sistem  imun  terpapar  zat  asing,  sel  neutrofil,  eosinofil  dan  manosit  akan menghancurkannya secara fagositosis.
Inokulasi  konsorsium  bakteri  rumen  kerbau  dapat  meningkatkan  jumlah serapan kobalt dari pakan yang diberikan utamanya pada pada periode sapih. Ini
menunjukkan bahwa isolat bakteri yang diinokulasikan memiliki peranan penting dalam  pemanfaatan  kobalt,  utamanya  dalam  sintesis  cyanocobalamin  vitamin
B12 yang berperan dalam regulasi glukosa. V
itamin B
12
dalam bentuk koenzim berperan  penting  dalam  mengkonversi  propionat  menjadi  metal  malonil  Co-A
sebagai  prekursor  utama  glukosa  bagi  ruminansia  Parakkasi  1999  dan  sintesis sel  darah  merah  Stangl  et  al.  2000.  Inokulasi  dapat  meningkatkan  jumlah
serapan  Mg  pakan  pada  pedet  umur  14  minggu.  Tingginya  serapan  Mg menggambarkan  perbaikan  perkembangan  saluran  pencernaan  pedet  perlakuan.
Underwood    Suttle  1999  menyatakan  bahwa  permasalah  ketersediaan  Mg umumnya  berhubungan  dengan  perkembangan  fungsi  rumen  dan  Mg  penting
dalam  oksidasi  pyruvate,  tranfer  phosphate  serta  membantu  aktivasi  enzim. Beberapa  mekanisme  probiotik  dalam  meningkatkan  absorbsi  mineral  melalui
penguraian  asam  fitat  Ahrens  et  al.  2007.  Berdasarkan  hasil  kajian  tersebut, isolat bakteri asal rumen kerbau yang diperoleh potensial sebagai probiotik bagi
pedet  dalam  menghadapi  proses  penyapihan  dan  efektif  diberikan  sejak periode prasapih
Korelasi antara konsumsi ransum terhadap lingkar perut dan bobot badan pada pedet yang dipelihara menunjukkan pola hubungan yang positif. Peningkatan
konsumsi nyata meningkatkan ukuran lingkar perut dan bobot badan pedet selama penelitian.  Hasil  ini  wajar,  kerena  pedet  berada  difase  pertumbuhan.    Davis
Drackley  1998  menyatakan  bahwa  konsumsi  bahan  kering  ransum  akan meningkat  seiring  bertambahnya  umur  pedet.  Hasil  ini  menunjukkan  bahwa
peningkatan bobot badan pedet dapat dipacu melalui peningkatan konsumsi pakan karena konsumsi optimum pedet belum tercapai.
6. SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN
1  Isolat bakteri asal rumen kerbau tumbuh baik pada substrat hijauan pakan dan  14  isolat  memiliki  kemampuan  CMCase  tinggi  yang  terkelompok
dalam enam jenis isolat dengan tingkat similaritas ≥51 2  Koefisien  cerna  bahan  kering  KCBK  dari  konsorsium  bakteri  terhadap
pakan konsentrat identik dengan kemampuan cairan rumen kerbau 3  Inokulasi konsorsium bakteri meningkatkan konsumsi ransum dan serapan
kobalt pada periode pasca sapih 4  Inokulasi  konsorsium  bakteri  tidak  berpengaruh  negatif  terhadap  PBBH,
status fisiologi dan fermentabilitas rumen pedet. 5  Isolat  bakteri  asal  rumen  kerbau  potensial  sebagai  probiotik  bagi  pedet
yang efektif diberikan sejak periode prasapih
SARAN
1  Perlunya  identifikasi  dan  karakterisasi  lebih  lanjut  untuk  optimalisasi produk CMCase dari isolat bakteri asal rumen kerbau.
2  Perlunya  kajian  efektifitas  bakteri  asal  rumen  kerbau  pada  jenis  ternak yang berbeda
3  Perlunya evaluasi dan kajian yang lebih lanjut dari pedet yang diinokulasi sejak dini terhadap produktivitasnya setelah dewasa
4  Perlunya  kajian  inokulasi  bakteri asal  rumen  kerbau pada  ternak  dewasa untuk mengetahui potensinya dalam mendominasi mikroflora rumen yang
telah berkembang sempurna.
7. DAFTAR PUSTAKA
Abdelrahman  MM,  Hunaiti  DA.  2008.    The    effect    of    dietary    yeast    and protected  methionine    on    performance    and    trace  minerals    status    of
growing Awassi lambs. Livest Sci 115:235-241. Abe F, Ishibashi N, Shimamura S. 1995. Effect of administration of bifidobacteria
and    lactic  acid    bacteria    to    newborn  calves    and    piglets.  J  Dairy  Sci 78:2838-2846.
Adams  MC,  Luo  J,  Rayward  D,  King  S,  Gibson  R,  Moghaddam  GH.  2008. Selection  of  a  novel  direct-fed  microbial  to  enhance  weight  gain  in
intensively reared calves. Anim Feed Sci and Tech 145:41–52. Agustin F. 2010. Manfaat kromium organik dari fungi Ganoderma lucidum dalam
meningkatkan  efisiensi  metabolisme  dan  performa  produksi  ternak ruminansia  [disertasi].  Bogor:  Program  Pascasarjana,  Institut  Pertanian
Bogor. Ahrens  KES,  Peter  A,  Marten  B,  Weber  P,  Timm  W,  Acil  Y,  Gluer  CC,
Schrezenmeir J. 2007. Prebiotics, probiotics, and synbiotics affect mineral absorption, bone mineral content, and bone structure. J Nutr 137: 838–846.
Akin DE, Benner R. 1988. Degradation of polysaccharides and lignin by ruminal bacteria and fungi. J Appl and Environ Microbiol 54 5: 1117–1125.
Akin DE. 1989 Histological and physical factors affecting digestibility of forages. J Agric 81: 17–25.
