5
2.2 BUAH BINTARO Cerbera manghas
Buah bintaro merupakan buah drupa buah biji terdiri dari tiga lapisan yaitu epikarp atau eksokarp kulit bagian terluar buah, mesokarp lapisan tengah berupa serat seperti sabut kelapa, dan
endokarp biji yang dilapisi kulit biji atau testa Jamieson dan Reynolds, 1967. Secara fisik buah bintaro berserat serabut seperti kelapa. Tanaman ini biasa tumbuh di bagian tepi daratan mangrove
atau hutan rawa pesisir atau di pantai hingga jauh ke darat 400 m d.p.l, menyukai tanah pasir, terbuka terhadap udara serta ditempat-tempat yang tidak teratur tergenang air pasang surut.
Pohon bintaro sering disebut juga sebagai Mangga Laut, Buta Badak, Babuto, dan Kayu Gurita. Dalam bahasa Inggris tanaman ini dikenal sebagai Sea Mango Sedangkan dalam bahasa latin
ilmiah Bintaro dinamai sebagai Cerbera manghas. Nama Bintaro juga sering disematkan kepada kerabat dekatnya yang bernama ilmiah Cerbera odollam. Bintaro umumnya mempunyai tinggi 4 - 6
meter meskipun terkadang mampu mencapai 12 m. Daunnya berwarna hijau tua mengkilat berbentuk bulat telur. Bunga Bintaro berbau harum, terdiri atas lima petal dengan mahkota berbentuk terompet
yang pangkalnya berwarna merah muda. Buah bintaro berbentuk bulat telur dengan panjang sekitar 5 - 10 cm. Ketika masih muda berwarna hijau pucat dan berubah menjadi merah cerah saat masak.
Buah Bintaro dideskripsikan oleh Khanh 2001 berbentuk bulat dan berwarna hijau pucat dan ketika tua akan berwarna merah. Merupakan buah drupa buah biji yang terdiri dari tiga lapisan
yaitu epikarp atau eksokarp kulit bagian terluar buah, mesokarp lapisan tengah berupa serat seperti sabut kelapa, dan endokarp. Terkadang dihasilkan dua biji berbentuk elips atau oval dalam satu buah
Khahn, 2001. Walapun berbentuk indah namun buah Bintaro tidak dapat dikonsumsi, karena mengandung zat yang bersifat racun terhadap manusia.
Biji buah Bintaro Cerbera odollam dipilih sebagai alternatif bahan bakar karena memiliki kandungan minyak sekitar 43 - 64 dan merupakan tumbuhan penghasil minyak non pangan yang
memiliki potensi untuk dikembangkan Imahara et al., 2006. Serat pada buah bintaro di bentuk dari selulosa. Serat selulosa tersebut memiliki ikatan
glikosida. Konfigurasi inilah yang membuat selulosa bersifat keras, sukar larut dalam air, dan tidak manis. Kandungan kimia serat buah Bintaro disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Kandungan kimia serat buah bintaro
Komponen Nilai
Zat Ekstraktif 7.55
Lignin 28.30
HoloSelulosa 65.47
α-Selulosa 56.76
Sumber: Data primer 2012 Selain kandungan minyak dari biji buah bintaro, ampas dari sisa pemerasan minyak bintaro
dapat dijadikan arang briket atau dibuat menjadi pupuk kompos. Cangkang buah bintaro dapat dijadikan briket yang memiliki nilai kalor tinggi.
2.3 PENGARUH BAHAN BAKU TERHADAP PAPAN PARTIKEL
Selulosa merupakan struktur dasar sel-sel tumbuhan dan komponen penting yang dibuat oleh organisme hidup. Di dalam kayu, selulosa terikat erat dengan hemiselulosa yang keduanya
membentuk holoselulosa. Selulosa terdiri dari unit-unit anhidroglukopiranosa yang bersambung- sambung membentuk rantai molekul. Oleh karena itu, selulosa dinyatakan sebagai polimer linear
glukan dengan struktur rantai yang seragam Sostrohamidjojo, 1995.
6 Berbeda dengan selulosa, hemiselulosa terdiri dari komposisi berbagai unit gula dengan
rantai moleku yang lebih pendek. Lignin merupakan zat organik polimer yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan kekuatan mekanik. Kandungan lignin dalam tumbuhan cukup bervariasi,
yaitu berkisar 20-40 persen. Pada penggunaan kayu secara umum, lignin digunakan sebagai bagian integral kayu Sostrohamidjojo, 1995. Hasil penelitian Sumarna 1976 menunjukkan bahwa
kandungan kimia kayu yang banyak berpengaruh pada produk papan olahan seperti papan serat dan papan partikel yang dihasilkan adalah lignin dan zat ekstraktif kelarutan dalam etanol benzena.
Bahkan, dengan kandungan lignin yang tinggi, bahan serat berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai papan komposit tanpa perekat eksternal binderless Xu et al., 2006.
Menurut Pizzi 1983 zat ekstraktif merupakan hambatan secara fisik maupun kimiawi terhadap proses perekatan papan partikel. Adanya lapisan ekstraktif di permukaan kayu akan
menghalangi resin mencapai selulosa sehingga akan menghasilkan garis perekatan yang kurang baik dan kekuatan rekatnya rendah. Selain itu, zat ekstraktif menyebabkan pemakaian perekat kurang
efisien, laju pengerasan perekat terhambat, dan mengurangi sifat tahan air papan partikel. Kandungan zat ekstraktif dalam kayu menurut Maloney 1993 antara 5 - 30. Djalal 1984 menambahkan
bahwa peningkatan kadar zar ekstraktif dapat mengurangi kerekatan, sehingga akan menghasilkan kekuatan rekat yang rendah.
2.4 BAHAN PEREKAT