sistem imun terpapar zat asing, sel neutrofil, eosinofil dan manosit akan menghancurkannya secara fagositosis.
Inokulasi konsorsium bakteri rumen kerbau dapat meningkatkan jumlah serapan kobalt dari pakan yang diberikan utamanya pada pada periode sapih. Ini
menunjukkan bahwa isolat bakteri yang diinokulasikan memiliki peranan penting dalam pemanfaatan kobalt, utamanya dalam sintesis cyanocobalamin vitamin
B12 yang berperan dalam regulasi glukosa. V
itamin B
12
dalam bentuk koenzim berperan penting dalam mengkonversi propionat menjadi metal malonil Co-A
sebagai prekursor utama glukosa bagi ruminansia Parakkasi 1999 dan sintesis sel darah merah Stangl et al. 2000. Inokulasi dapat meningkatkan jumlah
serapan Mg pakan pada pedet umur 14 minggu. Tingginya serapan Mg menggambarkan perbaikan perkembangan saluran pencernaan pedet perlakuan.
Underwood Suttle 1999 menyatakan bahwa permasalah ketersediaan Mg umumnya berhubungan dengan perkembangan fungsi rumen dan Mg penting
dalam oksidasi pyruvate, tranfer phosphate serta membantu aktivasi enzim. Beberapa mekanisme probiotik dalam meningkatkan absorbsi mineral melalui
penguraian asam fitat Ahrens et al. 2007. Berdasarkan hasil kajian tersebut, isolat bakteri asal rumen kerbau yang diperoleh potensial sebagai probiotik bagi
pedet dalam menghadapi proses penyapihan dan efektif diberikan sejak periode prasapih
Korelasi antara konsumsi ransum terhadap lingkar perut dan bobot badan pada pedet yang dipelihara menunjukkan pola hubungan yang positif. Peningkatan
konsumsi nyata meningkatkan ukuran lingkar perut dan bobot badan pedet selama penelitian. Hasil ini wajar, kerena pedet berada difase pertumbuhan. Davis
Drackley 1998 menyatakan bahwa konsumsi bahan kering ransum akan meningkat seiring bertambahnya umur pedet. Hasil ini menunjukkan bahwa
peningkatan bobot badan pedet dapat dipacu melalui peningkatan konsumsi pakan karena konsumsi optimum pedet belum tercapai.
6. SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN
1 Isolat bakteri asal rumen kerbau tumbuh baik pada substrat hijauan pakan dan 14 isolat memiliki kemampuan CMCase tinggi yang terkelompok
dalam enam jenis isolat dengan tingkat similaritas ≥51 2 Koefisien cerna bahan kering KCBK dari konsorsium bakteri terhadap
pakan konsentrat identik dengan kemampuan cairan rumen kerbau 3 Inokulasi konsorsium bakteri meningkatkan konsumsi ransum dan serapan
kobalt pada periode pasca sapih 4 Inokulasi konsorsium bakteri tidak berpengaruh negatif terhadap PBBH,
status fisiologi dan fermentabilitas rumen pedet. 5 Isolat bakteri asal rumen kerbau potensial sebagai probiotik bagi pedet
yang efektif diberikan sejak periode prasapih
SARAN
1 Perlunya identifikasi dan karakterisasi lebih lanjut untuk optimalisasi produk CMCase dari isolat bakteri asal rumen kerbau.
2 Perlunya kajian efektifitas bakteri asal rumen kerbau pada jenis ternak yang berbeda
3 Perlunya evaluasi dan kajian yang lebih lanjut dari pedet yang diinokulasi sejak dini terhadap produktivitasnya setelah dewasa
4 Perlunya kajian inokulasi bakteri asal rumen kerbau pada ternak dewasa untuk mengetahui potensinya dalam mendominasi mikroflora rumen yang
telah berkembang sempurna.
7. DAFTAR PUSTAKA
Abdelrahman MM, Hunaiti DA. 2008. The effect of dietary yeast and protected methionine on performance and trace minerals status of
growing Awassi lambs. Livest Sci 115:235-241. Abe F, Ishibashi N, Shimamura S. 1995. Effect of administration of bifidobacteria
and lactic acid bacteria to newborn calves and piglets. J Dairy Sci 78:2838-2846.
Adams MC, Luo J, Rayward D, King S, Gibson R, Moghaddam GH. 2008. Selection of a novel direct-fed microbial to enhance weight gain in
intensively reared calves. Anim Feed Sci and Tech 145:41–52. Agustin F. 2010. Manfaat kromium organik dari fungi Ganoderma lucidum dalam
meningkatkan efisiensi metabolisme dan performa produksi ternak ruminansia [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian
Bogor. Ahrens KES, Peter A, Marten B, Weber P, Timm W, Acil Y, Gluer CC,
Schrezenmeir J. 2007. Prebiotics, probiotics, and synbiotics affect mineral absorption, bone mineral content, and bone structure. J Nutr 137: 838–846.
Akin DE, Benner R. 1988. Degradation of polysaccharides and lignin by ruminal bacteria and fungi. J Appl and Environ Microbiol 54 5: 1117–1125.
Akin DE. 1989 Histological and physical factors affecting digestibility of forages. J Agric 81: 17–25.
