenuhan asam lemak, sifatnya
semakin reaktif terhadap oksigen, sehingga semakin mudah teroksidasi. Oksidasi merupakan masuknya oksigen ke dalam asam lemak, terutama pada
asam lemak tak jenuh yang rentan karena memiliki ikatan rangkap. Oksidasi menyebabkan sifat tidak stabil sehingga membentuk rasa dan aroma yang tidak
sedap. Berikut ini fase utama yang terjadi pada reaksi oksidasi: 1 inisiasi, yang menghasilkan lipid-radikal bebas, 2 propagasi, dan 3 terminasi. Mekanisme
tahapan oksidasi yang dijelaskan Akoh Min 2008 sebagai berikut:
Inisiasi: In + RH InH + R
Propagasi: R + O
2
ROO ROO + RH R + ROOH
Terminasi: 2ROO O
2
+ RO
2
R ROO + R RO
2
R Tahap propagasi menghasilkan lipid-radikal bebas yang baru R dan
lipid hidroperoksida ROOH. Tahap terminasi, yaitu bertemunya dua lipid-radikal bebas, dapat terjadi setelah 10-100 kali tahap sebelumnya berulang terjadi.
Oksidasi asam lemak pada tanaman dapat terjadi pada masa sebelum dipanen, tidak hanya pada masa pengolahan dan penyimpanan Akoh Min 2008.
Antioksidan merupakan senyawa penghambat reaksi oksidasi. Contoh antioksidan adalah tokoferol dan oryzanol. Tokoferol berfungsi sebagai
antioksidan, sedangkan komponen oryzanol merupakan fitosterol suatu eter senyawa asam ferulat yang dapat menurunkan kolesterol serum manusia
Wilkinson Champagne 2004. Berdasarkan hasil penelitian Damayanthi 2002, antioksidan oryzanol pada bekatul dapat digunakan untuk mencegah
atau menghambat oksidasi LDL, dengan menangkap radikal bebas selama tahap propagasi dengan mendonasikan hidrogen.
Hidrogenasi merupakan proses penambahan hidrogen pada asam lemak tak jenuh sehingga sifatnya dapat lebih stabil dan memiliki masa simpan lebih
panjang. Hidrogenasi sering diterapkan produsen makanan. Hasil dari hidrogenasi asam lemak adalah asam lemak trans, yang diketahui memiliki
korelasi dengan peningkatan resiko penyakit jantung koroner, kanker dan diabetes. Hal ini mungkin disebabkan oleh asam lemak trans yang dapat
mempengaruhi kestabilan membran pembuluh darah Mahan Escott-Stump 2008. DRI atau Angka Asupan yang Direkomendasikan untuk orang Amerika
untuk lemak trans sebesar 10 dari total konsumsi lemak jenuh atau 1 dari total energi. Penambahan antioksidan pada minyak dapat mencegah kerusakan
dari hidrogenasi.
Metabolisme Lemak dan Profil Lipid Metabolisme Lemak
Salah satu komponen utama lipid yang sangat penting secara metabolik adalah trigliserida. Lebih dari 95 lipid pada makanan berada dalam bentuk
trigliserida. Trigliserida merupakan tiga asam lemak dengan satu rantai gliserol. Gliserol adalah alkohol yang terbentuk dari tiga rantai karbon, sedangkan asam
lemak sesuai dengan apa yang telah dijelaskan di atas. Satu trigliserida biasanya mengandung lebih dari satu macam asam lemak.
Pencernaan lemak dimulai sejak di dalam mulut dengan disekresikannya enzim lingual lipase, namun tahap ini memerankan peranan kecil pada orang
dewasa. Ketika masuk ke dalam lambung, lemak terpisah dengan komponen lain yang hidrofilik dengan mengambang pada bagian atas membentuk lapisan.
