Perencanaan Biaya Produksi Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Soft Drink Pada PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S-I EKSTENSI MEDAN

PERENCANAAN BIAYA PRODUKSI DALAM PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI SOFT DRINK PADA PT.COCA COLA BOTTLING

INDONESIA MEDAN

DIAJUKAN OLEH:

NAMA : LUSIANDI

NIM : 040522136

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Medan 2010


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S-I EKSTENSI MEDAN

PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK

NAMA : LUSIANDI

NIM : 040522136

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

JUDUL SKRIPSI :PERENCANAAN BIAYA PRODUKSI DALAM

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI SOFT DRINK PADA PT.COCA COLA BOTTLING INDONESIA MEDAN

Tanggal ……….. Ketua Departemen Akuntansi

(Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak)

Tanggal ……….. Dekan


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S-I EKSTENSI MEDAN

PENANGGUNG JAWAB SKRIPSI

NAMA : LUSIANDI

NIM : 040522136

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

JUDUL SKRIPSI :PERENCANAAN BIAYA PRODUKSI DALAM

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI SOFT DRINK PADA PT.COCA COLA BOTTLING INDONESIA MEDAN

Medan, 07 Februari 2010 Menyetujui Pembimbing


(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S-I EKSTENSI MEDAN

Telah diuji pada Tanggal

PANITIA PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Drs. Hasan Sakti Siregar, M. Si, Ak Pembimbing : Drs. Zainal A.T. Silangit, SE, Ak Anggota : 1. Drs. Syahelmi, M. Si, Ak


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul :

“ Perencanaan Biaya Produksi dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Soft Drink Pada PT.Coca Cola Bottling Indonesia Medan”.

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi level Program S-1 Ekstensi Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Semua sumber data dan informasi yang diperoleh, telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas.

Medan,07 Februari 2010 Yang Membuat Pernyataan

( Lusiandi ) NIM: 040522136


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan begitu banyak kenikmatan, anugrah, kekuatan dan keberkahan yang diberikanNYA kepada penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada Universitas Sumatera Utara guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi. Adapun judul skripsi yang disusun oleh penulis yaitu :

“Perencanaan Biaya Produksi Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Pada PT.Coca Cola Bottling Indonesia Medan”

Penulis telah banyak memperoleh bantuan dari beberapa pihak dalam menyelesaikan skripsi ini, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Drs.Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

3. Bapak Dra.Mutia Ismail, MM, Ak selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera.


(7)

4. Bapak Drs.Zainal A.T. Silangit selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu dan pemikirannya dalam mengarahkan dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Drs.Syahelmi, M.Si, Ak dan Bapak Drs.Chairul Nazwar, M.Si, Ak selaku Dosen Penguji yang telah memberikan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Pihak Kantor PT.Coca Cola Bottling Indonesia Medan

7. Ayahanda Ngadul dan Ibunda Tuminah yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan skripsi ini. Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi rekan-rekan yang mengadakan penelitian yang sama dengan judul skripsi ini.

Medan, 07 Februari 2010 Penulis,

Lusiandi


(8)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perusahaan melakukan perencanaan biaya produksi dalam menentukan harga pokok produksi soft drink.

Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian diskriptif yang menggunakan data primer sebagai hasil wawancara dengan pihak perusahaan dan skunder seperti struktur organisasi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, dan kepustakaan. Metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif. Penelitian ini dilakuakan pada kantor PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perencanaan biaya produksi yang baik sangat diperlukan guna menentukan harga pokok produksi yang actual, sehingga dalam kebijakan penentuan harga jual tidak mengalami kesulitan, dan perencanaan biaya produksi pada PT.Coca Cola Bottling Indonesia Medan cukup baik dengan melihat bahwa biaya raw material, labor, dan overhead telah direncanakan dengan baik.


(9)

ABSTRAC

Target of this research is to know how company do planning of production cost in determining cost of goods manufactured of soft drink.

This Research type is type of diskriptif research that using primary data as result of interview with company and of skunder like organization chart. The Technique data collecting do with observation technique, interview, and bibliography. Method analyse data the used is descriptive. This research do at PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan.

This research result shows that a good production cost planing is really nedeed to determine actual main cost production, so that in policy of price pixing sell do not find difficulties, and planning of production cost of good enough PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan seen that expense of material raw, labor, and overhead have been planned better.


(10)

DAFTAR ISI

Hal

PERNYATAAN... i

KATA PENGANTAR………... ii

ABSTRAK………. iv

ABSTRAC………. v

DAFTAR ISI……….. vi

DAFTAR TABEL………. viii

DAFTAR GAMBAR……….. ix

BAB I PENDAHULUAN……….. 1

A. Latar Belakang Masalah………. 1

B. Perumusan Masalah………... 3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………. 3

D. Kerangka Konseptual………. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………. 6

A. Pengertian Biaya………. 6

B. Biaya Produksi……… 12

a. Biaya Bahan Baku……… 12

b. Biaya Tenaga Kerja Langsung………... 17


(11)

A. Perencanaan dan Pengawasan Biaya Produksi……….. 36

a. Perencanaan Biaya Produksi……… 36

b. Harga Bahan Baku……… 40

c. Biaya Tenaga Kerja Standar………. 40

d. Biaya Overhead Standar……….………. 41

e. Pengawasan Biaya……… 42

B. Penetapan Harga Pokok Produksi……….. 45

BAB III METODE PENELITIAN………. 48

A. Tempat dan Waktu Penelitian……… 48

B. Jenis Data……… 48

C. Teknik Pengumpulan Data………. 49

D. Metode Analisis Data………. 49

BAB IV HASIL PENELITIAN……….. 50

A. Data Penelitian……… 50

1. Gambaran Umum PT.Coca Cola Bottling Indonesia Medan 50 a. Sejarah Singkat Perusahaan……… 50

b. Struktur Organisasi………. 51

2. Data Biaya Produksi Perusahaan………... 52

3. Perencanaan dan Penentuan Biaya Produksi Perusahaan……… 56

B. Analisis Hasil Penelitian………... 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………. 60

A. Kesimpulan………. 60


(12)

DAFTAR PUSTAKA………. 62 LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Hal

1.1 Laporan Biaya Produksi 27

1.2 Laporan Biaya Produksi 30

2.1 Harga Pokok Penjualan 45


(13)

DAFTAR GAMBAR

Tabel Judul Hal

1.1 Kerangka Konseptual 5

2.1 Skema Anggaran Produksi 38


(14)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perusahaan melakukan perencanaan biaya produksi dalam menentukan harga pokok produksi soft drink.

Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian diskriptif yang menggunakan data primer sebagai hasil wawancara dengan pihak perusahaan dan skunder seperti struktur organisasi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, dan kepustakaan. Metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif. Penelitian ini dilakuakan pada kantor PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perencanaan biaya produksi yang baik sangat diperlukan guna menentukan harga pokok produksi yang actual, sehingga dalam kebijakan penentuan harga jual tidak mengalami kesulitan, dan perencanaan biaya produksi pada PT.Coca Cola Bottling Indonesia Medan cukup baik dengan melihat bahwa biaya raw material, labor, dan overhead telah direncanakan dengan baik.


(15)

ABSTRAC

Target of this research is to know how company do planning of production cost in determining cost of goods manufactured of soft drink.