Amin M. 1997. Pengaruh penggunaan Saccharomyces cerevisiae dan Aspergillus oryzae  dalam  ransum  pada  populasi  mikroba,  aktivitas  fermentasi  rumen,
kecernaan  dan  pertumbuhan  sapi  perah  dara  [Tesis].  Bogor:  Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Anandan  S, Dey  A, Deb  SM, Kumar  S, Harbola  PC.  1999.  Effect  of  curds  as probiotic supplement on performance of Cheghu crossbred kids. Small Rum
Res 321 : 93-96. Anggorodi R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. Jakarta: PT. Gramedia.
[AOAC]  Association  of  Official    Analytical    Chemist.  1990.  Methods  of Analysisof  the Association of  Analytical Chemist. 16
th
Ed. Association of Official  Analytical Chemist, Arlington, VA.
Aritonang. 1986. Perkebunan kelapa sawit, sumber pakan ternak di Indonesia. J Penelitian dan Pengembangan Pertanian 5 4: 93-95.
Arora DS, Sharma RK. 2011. Effect of different supplements on bioprocessing of wheat straw by Phlebia brevispora: Changes in its chemical composition, in
vitro digestibilityand nutritional properties. J Bioresource Tech 102 : 8085– 8091
Berman A. 2005. Estimates of heat stress relief needs for Holstein dairy cows. J Anim Sci 83: 1377-1384.
Bhattacharya NK, Mullick DN. 1965. Comparative study of mechanical factors in ruminants digestion: Part II. Pattern of rumen movements in ox and buffalo
under similar dietary conditions. Indian J of Exp Bio 21: 255-259. Carry  EE,  Allaway  WH.  1971.  Determination  of  chromium  in  plants  and other
biological materials. J Agric Food Chem 19: 1159-1167.
Cheng KJ, Forsberg CW, Minato H, Costerton JW. 1989. Microbial Ecology and Physiology  of  Feed  Degradation  Within  The  Rumen.  Proceedings  of  VII
International  Symposium  on  Ruminant  Physiology;  Sendai,  Japan:  New York Academic Press. hlm 515–539.
Cruywagen  CW,  Jordan  I,  Venter  L.  1996.  Effect  of  Lactobacillus  acidophilus supplementation  of  milk  replacer  on  preweaning  performance  of  dairy
calves. J Dairy Sci 79: 483-486. Dalgaard  P,  Ross  T,  Kamperman  L,  Neumeyer  K,  McMeekin  TA.  1994.
Estimation  of  bacterial  growth  rates  from  turbidimetric  and  viable  count data. J Food Microbiol 23 34: 391-404.
Darmono.  2007.  Penyakit  defisiensi  mineral  pada  ternak  ruminansia  dan  upaya pencegahannya. J Litbang Pertanian 26 3: 104-108
Davis CL, Drackley JK. 1998. The Development, Nutrition, And Management of The Young Calf. USA: Iowa State Press.
DeBruijn  FJ,  Rademaker  J,  Schneider  M.  1996.  Rep-PCR  Genomic Fingerprinting  of  Plant  Associated  Bacteria  And  Computer  Assisted
Phylogenetic Analyses. In: Proceedings of the 8
th
International Congress of Molecular Plant-Microbe Interactions. APS Press. hlm 497-502.
Deplano  A,  et  al.  2000.  Multicenter  evaluation  of  epidemiological  typing  of methicillin-resistant  Staphylococcus  aureus    strains  by  repetitive  element
PCR analysis. J of Clin Microbiol 38: 3527-3533. Desnoyers  M,  Reverdin  SG,  Bertin  G,  Ponter  CD,  Sauvant  D.  2009.  Meta-
analysis of  the  influence of Saccharomyces cerevisiae supplementation  on ruminal  parameters  and  milk  production  of ruminants. J Dairy Sci 92:
1620-1632. Dezfouli  MRM,  Tajik  P,  Bolourchi  M,  Mahmoudzadeh  H.  2007.  Effects  of
probiotics suplementation in daily milk intake of new born calves on body weight  gain,  body  weight,  diarrhea  occurrence  and  health  condition.
Pakistan J of Bio Sci 10 18: 3136-3140. Dutta  TK,  Kundu  SS,  Kumar  M.  2009.  Potential  of  direct  fed  microbials  on
lactation performance in ruminants. A critical review. Livest Res Rural Dev 10: 219-227.
El-Serafy AM, El-Ashry MA. 1989.  The Nutrition of Egyptian Water Buffaloes From Birth to Milk and Meat Production. Proceedings of the International
Symposium  on  the  Constraints  of  Ruminant  Production  in  the  Dry Subtropics; Cairo, 5–7 Nov 1988. Egypt: EAAP Pub. 38: 230–243.
Erasmus  LJ,  Botha  PM,  Kistner  A. 1992.  Effect  of  yeast  culture supplement on  production,  rumen  fermentation  and  duodenal nitrogen flow in dairy
cows. J Dairy Sci 75: 3056-3065. [FAO] Food and Agriculture Organization. 1974. The Husbandry and Health of
The  Domestic  Buffalo;  Food  and  Agriculture  organization  of  the  united nations, Rome.
Felix AP, Netto MVT, Murakami FY, Brito CBM, Oliveira SG, Maiorka A. 2010. Digestibility  and  fecal  characteristics  of  dogs fed  with  Bacillus  subtilis in
diet [Thesis]. Curitiba Brasil: Universidade Federal do Paraná. Frandson  RD.  1992.  Anatomi  dan  Fisiologi  Ternak.  Yogyakarta:  Gadjah  Mada
University Press.
Fuller R. 1989. Probiotics in man and animals. A rewiew. J of App Bact 66: 365– 378
Ghose  TK.  1987.  Measurement  of  cellulase  activities.  J  Pure  and  Appl  Chem 592: 257-268.
Girindra  A.  1988.  Biokimia  Patologi  Hewan.  Bogor:  Pusat  Antar  Universitas. IPB.
Gylswyk  V.  1970.  The  effect  of  supplementing  a  low  protein  hay  on  the cellulolytic  bacteria  in  the  rumen  of  sheep  and  on  the  digestibility  of
cellulose and hemicellulose. J Agric Sci 74: 169-180. Haddad SG, Goussous SN. 2005.  Effect  of  yeast  culture supplementation  on
nutrient  intake,  digestibility  and  growth performance  of Awassi  lambs. J Anim Feed Sci Tech  118:  343-348.