Pencernaan lemak di lambung juga tidak berarti, namun ukuran lemak dapat diperkecil melalui kontraksi lambung dan enzim gastric lipase McCance et al.
2010. Pada usus halus, lemak disatukan dengan komponen hidrofilik lain
dengan disekresikannya asam dan garam empedu dari empedu sebagai emulsifier
. Asam empedu terbuat dari kolesterol dan memiliki struktur serupa sehingga memudahkan empedu sebagai emulsifier, dengan mengikatnya ujung
satu dengan asam amino yang hidrofilik. Disini lemak terpecah hingga kecil dan kemudian diberi enzim lipase dari pankreas dan usus halus. Demikian trigliserida
yang teremulsi kemudian dipecah menjadi asam lemak bebas, monogliserida dan gliserol.
Selanjutnya gliserol dan asam lemak rantai pendek dan medium dapat langsung diserap melalui sel brush borders pada usus halus ke dalam darah,
sedangkan molekul yang lebih besar, seperti monogliserida dan asam lemak rantai panjang bergabung membentuk misel, kemudian masuk ke dalam sel
brush borders . Di dalam sel usus halus, misel dan lipid lain bergabung dengan
protein membentuk alat transpor yang disebut kilomikron, yang masuk ke dalam sistem limfatik. Kilomikron menuju ke hati sambil melepaskan trigliserida.
Kilomikron diubah menjadi VLDL dan masuk ke dalam sistem peredaran darah, yang kemudian tubuh gunakan untuk keperluan saat itu atau disimpan sebagai
cadangan energy McCance et al. 2010. Alat transpor lemak selain kilomikron adalah Very Low Density
Lipoprotein VLDL, Low Density Lipoprotein LDL dan High Density Lipoprotein
HDL. Karakteristik dan komposisi VLDL, LDL dan HDL dapat dilihat pada Tabel 7. VLDL dibentuk di hati sebagai transport trigliserida dan kolesterol endogen.
Remnan sisa VLDL yang trigliseridanya telah dihidrolisis oleh lipase dikonversi menjadi LDL. Remnan tersebut diketahui memiliki sifat aterogenik. Selanjutnya
LDL akan diambil oleh hati yang memiliki reseptor.
Tabel 6 Karakteristik dan komposisi VLDL, LDL dan HDL
Karakteristik VLDL
LDL HDL
Densitas gmL 0.95-1.006
1.019-1.063 1.063-1.210
Komposisi Trigliserida
60 10
5 Kolesterol
10 50
20 Fosfolipid
18 15
25 Protein
10 25
50 Sumber: Mahan Escott-Stump 2008.
LDL merupakan alat transport kolesterol yang utama dan terbentuk dari konversi VLDL. Apolipoprotein utama pada LDL disebut Apo B-100, yang mana
tingginya kadar Apo B melambatkan waktu transit lipid pada dinding pembuluh darah. Selain VLDL, hati juga membuat HDL sebagai alat transportasi kolesterol
dari jaringan tubuh kembali ke hati scavenger pathway untuk diproses ulang ataupun dibuang. Apoliprotein utama pada HDL disebut Apo A-I, yang diketahui
bersifat anti-inflamasi dan antioksidasi yang membuang kolesterol dari dinding arteri. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kadar kolesterol dalam darah
antara lain: usia, diet tinggi lemak jenuh dan kolesterol, genetik, hormon, berat badan, tingkat aktivitas fisik dan penyakit lain Mahan dan Escott-Stump 2008.
