Pengertian Perencanaan Agregat dan Kapasitas

BAB 3 PERENCANAAN KAPASITAS DAN AGREGAT

A. Pengertian Perencanaan Agregat dan Kapasitas

Kapasitas capacity adalah hasil produksi throughtphut, atau jumlah unit yang dapat ditahan, diterima, disimpan, atau diproduksi oleh sebuah fasilitas dalam suatu periode waktu tertentu. Kapasitas mempengaruhi sebagian besar biaya tetap. Kapasitas juga menetukan apakah permintaan dapat dipenuhi, atau apakah fasilitas yang ada akan berlebih. Jika fasilitas terlalu besar, sebagian fasilitas akan mengenggur dan akan terdapat biaya tambahan yang dibebankan pada produksi yang ada atau pelanggan. Jika fasilitas terlalu kecil, pelanggan dan bahkan pasar keseluruhan akan hilang. Oleh karena itu, penetapan ukuran fasilitas, dengan tujuan pencapaian tingkat utilitas tinggi dan tingkat pengembalian investasi tinggi, sangat menentukan. Perencanaan agregat aggregate planning juga dikenal sebagai penjadwalan agregat aggregate scheduling berhubungan dengan penentuan kuantitas dan waktu produksi pada jangka menengah, biasanya antara 3 hingga 18 bulan ke depan. Para manajer operasi berusaha menentukan jalan terbaik untuk memenuhi permintaan yang diprediksi dengan menyesuaikan nilai produksi, tingkat tenaga kerja, tingkat persediaan, pekerjaan lembur, tingkat subkontrak. dan variabel lain yang dapat dikendalikan. Pada umumnya, tujuan perencanaan agregat adalah memperkecil biaya pada periode perencanaan. Bagaimana pun, terdapat permasalahan strategis lain yang mungkin lebih penting daripada biaya rendah. Strategi ini mungkin untuk mengurangi permasalahan tingkat ketenagakerjaan, menekan tingkat persediaan, atau memenuhi tingkapelayanan yang lebih tinggi. Bagi pengusaha manufaktur, jadwal agregat menghubungkan sasaran strategis perusahaan dengan rencana produksi, tetapi untuk organisasi jasa, penjadwalan agregat menghubungkan sasaran dengan jadwal pekerja. 2 Empat hal yang diperlukan untuk perencanaan agregat:  Keseluruhan unit yang logis untuk mengukur penjualan dan output, seperti unit ala: pendingin ruangan pada GE atau tempat bit pada Anheuser-Busch.  Prediksi permintaan untuk suatu periode perencanaan jangka menengah yang layak pada waktu agregat ini.  Metode untuk menentukan biaya.  Model yang mengombinasikan prediksi dan biaya sehingga keputusan penjadwalan dapat dibuat untuk periode perencanaan. Dalam hal proses peramalan prediksi suatu permintaan dapat menjawab permasalahan pada jangka pendek, menengah, dan panjang. Prediksi jangka panjang membantu para manajer menangani permasalahan kapasitas dan strategis dan menjadi tanggung jawab manajemen puncak lihat Figur 1. Manajemen puncak merumuskan pertanyaan yang terkait dengan kebijakan, seperti penempatan dan perluasan fasilitas, pengembangan produk baru, pembiayaan penelitian, dan investasi untuk periode beberapa tahun. Perencanaan jangka menengah dimulai setelah keputusan kapasitas jangka panjang dibuat. Perencanaan ini.menjadi pekerjaan seorang manajer operasi. Keputusan penjadwalan scheduling decision mengatasi permasalahan dalam menyesuaikan produktivitas terhadap permintaan yang berubah-ubah. Rencana ini harus konsisten dengan strategi jangka panjang manajemen yani, puncak dan bekerja dengan sumber daya yang dialokasikan oleh keputusan strategis sebelumnya. Perencanaan jangka menengah dapat dipenuhi dengan membuat sebuah rencana produksi agregat. Perencanaan jangka pendek dapat diperpanjang hingga satu tahun tetapi pada umumnya kurang dari 3 bulan. Rencana ini juga merupakan tanggung jawab karyawan operasi, yang bekerja dengan para penyedia dan mandor untuk menguraikan rencana jangka menengah menjadi jadwal mingguan, harian, dan 3 jam-an. Taktik untuk menangani perencanaan jangka pendek meliputi pemuatan, pengurutan, percepatan, dan pengiriman, yang semuanya akan dibahas dalam selanjutnya. Figur 1 menggambarkan horizon waktu dan fitur untuk perencanaan jangka pendek, menengah, dan panjang. Gambar 