Amin M. 1997. Pengaruh penggunaan Saccharomyces cerevisiae dan Aspergillus oryzae dalam ransum pada populasi mikroba, aktivitas fermentasi rumen,
kecernaan dan pertumbuhan sapi perah dara [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Anandan S, Dey A, Deb SM, Kumar S, Harbola PC. 1999. Effect of curds as probiotic supplement on performance of Cheghu crossbred kids. Small Rum
Res 321 : 93-96. Anggorodi R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. Jakarta: PT. Gramedia.
[AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 1990. Methods of Analysisof the Association of Analytical Chemist. 16
th
Ed. Association of Official Analytical Chemist, Arlington, VA.
Aritonang. 1986. Perkebunan kelapa sawit, sumber pakan ternak di Indonesia. J Penelitian dan Pengembangan Pertanian 5 4: 93-95.
Arora DS, Sharma RK. 2011. Effect of different supplements on bioprocessing of wheat straw by Phlebia brevispora: Changes in its chemical composition, in
vitro digestibilityand nutritional properties. J Bioresource Tech 102 : 8085– 8091
Berman A. 2005. Estimates of heat stress relief needs for Holstein dairy cows. J Anim Sci 83: 1377-1384.
Bhattacharya NK, Mullick DN. 1965. Comparative study of mechanical factors in ruminants digestion: Part II. Pattern of rumen movements in ox and buffalo
under similar dietary conditions. Indian J of Exp Bio 21: 255-259. Carry EE, Allaway WH. 1971. Determination of chromium in plants and other
biological materials. J Agric Food Chem 19: 1159-1167.
Cheng KJ, Forsberg CW, Minato H, Costerton JW. 1989. Microbial Ecology and Physiology of Feed Degradation Within The Rumen. Proceedings of VII
International Symposium on Ruminant Physiology; Sendai, Japan: New York Academic Press. hlm 515–539.
Cruywagen CW, Jordan I, Venter L. 1996. Effect of Lactobacillus acidophilus supplementation of milk replacer on preweaning performance of dairy
calves. J Dairy Sci 79: 483-486. Dalgaard P, Ross T, Kamperman L, Neumeyer K, McMeekin TA. 1994.
Estimation of bacterial growth rates from turbidimetric and viable count data. J Food Microbiol 23 34: 391-404.
Darmono. 2007. Penyakit defisiensi mineral pada ternak ruminansia dan upaya pencegahannya. J Litbang Pertanian 26 3: 104-108
Davis CL, Drackley JK. 1998. The Development, Nutrition, And Management of The Young Calf. USA: Iowa State Press.
DeBruijn FJ, Rademaker J, Schneider M. 1996. Rep-PCR Genomic Fingerprinting of Plant Associated Bacteria And Computer Assisted
Phylogenetic Analyses. In: Proceedings of the 8
th
International Congress of Molecular Plant-Microbe Interactions. APS Press. hlm 497-502.
Deplano A, et al. 2000. Multicenter evaluation of epidemiological typing of methicillin-resistant Staphylococcus aureus strains by repetitive element
PCR analysis. J of Clin Microbiol 38: 3527-3533. Desnoyers M, Reverdin SG, Bertin G, Ponter CD, Sauvant D. 2009. Meta-
analysis of the influence of Saccharomyces cerevisiae supplementation on ruminal parameters and milk production of ruminants. J Dairy Sci 92:
1620-1632. Dezfouli MRM, Tajik P, Bolourchi M, Mahmoudzadeh H. 2007. Effects of
probiotics suplementation in daily milk intake of new born calves on body weight gain, body weight, diarrhea occurrence and health condition.
Pakistan J of Bio Sci 10 18: 3136-3140. Dutta TK, Kundu SS, Kumar M. 2009. Potential of direct fed microbials on
lactation performance in ruminants. A critical review. Livest Res Rural Dev 10: 219-227.
El-Serafy AM, El-Ashry MA. 1989. The Nutrition of Egyptian Water Buffaloes From Birth to Milk and Meat Production. Proceedings of the International
Symposium on the Constraints of Ruminant Production in the Dry Subtropics; Cairo, 5–7 Nov 1988. Egypt: EAAP Pub. 38: 230–243.
Erasmus LJ, Botha PM, Kistner A. 1992. Effect of yeast culture supplement on production, rumen fermentation and duodenal nitrogen flow in dairy
cows. J Dairy Sci 75: 3056-3065. [FAO] Food and Agriculture Organization. 1974. The Husbandry and Health of
The Domestic Buffalo; Food and Agriculture organization of the united nations, Rome.
Felix AP, Netto MVT, Murakami FY, Brito CBM, Oliveira SG, Maiorka A. 2010. Digestibility and fecal characteristics of dogs fed with Bacillus subtilis in
diet [Thesis]. Curitiba Brasil: Universidade Federal do Paraná. Frandson RD. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Fuller R. 1989. Probiotics in man and animals. A rewiew. J of App Bact 66: 365– 378
Ghose TK. 1987. Measurement of cellulase activities. J Pure and Appl Chem 592: 257-268.
Girindra A. 1988. Biokimia Patologi Hewan. Bogor: Pusat Antar Universitas. IPB.
Gylswyk V. 1970. The effect of supplementing a low protein hay on the cellulolytic bacteria in the rumen of sheep and on the digestibility of
cellulose and hemicellulose. J Agric Sci 74: 169-180. Haddad SG, Goussous SN. 2005. Effect of yeast culture supplementation on
nutrient intake, digestibility and growth performance of Awassi lambs. J Anim Feed Sci Tech 118: 343-348.