Hartley RD, Ford CW. 1989. Phenolic Constituents of Plant Cell Walls and Wall Biodegradability. USA: American Chemical Society.
Hoover  WH,  Miller  TK.  1992.  Rumen  Digestive  Physiology  and  Microbial Ecology. Agric Forestry Exp. Virginia: Station West Virginia University.
Howard  RL,  Abotsi  E,  Resburg  ELJ,  Howard  S.  2003.  Lignocellulose biotechnology:  issues  of  bioconversion  and  enzym  production.  Afr  J
Biotecnol 2: 602-619 Hungate ID. 1996. The Rumen And Its Microbes. London: Academic Press.
Ichhponani JS, Sidhu GS. 1966. Effect of urea on voluntary intake of wheat straw in zebu cattle and the buffalo. Indian J Vet 43: 880-886.
Jabbari  S, Eslami M, Chaji  M, Mohammadabadi  T, Bojarpour M.  2010.   The Comparison  of  In  Vitro  Digestibility  of  Wheat  Straw  By  Rumen
Microorganism  of  Khuzestani  Buffalo  and  Hostein  Cow;  International Conference on Biology, Environment and Chemistry PCBEE  1. Singapore:
IACSIT Press. Jang  D,   Oh  Y,  Piao  HK,  Choi  LG, Yun  HB,   Kim  JH, Yong Y. 2009.
Evaluation  of  Probiotics  as  an  Alternative  to  Antibiotic  on    Growth Performance,    Nutrient    Digestibility,    Occurrence    of  Diarrhea    and
Immune  Response  in  Weaning  Pigs.  J  Anim  Sci Tech 51: 751-759. Jatkauskas J, Vrotniakiene  V. 2010. Efects of probiotic dietary supplementation
on diarrhoea patterns, faecal  microbiota and performance of early weaned calves. Vet Med 55 10: 494–503.
Jin  F,  Toda  K.  1988.  Isolation  of  new  anaerobic,  thermophilic  and  cellulolytic bacteria  JT  strains  and  their cellulase  production.  J  of  Ferm  Tech   66  4
389–395. Khalid MF, Shahzad MA, Sarwar M, Rehman AU,  Sharif M, Mukhtar N. 2011.
Probiotics  and  lamb  performance:  A  review.  Afric  J  of  Agric  Research  6 23: 5198-5203.
Ki-Hong  KS,  Jung  KH,  Park  H.  1991.  Hyper  CMCase  producing  mutants  of Bacillus sp. 79-23 induced by gamma radiation. J of Micro and biotech 9:
518-521 Kresno  SB.  1996.  Imunologi  :  Diagnosis  dan  Prosedur  Laboratorium.  Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Lee YJ, Kim BK, Lee BH, Jo KI, Lee NK, Chung CH, Lee YC, Lee JW. 2008.
Purification  and  characterization  of  cellulase  produced  by  Bacillus amyoliquefaciens DL-3 utilizing rice hull. Bioresource Tech 99: 378–386.
Lubis DA. 1963. Ilmu Makanan Ternak. Ed. 2. Jakarta: PT. Pembangunan. Mariyono.  2003.  Evaluasi  kadar  protein  ransum  pemula  untuk  pedet  sapi  perah
pada kondisi penyapihan dini [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Mattjik AH, Sumertajaya M.  2002.  Rancangan  Percobaan  dengan Aplikasi SAS dan Minitab. Bogor: Institut Pertanian Bogor Press.
McCowen  KC,  Bistrian  BR.  2003.  Immunonutrition  :  problematic  or  problem solving. Am J Clin Nutr 77: 764-770
McDowell LR. 1992. Minerals and Human Nutrition. London: Academic Press. Meryandini A. 2007. Characterization of Xylanase from Streptomyces spp. Strain
C1-3. J Hayati of Biosci 14 3 115-118 Minato  H,  Miyagawa  E,  Suto  T.  1990.  Techniques  for  analysis  of  rumen
microbial  ecosystem.  In  :  The  Rumen  Ecosystem,    Eds  :  Hoshino  S, Onodera R, Minato H, Itabashi H. Tokyo: Japan Science Press hlm 3-12.
Moniruzzaman M, Malek M. A, Choudhury NA. 1990.  Growth and cellulolytic activity of five locally isolated aerobic bacteria. Bang J of Sci Research Vol.
8 1: 37-42 Morgavi  DP,  Beauchemin  KA,  Nereko  VL,  Rode  LM,  Iwaasa  AD,  Yang  WZ,
McAllister  T.  A,  Wang  Y.  2000.  Synergy  between  ruminal  fibrolytic enzymes and enzymes from Trichoderma longibrachiatum. J Dairy Sci 83:
1310–1321. Musa HH, We SL, Zhu CH, Seri HI, Zhu GQ. 2009.  The  potential benefits of
probiotics  in animal production and health. J Anim Vet Adv 8: 313-321. [NRC] National Research Council. 2001. Nutrient Requirements of Dairy Cattle.
7
th
Ed. Washington: National Academy Press, [NRC] National Research Council. 1981. The Water Buffalo : New Prospects for
An Under Utilized Animal. Washington: National Academi Press. Obrink KJ. 1954. A modified conway unit for microdiffusion analysis. Chem Rev
34: 367-369 Ogimoto K, Imai S. 1981. Atlas of Rumen Microbiology. Tokyo: Japan Science
Press Osborne  JM,  Dehority  BA.  1989.  Synergism  in  degradation  and  utilization  of
intact forage cellulose, hemicellulose, and pectin by three pure cultures of ruminal bacteria. J Appl Environ Microbiol 55: 2247–2250.
Oyetayo VO, Oyetayo FL.  2005.  Potential  of  probiotics  as biotherapeutic agents  targeting  the  innate  immune  system.  Afr  J Biotech 4: 123-127.