This Research type is type of diskriptif research that using primary data as result of interview with company and of skunder like organization chart. The Technique data collecting do with observation technique, interview, and bibliography. Method analyse data the used is descriptive. This research do at PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan.

This research result shows that a good production cost planing is really nedeed to determine actual main cost production, so that in policy of price pixing sell do not find difficulties, and planning of production cost of good enough PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan seen that expense of material raw, labor, and overhead have been planned better.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada saat ini, peningkatan kemampuan untuk menghasilkan barang terlihat dari semakin banyaknya jumlah dan variasi dari barang yang diperjualbelikan dan dikonsumsi oleh masyarakat. Barang yang siap sipasarkan terlebih dahulu harus dihasilkan atau diproduksi. Dalam hal ini, perlu dikembangkan pemikiran pemikiran pengkajian untuk mendapatkan cara yang lebih baik guna menghasilkan keluaran secara optimal, sehingga dapat mencapai sasaran secara tepat waktu, tepat jumlah cepat dengan mutu dan biaya yang lebih efisien. Oleh karena itu, diperlukan cara yang sesuai untuk mengelola usaha yang menstransformasikan masukan menjadi keluaran. Peranan manajemen dibutuhkan dalam pelaksanaan produksi agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan untuk menghasilkan barang dalam jumlah yang ditetapkan, dengan kualitas yang ditentukan, dengan biaya yang direncanakan dan dalam waktu yang direncanakan dengan harga pokok produksi yang sesuai.

Harga pokok produksi merupakan harga pokok untuk menghasilkan suatu barang jadi. Harga pokok produksi memegang peranan penting di dalam perusahaan industri, seperti dalam menentukan harga jual. Harga pokok produksi melibatkan ketiga elemen biaya yaitu bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Biaya bahan baku merupakan salah satu biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam kegiatan menghasilkan barang jadi. Biaya tenaga kerja


(17)

langsung merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk tenaga kerja yang melakukan konversi bahan baku menjadi produk jadi. Biaya overhead merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan yang terdiri dari semua biaya manufaktur yang tidak ditelusuri seacara langsung, seperti biaya pemeliharaan mesin, biaya penyusutan mesin, biaya listrik dan lainnya. Biaya produksi tersebut perlu direncanakan dan dikendalikan perusahaan dengan baik agar diperoleh harga pokok produksi yang sesuai. Dalam usaha untuk mencapai tujuan perencanaan biaya produksi, maka perencanaan biaya produksi bertugas mengawasi bagian produksi dan bagian bagian lainnya di dalam perusahaan agar rencana produksi yang disusun benar-benar mencerminkan keadaan dan kemampuan perusahaan sehingga dapat ditentukan barang apa yang akan diproduksi, jumlah barang yang akan diproduksi, kapan produksi akan dimulai dan kapan selesai serta jumlah tenaga kerja, bahan-bahan dan peralatan yang dibutuhkan dalam proses produksi tersebut.

PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan merupakan perusahaan industri yang memproduksi minuman ringan atau soft drink produksi perusahaan adalah Coca Cola, Fanta, Sprite,Fresh tea, dan perusahaan ini adalah penentu harga pokok produksi yang akurat. Kesalahan dalam penentu harga pokok produksi akan menyebabkan kerugian bagi perusahaan, seperti dalam penentuan harga jual. Elemen menentukan harga pokok produksi pada perusahaan adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead. Perusahaan perlu melakukan perencanaan biaya produksi yang ditentukan dapat sesuai dengan proses produksi. Dari penelitian awal ditemukan bahwa perencanaan biaya


(18)

produksi yang dilakukan tidak sesuai dengan realitas, sehingga perusahaan sulit menentukan harga pokok produksi yang akurat untuk keperluan penentuan harga jual.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai masalah ini pada PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan yang menuliskannya dalam sebuah skripsi yang berjudul “Perencanaan Biaya Produksi Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Soft Drink pada PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan.’’

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penulisan skripsi ini adalah “Apakah PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan telah melakukan perencanaan biaya produksi yang baik dalam penentuan harga pokok produksi Minuman Rigan”.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian a.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perusahaan melakukan perencanaan biaya produksi dalam menentukan harga pokok produksi Soft Drink.

b. Manfaat penelitian


(19)

1. Bagi penulis, yaitu untuk lebih memahami bagaimana perencanaan biaya produksi yang baik dalam menentukan harga pokok produksi yang akurat.

2. Bagi perusahaan, yaitu sebagai bahan masukan atas kekuranagan yanag terdapat pada perencanaan biaya produksi dalam penentuan harga pokok produksi.

3. Bagi pendidikan, yakni sebagai bahan referensi bagi calon peneliti berikutnya yang berniat melakukan penelitian menyangkut masalah ini.


(20)

D. Kerangka Konseptual

(Gambar 1.1)

PT.Coca Cola Bottling Indonesia -Medan

Perencanaan Biaya Produksi

Perencanaan Biaya Produksi Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi

Pada PT.Coca Cola Bottling Indonesia Medan

Biaya Produksi/HPP : - Raw Material - Labor


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Biaya

Pada abad milenium sekarang ini kemampuan perusahaan untuk berproduksi harus ditingkatkan terlebih lagi sudah jatuh tempo era bebas perdagangan ASEAN. Maka jika tidak sanggup bersaing akan ketinggalan dan menemui kehancuran Karena digilas oleh perusahaan lain dengan biaya semurah mungkin ditambah mutu terbaik dan jumlah yang tidak terbatas. terdapat dan berpendapat. Sebelum penulis menjelaskan lebih jauh tentang biaya maka penulis jelaskan lebih dahulu bahwa biaya tidak sama dengan beban atau cost and expenses, biaya masuk ke neraca sedangkan beban masuk ke laba rugi. Kembali dari awal bahwa kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan yang berproduksi atau memproduksi dan hal itu bukan hal yang susah dan yang menjadi masalah adalah jenis apa yang diproduksi yang diinginkan oleh konsumen, selain itu berapa biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi sebuah produk dan sanggup tidaknya bersaing dengan produk lain yang sejenis. Jika tidak sanggup dari segi biaya ditambah lagi mutu produk yang harus dipasarkan. Definisi biaya menurut Mulyadi (2001:7) “Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang dilakukan dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan mencapai untuk tujuan tersebut”.Dari Definisi diatas tadi berarti ada empat unsure pokok biaya tersebut yaitu :

a. Biaya merupaka sumber daya ekonomis b. Di ukur dalam satuan uang


(22)

c. Yang telah terjadi atau akan terjadi

d. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tersebut

Jika kita lihat biaya banyak sekali pembagian jenisnya, jadi salah satu jenisnya adalah biaya variable demikian juga biaya operasi perusahaan juga terbagi biaya umum dan minimal transaksi jika ada biaya penjualan, biaya bunga, biaya lain-lain, dan biaya luar biasa. Dan semua biaya tersebut ada sangkut pautnya dengan hasil produk tersebut atau singkatnya total semua biaya yang dikeluarkan hanya lebih kecil dari total penjualan, dan inilah tujuan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal.

Menurut Assauri (2001:11), Pengertian produksi adalah “ suatu kegiatan atau proses yang mentransformasikan masukan (input) menjadi hasil keluaran (output).