Profil Lipid
Profil lipid terdiri dari kolesterol total, LDL, HDL dan trigliserida. Konsumsi lemak jenuh dan lemak trans meningkatkan kolesterol darah lebih signifikan
daripada konsumsi kolesterol sendiri hiperkolesterolemia. Kolesterol darah, atau biasa disebut total kolesterol merupakan ukuran total kolesterol yang pada
seluruh lipoprotein, yaitu HDL, LDL dan VLDL. Kolesterol merupakan bentuk lipid yang tidak larut dalam darah, kecuali terikat oleh protein Santoso
Setiawan 2005. Total kolesterol mencangkup kolesterol yang yang berada dalam seluruh fraksi lipoprotein, yaitu 60-70 dibawa oleh LDL, 20-30 dibawa
oleh HDL dan 10-15 dibawa oleh VLDL Mahan Escott-Stump 2008. Tabel berikut menjelaskan nilai profil lipid darah yang dianjurkan AHA 2005:
Tabel 7 Nilai profil lipid darah yang dianjurkan
Profil lipid Nilai normal
Kolesterol total 200 mgdL
Kolesterol LDL 100 mg dL
Kolesterol HDL 40 mg dL
Trigliserida 150 mg dL
Sumber: American Heart Association 2005.
Nilai HDL yang baik berada di atas 40 mgdL, sedangkan klasifikasi nilai LDL bagi orang dewasa normal tercantum pada Tabel 7. Pengukuran LDL-
kolesterol biasa dilakukan dengan menggunakan rumus Friedewald 1972, yaitu: LDL = TC
– HDL – TG5 Mahan dan Escott-Stump 2008 menyatakan, menurunnya 1 mgdl kolesterol
LDL menurunkan 1-2 resiko terkena penyakit jantung koroner. Tabel 8 Klasifikasi nilai LDL bagi orang normal
Klasifikasi Nilai LDL
Optimal ≤ 100 mgdL
Hampir optimal ≤ 1β9 mgdL
Borderline 130 -159 mgdL
High risk 160 -189 mgdL
Very high risk ≥ 190 mgdL
Sumber: Mahan dan Escott-Stump 2008.
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan kadar LDL adalah usia, genetik, diet, diabetes, obesitas dan lain-lain.
Trigliserida dalam tubuh dapat diperoleh dari lemak makanan atau hasil perubahan unsur-unsur energi yang berlebihan seperti konsumsi karbohidrat
sederhana yang berlebih Almatsier 2004. Nilai trigliserida dikaitkan dengan faktor resiko lain seperti intoleransi glukosa, hipertensi, rendahnya kadar HDL-
kolesterol dan tingginya kadar LDL-kolesterol, yang memiliki hubungan dengan sindrom metabolik. Kadar trigliserida memiliki hubungan bermakna dengan
kejadian penyakit jantung koroner Alwi 1996.
Kebiasaan Makan
Kebiasaan makan adalah cara individu atau kelompok individu memilih pangan dan mengonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologi,
psikologi dan sosial budaya Suhardjo 1994. Secara umum, mekanisme obesitas adalah berlebihnya intake dan kurang pengeluaran energi atau tidak
seimbangnya energi. Hormon leptin, yaitu hormon yang disekresikan jaringan adiposa ke otak
ketika makanan masuk ke dalam perut, merupakan hormon pengatur rasa kenyang. Semakin banyak simpanan lemak, semakin banyak leptin yang
diproduksi. Sebagian besar penderita obes menghasilkan leptin yang cukup namun resisten akan efeknya Sizer Whitney 2007. Adapula hormon ghrelin
sebagai kebalikan dari fungsi leptin, yaitu memberi sinyal untuk terus
mengonsumsi. Semakin kurus akan semakin banyak memproduksi ghrelin, begitu pula sebaliknya semakin obes akan semakin sedikit memproduksi ghrelin.