Pandya PR,  Singh KM, Parnerkar S, Tripathi AK, Mehta HH, Rank DN, Kothari RK, Joshi CG. 2010. Bacterial diversity in the rumen of Indian Surti buffalo
Bubalusbubalis, assessed by 16S rDNA analysis. J Appl Gen 51 3: 395– 402
Pandya PR, Singh KM, Parnerkar S, Tripathi AK, Mehta HH, Rank DN, Kothari RK, Joshi CG. 2010. Bacterial diversity in the rumen of Indian Surti buffalo
Bubalus  bubalis,  assessed  by  16S  rDNA  analysis.  J  Appl  Genet  513: 395–402
Parakkasi  A.  1999.  Ilmu  Nutrisi  dan  Makanan  Ternak  Ruminansia.  Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Pradhan K. 1994. Rumen ecosystem in relation to cattle and buffalo nutrition. In: Wanapat,  M.  And  K.  Sommart  Eds..  Proceding.  Fist  Asian  Buffalo
Association Congress; Thailand: Khon Kaen Publ  17-21 221-42. Prihantoro I, Sari Y, Riyanti L, Sasmita TE, Evvyernie D, Suryani, Abdullah L,
Toharmat T. 2012. Nutritive value of forages using a mixed bacteria isolated from  the  rumen  liquor  of  buffalo.  Jakarta:  Proceeding  of  the  2nd
International Seminar on Animal Industry. hlm 454-458 Prihantoro I, Toharmat T, Evvyernie D, Suryani, Abdullah L. 2012. Kemampuan
isolat  bakteri  pencerna  serat  asal  rumen  kerbau  pada  berbagai  sumber hijauan pakan. JITV. 17 3 : 189-200
Prihantoro I. 2006. Dinamika Komunitas Bakteri Dalam Tanah Tercemar Minyak Bumi Yang Diremediasi. [Tesis]. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Quigley  J.  1996.  Influence  of  weaning  method  on  growth,  intake  and  selected blood metabolites in Jersey calves. J Dairy Sci 79:2255-2260
Quigley  J.  2001.  Predicting  calf  starter  intake  in  holstein calves. Calf  Note  55. Calf Notes.com. http:calfnotes.com
Reinoso  E,  Bettera  S,  Odierno  L,  Bogni  C.  2007.  Rep-PCR  of  Staphylococcus aureus  strains  isolated  from  bovine  mastitis  in  Argentina.  Braz  J  Vet  Res
anim Sci 44: 115-121 Robinson PH. 2002.  Yeast  products  for  growing  and  lactating  dairy cattle:
Impact on rumen fermentation and performance. Dairy Rev 9: 1-4. Rohlf FJ. 2000. NTSYSpc Numerical Taxonomy and Multivariate Analysis System
Version  2.1.  User  Guide.  Department  of  Ecology  and  Evolution.  State University of New York. New York: Stony Brook, NY 11794-5245
Schneegurt  MA,  Kulpa  CF.  1998.  Review:  The  application  of  molecular techniques  in  environmental  biotechnology  for  monitoring  microbial
systems. Biotech and App Biochemis 27: 73–79 Selly. 1994. Peningkatan kualitas pakan serta berkualitas rendah dengan amoniasi
dan inukolasi digesta rumen. Bogor: Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
Sinha RN, Rancanathan B.  1983.  Cellulolytic  bacteria  in  buffalo rumen. J of App Bact 54: 1-6.
Siregar  SB.  1992.  Sapi Perah:  Jenis,  Teknik Pemeliharaan  dan Analisa  Usaha. Jakarta: Penebar Swadaya.
Smith  JB,  Mangkoewidjojo.  1988.  Pemeliharaan,  Pembiakan  dan  Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta: UI Press.
Sofyan LA, Sriharini IS. 1986. Taraf pemberian onggok dan tepung daun ubi kayu untuk domba yang mendapat ransum basal jerami padi. Laporan Penelitian.
Fakultas Peternakan. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Sonjaya  H.  1996.  Respons  profil  makro  mineral    darah  terhadap    suplementasi
mineral pada sapi bali jantan muda yang berasal dari tiga daerah berbeda. Makasar: Bul Peternakan. Fakultas peternakan Universitas Hasanuddin.
Stangl GL, Schwarz FJ, Muller H, Kichgessner M. 2000. Evaluation of the cobalt requirement of beef cattle based on vitamin B
12
Folate, homocysteine and methylmalonic acid. J Nutr 84: 645-653
Steel RGD, Torrie JH. 2003. Principles and Procedures of Statistics. New York: McGraw-Hill Book Co.Inc.
Sugito MW, Astuti DA, Handharyani E, Cherul. 2007. Efek cekaman panas dan pemberian ekstrak heksan tanaman jaloh Salix tetrasperma Roxb terhadap
kadar kortisol, trioditironin dan profil hematologi ayam broiler. JITV 123 : 175-182
Suryahadi,    Piliang  WG,  Djuwita  L,  Widiastuti  Y.  1996.  DNA  recombinant technique  for  producing  transgenic  rumen  microbes  in  order  to  improve
fiber utilization. Indo J Top Agric 7 1: 5-9 Sutardi  T.  1980.  Landasan  Ilmu  Nutrisi.  Bogor:  Departemen  Ilmu  Makanan
Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Swinney-Floyd D,  Gardner  BA,  Owens  FN,  Rehberger  T,  Parrot  T. 1999.
Effect  of  inoculation  with  either  Propionibacterium  strain  P-63  alone  or combined  with  Lactobacillus  acidophilus  strain LA53545  on  performance
of feedlot cattle. J Anim Sci 1: 77-87. Tajima K, Aminov RI, Nagamine T, Matsui H. 2001. Diet-dependent shifts in the
bacterial  population  of  the  rumen  revealed  with  real-time  PCR.  Appl Environ Microbiol 67: 2766–2774.