Dengan dasar pengertian itu, di dalam kegiatan menghasilkan barang atau jasa, dapat diukur kemampuan untuk menghasilkan atau mentransformasikannya, yang sering dikenal dengan sebutan produktivitas untuk setiap masukan (input) yang dipergunakan.

Menurut Sugiri (2002:21), biaya adalah “ Pengorbanan sumber daya ekonomis tertentu untuk memperoleh sumber daya ekonomi lainnya.”

Menurut Maher dan Deakin (2001:34), biaya diartikan sebagai “suatu sumber daya yang dikorbankan untuk mencapai tujuan tertentu”.

Biaya produksi terdiri dari 3 elemen biaya yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya Overhead pabrik.


(23)

Menurut Carter dan Usry (2004:40), biaya bahan baku merupakan”semua bahan baku yang membentuk bagian integral dari produk jadi dan dimasukkan secara eksplisit dalam perhitungan biaya produk.”

Menurut Carter dan Usry (2004:40), biaya tenaga kerja langsung adalah “tenaga kerja yang melakukan konversi bahan baku langsung menjadi produk jadi dan dapat dibebankan secara layak ke produk tertentu”.

Pada umumnya biaya tenaga kerja terdiri dari : 1. Gaji pokok (original wages)

Gaji pokok adalah gaji yang harus dibayar kepada buruh sesuai dengan kontrak kerja. Gaji pokok ini sering pula disebut gaji minimum.

2. Uang lembur (overtime)

Menurut Undang-Undang Perburuhan yang diakui secara internasional, jam kerja seorang tenaga kerja adalah 40 jam dalam satu minggu. Seandainya tenaga kerja bekerja satu minggu di atas 40 jam dalam satu minggu untuk kelebihan jam kerja tersebut harus diberikan gaji tambahan dan gaji tambahan itu disebut uang lembur atau overtime.

3. Bonus (incentive)

Incentive adalah gaji tambahan yang diberikan kepada tenaga kerja yang menunjukkan prestasi yang melebihi yang ditentukan.

Disebut juga Overhead manufaktur, beban manufaktur atau beban pabrik yang terdiri dari semua biaya manufaktur yang tidak ditelusuri secara langsung ke output tertentu. Overhead pabrik biasanya memasukkan semua biaya manufaktur kecuali bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung.


(24)

Yang termasuk di dalam biaya overhead antara lain : 1. Upah tidak langsung

2. Penyusutan masin-mesin 3. Penyusutan bangunan pabrik

4. Biaya pemeliharaan mesin dan bangunan pabrik 5. Biaya bahan bakar dan oli

6. Biaya pengobatan buruh 7. Biaya Listrik

8. Amortisasi hak paten

9. Biaya asuransi mesin dan bangunan pabrik

10. Bahan baku tidak langsung atau bahan penolong lainnya.

Di dalam akuntansi biaya yang konvensional komponen-komponen harga pokok produk yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik, baik yang bersifat tetap maupun variabel. Konsep harga pokok tersebut tidak selalu relevan dengan kebutuhan manajemen. Oleh karena itu timbul konsep lain yang tidak diperhitungkan semua biaya produksi sebagai komponen harga pokok produk. Jadi, di dalam akuntansi biaya, di mana perusahaan industry sebagai modal utamanya, terdapat dua metode perhitungan harga pokokFull/Absortion/Conventional Costing dan Variabel/Marginal/Direct Costing.

Full Costing adalah metode penentuan harga pokok produk dengan memasukkan seluruh komponen biaya poduksi sebagai unsur harga pokok, yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik


(25)

variable; dan biaya overhead pabrik tetap. Di dalam metode full costing, biaya overhead pabrik yang bersifat variabel maupun tetap dibebankan kepada produk yang dihasilkan atas dasar tarif yang ditentukan di muka pada kapasitas normal atau atas tarif yang ditentukan di muka pada kapasitas normal atau atas dasar biaya overhead pabrik sesungguhnya. Oleh karena itu biaya overhead pabrik akan melekat pada harga pokok persediaan produk selesai belum dijual, dan baru dianggap sebagai biaya (elemen harga pokok penjualan) apabila produk selesai tersebut tidak dijual. Pada metode full costing, karena produk yang dihasilkan ternyata menyerap jasa FOH (biaya overhead pabrik) tetap walaupun tidak secara langsung, maka wajar apabila biaya tadi dimasukkan sebagai komponen pembentuk produk tersebut.

Variabel Costing adalah metode penentuan harga pokok yang hanya memasukkan komponen biaya produksi yang bersifat variabel sebagai unsure harga pokok, yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel.

Variabel Costing beranggapan bahwa FOH tetap tadi tidak secra langsung membentuk produk, maka tidak relevan kalau dimasukkan dalam kelompok period cost (biaya periode).

Menurut carter dan Usry (2004:40), perencanaan merupakan proses dari menyadari kesempatan maupun ancaman eksternal, menentukan tujuan yang diinginkan dan menggunakan sumber daya untuk mencapai tujuan tersebut.

Dalam perencanaan ditentukan usaha-usaha atau tindakan-tindakan yang akan atau perlu diambil oleh pimpinan perusahaan untuk mencapai tujuan


(26)

perusahaan, dengan mempertimbangkan masalah-masalah yang mungkin timbul di masa yang akan datang.

Tujuan perencanaan biaya produksi adalah untuk dapat memproduksi barang-barang (output) dalam waktu tertentu di masa yang akan datang dengan kuantitas dan kualitas yang dikehendaki serta dengan keuntungan (profit) yang maksimum, dengan memperhatikan tiga golomgan besar yang ada dalam masyarakat yaitu konsumen, karyawan dan pengusaha.

Harga pokok produksi (HPP) merupakan harga pokok untuk menghasilkan suatu barang jadi. Harga pokok produksi melibatkan ketiga elemen biaya produksi yaitu bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.

Dalam perhitungan harga pokok untuk melibatkan system perhitungan biaya produksi, yang umumnya terdiri dari :

1. Sistem perhitungan biaya berdasarkan pesanan (job order costing) 2. Sistem perhitungan biaya berdasarkan proses (process costing)

Dalam perhitungan biaya berdasarkan pesanan diakumulasikan untuk setiap pesanan, dalam perhitungan biaya berdasarkan pesana akan lebih praktis mengidentifikasikan secara fisik setiap pesanan yang diproduksi dan membebankan setiap pesanan dengan paling tidak beberapa elemen biaya. Ketika suatu pesanan diproduksikan dengan jumlah tertentu, perhitungan biaya berdasarkan pesanan memungkinkan perhitungan biaya per unit.

Perhitungan biaya berdasarkan proses mengakumulasikan biaya berdasarkan proses produksi. Departemen bisa saja ada di dalam perhitungan biaya berdasarkan pesanan atau perhitungan biaya berdasarkan proses, tetapi


(27)

perbedaan penting bahwa departemen merupakan faktor dari penelusuran biaya dalam perhitungan biaya berdasarkan proses.

PT Coca Cola Bottling Indonesia Medan menggunakan system perhitungan biaya berdasarkan peroses cost dalam menentukan harga pokok produksi.