3.1. Perencanaan Tugas dan Tanggung Jawab B. Sifat Perencanaan Agregat Perencanaan agregat menjadi bagian dari suatu sistem perencanaan produksi yang lebih besar. Oleh karena itu, sangat bermanfaat untuk dapat memahami hubungan antara rencana dan beberapa faktor internal dan eksternal. Figur 2 memperlihatkan bahwa manajer operasi tidak hanya menerima input dari prediksi permintaan bagian pemasaran, tetapi harus pula berhadapan dengan data keuangan, personel, kapasitas, dan ketersediaan bahan baku. Di dalam sebuah lingkungan manufaktur, proses untuk menguraikan rencana agregat secara lebih 4 terinci disebut disagregasi disaggregation. Disagregasi menghasilkan sebuah jadwal produksi induk master production schedule, yang menyediakan input bagi sistem perencanaan kebutuhan material material requirementplanning—MRP system. Master production schedule menangani pembelian atau produksi komponen yang diperlukan untuk membuat produk akhir . jadwal kerja yang terinci bagi orang-orang dan prioritas penjadwalan bagi produk menghasilkan tahap akhir sistem perencanaan produksi Gambar 3.2 Hubungan Perencanaan Agregat C. Strategi Pilihan Kapasitas Dalam Upaya Penciptaan Sebuah Jadwal Agregat yang Efektif. Sebuah perusahaan dapat memilih pilihan kapasitas dasar produksi berikut: 1. Mengubah tingkat persediaan. Para manajer dapat meningkatkan persediaan selama periode permintaan rendah untuk memenuhi permintaan yang tinggi di masa datang. Jika strategi ini dipilih, maka biaya-biaya yang berkaitan dengan penyimpanan, asuransi, penanganan, keusangan, pencurian, dan modal yang diinvestasikan akan meningkat. Biaya-biaya 5 ini pada umumnya berkisar 15 hingga 40 dari nilai sebuah barang setiap tahunnya. Pada sisi lain, ketika perusahaan memasuki masa di mana permintaan meningkat, maka kekurangan yang terjadi dapat mengakibatkan tidak terjadinya penjualan yang disebabkan waktu tunggu yang lebih panjang dan pelayanan pelanggan yang lebih buruk. 2. Meragamkan jumlah tenaga kerja dengan cara mengkaryakan atau memberhentikan. Salah satu cara untuk memenuhi permintaan adalah dengan mengkaryakan atau memberhentikan para pekerja produksi untuk menyesuaikan tingkat produksi. Bagaimana pun, Sering karyawan barn memerlukan pelatihan, dan produktivitas rata-rata menurun untuk sementara karena mereka menjadi terbiasa. Pemberhentian atau PHK, tentu saja, menurunkan moral semua pekerja dan dapat mendorong ke arah produktivitas yang lebih rendah. 3. Meragamkan tingkat produksi melalui lembur atau waktu kosong. Terkadang tenaga kerja dapat dijaga tetap konstan dengan meragamkan waktu kerja, mengurangi banyaknya jam kerja ketika permintaan rendah dan menambah jam kerja pada saat permintaan naik. Meskipun demikian, ketika permintaan sedang tinggi, terdapat keterbatasan seberapa banyak lembur yang dapat dilakukan. Upah lembur memerlukan lebih banyak uang, dan terlalu banyak lembur dapat membuat titik produktivitas pekerja secara keseluruhan merosot. Lembur juga dapat menyiratkan naiknya biaya overhead yang diperlukan untuk menjaga agar fasilitas dapat tetap ber j alan. Pada sisi lain, di saat permintaan menurun, perusahaan harus mengurangi waktu kosong pekerja—yang biasanya merupakan proses yang sulit. 6

4. Subkontrak. Sebuah perusahaan dapat memperoleh kapasitas sementara

dengan melakukan subkontrak selama periode permintaan tinggi. Bagaimana pun juga, subkontrak, memiliki beberapa kekurangan. Pertama, mungkin mahal; kedua, membawa risiko dengan membuka pintu klien bagi pesaing. Ketiga, Bering kali susah mendapatkan pemasok subkontrak yang sempurna, yang selalu dapat mengirimkan produk bermutu tepat waktu.

5. Penggunaan karyawan paruh waktu. Terutama di sektor jasa, karyawan paruh

waktu dapat mengisi kebutuhan tenaga kerja tidak terampil. Praktik ini umum dilakukan di restoran, toko eceran, dan supermarket.

D. Strategi Pilihan Permintaan Dalam Upaya Penciptaan Sebuah Jadwal Agregat yang Efektif