Takumi  S,  Kobayashi  Y.  2007.  Localization  of  ruminal  cellulolytic  bacteria  on plant fibrous materials as determined by fluorescence in situ hybridization
and real-time  PCR. J Appl Environ Microbiol 735:1646-1652. Thalib A, Widiawati Y, Hamid H. Mulyani. 2000. Identifikasi morfologis dan uji
aktivitas  mikroba  rumen  dari  hewan-hewan  ruminansia  yang  telah teradaptasi  pada  substrat  selulosa  dan  hemiselulosa.  Seminar  Nasional
Peternakan dan Veteriner. hlm 341-348. Tilley JMA, Terry RA. 1963. A two stage technique for the in vitro digestion of
forage crops. J Br Grassl Soc 18: 104-111. Toharmat  T,  Evvyernie  D,  Suryani,  Supriyati,  Prihantoro  I,  Agustin  F.  2009.
Upaya  pencegahan  kematian  dini  dan  peningkatan  utilisasi  nutrien  pada pedet  melalui  pengembangan  probiotik  asal  rumen  kerbau  dengan
pendekatan  sidik  jari  DNA  menggunakan  PCR-RISA.  Laporan  Penelitian. Bogor: LPPM IPB.
Toharmat  T,  Nursasih  E,  Nazilah  R,  Hotimah  N,  Noerzihad  TQ,  Sigit  NA, Retnani  Y.  2006.  Sifat  fisik  pakan  kaya  serat  dan  pengaruhnya  terhadap
konsumsi dan kecernaan nutrien ransum pada kambing. Med Pet 29: 146- 154
Underwood EJ, Suttle NF. 1999. The Mineral Nutrition of Livestock. 3
rd
Ed. UK USA: CABI Publising.
Wahyudi  A,  Hendraningsih  L,  Malik  A.  2010.  Potency  of  fibrolytic  bacteria isolated from Indonesian sheep’s colon as inoculum for biogas and methane
production. Afric J of Biotech 9 20: 2994-2999. Wallace  RJ,  Newbold  CJ. 1993.  Rumen  fermentation  and  its manipulation:
the  development  of  yeast  culture  as  feed  additives.  In:  Biotechnology    In The    Feed    Industry,    Lyons,    ed..    Kentucky:  Alltech  Technical
Publications hlm 173-192. Wanapat M, Ngarmsang A, Korkhuntot S, Nontaso N, Wachirapakorn C, Beakes
G,  Rowlinson  P.  2000.  A  comparative  study  on  the  rumen  microbial population  of    cattle  and  swamp  buffalo  raised  under  traditional  village
conditions in the northeast of Thailand. Asian-Aust J Anim Sci 13 7:478- 482.
Wanapat M, Rowlinson P. 2007. Nutrition and feeding of swamp buffalo: Feed resources  and  rumen  approach.  Presented  at  the  VIII  World  Buffalo
Congress,  Organized  by  The  International  Buffalo  Federation;  Caserta Italy,  19–22 October 2007
Wanapat  M,  Sommart  K,  Wachirapakorn  C,  Uriyapongson  S,  Wattanachant  C. 1994. Recent Advance in Swamp Buffalo Nutrition and Feeding. Proc. The
1st Asian buffalo Association Congress; Khon Kaen University, Janury 17- 21.
Wanapat M. 1989. Comparative aspects of digestive physiology and nutrition in buffaloes and cattle. In proceeding of Ruminant Physiology and Nutrition in
Asia. Jap Soc Zootech Sci 27-43. Wanapat M. 2001. Swamp Buffalo Rumen  Ecology  and Its Manipulation, Paper
presented  at  National  workshop  on  swamp  buffalo  development;  Hanoi http:www.mekarn.org procbufwanapat.htm
Widada J, Nojiri H, Omori T. 2002. Recent development in molecular tecniques for identification and monitoring of xenobiotik-degrading bacteria and their
catabolic genes in bioremediation. J Appl Microbiol Biotech 60: 45-59. Wu  S,  Baldwin  RL,  Li  W,  Li  C,  Connor  EE,  Li  RW.  2012.  The  bacterial
community composition of the bovine rumen detected using pyrosequencing of 16s rRNA genes. Metagenomics 1 : 1-11
Yang  WZ,  Beauchemin  KA,  Vedres  DD.  2002.    Effects  of  pH  and  fibrolytic enzymes  on  digestibility,  bacterial  protein  synthesis,  and  fermentation  in
continuous culture. Anim Feed Sci and Tech 102 : 137–150
RIWAYAT HIDUP
Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara  yang dilahirkan di Sukoharjo,  Jawa  Tengah  pada  tanggal  07  Oktober  1980  dengan  ayah  Drs.  H.
Mawardi dan Ibu Hj. Kusrini, S.Pd. Penulis menyelesaikan pendidikan sarjana di Jurusan Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Bogor pada tahun 2003. Program Magister ditempuh pada Jurusan Bioteknologi, Fakultas Antar Bidang, Universitas Gadjah Mada pada tahun 2007. Tahun 2008
penulis  mendapatkan  kesempatan  untuk  melanjutkan  Program  Doktor  pada Program  Studi  Ilmu  Nutrisi  dan  Pakan,  Fakultas  Peternakan  dengan  Beasiswa
Program  Pascasarjana  BPPS  dari  Direktorat  Jendral  Pendidikan  Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional.
Penulis  diangkat  sebagai  staf  pengajar  pada  Bagian  Ilmu  dan  Teknologi Tumbuhan  Pakan  dan  Pastura,  Departemen  Ilmu  Nutrisi  dan  Teknologi  Pakan,
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2010. Penulis menikah dengan Erna Dwi Astuti, S.Pt dan telah dikaruniai satu orang putri yang bernama
Loveinna Amira Hayatunnajah yang lahir pada 04 Desember 2008.
RINGKASAN IWAN PRIHANTORO. Kemampuan Konsorsium Bakteri Asal Rumen Kerbau
Terhadap  Hijauan Pakan dan  Peranannya  Sebagai Probiotik Bagi Pedet Frisian
Holstein.  Dibimbing  oleh  TOTO  TOHARMAT,  DWIERRA  EVVYERNIE, SURYANI dan LUKI ABDULLAH.