Hartley RD, Ford CW. 1989. Phenolic Constituents of Plant Cell Walls and Wall Biodegradability. USA: American Chemical Society.
Hoover WH, Miller TK. 1992. Rumen Digestive Physiology and Microbial Ecology. Agric Forestry Exp. Virginia: Station West Virginia University.
Howard RL, Abotsi E, Resburg ELJ, Howard S. 2003. Lignocellulose biotechnology: issues of bioconversion and enzym production. Afr J
Biotecnol 2: 602-619 Hungate ID. 1996. The Rumen And Its Microbes. London: Academic Press.
Ichhponani JS, Sidhu GS. 1966. Effect of urea on voluntary intake of wheat straw in zebu cattle and the buffalo. Indian J Vet 43: 880-886.
Jabbari S, Eslami M, Chaji M, Mohammadabadi T, Bojarpour M. 2010. The Comparison of In Vitro Digestibility of Wheat Straw By Rumen
Microorganism of Khuzestani Buffalo and Hostein Cow; International Conference on Biology, Environment and Chemistry PCBEE 1. Singapore:
IACSIT Press. Jang D, Oh Y, Piao HK, Choi LG, Yun HB, Kim JH, Yong Y. 2009.
Evaluation of Probiotics as an Alternative to Antibiotic on Growth Performance, Nutrient Digestibility, Occurrence of Diarrhea and
Immune Response in Weaning Pigs. J Anim Sci Tech 51: 751-759. Jatkauskas J, Vrotniakiene V. 2010. Efects of probiotic dietary supplementation
on diarrhoea patterns, faecal microbiota and performance of early weaned calves. Vet Med 55 10: 494–503.
Jin F, Toda K. 1988. Isolation of new anaerobic, thermophilic and cellulolytic bacteria JT strains and their cellulase production. J of Ferm Tech 66 4
389–395. Khalid MF, Shahzad MA, Sarwar M, Rehman AU, Sharif M, Mukhtar N. 2011.
Probiotics and lamb performance: A review. Afric J of Agric Research 6 23: 5198-5203.
Ki-Hong KS, Jung KH, Park H. 1991. Hyper CMCase producing mutants of Bacillus sp. 79-23 induced by gamma radiation. J of Micro and biotech 9:
518-521 Kresno SB. 1996. Imunologi : Diagnosis dan Prosedur Laboratorium. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Lee YJ, Kim BK, Lee BH, Jo KI, Lee NK, Chung CH, Lee YC, Lee JW. 2008.
Purification and characterization of cellulase produced by Bacillus amyoliquefaciens DL-3 utilizing rice hull. Bioresource Tech 99: 378–386.
Lubis DA. 1963. Ilmu Makanan Ternak. Ed. 2. Jakarta: PT. Pembangunan. Mariyono. 2003. Evaluasi kadar protein ransum pemula untuk pedet sapi perah
pada kondisi penyapihan dini [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Mattjik AH, Sumertajaya M. 2002. Rancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab. Bogor: Institut Pertanian Bogor Press.
McCowen KC, Bistrian BR. 2003. Immunonutrition : problematic or problem solving. Am J Clin Nutr 77: 764-770
McDowell LR. 1992. Minerals and Human Nutrition. London: Academic Press. Meryandini A. 2007. Characterization of Xylanase from Streptomyces spp. Strain
C1-3. J Hayati of Biosci 14 3 115-118 Minato H, Miyagawa E, Suto T. 1990. Techniques for analysis of rumen
microbial ecosystem. In : The Rumen Ecosystem, Eds : Hoshino S, Onodera R, Minato H, Itabashi H. Tokyo: Japan Science Press hlm 3-12.
Moniruzzaman M, Malek M. A, Choudhury NA. 1990. Growth and cellulolytic activity of five locally isolated aerobic bacteria. Bang J of Sci Research Vol.
8 1: 37-42 Morgavi DP, Beauchemin KA, Nereko VL, Rode LM, Iwaasa AD, Yang WZ,
McAllister T. A, Wang Y. 2000. Synergy between ruminal fibrolytic enzymes and enzymes from Trichoderma longibrachiatum. J Dairy Sci 83:
1310–1321. Musa HH, We SL, Zhu CH, Seri HI, Zhu GQ. 2009. The potential benefits of
probiotics in animal production and health. J Anim Vet Adv 8: 313-321. [NRC] National Research Council. 2001. Nutrient Requirements of Dairy Cattle.
7
th
Ed. Washington: National Academy Press, [NRC] National Research Council. 1981. The Water Buffalo : New Prospects for
An Under Utilized Animal. Washington: National Academi Press. Obrink KJ. 1954. A modified conway unit for microdiffusion analysis. Chem Rev
34: 367-369 Ogimoto K, Imai S. 1981. Atlas of Rumen Microbiology. Tokyo: Japan Science
Press Osborne JM, Dehority BA. 1989. Synergism in degradation and utilization of
intact forage cellulose, hemicellulose, and pectin by three pure cultures of ruminal bacteria. J Appl Environ Microbiol 55: 2247–2250.
Oyetayo VO, Oyetayo FL. 2005. Potential of probiotics as biotherapeutic agents targeting the innate immune system. Afr J Biotech 4: 123-127.