Faktor penyebab eksternal dapat berupa overeating atau kelebihan makan, serta kurangnya aktivitas fisik. Kondisi sering makan di luar membuat
orang mengonsumsi porsi yang lebih besar daripada kebutuhannya. Selain itu, overeating
juga dapat terjadi karena seringnya mengonsumsi makanan selingan terus menerus. Kondisi berada pada tengah pusat kehidupan yang menawarkan
berbagai macam kemudahan dalam mengakses makanan yang tinggi kalori namun kurang nilai gizi juga dapat menjadi faktor penyebab obesitas Whitney
Rolfes 2005. Kebiasaan makan mengonsumsi makanan berlemak tinggi seperti fried
chicken yang digoreng menggunakan tepung pasti mengandung tinggi lemak
jenuh dan tinggi kolesterol yang berasal dari daging ayam sendiri. Nugget dan kornet malah selain menyumbang lemak jenuh, juga memberi kontribusi lemak
trans karena telah diproses sehingga mempanjang masa simpan dan meningkatkan kestabilan. Adapula makanan siap saji yang mengandung lemak
trans seperti sosis, snack kemasan. Konsumsi makanan tinggi serat membantu mengurangi resiko penyakit kardiovaskular akibat dari konsumsi makanan tinggi
lemak jenuh. Serat bisa didapat pada sayur dan buah. Menerapkan keseimbangan energi masuk dan keluar sangat penting
dalam mengatur berat badan, terutama pada penderita obes. Perencanaan diet yang dapat dilakukan antara lain menyeimbangkan konsumsi karbohidrat,
protein, lemak dan zat gizi lain, mengatur besar porsi, mengubah gaya hidup dengan tidak mengonsumsi alkohol dan tidak merokok. Penggunaan obat-
obatan perlu dikonsultasikan pada dietisien. Peningkatan aktivitas fisik sangat penting pada penanggulangan obes. Aktivitas fisik diketahui dapat mengurangi
resiko penyakit degeneratif dengan meningkatkan HDL Mahan Escott-Stump 2008.
Peningkatan konsumsi lemak jenuh diiringi dengan peningkatan kadar LDL darah, terutama pada asam laurat, miristat dan palmitat namun konsumsi
makanan dengan kandungan asam lemak tersebut biasa terikat dengan asam stearat juga. Demikian halnya dengan lemak trans yang memiliki efek yang
serupa dengan lemak jenuh. Anjuran konsumsi lemak jenuh dan lemak trans adalah kurang dari 10 total konsumsi lemak Whitney Rolfes 2005.
Penentuan kebiasaan makan biasa menggunakan kuesioner berupa food frequency
, food recall dan food record. Kelemahan pada metode kuesioner ini adalah dapat memberikan hasil underreport, yaitu data yang dikumpulkan tidak
dapat merefleksikan kebiasaan makan terdahulu yang menuju obesitas. Kelebihan lemak pada obes telah terakumulasi pada jangka waktu yang tidak
sebentar dan pengumpulan data di atas dapat kurang menggambarkan kebiasaan makan secara holistik.
Tingkat kecukupan didapat dari pembagian konsumsi dengan kebutuhan individu dalam bentuk presentase. Angka Kecukupan Energi AKE adalah rata-
rata tingkat konsumsi energi dari pangan seimbang dengan pengeluaran energi pada kelompok umur, jenis kelamin, ukuran tubuh dan tingkat kegiatan fisik agar
hidup sehat dan dapat melakukan kegiatan ekonomi dan sosial yang diharapkan. Rata-rata kecukupan energi penduduk usia 19-55 tahun berkisar antara 79.4-
92.5. Semakin tingginya rata-rata kecukupan energi berbanding lurus dengan semakin tingginya pendapatan. Secara nasional, rata-rata konsumsi lemak
penduduk Indonesia adalah 47.2 gram atau 25.6 dari total konsumsi energi. Hal ini menunjukkan kontribusi energi dari lemak melebihi anjuran PUGS, yaitu
25 dari total energi Riskesdas 2010. DRI yang ditetapkan untuk lemak trans sebesar 10 dari total konsumsi lemak jenuh atau 1 dari total energi.
Konsumsi yang disarankan untuk lemak jenuh sebesar 8 dari total energi WNPG 2004.