Bakteri  rumen  telah  beradaptasi  baik  terhadap  pakan  hijauan  dan  sisa pertanian  yang  umumnya  berkualitas  rendah.  Kemampuan  kerbau  dalam
mencerna  serat  kasar  lebih  efisien  dibanding  sapi  akibat  tingginya  jumlah  total bakteri  dan  persentase  bakteri  selulolitik  di  dalam  rumen  kerbau.  Isolat  bakteri
asal  rumen  kerbau  lokal  berpotensi  sebagai  sumber  probiotik  bagi  pedet  dalam mendukung perkembangan dan fermentabilitas rumen serta menekan diare yang
sering terja di peternakan bibit. Penelitian  ini  bertujuan  untuk  1  Isolasi  dan  karakterisasi  isolat  bakteri
asal rumen kerbau, 2 Pengujian kualitas isolat bakteri asal rumen kerbau pada pedet Frisian Holstein. Tahapan penelitian yang saling terkait meliputi 1 Isolasi,
identifikasi,  dan    kekerabatan  genetik,  2  Pengujian  in  vitro  pada  berbagai sumber hijauan dan konsentrat, 3 Pengujian in vivo pada pedet umur dua minggu
dengan waktu inokulasi berbeda. Penelitian tahap I untuk mendapatkan isolat bakteri asal rumen kerbau dan
karakteristiknya  meliputi  empat  kegiatan.  Kegiatan  pertama  adalah  Preparasi cairan  rumen  kerbau  menggunakan  empat  ekor  kerbau,  kegiatan  kedua  adalah
Isolasi bakteri cairan rumen kerbau terhadap berbagai hijauan pakan sumber serat, kegiatan ketiga meliputi penetapan aktivitas Carboxy Methyl Cellulose CMCase
dan  kemampuannya  tumbuh  pada  berbagai  hijauan  pakan  dari  isolat  terpilih menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan dua faktor yaitu jenis
bakteri  dan  jenis  hijaun  pakan,  kegiatan  keempat  adalah  analisis  kekerabatan isolat  potensial  menggunakan  metode  repPCR  yang  dianalisis  menggunakan
program NTSys 2.10. Penelitian  tahap  II  untuk  mengevaluasi  kemampuan  fermentabilitas  in
vitro dari konsorsium bakteri rumen kerbau terhadap berbagai hijauan pakan dan konsentrat.  Rancangan  yang  digunakan  adalah  Rancangan  Acak  Lengkap
Faktorial dengan dua faktor yaitu sumber bakteri dan jenis pakan yang digunakan. Penelitian III untuk mengukur efektivitas dan potensi konsorsium bakteri
asal  rumen  kerbau  pada  pedet  Frisian  Holstein  meliputi  dua  kegiatan.  Kegiatan pertama  adalah  inokulasi  konsorsium  bakteri  pada  pedet  Frisian  Holstein  yang
diberikan  selama  pemeliharaan  dengan  pennisetum  purpureum  sebagai  sumber serat  pakan.  Kegiatan  kedua  adalah  inokulasi  konsorsium  bakteri  pada  pedet
Frisian  Holstein  yang  diberikan  selama  periode  prasapih.  Penelitian  diawali dengan  penyiapan  starter  inokulan    konsorsium  bakteri  pada  substrat  susu,
pemeliharaan pedet umur dua minggu dan inokulasinya pada kelompok perlakuan, Peubah yang diukur meliputi konsumsi, kecernaan, serapan mineral, T-VFA, NH
3,
bobot  badan,  suhu  rektal,  laju  respirasi,  denyut  jantung  dan  hematologi  darah. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap.
Berdasarkan  rangkaian  penelitian  dihasilkan  beberapa  kesimpulan,  yaitu 1 isolat bakteri asal rumen kerbau tumbuh baik pada substrat hijauan pakan dan
14  isolat  memiliki  kemampuan  CMCase  tinggi  yang  terkelompok  dalam  enam
jenis  isolat  dengan  tingkat  similaritas  ≥51,  2  koefisien  cerna  bahan  kering KCBK  dari  konsorsium  bakteri  terhadap  pakan  konsentrat  identik  dengan
kemampuan cairan rumen kerbau, 3 Isolat bakteri asal rumen kerbau potensial sebagai  probiotik  bagi  pedet  yang  efektif  diberikan  sejak  periode  prasapih,  4
Inokulasi konsorsium bakteri meningkatkan konsumsi ransum dan serapan kobalt pada  periode  pasca  sapih,  dan  5  inokulasi  bakteri  tidak  berpengaruh  negatif
terhadap PBBH, status fisiologi dan fermentabilitas rumen pedet.
Kata kunci : cairan rumen kerbau, pedet, kecernaan
SUMMARY IWAN  PRIHANTORO.  Potency of  bacteria isolates from rumen buffaloes for
enhancing  forage  digestion  and  performance  of  Frisian  Holstein  calves.
Supervised  by  TOTO  TOHARMAT,  DWIERRA  EVVYERNIE,  SURYANI and LUKI ABDULLAH.
Rumen bacteria plays an important role in digesting feed. The respective bacteria are adapted  to low quality forage from agricultural by-product, especially
those  originated  from  rumen  fluid  of  buffaloes.    Study  of  innoculating  buffalo rumen  bacteria  as  probiotic  into  the  rumen  of  Holstein  Frisian  calves  have  not
been  investigated so far. The  aims of the present study were: 1 to isolate and characterize bacteria from buffalo, and 2 to evaluate the quality of isolates for
enhancing forage digestion in Frisian Holstein calves. The study consisted of three studies: 1 Isolation, characterization, and genetic identification of buffalo rumen
bacteria, 2 in vitro evaluation on various sources of forage and concentrates, and 3 in vivo evaluation  into calves with different inoculation period.
Design of the first study was based on a completely randomized factorial design with two factors: the type of  bacteria and types of forage source, in which
the diversity of bacteria were  analyzed using NTSys 2.10 program.  The second study  was  also  based  on  a  completely  randomized  factorial  design,  where  the
factors  were  various  bacterial  sources  and  feed  types.  The  third  study  was consisted  of  two  experiments,  both  were  using  completely  randomized designs.