Pandya PR, Singh KM, Parnerkar S, Tripathi AK, Mehta HH, Rank DN, Kothari RK, Joshi CG. 2010. Bacterial diversity in the rumen of Indian Surti buffalo
Bubalusbubalis, assessed by 16S rDNA analysis. J Appl Gen 51 3: 395– 402
Pandya PR, Singh KM, Parnerkar S, Tripathi AK, Mehta HH, Rank DN, Kothari RK, Joshi CG. 2010. Bacterial diversity in the rumen of Indian Surti buffalo
Bubalus bubalis, assessed by 16S rDNA analysis. J Appl Genet 513: 395–402
Parakkasi A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Pradhan K. 1994. Rumen ecosystem in relation to cattle and buffalo nutrition. In: Wanapat, M. And K. Sommart Eds.. Proceding. Fist Asian Buffalo
Association Congress; Thailand: Khon Kaen Publ 17-21 221-42. Prihantoro I, Sari Y, Riyanti L, Sasmita TE, Evvyernie D, Suryani, Abdullah L,
Toharmat T. 2012. Nutritive value of forages using a mixed bacteria isolated from the rumen liquor of buffalo. Jakarta: Proceeding of the 2nd
International Seminar on Animal Industry. hlm 454-458 Prihantoro I, Toharmat T, Evvyernie D, Suryani, Abdullah L. 2012. Kemampuan
isolat bakteri pencerna serat asal rumen kerbau pada berbagai sumber hijauan pakan. JITV. 17 3 : 189-200
Prihantoro I. 2006. Dinamika Komunitas Bakteri Dalam Tanah Tercemar Minyak Bumi Yang Diremediasi. [Tesis]. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Quigley J. 1996. Influence of weaning method on growth, intake and selected blood metabolites in Jersey calves. J Dairy Sci 79:2255-2260
Quigley J. 2001. Predicting calf starter intake in holstein calves. Calf Note 55. Calf Notes.com. http:calfnotes.com
Reinoso E, Bettera S, Odierno L, Bogni C. 2007. Rep-PCR of Staphylococcus aureus strains isolated from bovine mastitis in Argentina. Braz J Vet Res
anim Sci 44: 115-121 Robinson PH. 2002. Yeast products for growing and lactating dairy cattle:
Impact on rumen fermentation and performance. Dairy Rev 9: 1-4. Rohlf FJ. 2000. NTSYSpc Numerical Taxonomy and Multivariate Analysis System
Version 2.1. User Guide. Department of Ecology and Evolution. State University of New York. New York: Stony Brook, NY 11794-5245
Schneegurt MA, Kulpa CF. 1998. Review: The application of molecular techniques in environmental biotechnology for monitoring microbial
systems. Biotech and App Biochemis 27: 73–79 Selly. 1994. Peningkatan kualitas pakan serta berkualitas rendah dengan amoniasi
dan inukolasi digesta rumen. Bogor: Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
Sinha RN, Rancanathan B. 1983. Cellulolytic bacteria in buffalo rumen. J of App Bact 54: 1-6.
Siregar SB. 1992. Sapi Perah: Jenis, Teknik Pemeliharaan dan Analisa Usaha. Jakarta: Penebar Swadaya.
Smith JB, Mangkoewidjojo. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta: UI Press.
Sofyan LA, Sriharini IS. 1986. Taraf pemberian onggok dan tepung daun ubi kayu untuk domba yang mendapat ransum basal jerami padi. Laporan Penelitian.
Fakultas Peternakan. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Sonjaya H. 1996. Respons profil makro mineral darah terhadap suplementasi
mineral pada sapi bali jantan muda yang berasal dari tiga daerah berbeda. Makasar: Bul Peternakan. Fakultas peternakan Universitas Hasanuddin.
Stangl GL, Schwarz FJ, Muller H, Kichgessner M. 2000. Evaluation of the cobalt requirement of beef cattle based on vitamin B
12
Folate, homocysteine and methylmalonic acid. J Nutr 84: 645-653
Steel RGD, Torrie JH. 2003. Principles and Procedures of Statistics. New York: McGraw-Hill Book Co.Inc.
Sugito MW, Astuti DA, Handharyani E, Cherul. 2007. Efek cekaman panas dan pemberian ekstrak heksan tanaman jaloh Salix tetrasperma Roxb terhadap
kadar kortisol, trioditironin dan profil hematologi ayam broiler. JITV 123 : 175-182
Suryahadi, Piliang WG, Djuwita L, Widiastuti Y. 1996. DNA recombinant technique for producing transgenic rumen microbes in order to improve
fiber utilization. Indo J Top Agric 7 1: 5-9 Sutardi T. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi. Bogor: Departemen Ilmu Makanan
Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Swinney-Floyd D, Gardner BA, Owens FN, Rehberger T, Parrot T. 1999.
Effect of inoculation with either Propionibacterium strain P-63 alone or combined with Lactobacillus acidophilus strain LA53545 on performance
of feedlot cattle. J Anim Sci 1: 77-87. Tajima K, Aminov RI, Nagamine T, Matsui H. 2001. Diet-dependent shifts in the
bacterial population of the rumen revealed with real-time PCR. Appl Environ Microbiol 67: 2766–2774.