Perhitungan angka kecukupan energi, lemak dan serat untuk orang Indonesia dapat dilakukan menggunakan rumus Widyakarya Nasional Pangan
dan Gizi VIII 2004. Perhitungan AKE dapat dilakukan menggunakan rumus Oxford Equation.
Penelitian Intervensi Produk yang dapat Menanggulangi Hiperlipidemia dan Obesitas
Cukup banyak produk atau bahan pangan yang terbukti dapat menurunkan kadar kolesterol darah manusia. Salah satunya adalah -oryzanol
yang terdapat pada minyak bekatul. Berdasarkan penelitian Most et al. 2005, bahwa minyak bekatul dan bukan serat bekatullah yang dapat menurunkan
kolesterol darah manusia. Penelitian ini dilakukan dengan metode parallel-arm, dengan menyediakan makan tiga kali sehari bagi 26 subyek selama lebih dari 3
bulan. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan konsentrasi lipid pada subyek yang diintervensi bubuk bekatul, sedang terdapat
efektivitas yang signifikan pada subyek yang diberikan diet minyak bekatul
dengan penurunan kadar LDL darah sebesar 7 p 0.0004. Pada studi 2 pemberian minyak bekatul, subyek dibagi menjadi dua dan diteliti
menggunakan cross-sectional study dengan campuran minyak sebagai kontrol yang nilai gizinya dibuat menyerupai minyak bekatul. Berikut adalah tabel
perbandingan nilai gizi minyak bekatul dengan minyak campuran yang diintervensikan pada studi 2 dalam penelitian Most et al. 2005.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah meskipun asam lemak pada minyak campuran dan minyak bekatul serupa, namun subyek yang diintervensikan
minyak campuran dapat dikatakan tidak mengalami penurunan kadar total kolesterol dan kolesterol LDL. Hal ini diakibatkan kandungan -oryzanol pada
minyak bekatul yang tinggi, dan sangat sedikit pada minyak campuran. Maka penurunan kadar kolesterol total dan LDL disebabkan oleh adanya kandungan -
oryzanol. Tabel 9 Perbandingan minyak campuran kontrol dengan minyak bekatul yang
diintervensikan
Minyak campuran control Minyak bekatul
14:0 g100 g 0.37
0.4 16:0 g100 g
12.96 14.6
18:0 g100 g 2.97
2.09 18:1 g100 g
45.43 44.51
18:2 g100 g 35.9
36.59 18:3n g100 g
0.84 0.87
α-Tokoferol µgg 108.4
180 α-Tokotrienol µgg
34.4 218
-Tokotrienol µgg 127.5
38 -Tokoferol µgg
11.7 59
δ-Tokoferol µgg 2.92
δ-Tokotrienol µgg Oryzanol mgg
0.04 15.8
Sumber: Most 2005.
Liechtenstein et al 1999 membuktikan bahwa penukaran konsumsi asam lemak jenuh dan trans dengan MUFA dan PUFA dapat menjadi satu cara
paling efektif untuk mencegah penyakit jantung akibat menurunnya kadar kolesterol darah dengan pemberian minyak ikan. Thomsen et al. 1999 dalam
American Journal of Clinical Nutrition menyatakan bahwa rendahnya prevalensi penyakit jantung pada orang Mediterania merupakan akibat dari banyaknya
konsumsi mereka akan minyak zaitun yang tinggi akan MUFA. Breslow 2006 menyatakan bahwa berdasarkan penelitian-penelitian
terdahulu, pemberian EPA eikosapentaenoat dan DHA dokosaheksaenoat
dari minyak ikan atau ikan yang berminyak dapat menurunkan pembekuan darah, serta mengurangi peradangan pada pembuluh darah jantung. Penelitian
Laidlaw 2003 memberi hasil bahwa suplementasi minyak ikan dan linolenat pada wanita berefek pada penurunan trigliserida darah.