The  first  experiment  was  to  determine  the  effectiveness  of  bacteria  consortium innoculation into Frisian Holstein calves with three calves received the respective
inoculation  treatment  group  and  four  calves  without  any  inoculation  control group.  The  second  experiment  was  todetermine  the  potency  of    bacteria
consortium innoculation into Frisian Holstein calves during preweaning with three calves as treatment group and three calves as control.
The  results  showed  that:  1  buffalo  rumen  bacteria  can  grow  well  on forage substrates in which 14 isolates of bacteria possessed a high adaptability to
fiber  high  CMCase  activity;  these  isolates  could  be  clustered  into  six  types which  have  similarity  ≥  51.  2  Dry  matter  digestibility  of  concentrate  were
almost the same between the consortium of bacteria and buffalo rumen fluid. 3 buffalo  rumen  bacteria  is  a  potential  probiotic  and  could  effectively  be
innoculated  since  preweaning  period.  4  Inoculation  of  bacteria  consortium increased  feed  intake  and  cobalt  uptake  on  weaning  period.  5  Inoculation  of
bacteria  consortium  did  not  cause  any  negative  effects  on  ADG,  physiological status and rumen fermentability.
Keywords: buffalo rumen fluid, calves,  nutrient digestibility
1.  PENDAHULUAN
Permasalahan  yang  sering  dihadapi  pada  program  pembesaran  pedet adalah lambatnya adaptasi pedet terhadap pakan selain susu yang bertekstur keras
dan berserat sehingga menyebabkan lambatnya proses penyapihan.  Hal tersebut berkaitan  langsung  dengan  belum  berkembangnya  sistem  rumen  dan  komunitas
mikroorganisme  rumen  yang  memiliki  peranan  utama  pada  proses  degradasi pakan bertekstur keras dan berserat tinggi.
Lambatnya  perkembangan  komunitas  mikroorganisme  rumen  berakibat secara  langsung  pada  rendahnya  fermentabilitas  dan  utilisasi  nutrien  di  dalam
rumen.      Kelambatan  perkembangan  komunitas  mikroorganisme  rumem menyebabkan pedet sangat tergantung pada susu pada jangka waktu yang relatif
lama.  Pembatasan  pemberian  susu  dan  penyapihan  menyebabkan  pedet  rentan terhadap diare dan kematian akibat kesalahan manajemen pakan.
Di  Indonesia,  khususnya  pedet  sapi  perah  disapih  setelah  berumur  tiga bulan.    Penyapihan  dini  pada  umur  satu  bulan  telah  disarankan  namun  resiko
kematian  pedet  tinggi  akibat  belum  berkembangnya  sistem  rumen.  Program penyapihan dini secara ekonomi akan menekan penggunaan susu dan biaya pakan
selama pembesaran bibit.  Mengingat hal tersebut penyapihan dini  masih beresiko menyebabkan tingginya tingkat kematian pedet.
Hingga saat ini, tingkat mortalitas pedet di Indonesia masih tinggi, yaitu diatas  5  kelahiran  hidup.  Periode  yang  sangat  peka  terhadap  berbagai  faktor
yang dapat menimbulkan kematian adalah masa pasca kolostrum diawal menyusu yaitu ketika pedet berumur satu bulan.  Penyebab utama kematian pada periode
tersebut  adalah  menurunnya  sistem  imunitas  pedet  pasca  kolostrum  dan ketidaksiapan  rumen  pedet  terhadap  pakan  yang  diberikan.      Permasalahan  lain
yang dihadapi dalam pembesaran pedet adalah rendahnya kualitas pakan di daerah tropis. Hal ini menjadikan perkembangan pedet tidak optimal dan akan berakibat
pada menurunnya potensi genetik dari ternak tersebut. Komponen  serat  asal  hijauan  pakan  sangat  bermanfaat  bagi  ternak
ruminansia.  Hal  ini  terkait kemampuan  ternak  dalam  mencerna  komponen serat asal  hijauan  pakan  sebagai  sumber  energi  utamanya.  Permasalahan  yang timbul
adalah komponen serat sangat komplek dengan ikatan yang kuat dan sulit dicerna sehingga pencernaan komponen serat pakan lambat dan tidak sempurna Yang et
al. 2002.  Pada sistem rumen, bakteri memiliki peranan penting dalam mencerna pakan  serat  melalui  peningkatan  kelarutan  kristal  selulosa  Takumi    dan
Kobayashi 2007.  Bakteri rumen cenderung berinteraksi secara sinergis di rumen Morgavi et  al.  2000,  termasuk  bakteri selulolitik  dan  non selulolitik Osborne
dan Dehority 1989, khususnya dalam kondisi anaerob Akin dan Benner 1988. Beberapa  jenis  bakteri,  seperti  Fibrobacter  succinogenes,  Ruminococcus
flavefaciens  dan  Ruminococcus  albus  efektif  dalam  mencerna  pakan  serat Gabriella  et  al.  1997  dan  Cheng  et  al.  1991.  Butyrivibrio  fibrisolvens  juga
menghasilkan  enzim  selulase,  tetapi  perannya  lebih  dominan  dalam  proses degradasi hemiselulosa Akin 1989.
Salah  satu  upaya  yang  dapat  dilakukan  untuk  mengatasi  permasalahan dalam  pembesaran  pedet  tersebut  diantaranya  adalah  dengan  inokulasi  bakteri
sebagai  probiotik  ke  dalam  rumen  pedet  sejak  dini.    Inokulasi  bakteri memungkinkan  rumen  berkembang  lebih  awal  dan  fermentasi  rumen  lebih
optimal. Musa  et  al. 2009 menyatakan bahwa inokulasi bakteri ke dalam rumen pedet mampu meningkatkan populasi mikroba rumen sehingga mencapai ekologi
rumen yang lebih ideal. Bakteri asal rumen kerbau potensial sebagai sumber probiotik bagi pedet.