Takumi S, Kobayashi Y. 2007. Localization of ruminal cellulolytic bacteria on plant fibrous materials as determined by fluorescence in situ hybridization
and real-time PCR. J Appl Environ Microbiol 735:1646-1652. Thalib A, Widiawati Y, Hamid H. Mulyani. 2000. Identifikasi morfologis dan uji
aktivitas mikroba rumen dari hewan-hewan ruminansia yang telah teradaptasi pada substrat selulosa dan hemiselulosa. Seminar Nasional
Peternakan dan Veteriner. hlm 341-348. Tilley JMA, Terry RA. 1963. A two stage technique for the in vitro digestion of
forage crops. J Br Grassl Soc 18: 104-111. Toharmat T, Evvyernie D, Suryani, Supriyati, Prihantoro I, Agustin F. 2009.
Upaya pencegahan kematian dini dan peningkatan utilisasi nutrien pada pedet melalui pengembangan probiotik asal rumen kerbau dengan
pendekatan sidik jari DNA menggunakan PCR-RISA. Laporan Penelitian. Bogor: LPPM IPB.
Toharmat T, Nursasih E, Nazilah R, Hotimah N, Noerzihad TQ, Sigit NA, Retnani Y. 2006. Sifat fisik pakan kaya serat dan pengaruhnya terhadap
konsumsi dan kecernaan nutrien ransum pada kambing. Med Pet 29: 146- 154
Underwood EJ, Suttle NF. 1999. The Mineral Nutrition of Livestock. 3
rd
Ed. UK USA: CABI Publising.
Wahyudi A, Hendraningsih L, Malik A. 2010. Potency of fibrolytic bacteria isolated from Indonesian sheep’s colon as inoculum for biogas and methane
production. Afric J of Biotech 9 20: 2994-2999. Wallace RJ, Newbold CJ. 1993. Rumen fermentation and its manipulation:
the development of yeast culture as feed additives. In: Biotechnology In The Feed Industry, Lyons, ed.. Kentucky: Alltech Technical
Publications hlm 173-192. Wanapat M, Ngarmsang A, Korkhuntot S, Nontaso N, Wachirapakorn C, Beakes
G, Rowlinson P. 2000. A comparative study on the rumen microbial population of cattle and swamp buffalo raised under traditional village
conditions in the northeast of Thailand. Asian-Aust J Anim Sci 13 7:478- 482.
Wanapat M, Rowlinson P. 2007. Nutrition and feeding of swamp buffalo: Feed resources and rumen approach. Presented at the VIII World Buffalo
Congress, Organized by The International Buffalo Federation; Caserta Italy, 19–22 October 2007
Wanapat M, Sommart K, Wachirapakorn C, Uriyapongson S, Wattanachant C. 1994. Recent Advance in Swamp Buffalo Nutrition and Feeding. Proc. The
1st Asian buffalo Association Congress; Khon Kaen University, Janury 17- 21.
Wanapat M. 1989. Comparative aspects of digestive physiology and nutrition in buffaloes and cattle. In proceeding of Ruminant Physiology and Nutrition in
Asia. Jap Soc Zootech Sci 27-43. Wanapat M. 2001. Swamp Buffalo Rumen Ecology and Its Manipulation, Paper
presented at National workshop on swamp buffalo development; Hanoi http:www.mekarn.org procbufwanapat.htm
Widada J, Nojiri H, Omori T. 2002. Recent development in molecular tecniques for identification and monitoring of xenobiotik-degrading bacteria and their
catabolic genes in bioremediation. J Appl Microbiol Biotech 60: 45-59. Wu S, Baldwin RL, Li W, Li C, Connor EE, Li RW. 2012. The bacterial
community composition of the bovine rumen detected using pyrosequencing of 16s rRNA genes. Metagenomics 1 : 1-11
Yang WZ, Beauchemin KA, Vedres DD. 2002. Effects of pH and fibrolytic enzymes on digestibility, bacterial protein synthesis, and fermentation in
continuous culture. Anim Feed Sci and Tech 102 : 137–150
RIWAYAT HIDUP
Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara yang dilahirkan di Sukoharjo, Jawa Tengah pada tanggal 07 Oktober 1980 dengan ayah Drs. H.
Mawardi dan Ibu Hj. Kusrini, S.Pd. Penulis menyelesaikan pendidikan sarjana di Jurusan Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Bogor pada tahun 2003. Program Magister ditempuh pada Jurusan Bioteknologi, Fakultas Antar Bidang, Universitas Gadjah Mada pada tahun 2007. Tahun 2008
penulis mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan Program Doktor pada Program Studi Ilmu Nutrisi dan Pakan, Fakultas Peternakan dengan Beasiswa
Program Pascasarjana BPPS dari Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional.
Penulis diangkat sebagai staf pengajar pada Bagian Ilmu dan Teknologi Tumbuhan Pakan dan Pastura, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan,
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2010. Penulis menikah dengan Erna Dwi Astuti, S.Pt dan telah dikaruniai satu orang putri yang bernama
Loveinna Amira Hayatunnajah yang lahir pada 04 Desember 2008.
RINGKASAN IWAN PRIHANTORO. Kemampuan Konsorsium Bakteri Asal Rumen Kerbau
Terhadap Hijauan Pakan dan Peranannya Sebagai Probiotik Bagi Pedet Frisian
Holstein. Dibimbing oleh TOTO TOHARMAT, DWIERRA EVVYERNIE, SURYANI dan LUKI ABDULLAH.