B. Biaya Produksi

Pengertian Biaya Produksi

Biaya produksi adalah biaya-biaya yang berkaitan dengan pembuatan barang dan penyediaan jasa. Menurut Carter dan Usry (2002:40) Biaya produksi adalah “Manufacturing costs also called production cost is usually defined as the sum of three cost elements: direct materials, direct labor, and factory overhead”.

Biaya manufaktur juga disebut biaya produksi atau biaya pabrik, biasanya didefinisikan sebagai jumlah dari tiga elemen biaya yaitu : bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik.

Biaya produksi dapat terbagi lagi dalam dua kategori yaitu biaya utama dan biaya konversi. Biaya utama yaitu biaya yang berhubungan langsung dengan produksi yaitu biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung sedangkan biaya konversi adalah biaya yang diperlukan untuk memproses bahan baku menjadi produk selesai yaitu biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead.

1. Biaya Bahan Baku (Direct Material Cost)

Bahan baku langsung adalah bahan yang dapat ditelusuri ke barang atau jasa yang sedang diproduksi. Biaya bahan ini dapat langsung dibebankan ke


(28)

produk karena pengamatan fisik dapat digunakan untuk mengukur kuantitas yang dikonsumsi oleh setiap produk. Biaya bahan baku langsung merupakan keseluruhan bahan baku yang diolah menjadi barang jadi dan dapat ditetapkan langsung pada harga pokok dari barang jadi atau dengan kata lain merupakan komponen biaya yang jumlahnya relative besar dalam menghasilkan output dan biasanya merupakan bagian integral dari output tersebut.

Ada beberapa masalah yang mungkin dihadapi manajemen dalam mengelola bahan tersebut yaitu :

a. Perencanaan dan Pengendalian bahan

Perencanaan bahan dipengaruhi oleh sifat kegiatan produksi perusahaan, apakah kegiatan produksi tergantung pada datangnya pesanana dari langganan (pembeli) atau kegiatan produksi bersifat massa atau proses. Perencanaan dan pengendalian bahan mempunyai dua tujuan pokok :

- Untuk menekan (minimumkan) biaya

- Untuk memaksimumkan laba dalam waktu tertentu dan dengan dana tertentu.

Dalam perencanaan dan pengendalian bahan yang menjadi masalah utama adalah menyelenggarakan persediaan yang paling tepat agar kegiatan produksi tidak terganggu dan dana yang ditanamkan dalam persediaan bahan tidak berlebihan.

b. Penentuan harga pokok bahan yang dibeli

Menurut prinsip akuantansi, yang termasuk dalam harga pokok bahan yang dibeli adlah meliputi harga faktur ditambah biaya lainnya yang terjadi dalam


(29)

rangka perolehan bahan, baik yang berhubungan dengan biaya pemesanan (ordering cost) maupun biaya penyimpanan (carryng cost) sampai dengan bahan siap dipakai di dalam kegiatan produksi, dikurangi dengan potongan pembelian, rabat dan subsidi langsung atas pembelian.

c. Penentuan harga pokok bahan yang dipakai dalam produksi

Setelah harga pokok (perolehan) bahan yang dibeli ditentukan, maka penentuan harga pokok bahan yang dipakai dapat ditentukan.

Tujuan akuntansi penentuan harga pokok bahan dipakai :

- Untuk menentukan harga pokok bahan dan harga pokok persediaan bahan dengan lebih adil dan teliti

- Untuk pengendalian atas bahan

Untuk menghitung biaya bahan baku yang telah digunakan dalam proses produksi, maka ada 2 tahap yang harus dilalui yaitu :

1) Menghitung kuantitas bahan yang digunakan

Cara menghitung kuantitas bahan yang telah digunakan dipengaruhi oleh sistem pencatatan persediaan tersebut. Bila perusahaan menggunakan sistem persediaan periodik, jumlah persediaan akhir dilihat ke persediaan/gudang dan untuk menentukan jumlah bahan yang telah digunakan maka dilakukan perhitungan sebagai berikut :


(30)

Data perhitungan bahan baku yang digunakan Pesediaan awal bahan baku XXX

Pembelian bahan baku XXX + Jumlah bahan baku yang tersedia XXX Persediaan bahan baku akhir XXX - Jumlah bahan baku yang digunakan XXX

Sedangkan apabila perusahaan menggunakan sistem pencatatan persediaan perpetual, maka besarnya pemakaian bahan dapat dilihat pada kartu persediaan (stock card).

2) Menghitung biaya bahan yang digunakan

Setelah diketahui jumlah bahan yang digunakan dalam proses produksi maka tahap selanjutnya adalah menghitung biaya bahan yang digunakan. Ada beberapa metode yang digunakan untuk menetapkan bahan yang digunakan yaitu :

a. Metode First in First Out

Pemakaian metode first in first out didasarkan pada anggapan bahwa bahan yang pertama kali dipakai dibebani dengan harga perolehan per satuan dari bahan yang pertama kali masuk ke gudang, atau harga perolehan bahan per satuan yang pertama kali masuk ke gudang bahan akan digunakan untuk menentukan harga perolehan per satuan bahan yang dipakai pertama kali disusul harga yang masuk berikutnya.


(31)

b. Metode Last in first out

Pemakaian metode Last in first out Berdasarkan anggapan bahwa bahan yang pertama kali dipakai dibebani dengan harga perolehan per satuan bahan dari yang terakhir masuk, disusul dengan harga perolehan bahan per satuan yang masuk sebelumnya dan seterusnya atau harga perolehan bahan per satuan yang terakhir masuk ke gudang bahan digunakan untuk menentukan harga bahan per satuan yang terakhir masuk ke gudang bahan digunakan untuk menentukan harga bahan per satuan bahan yang pertama kali dipakai, disusul dengan harga perolehan yang masuk sebelumnya dan begitulah seterusnya.

c. Metode Average

Pemakaian metode average didasarkan pada anggapan bahan yang dikonsumsi dibebani dengan harga pokok per satuan bahan rata-rata. Pada metode ini, aliran harga perolehan juga tidak sesuai dengan aliran fisik bahan, karena aliran fisik harus mempertimbangkan keadaan (kondisi) fisik dari persediaan.

d. Metode Indentifikasi Khusus

Pemakaian metode identifikasi khusus (special identification method) menentukan aliran harga pokok bahan yang dipakai sesuai dengan aliran fisik bahan. Oleh karena itu penyimpanan bahan di gudang harus dikelompokkan atau dipisahkan sesuai dengan harga perolehan bahan pada saat pembelian dan setiap kelompok dibuatkan kode atau kartu secara


(32)

terpisah, agar pada saat dipakai dapat diketahui dengan tepat besarnya harga perolehan bahan yang dipakai tersebut sesuai dengan fisiknya. Pencatatan transaksi yang berhubungan dengan pembelian dan penggunaan bahan baku secara perpetual adalah sebagai berikut :

Pada saat pembelian bahan baku

Persediaan bahan baku XXX

Kas/Utang XXX

Pada saat penggunaan bahan baku

Barang dalam proses XXX

Persediaan bahan baku XXX 2. Tenaga Kerja Langsung (Direct Labour)

Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang dapat ditelusuri pada barang atau jasa yang sedang diproduksi. Seperti halnya bahan baku, pengamatan fisik dapat digunakan untuk mengukur kuantitas karyawan yang digunakan dalam memproduksi suatu barang dan jasa. Biaya tenaga kerja langsung dpat dibagi atau 3 (tiga) bagian yaitu :

1. Gaji pokok (original wages) 2. Uang lembur (overtime) 3. Bonus (incentive)

Gaji pokok (original wages) adalah pembagian seluruh upah yang harus dibayarkan oleh pemberi kerja kepada buruh-buruhnya sesuai dengan kontrak kerjanya yang telah disepakati sebelumnya. Apabila buruh tersebut bekerja melebihi batas waktu yang disepakati, maka buruh tersebut juga harus dibayar


(33)

sesuai dengan waktu kerja diluar dari yang disepakati dimana jumlahnya tergantung kebijakan perusahaan, hal ini disebut dengan uang lembur (overtime) sedangkan yang dimaksud dengan bonus (incentive) adalah upah yang diberikan kepada buruh apabila buruh tersebut menunjukkan suatu prestasi kerja yang baik di dalam suatu perusahaan. Program bonus bertujuan untuk meningkatkan produkstivitas karyawan yang berarti meningkatkan penghasilan karyawan yang produktivitasnya tinggi.