Inokulasi probiotik asal rumen kerbau ke dalam rumen pedet diharapkan mampu memperbaiki  produktivitas  dan  fermentabilitas  di  dalam  rumen  pedet.  Kerbau
umumnya cukup dipelihara dengan pakan berkualitas rendah karena bakteri rumen kerbau  telah  beradaptasi  dengan  baik  terhadap  pakan  hijuan  dan  sisa  pertanian
yang  umumnya  berkualitas  rendah  dengan  kandungan  lignoselulosa  tinggi Pandya et al. 2010; NRC 1981. Isolat bakteri asal rumen kerbau telah teradaptasi
dengan baik terhadap pakan yang mengandung lignoselulosa tinggi El-Serafy dan El-Ashry  1989  dan jumlah  bakteri  selulolitik  dari  rumen  kerbau  tiga kali lebih
tinggi dibanding sapi Wanapat et al. 1994. Pada  kondisi  yang  sama,  kerbau  mampu  mencerna  jerami  lebih  baik
dibanding sapi FAO 1974 dengan nilai kecernaan 2-3 lebih tinggi dibanding pada  sapi  Wanapat  1989.  Hal  tersebut  terkait  dengan  tingginya  jumlah  total
bakteri  dan  persentase  bakteri  selulolitik  dari  rumen  kerbau  dibanding  sapi Pradhan  1994  dan  tingginya  aktivitas  bakteri  di  dalam  rumen  kerbau  yang
ditunjukkan dengan laju produksi volatile fatty acids VFA yang lebih cepat dan lebih  tinggi  dibandingkan  sapi  NRC  1981.  Bakteri  rumen  kerbau  meliputi
Succiniclasticum  ruminis,  Acetovibrio  cellulolyticus,  Streptococcus  sp., Ruminococcus  callidus,  Prevotella  ruminicola,  Bacteroides  fragilis,  Treponema
sp. Pandya et al. 2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa inokulasi bakteri kepada pedet dapat
meningkatkan konsumsi dan konversi pakan Abe et al. 1995;  Cruywagen et al. 1996;  Anandan  et  al.  1999  dan  meningkatkan  serapan  mineral  melalui
penguraian asam fitat Ahrens et al. 2007, sehingga dapat meningkatkan bobot badan pedet berumur 1-2 minggu Abe et al. 1995 dan Cruywagen et al. 1996
dan bobot badan akhir pedet pada umur 3 bulan Dezfouli et al. 2007. Inokulasi Enterococcus faecium M74 efektif dalam meningkatkan bobot badan pedet hingga
9,4,  meningkatkan  pertambahan  bobot  badan  pedet  hingga  16,2    selama delapan  minggu  pemeliharaan,  meningkatkan  konversi  pakan  hingga  12.9,
meningkatkan  konsumsi  hijauan,  konsumsi  bahan  kering  pakan  dan  menekan kejadian  diare  Jatkauskas  dan  Vrotniakiene  2010.  Hasil  serupa  dilaporkan
Adams et al. 2008 bahwa probiotik signifikan meningkatkan konsumsi pakan, tingkat konversi pakan, bobot badan dan pertambahan berat badan harian pedet.
Beberapa manfaat dari probiotik terhadap inang adalah perbaikan keseimbangan mikriorganisme  di  saluran  usus,  meningkatkan  status  kesehatan  ternak,  dan
menekan infeksi bakteri patogen Fuller 1989. Kemajuan  biologi  molekuler  telah  menghasilkan  metode-metode  yang
lebih  akurat  dalam  mempelajari  keragaman  spesies  bakteri  melalui  pendekatan genetik.  Pendekatan  metode  Repetitive  genomic  sequences  repPCR  dalam
menganalisa kekerabatan genetik isolat bakteri rumen adalah yang pertama kali. RepPCR  merupakan  metode  amplifikasi  dengan  menggunakan  primer  tunggal
yang mengandalkan urutan nukleotida berulang pada genom bakteri Schneegurt dan  Kulpa  1998.  Setiap  mikroorganisme  memiliki  sekuen  yang  berulang
repetitive  sequence  dengan  jumlah  dan  jarak  yang  bervariasi  DeBruijn  et  al. 1996  dan  teknik  biologi  molekuler  dapat  memonitor,  menemukan  dan
mengidentifikasi bakteri dengan cepat dan akurat Widada et al. 2002. Informasi inokulasi bakteri asal rumen kerbau pada pedet Frisian Holstein
yang  diberikan  selama  pemeliharaan  dan  pembatasan  selama  periode  menyusu belum  tersedia.    Kemampuan  bakteri  asal  rumen  kerbau  dalam  memperbaiki
status  nutrisi,  fisiologis  dan  serapan  mineral  bagi  pedet  perlu  kajian  lebih mendalam. Dalam penelitian ini  dilakukan  beberapa  tahapan yang saling  terkait
yang meliputi isolasi, seleksi, karakterisasi, dan identifikasi kekerabatan genetik dari  isolat-isolat  potensial  sebagai  kandidat  probiotik.  Hasil  isolat  potensial
probiotik selanjutnya diuji kemampuannya secara in vitro pada berbagai sumber hijauan  dan  konsentrat,  serta  pengujian  in  vivo  pada  pedet  umur  dua  minggu
dengan waktu inokulasi berbeda.
Tujuan Penelitian
Tujuan  dari  penelitian  ini  adalah untuk  1  Identifikasi  dan  karakterisasi isolat BPS asal rumen kerbau, dan 2 Pengujian kualitas isolat BPS asal rumen
kerbau untuk probiotik pada pedet Frisian Holstein.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk 1 memberikan informasi tentang potensi isolat bakteri asal rumen kerbau dalam memanfatkan pakan sumber serat,
2  memberikan  informasi  tentang  karakteristik  isolat  bakteri  asal  rumen  dalam kecernaan  in  vitro,  dan  3  efektivitasnya  dalam  memperbaiki  performa  pada
pedet yang diberikan sejak dini.
2. KEMAMPUAN ISOLAT BAKTERI ASAL RUMEN KERBAU  PADA BERBAGAI SUMBER HIJAUAN PAKAN