Bakteri rumen telah beradaptasi baik terhadap pakan hijauan dan sisa pertanian yang umumnya berkualitas rendah. Kemampuan kerbau dalam
mencerna serat kasar lebih efisien dibanding sapi akibat tingginya jumlah total bakteri dan persentase bakteri selulolitik di dalam rumen kerbau. Isolat bakteri
asal rumen kerbau lokal berpotensi sebagai sumber probiotik bagi pedet dalam mendukung perkembangan dan fermentabilitas rumen serta menekan diare yang
sering terja di peternakan bibit. Penelitian ini bertujuan untuk 1 Isolasi dan karakterisasi isolat bakteri
asal rumen kerbau, 2 Pengujian kualitas isolat bakteri asal rumen kerbau pada pedet Frisian Holstein. Tahapan penelitian yang saling terkait meliputi 1 Isolasi,
identifikasi, dan kekerabatan genetik, 2 Pengujian in vitro pada berbagai sumber hijauan dan konsentrat, 3 Pengujian in vivo pada pedet umur dua minggu
dengan waktu inokulasi berbeda. Penelitian tahap I untuk mendapatkan isolat bakteri asal rumen kerbau dan
karakteristiknya meliputi empat kegiatan. Kegiatan pertama adalah Preparasi cairan rumen kerbau menggunakan empat ekor kerbau, kegiatan kedua adalah
Isolasi bakteri cairan rumen kerbau terhadap berbagai hijauan pakan sumber serat, kegiatan ketiga meliputi penetapan aktivitas Carboxy Methyl Cellulose CMCase
dan kemampuannya tumbuh pada berbagai hijauan pakan dari isolat terpilih menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan dua faktor yaitu jenis
bakteri dan jenis hijaun pakan, kegiatan keempat adalah analisis kekerabatan isolat potensial menggunakan metode repPCR yang dianalisis menggunakan
program NTSys 2.10. Penelitian tahap II untuk mengevaluasi kemampuan fermentabilitas in
vitro dari konsorsium bakteri rumen kerbau terhadap berbagai hijauan pakan dan konsentrat. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
Faktorial dengan dua faktor yaitu sumber bakteri dan jenis pakan yang digunakan. Penelitian III untuk mengukur efektivitas dan potensi konsorsium bakteri
asal rumen kerbau pada pedet Frisian Holstein meliputi dua kegiatan. Kegiatan pertama adalah inokulasi konsorsium bakteri pada pedet Frisian Holstein yang
diberikan selama pemeliharaan dengan pennisetum purpureum sebagai sumber serat pakan. Kegiatan kedua adalah inokulasi konsorsium bakteri pada pedet
Frisian Holstein yang diberikan selama periode prasapih. Penelitian diawali dengan penyiapan starter inokulan konsorsium bakteri pada substrat susu,
pemeliharaan pedet umur dua minggu dan inokulasinya pada kelompok perlakuan, Peubah yang diukur meliputi konsumsi, kecernaan, serapan mineral, T-VFA, NH
3,
bobot badan, suhu rektal, laju respirasi, denyut jantung dan hematologi darah. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap.
Berdasarkan rangkaian penelitian dihasilkan beberapa kesimpulan, yaitu 1 isolat bakteri asal rumen kerbau tumbuh baik pada substrat hijauan pakan dan
14 isolat memiliki kemampuan CMCase tinggi yang terkelompok dalam enam
jenis isolat dengan tingkat similaritas ≥51, 2 koefisien cerna bahan kering KCBK dari konsorsium bakteri terhadap pakan konsentrat identik dengan
kemampuan cairan rumen kerbau, 3 Isolat bakteri asal rumen kerbau potensial sebagai probiotik bagi pedet yang efektif diberikan sejak periode prasapih, 4
Inokulasi konsorsium bakteri meningkatkan konsumsi ransum dan serapan kobalt pada periode pasca sapih, dan 5 inokulasi bakteri tidak berpengaruh negatif
terhadap PBBH, status fisiologi dan fermentabilitas rumen pedet.
Kata kunci : cairan rumen kerbau, pedet, kecernaan
SUMMARY IWAN PRIHANTORO. Potency of bacteria isolates from rumen buffaloes for
enhancing forage digestion and performance of Frisian Holstein calves.
Supervised by TOTO TOHARMAT, DWIERRA EVVYERNIE, SURYANI and LUKI ABDULLAH.
Rumen bacteria plays an important role in digesting feed. The respective bacteria are adapted to low quality forage from agricultural by-product, especially
those originated from rumen fluid of buffaloes. Study of innoculating buffalo rumen bacteria as probiotic into the rumen of Holstein Frisian calves have not
been investigated so far. The aims of the present study were: 1 to isolate and characterize bacteria from buffalo, and 2 to evaluate the quality of isolates for
enhancing forage digestion in Frisian Holstein calves. The study consisted of three studies: 1 Isolation, characterization, and genetic identification of buffalo rumen
bacteria, 2 in vitro evaluation on various sources of forage and concentrates, and 3 in vivo evaluation into calves with different inoculation period.
Design of the first study was based on a completely randomized factorial design with two factors: the type of bacteria and types of forage source, in which
the diversity of bacteria were analyzed using NTSys 2.10 program. The second study was also based on a completely randomized factorial design, where the
factors were various bacterial sources and feed types. The third study was consisted of two experiments, both were using completely randomized designs.