Penelitian Aviram et al. 2005 dengan melakukan pemberian jus markisa selama 10 minggu pada manusia dan tikus diketahui menghambat agregasi,
oksidasi dan retensi LDL. Pemberian jus markisa juga meningkatkan serum paraoxonase, yaitu esterase yang dapat melindungi terjadinya peroksidasi lipid,
sebesar 20. Selain itu, berkurangnya oksidasi LDL pada makrofag peritoneal tikus yang diintervensi selama 14 minggu sebesar 20.
Penurunan resiko terkena miokardial infark MI dan stroke sebesar 39 berasosiasi dengan konsumsi 6 gram cokelat sehari pada 19.357 orang dewasa
di Jerman Buijsse et al. 2010. Selain itu, penurunan sebesar 1 mmHg dan 0.9 mmHg pada tekanan darah sistolik dan diastolik. Suplementasi cokelat mampu
menurunkan kejadian karsinogenesis prostat secara signifikan dibandingkan subjek kontrol positif Bisson et al. 2008. Pada studi jangka panjang,
suplementasi ekstrak cokelat setiap hari mampu mencegah produksi berlebih radikal bebas setelah pemanasan sehingga mampu melindungi tubuh dari
kelainan kognitif Rozan et al. 2006.
KERANGKA PEMIKIRAN
Prevalensi obesitas di Indonesia sebesar 11.7 dengan IMT ≥β7 kgmβ. Obesitas merupakan penyakit dengan kondisi kelebihan lemak tubuh yang dapat
mempengaruhi kesehatan Whitney Rolfes 2005. Obesitas dapat disebabkan faktor genetik, kelebihan intake atau asupan, serta kurangnya aktivitas fisik.
Penderita obesitas mengalami disfungsi pada metabolisme tubuhnya dan dapat mengalami sindrom metabolik yang ditandai dengan ciri-ciri berikut: 1
memiliki lingkar pinggang 80 cm dan 94 cm untuk wanita dan pria, 2 memiliki tekanan darah ≥ 1γ0 ≥ 85 mmHg, γ kadar glukosa puasa 100 mgdl,
4 kadar kolesterol HDL puasa 40 mgdl, dan 5 kadar trigliserida puasa 150
mgdl International Diabetes Federation 2005. Penderita obesitas memiliki resiko terkena aterosklerosis dan penyakit jantung lainnya lebih tinggi. Maka dari
itu, penting untuk mencegah terjadinya hiperlipidemia pada penderita obesitas. Pengembangan
pangan fungsional
penting untuk
mencegah hiperlipidemia. Potensi penghasil bekatul di Indonesia sangat besar. Selain itu,
bekatul dan cokelat memiliki fungsi lebih, yaitu kandungan antioksidan yang bersifat hipokolesterolemik. Pengembangan minuman minyak bekatul-cokelat
penting untuk diintervensikan guna menurunkan kadar kolesterol. Subyek yang diberikan intervensi minuman minyak bekatul-cokelat dipantau kadar profil
lipidnya. Kadar profil lipid seseorang juga dipengaruhi kebiasaan makan dan riwayat kesehatan keluarga.
Keterangan : Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti : Hubungan yang diteliti
: Hubungan yang tidak diteliti
Gambar 4 Kerangka pemikiran
Kurangnya aktivitas fisik
Obes Kadar kol-HDL 40 mgdl
Kadar TG 150 mgdl Tekanan darah 13085mmHg
Intervensi minuman minyak bekatul-cokelat
Kadar profil lipid Pengembangan minuman hipokolesterolemik
dan tinggi antioksidan
Kebiasaan makan subyek
Riwayat kesehatan keluarga
Kebiasaan makan yang berlebih
Lingkar pinggang 80cm - 94cm
Kadar glukosa 100 mgdl Sindrom metabolik
Genetik
METODE
Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap yaitu penelitian pendahuluan
dan penelitian lanjutan. Penelitian pendahuluan mencakup pengembangan minuman emulsi minyak bekatul tanpa cokelat dan analisis asam lemak minuman
yang diintervensi. Penelitian lanjutan dilakukan untuk melihat pengaruh intervensi minuman ready to drink emulsi minyak bekatul-cokelat terhadap kadar
profil lipid plasma orang dewasa obes. Penelitian telah mendapatkan Ethical Approval
No.KE.01.12EC5972011 dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan Badan Litbang Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada tanggal 23
Desember 2012 surat pada Lampiran 1.