Pada perusahaan yang relative kecil dimana jumlah karyawan juga relative sedikit, umumnya digunakan dua sistem penggajian, sebagai karyawan digaji dengan jumlah tetap per bulan dan sebagian lagi digaji atas dasar hari kerja atau jam kerja. Sedangkan pada perusahaan yang relative besar sifat produksinya massa, dan memiliki jumlah karyawan yang relative baik, sisetem penggajian dapat digunakan dasar penggajian kerja dengan organisasi karyawan, penelitian atas produktivitas, evaluasi jabatan atau pekerjaan, program pembagian laba, program insentif, program jaminan upah minimum dan sebagainya.

Terdapat beberapa motode penetapan tarif biaya tenaga kerja yaitu : a. Tarif per jam kerja

Jika pembayaran ditentukan berdasarkan jam kerja maka tinggal dihitung taksiran jam kerja yang diperlukan untuk menyelesaikan satu unit produk dikalikan dengan tarif per jamnya. Hasil kali itu akan menghasilkan biaya tenaga kerja per unit produk. Volume produksi dikalikan dengan biaya tenga kerja per unit produk akan menghasilkan biaya tenaga kerja total.


(34)

b. Tarif per hari kerja

Jika pembayaran biaya tenaga kerja ditetapkan berdasarkan hari kerja maka harus dihitung hari kerja dalam satu bulan atau satu tahun dikalikan dengan jumlah tenaga kerja keseluruhan. Hasil perkalian itu merupakan biaya tenaga kerja dengan dianggarkan untuk memproduksi seluruh produk dalam satu periode.

c. Tarif Per unit produk

Jika pembayaran tenaga kerja ditetapkan berdasarkan unit produksi yang dihasilkan maka tinggal dihitung tarif upah per unit produknya dikalikan dengan volume produksi total. Hasil perkalian tersebut merupakan biaya tenaga kerja total dalam produk tersebut.

Beberapa masalah yang mungkin timbul dalam biaya tenaga kerja langsung antara lain :

a. Waktu mengganggur

Adalah tidak mungkin mengharapkan seluruh jam kerja dari karyawan menjadi waktu yang produktif. Perpindahan dari pekerjaan satu ke pekerjaan yang lain seorang buruh akan selalu menimbulkan waktu yang terbuang demikian pula jika ada penundaan jadwal karena menunggu bahan baku atau karena kerusakan mesin. Masalah-masalah tersebut biasanya disebut sebagai waktu menganggur dan ini akan diikutsertakan dalam perhitungan harga pokok produk.


(35)

b. Shif Premium

Suatu tarif mungkin saja berproduksi selama 24 jam penuh, karena itu mungkin akan diadakan shift siang dan shif malam bagi karyawannya. Biasanya ada perlakuan yang berbeda antara kedua shift ini.

Kelebihan yang dibayarkan akibat perbedaan shift ini akan dibebankan ke rekening biaya overhead pabrik dan bukan ke rekening biaya tenga kerja.

c. Bonus

Bonus biasanya diberikan sebagai pembayaran tambahan atas gaji/ upah kepada pekerja. Alasan pemberian bonus ini biasanya karena karyawan pekerja pada tingkat produktivitas lebih tinggi dari yang diharapkan. Bonus secara teoritis akan dimasukkan ke rekening harga pokok produksi melalui rekening barang dalam proses, namun karena alasan praktis, bonus biasanya dimasukkan ke dalam rekening harga pokok produksi melalui biaya overhead.

d. Gaji dan hari libur

Pembayaran terhadap buruh akan tetap dilakukan walaupun buruh tersebut tidak kerja karena cuti atau hari libur. Upah tersebut akan diakumulasikan tiap bulan dan didistribusikan pada seluruh produksi selama setahun melalui biaya overhead pebrik.

e. Adanya barang yang rusak

Sudah menjadi hal yang biaya bahwa dalam proses produksi ada barang yang tidak sesuai, rusak atau cacat . dari produk- produk rusak tersebut ada yang dapat diperbaiki seperti yang diinginkan, dalam hal ini diperlukan pula tenaga


(36)

kerja dan mengerjakannya. Tambahan biaya tersebut biasanya dibebankan pula pada biaya overhead pabrik.

Pencatatan transaksi yang berhubungan dengan pembayaran gaji untuk upah adalah sebagai berikut :

Beban gaji XXX

Kas XXX

Utang pph XXX

Lain-lain XXX

Selanjutnya jurnal pada saat pendistribusian biaya tenaga kerja ke produk yang bersangkutan yaitu dengan jurnal :

Barang dalam proses XXX

Biaya upah XXX

3. Overhead pabrik (Factory Overhead)

Biaya overhead meliputi semua biaya produksi selain dari bahan baku dan tenaga kerja langsung yang ikut berperan serta dalam pengolahan bahan baku langsung menjadi barang jadi. Biaya overhead pabrik dapat pula didefinisikan sebagai seluruh biaya produksi yang tidak dapat dilacak atau tidak perlu dilacak ke unit produksi secara individu.

a. Biaya overhead pabrik sesungguhnya

Bila suatu biaya overhead terjadi maka harus dilakukan pencatatan atasnya, sebagai mana pada biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja. Jurnal atas dikeluatkannya biaya overhead tersebut antara lain :


(37)

Biaya Overhead (sesungguhnya) XXX

Persediaan bahan baku XXX

Persediaan supplies XXX

Penyusutan aktiva XXX

Macam-macam biaya XXX

b. Biaya overhead pabrik dibebankan

Setelah biaya overhead sesungguhnya dicatatat dibuku besar pembantu dan dicatat di rekening buku besar maka harus dibuat pencatatan untuk mencatat biaya overhead pabrik yang dibebankan ke produk.

Jurnal yang dilakukan adalah :

Barang dalam proses XXX

Biaya overhead (dibebankan) XXX

Biaya overhead (dibebankan ditransfer ke rekening barang dalam proses. Pentransferan ini adalah untuk membebankan besarnya biaya overhead pabrik pada proses produksi suatu produk. Pentransferan biaya overhead pabrik rekening barang dalam proses dimasukkan pula dengan tujuan pengurangan pendapatan (income measurement). Suatu estimasi biaya overhead pabrik pada suatu produk dalam saat penting dalam penentuan persediaan barang dalam proses persediaan barang jadi, dan penentuan harga pokok penjulan tanpa adanya suatu jumlah untuk persediaan, neraca tidak akan dapat dibuat dan tanpa harga pokok penjualan laba rugi tidak dapat disajikan.