The first experiment was to determine the effectiveness of bacteria consortium innoculation into Frisian Holstein calves with three calves received the respective
inoculation treatment group and four calves without any inoculation control group. The second experiment was todetermine the potency of bacteria
consortium innoculation into Frisian Holstein calves during preweaning with three calves as treatment group and three calves as control.
The results showed that: 1 buffalo rumen bacteria can grow well on forage substrates in which 14 isolates of bacteria possessed a high adaptability to
fiber high CMCase activity; these isolates could be clustered into six types which have similarity ≥ 51. 2 Dry matter digestibility of concentrate were
almost the same between the consortium of bacteria and buffalo rumen fluid. 3 buffalo rumen bacteria is a potential probiotic and could effectively be
innoculated since preweaning period. 4 Inoculation of bacteria consortium increased feed intake and cobalt uptake on weaning period. 5 Inoculation of
bacteria consortium did not cause any negative effects on ADG, physiological status and rumen fermentability.
Keywords: buffalo rumen fluid, calves, nutrient digestibility
1. PENDAHULUAN
Permasalahan yang sering dihadapi pada program pembesaran pedet adalah lambatnya adaptasi pedet terhadap pakan selain susu yang bertekstur keras
dan berserat sehingga menyebabkan lambatnya proses penyapihan. Hal tersebut berkaitan langsung dengan belum berkembangnya sistem rumen dan komunitas
mikroorganisme rumen yang memiliki peranan utama pada proses degradasi pakan bertekstur keras dan berserat tinggi.
Lambatnya perkembangan komunitas mikroorganisme rumen berakibat secara langsung pada rendahnya fermentabilitas dan utilisasi nutrien di dalam
rumen. Kelambatan perkembangan komunitas mikroorganisme rumem menyebabkan pedet sangat tergantung pada susu pada jangka waktu yang relatif
lama. Pembatasan pemberian susu dan penyapihan menyebabkan pedet rentan terhadap diare dan kematian akibat kesalahan manajemen pakan.
Di Indonesia, khususnya pedet sapi perah disapih setelah berumur tiga bulan. Penyapihan dini pada umur satu bulan telah disarankan namun resiko
kematian pedet tinggi akibat belum berkembangnya sistem rumen. Program penyapihan dini secara ekonomi akan menekan penggunaan susu dan biaya pakan
selama pembesaran bibit. Mengingat hal tersebut penyapihan dini masih beresiko menyebabkan tingginya tingkat kematian pedet.
Hingga saat ini, tingkat mortalitas pedet di Indonesia masih tinggi, yaitu diatas 5 kelahiran hidup. Periode yang sangat peka terhadap berbagai faktor
yang dapat menimbulkan kematian adalah masa pasca kolostrum diawal menyusu yaitu ketika pedet berumur satu bulan. Penyebab utama kematian pada periode
tersebut adalah menurunnya sistem imunitas pedet pasca kolostrum dan ketidaksiapan rumen pedet terhadap pakan yang diberikan. Permasalahan lain
yang dihadapi dalam pembesaran pedet adalah rendahnya kualitas pakan di daerah tropis. Hal ini menjadikan perkembangan pedet tidak optimal dan akan berakibat
pada menurunnya potensi genetik dari ternak tersebut. Komponen serat asal hijauan pakan sangat bermanfaat bagi ternak
ruminansia. Hal ini terkait kemampuan ternak dalam mencerna komponen serat asal hijauan pakan sebagai sumber energi utamanya. Permasalahan yang timbul
adalah komponen serat sangat komplek dengan ikatan yang kuat dan sulit dicerna sehingga pencernaan komponen serat pakan lambat dan tidak sempurna Yang et
al. 2002. Pada sistem rumen, bakteri memiliki peranan penting dalam mencerna pakan serat melalui peningkatan kelarutan kristal selulosa Takumi dan
Kobayashi 2007. Bakteri rumen cenderung berinteraksi secara sinergis di rumen Morgavi et al. 2000, termasuk bakteri selulolitik dan non selulolitik Osborne
dan Dehority 1989, khususnya dalam kondisi anaerob Akin dan Benner 1988. Beberapa jenis bakteri, seperti Fibrobacter succinogenes, Ruminococcus
flavefaciens dan Ruminococcus albus efektif dalam mencerna pakan serat Gabriella et al. 1997 dan Cheng et al. 1991. Butyrivibrio fibrisolvens juga
menghasilkan enzim selulase, tetapi perannya lebih dominan dalam proses degradasi hemiselulosa Akin 1989.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan dalam pembesaran pedet tersebut diantaranya adalah dengan inokulasi bakteri
sebagai probiotik ke dalam rumen pedet sejak dini. Inokulasi bakteri memungkinkan rumen berkembang lebih awal dan fermentasi rumen lebih
optimal. Musa et al. 2009 menyatakan bahwa inokulasi bakteri ke dalam rumen pedet mampu meningkatkan populasi mikroba rumen sehingga mencapai ekologi
rumen yang lebih ideal. Bakteri asal rumen kerbau potensial sebagai sumber probiotik bagi pedet.