Waktu dan Tempat
Proses pengembangan minuman emulsi minyak bekatul tanpa cokelat pada penelitian pendahuluan dilakukan di Laboratorium Percobaan Makanan
Departemen Gizi Masyarakat, serta analisis asam lemak minuman yang diintervensikan dilakukan di Laboratorium Terpadu. Analisis kadar profil lipid
darah subyek pada penelitian lanjutan dilakukan di Laboratorium Biokima Departemen Gizi Masyarakat, serta pengumpulan data primer dilakukan di
lingkungan Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilakukan dari bulan Juli 2011 sampai Januari 2012.
Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan untuk melakukan pengembangan minuman emulsi minyak bekatul tanpa cokelat antara lain minyak bekatul komersial merek
Oryza Grace®, sukralosa, garam, emulsifier sugar ester dan Tween 80, Carboxymethil Celulose
CMC dan air. Produksi minuman ready to drink emulsi minyak bekatul-cokelat menggunakan minyak bekatul komersial merek Oryza
Grace®, cokelat bubuk asli dari Balai Penelitian Kopi dan Kakao Jember Jawa Timur, sukralosa, garam, emulsifier sugar ester, CMC dan air. Peralatan yang
digunakan kedua produk minuman sama yaitu timbangan mikro, homogenizer, kompor, sealer, gelas plastik tahan panas, termometer dan kulkas. Bahan dan
alat yang digunakan untuk analisis asam lemak minuman yang diintervensikan antara lain minyak dari minuman, larutan standar, larutan NaOH 0.5 N dan BF
3
12 dalam methanol, larutan NaCl jenuh, isooktana, Na
2
SO
4
anhidrat, perangkat gas kromatografi gambar pada Lampiran 2, syringe 10 µl, penangas air, tabung
bertutup Teflon, neraca analitik dan pipet mikro.
Pengukuran status gizi dilakukan menggunakan timbangan berat badan dan microtoise. Peralatan yang dibutuhkan untuk pengambilan sampel darah
adalah jarum suntik, tabung EDTA, alkohol dan plester. Proses pengambilan darah dilakukan oleh tenaga ahli dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi
Bogor. Alat dan bahan yang diperlukan untuk analisis kadar profil lipid plasma adalah sampel plasma, reagen merek Human®berupa complete test kit
kolesterol total ETI 10150101-1, HDL ETI 1001801-1 dan trigliserida ETI 11630101-2 beserta standar, freezer, eppendorf, air bebas ion, sentrifuge,
penangas air, pipet mikro dan spektrofotometer.
Jumlah dan Cara Pemilihan Subyek
Populasi target adalah mahasiswa dan mahasiswi Institut Pertanian Bogor. Subyek diambil dengan cara screening untuk memenuhi persyaratan
inklusi. Teknik pemilihan subyek diambil dengan metode purposive sampling. Syarat inklusi yang perlu dipenuhi oleh subjek adalah:
1. Berjenis kelamin laki-laki perempuan. 2. Berkategori obes
tingkat 1 dan β memiliki IMT ≥ β5 WHO 2000. 3. Rentang umur 18-25 tahun.
4. Tidak sedang menjalani pengobatan dari dokter. 5. Tidak sedang mendapatkan intervensi minuman antioksidan serupa.
6. Tidak merokok.
7. Tidak hamil atau menyusui. 8. Tidak alergi cokelat.