Pada akhir tahun buku, perbedaan antara biaya overhead sesungguhnya dengan yang dibedakan umumnya diperlakukakn sebagai laba-rugi atau dengan


(38)

membaginya ke rekening persediaan (baik persediaan produk sesuai maupun persediaan barang dalam proses) dan rekening harga pokok barang yang dijual.

Jurnal-jurnal yang dibuat untuk menutupi kelebihan atau kekurangan biaya overhead yng dibedakan ke rekening rugi laba adalah sebagai berikut :

a. Untuk kelebihan dibebankan

Biaya overhead dibebankan XXX

Biaya overhead sesungguhnya XXX Biaya overhead yang labih dibebankan XXX

Atau

Biaya overhead yang lebih dibebankan XXX

Rugi-laba XXX

b. Untuk yang kurang dibebankan

Biaya overhead dibebankan XXX

Biaya overhead yang kurang dibebankan XXX Biaya overhead sesungguhnya XXX

Atau

Rugi- Laba XXX

Biaya overhead yang kurang dibebankan XXX

Perlakuan atas selisih biaya overhead tersebut dapat pula diselesaikan melalui rekening harga pokok penjulan dan persediaan.

Jurnal yang dibuat untuk menyelesaikan kelebihan atau kekurangan biaya overhead yang diberikan adalah :


(39)

Persediaan XXX Atau

Harga pokok penjualan XXX

Persediaan XXX

Biaya overhead kurang dibebankan XXX

Biaya overhead yang lebih dibedakan akan menambah laba sedangkan biaya overhead yang kurang dibedakan atau menambah rugi.

Dalam sistem tradisional, untuk membebankan biaya overhead terhadap produk digunakan pengurangan aktifitas tingkat unit (unit level drives), karena ini merupakan factor yang menyebabkan perusahaan biaya sebagai akibat perusahaan unit yang diproduksi.

Penggerak tingkat unit yang secara umum digunakan untuk membebankan overhead meliputi :

a. Unit Yang Diproduksi

Tarif overhead = Taksiran Biaya Overhead = ……Rp Per UnitProduksi Taksiran Unit Produksi

b. Jam Tenaga Kerja Langsung (JTKL)

Tarif Overhead = Taksiran Biaya Overhead = Rp Per JKTL Taksiran Jam Tenaga Kerja Langsung

c. Tenaga Kerja Langsung (rupiah)

Tarif Overhead = Taksiran Biaya Overhead = % Biaya TKL Taksiran Biaya Tenaga Kerja Langsung


(40)

d. Jam Mesin

Tarif Overhead = Taksiran Biaya Overhead = Rp Per Jam Kerja Mesin Taksiran Jam Kerja Mesin

e. Bahan Langsung

Tarif Overhead = Taksiran Biaya Overhead = % Dari Biaya BL Taksiran Biaya Bahan Baku Langsung

Sistem Kalkulasi dan format laporan Biaya produksi ada dua cara yang jamin digunakan oleh perusahaan untuk mengukur biaya yang berhubungan dengan produksi yaitu :

a. Kalkulasi Biaya Aktual

Sistem biaya actual (actual cost system) mengharuskan perusahaan menggunakan biaya aktual dari seluruh sumber daya yang digunakan untuk produksi baik biaya utama maupun biaya overhead untuk menentukan biaya per unit. Biaya utama actual dapat dibebankan dengan menggunakan biaya penelusuran langsung dan dapat dibebankan secara tepat waktu. Sehingga tidak terdapat masalah yang cukup signifikan baik dari segi keakuratan maupun ketepatan waktu. Metode ini mempunyai kelemahan dalam penggunaan biaya actual untuk penghitungan biaya per unit untuk biaya overhead. Pembebanan biaya overhead actual menciptakan komplit antara ketetapan waktu dan keakuratan. Perusahaan harus menunggu sampai akhir tahun untuk mengetahui biaya overhead tahun tersebut, karena biaya overhead sepanjang tahun tersebut merupakan milik unit yang diproduksi sepanjang tahun tersebut.


(41)

b. Kalkulasi Biaya Normal

Kalkulasi biaya normal (normal costing system) mengharusklan perusahaan untuk membebankan biaya actual bahan langsung adan tenaga kerja langsung kepada unit yang diproduksi, namun untuk overhead dibebankan berdasarkan estimasi yang ditemukan terlebih dahulu. Kesulitan utama dari metode ini adalah perbedaan antara tarif actual dengan tarif yang telah ditentukan.

Metode ini banyak digunakan oleh perusahaan karena sangat bermanfaat untuk pengambilan keputusan jangka pendek.

Setelah perusahaan menentukan metode mana yang akan digunakan untuk mengukur biaya produksi, selanjutnya dicatat dalam laporan biaya produksi. Laporan biaya produksi merupakan daftar yang mengikhtisarkan biaya dan data produksi untuk satu periode.

Menurut Matz dan Usry, Laporan biaya produksi pada dasarnya terdiri atas 3 bagian utama yaitu :

a. Skedul Kuantitas Produksi

Pada bagian ini ditunjukkan unit dalam proses awal, unit yang dimasukkan dalam proses, unit yang diterima dari departemen sebelumnya, unit yang dipindahkan kegudang, unit dalam proses akhir dan unit yang hilang dalam proses.

b. Biaya Yang Dibebankan Ke Departemen Produksi

Baiaya yang terdiri dari biaya bahan langsung, upah langsung dan overhead pabrik. Tiap jenis biaya tersebut disajikan dalam total dan per unit produksi ekuivalen.

c. Pertanggungjawaban Biaya

Menunjukkan alokasi biaya ke barang yang selesai atau ditransfer ke departemen berikutnya dan ke barang dalam proses.


(42)

Tabel 1.1

Laporan Biaya Produksi

AMERICAN COMPANY DEPARTEMEN PEMOTONGAN

LAPORAN BIAYA PRODUKSI UNTUK BULAN JANUARI, 2000 Skedul Kuantitas

Persediaan awal Dimulai periode ini

Transfer ke Departemen perakitan Persediaan akhir

Bahan Baku

Tenaga Kerja

Overhead Jumlah

60% 20% 40%

100 600 700

500 200

700

Biaya dibebankan ke Departemen

Total Biaya

Ekuivalen unit

Biaya per unit


(43)

Persediaan awal : Bahan Baku Tenaga kerja Overhead Pabrik

Total biaya di persediaan awal

Biaya ditambahkan selama periode berjalan Bahan Baku

Tenaga Kerja Overhead pabrik

Total biaya ditambahkan selama Periode berjalan

Total biaya dibebankan ke Departemen

$ 1,892 400 796 $ 3,088

$ 13,608 5,000 7,904

$ 26,512

$29,600 620 540 580

$ 25 10 15


(44)

Biaya dipertanggung Jawabkan Unit Persentase Penyelesaian Unit ekuivalen Biaya Per unit Total Biaya Ditransfer ke departemen perakitan BDP akhir :