Inokulasi probiotik asal rumen kerbau ke dalam rumen pedet diharapkan mampu memperbaiki produktivitas dan fermentabilitas di dalam rumen pedet. Kerbau
umumnya cukup dipelihara dengan pakan berkualitas rendah karena bakteri rumen kerbau telah beradaptasi dengan baik terhadap pakan hijuan dan sisa pertanian
yang umumnya berkualitas rendah dengan kandungan lignoselulosa tinggi Pandya et al. 2010; NRC 1981. Isolat bakteri asal rumen kerbau telah teradaptasi
dengan baik terhadap pakan yang mengandung lignoselulosa tinggi El-Serafy dan El-Ashry 1989 dan jumlah bakteri selulolitik dari rumen kerbau tiga kali lebih
tinggi dibanding sapi Wanapat et al. 1994. Pada kondisi yang sama, kerbau mampu mencerna jerami lebih baik
dibanding sapi FAO 1974 dengan nilai kecernaan 2-3 lebih tinggi dibanding pada sapi Wanapat 1989. Hal tersebut terkait dengan tingginya jumlah total
bakteri dan persentase bakteri selulolitik dari rumen kerbau dibanding sapi Pradhan 1994 dan tingginya aktivitas bakteri di dalam rumen kerbau yang
ditunjukkan dengan laju produksi volatile fatty acids VFA yang lebih cepat dan lebih tinggi dibandingkan sapi NRC 1981. Bakteri rumen kerbau meliputi
Succiniclasticum ruminis, Acetovibrio cellulolyticus, Streptococcus sp., Ruminococcus callidus, Prevotella ruminicola, Bacteroides fragilis, Treponema
sp. Pandya et al. 2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa inokulasi bakteri kepada pedet dapat
meningkatkan konsumsi dan konversi pakan Abe et al. 1995; Cruywagen et al. 1996; Anandan et al. 1999 dan meningkatkan serapan mineral melalui
penguraian asam fitat Ahrens et al. 2007, sehingga dapat meningkatkan bobot badan pedet berumur 1-2 minggu Abe et al. 1995 dan Cruywagen et al. 1996
dan bobot badan akhir pedet pada umur 3 bulan Dezfouli et al. 2007. Inokulasi Enterococcus faecium M74 efektif dalam meningkatkan bobot badan pedet hingga
9,4, meningkatkan pertambahan bobot badan pedet hingga 16,2 selama delapan minggu pemeliharaan, meningkatkan konversi pakan hingga 12.9,
meningkatkan konsumsi hijauan, konsumsi bahan kering pakan dan menekan kejadian diare Jatkauskas dan Vrotniakiene 2010. Hasil serupa dilaporkan
Adams et al. 2008 bahwa probiotik signifikan meningkatkan konsumsi pakan, tingkat konversi pakan, bobot badan dan pertambahan berat badan harian pedet.
Beberapa manfaat dari probiotik terhadap inang adalah perbaikan keseimbangan mikriorganisme di saluran usus, meningkatkan status kesehatan ternak, dan
menekan infeksi bakteri patogen Fuller 1989. Kemajuan biologi molekuler telah menghasilkan metode-metode yang
lebih akurat dalam mempelajari keragaman spesies bakteri melalui pendekatan genetik. Pendekatan metode Repetitive genomic sequences repPCR dalam
menganalisa kekerabatan genetik isolat bakteri rumen adalah yang pertama kali. RepPCR merupakan metode amplifikasi dengan menggunakan primer tunggal
yang mengandalkan urutan nukleotida berulang pada genom bakteri Schneegurt dan Kulpa 1998. Setiap mikroorganisme memiliki sekuen yang berulang
repetitive sequence dengan jumlah dan jarak yang bervariasi DeBruijn et al. 1996 dan teknik biologi molekuler dapat memonitor, menemukan dan
mengidentifikasi bakteri dengan cepat dan akurat Widada et al. 2002. Informasi inokulasi bakteri asal rumen kerbau pada pedet Frisian Holstein
yang diberikan selama pemeliharaan dan pembatasan selama periode menyusu belum tersedia. Kemampuan bakteri asal rumen kerbau dalam memperbaiki
status nutrisi, fisiologis dan serapan mineral bagi pedet perlu kajian lebih mendalam. Dalam penelitian ini dilakukan beberapa tahapan yang saling terkait
yang meliputi isolasi, seleksi, karakterisasi, dan identifikasi kekerabatan genetik dari isolat-isolat potensial sebagai kandidat probiotik. Hasil isolat potensial
probiotik selanjutnya diuji kemampuannya secara in vitro pada berbagai sumber hijauan dan konsentrat, serta pengujian in vivo pada pedet umur dua minggu
dengan waktu inokulasi berbeda.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk 1 Identifikasi dan karakterisasi isolat BPS asal rumen kerbau, dan 2 Pengujian kualitas isolat BPS asal rumen
kerbau untuk probiotik pada pedet Frisian Holstein.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk 1 memberikan informasi tentang potensi isolat bakteri asal rumen kerbau dalam memanfatkan pakan sumber serat,
2 memberikan informasi tentang karakteristik isolat bakteri asal rumen dalam kecernaan in vitro, dan 3 efektivitasnya dalam memperbaiki performa pada
pedet yang diberikan sejak dini.
2. KEMAMPUAN ISOLAT BAKTERI ASAL RUMEN KERBAU PADA BERBAGAI SUMBER HIJAUAN PAKAN