Bahan Baku Tenaga Kerja Overhead Pabrik Total Biaya 500 200 200 200 100 60 20 40 500 120 40 80 $ 50 $ 25 10 15 $ 3,000 400 1,200 $ 25,000 4.600 29.600


(45)

Tabel 1.2

Laporan Biaya Produksi

AMERICAN COMPANY DEPARTEMEN PEMOTONGAN

LAPORAN BIAYA PRODUKSI UNTUK BULAN JANUARI, 2000 Skedul Kuantitas

Persediaan awal

Diterima dari Departemen Pemotongan

Ditransfer ke barang jadi Persediaan akhir

Bahan Baku

Tenaga Kerja

Overhead Jumlah

100% 70% 70%

180 500 680

580 100 680 Biaya dibebankan ke Departemen

Total Biaya

Ekuivalen unit

Biaya per unit


(46)

Persediaan awal :

Biaya departemen sebelumnya Bahan baku

Tenaga kerja Overhead Pabrik

Total biaya di persediaan awal

Biaya ditambahkan selama periode berjalan :

Biaya departemen sebelumnya Bahan Baku

Tenaga Kerja Overhead pabrik

Total biaya ditambahkan selama Periode berjalan

Total biaya dibebankan ke Departemen $ 8.320 830 475 518 $ 10.143 $ 25,000 7.296 9.210 $11,052 $ 52.558 $ 62.701 680 680 650 650 $ 49.00 11.95 14.90 17.80 $ 93.65


(47)

Sumber : Akuntansi Biaya diubah Biaya dipertanggung Jawabkan Unit Persentase Penyelesaian Unit ekuivalen Biaya Per unit Total Biaya Ditransfer ke departemen perakitan BDP akhir :

Biaya Departemen sebelumnya Bahan Baku Tenaga Kerja Overhead Pabrik Total Biaya dipertanggung jawabkan 580 100 100 100 100 100 100 70 70 580 100 100 70 70 $ 93.65 $ 49.00 $ 11.95 $ 14.90 $ 17.80 $ 4.900 $ 1.195 $ 1.043 $ 1.246 $ 54.317 $ 8.384 $ 62.701


(48)

3. Konsep Value Chain

Dalam persaingan yang semakin ketat ini perusahaan harus mampu mengelola aktivitas untuk menciptakan keunggulan kompetitif sehingga produknya bisa bersaing di pasar. Perusahaan dituntut melakukan perbaikan di segala bidang. Dalam rangka melakukan perbaikan tersebut perusahaan harus berfokus pada aktivitas eksternal maupun internal yang ikut memberikan nilai bagi konsumen. Penciptaan keunggulan kompetitif dapat dijadikan kunci dalam pesaingan sehingga perusahaan dapat mempertahankan posisinya dan untuk meningkatkan kemampuan daya saing perusahaan. Kenunggulan bersaing pada dasarnya berkembang dari nilai yang mampu diciptakan oleh sebuah perusahaan untuk pembelinya yang melebihi biaya perusahaan dalam menciptakannya.

Untuk mengidentifikasi sumber-sumber dan potensi keunggulan kompetitif bagi suatu perusahaan, diperlukan suatu alat analisis yang disebut konsep value chain (porter,1985). Menurut porter (1985:36), value chain adalah : “Every firm is a collection of activities that are performed to design, produce, market, deliver, and support its product. All these activities can be presented using a value chain”.

Jadi value chain merupakan kumpulan dari semua aktivitas-aktivitas nilai yang dilakukan oleh perusahaan mulai dari bahan baku sampai produk diterima konsumen. Porter membedakan aktivitas-aktivitas tersebut menjadi dua aktivitas yaitu :


(49)

a. Aktivitas Primer

Ada lima kategori generic aktivitas primer yang diperlukan dalam bersaing dalam industri. Tiap kategoeri tersebut dapat dibagi menjadi beberapa aktivitas yang berbeda bergantung pada industry tertentu dan strategi perusahaan lima aktivitas primer tersebut adalah :

1). Logistik ke dalam (Inbound Logisticd)

Aktivitas ini berhubungan dengan penerimaan, penyimpanan bahan baku untuk digunakan dalam proses produksi.

2). Operasi (Operations)

Aktivitas yang berhubungan dengan perubahan bahan baku menjadi barang jadi, seperti pengemasan, perakitan, percetakan, pengujian, pengoprasian fasilitas, dan pemeliharaan kesehatan.

3). Logistik ke Luar (Outbound Logistics)

Aktivitas yang berhubungan dengan penanganan, penyimpanan, dan pendistribusian barang jadi ke pembeli, misalnya penyimpanan dan penanganan barang jadi, pengolahan pesanan dan pengoprasian kendaraan pengiriman.

4). Pemasaran dan Penjualan

Aktivitas yang berhubungan dengan pemberian sarana yang dapat digunakan pembeli untuk membeli produk dan aktivitas yang mempengaruhi agar pembeli mau membeli produk, mana, promosi, hubungan degan peyalur dan penetapan harga.


(50)

5). Pelayanan

Aktivitas yang berhubungan dengan penyediaan pelayanan untuk meningkatkan atau mempertahankan nilai produk, seperti perbaikan pemasangan serta penyesuaian produk, pasokan suku cadang.

b. Aktivitas Pendukung (Support Activities)

Adalah aktivitas yang mendukung semua aktivitas primer. Pada aktivitas ini terdapat 4 kategori aktivitas generic :

1.Pembelian (Procurement)

Yang dimaksud adalah fungsi bagian pembelian untuk mencari supplier dengan yang rendah dan mutu yang tinggi.

2.Pengembangan teknologi (Technology Development)

Setiap aktivitas ini yang dilakukan perusahaan mengandung teknologi, baik itu berupa pengetahuan, prosedur, dan teknologi yang terdapat dalam peralatan. Ragam teknologi yang digunakan badan usaha sangat luas, mulai dari Teknologi yang digunakan dalam menyiapkan dokumen dan mendistribusikan barang jadi sampai dengan teknologi yang melekat dalam produk yang dihasilkan.

3.Manajemen sumber daya manusia (Human Resources Management) Aktivitas yang berhubungan dengan perekrutan, pelatihan, pengembangan tenaga kerja. Manajemen sumber daya manusia mempengaruhi keunggulan bersaing melalui peranannya dalam menentukan keterampilan dan motivasi karyawan, biaya penerimaan dan pelatihan karyawan.


(51)

4.Infrastruktur Perusahaan (Firm Infrastructure)

Infrastruktur perusahaan terdiri dari sejumlah aktivitas yang meliputi manajemen umum dan administrasi, keuangan, akuntansi, hukum dan perpajakan.

C. Perencanaan dan Pengawasan Biaya Produksi 1. Perencanaan Biaya Produksi

Perencanaan merupakan proses mendasar bagi manajemen untuk memilih sasaran dan menetapkan bagaimana mencapainya. Perencanaan memberikan landasan untuk melaksanakan pengawasan. Oleh sebab itu tanpa perencanaan fungsi pengawasan tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya.

Agar perencanaan dapat mencapai tujuannya maka harus mempertimbangkan kebutuhan fleksibilitasnya agar mampu menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang baru. Perencanaan yang sudah ditetapkan ini akan memberi landasan bagi pengawasan dengan alasan sebagai berikut :

a. Karena tujuan yang hendak dicapai telah ditetapkan maka pelaksanaan kegiatan dapat diusahakan dengan efektivitas dan efisiensi setinggi mungkin. b. Dapat mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan mampu dicapai

sehingga bisa dilakukan koreksi atas penyimpangan-penyimpangan.

c. Dapat mengidentifikasi hambatan-hambatan yang timbul dan mengatasinya secara terarah.

d. Dapat menghindarkan adanya, pertumbuhan dan perkembangan yang tidak terarah dan terkontrol.


(52)

Ada beberapa factor tertentu produksi yang penting dalam operasi selanjutnya berpengaruh pada akuntansi untuk operasi perusahaan. Sebagaimana diungkapkan Wiliam E. Cooms, Palmer (2000:6) yaitu :

a. Job Location

b. Procurement Of Labor and Equipment c. Use Of Equipment

d. Control Of Labor and Materials and Equipment e. Subcontracting

f. Suplying Management Personal g. Financing Requirement

Perencanaan biaya adalah menetukan jumlah dan jenis biaya, Perencanaan biaya dituangkan dalam bentuk anggaran. Penyusunan anggaran adalah dengan mempertimbangkan keseimbangan anatara berbagai program dan rencana yang dibuat bagian produksi, teknik, pemasaran, akuntansi dan lainnya yang disertakan untuk memberikan masukan dalam penyusunan anggaran. Hal ini bertujuan agar rencana yang dibuat dibahas dari segi teknis, operasional dan financial. Dalam hubungannya dengan pengawasan, penggunaan anggaran disebut dengan budgetary control.

Perencanaan biaya menurut J.A Mukamoko (2000:67) dapat dilakukan dalam dua cara yaitu :

1. Anggaran Biaya sangat teliti


(53)

Jika kita mebuat skema tentang anggaran biaya tersebut adalah sebagai berikut:

GAMBAR 2.1

SKEMA ANGGARAN PRODUKSI

Daftar

Daftar

Anggaran

Agar dapat membuat biaya produksi yang baik diperlukan beberapa kondisi berikut :

1) Membuat Produk dan spesifikasinya dengan skema

2) Mengetahui dan memahami situasi dan kondisi barang yang akan diproduksi 3) Mempunyai pengalaman dan wawasan yang cukup dibidang teknis produk,

sumber daya dan manajemen produk.

Jumlah

Tiap Jenis

Pekerjaan

Anggaran Biaya

Teliti

Daftar

Anggaran

Biaya

Biaya Tak Terduga, Ongkos,


(54)

Menurut R.A Supriyono (2000:102), dalam penyusunan anggaran biaya produksi sehingga efisiensi biaya dapat tercapai maka diperlukan standar biaya yang terdiri atas biaya bahan baku standar, biaya tenaga kerja standar dan biaya overhead standar.

1. Biaya Bahan Baku Standar

Biaya bahan baku standar adalah biaya bahan baku yang seharusnya terjadi dalam pengelolaan suatu produk. Dalam menentukan biaya bahan baku standar untuk megolah produk ditentukan oleh 2 faktor yaitu standar kuantitas bahan baku.

Standar kuantitas bahan baku adalah jumlah kuantitas bahan baku yang seharusnya dipakai dalam pengolah satu satuan produk tertentu. Dalam penetapan standar kuantitas bahan baku standar didasarkan atas :

a. Spesifikasi Kualitas bahan baku

Spesifikasi Kualitas bahan baku yang mengharuskan ditetapkannya kuantitas bahan baku yang dibeli, agar standar kuantitas dapat ditetapkan dengan teliti dan untuk bagian pembelian bahan baku juga memenuhi standar kuantitas yang ditetapkan.

b. Spesifikasi yang dihasilkan yang dapat dianalisis dari gambar, cetakan biru (blue print) atau dari rancangan design produk.

c. Ukuran bahan baku setiap satuan.


(55)

2. Harga Bahan Baku

Standar harga bahan baku adalah harga bahan baku per satuan yang seharusnya terjadi dalam pembelian bahan baku. Untuk penentuannya dapat digunakan dasar tingkat harga ideal dan normal yang ditetapkan dengan cara :

a. Harga bahan baku yang disetujui dalam kontrak pembelian jangka panjang.

b. Dihitung dari pesanan pembelian yang paling akhir dengan metode rata-rata tertimbang.

c. Ditentukan langsungberdasarkan taksiran pejabat perusahaan yang mempunyai pengetahuan dan meneliti harga bahan baku.

3. Biaya Tenaga Kerja Standar

Standar biaya tenaga kerja langsung ialah biaya tenaga kerja yang seharusnya terjadi di dalam pengolahan suatu produk. Di dalam menetapkan standar biaya tenaga kerja langsung ditentukan oleh 2 faktor yaitu :

Standar tarif upah langsung dan standar waktu (jam) kerja langsung. a. Standar tarif upah langsung adalah

Tarif upah langsung yang seharusnya terjadi setiap satuan dalam setiap satuan pengupahan (misalnya : upah per jam kerja, upah per potong). Di dalam penentuan besarnya standar tarif upah langsung dapat didasarkan atas :

1. Sitem penggajian yang dilaksanakan oleh perusahaan, misalnya : Harian, perjam atau perpotong


(56)

2. Tarif upah langsung yang dibayar pada masa lalu disesuaikan dengan tingkat upah yang diharapakan akan terjadi pada periode penggunaan standar.

3. Berdasarkan pasaran tenaga kerja yang bersaing sesuai dengan kondisi dan tempat atau lokasi proyek.

b. Standar Waktu (Jam) Kerja Langsung

Di dalam penetapan standar waktu kerja harus diperhatikan 2 faktor penting yaitu kegiatan apa yang dilaksanakan oleh jam kerja langsung dan berapa waktu yang seharusnya diserap untuk kegiatan atau unit produksi yang dikerjakan. Setelah kegiatan yang dilaksanakan diidentifikasi maka didalam penentuan besarnya waktu standar dapat dilaksanakan atas : 1. Study gerak dan waktu. Study ini dilaksanakan dengan cara mengukur

waktu dan gerakan setiap kegiatan si dalam pengolahan produk.

2. Rata-rata prestasi masa lalu.Penetapan waktu standar dengan dasar ini sederhana dan mudah, tetapi kurang akurat karena rata-rata prestasi masa lalu dapat mengandung pemborosan waktu.

3. Estimasi di muka terhadap waktu yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan tertentu.

4. Biaya Overhead Standar

Langkah-langkah dalam penentuan standar overhead dapat ditentukan sebagai berikut:


(57)

a. Penentuan biaya overhead. Awal periode disusun anggaran untuk setiap elemen biaya yang digolongkan kepada biaya tetap dan biaya variable, dan lebih baik dalam bentuk anggaran fleksibel.

b. Perencanaan dasar pembebanan pada tingkat kapasitas. Setelah anggaran biaya overhead disusun, maka untuk menghitung tiap standar perlu ditentuakn dasar kapasitas yang dipakai.

c. Perhitungan tarif standar overhead. Tarif standar overhead dibagi tingkat kapasitas yang dipakai.

5. Pengawasan Biaya Produksi

Secara sederhana James A.F. Stoner (2001:117) mendefinisikan pengawasan sebagai berikut :

“Pengawasan adalah usaha untuk menjamin bahwa tindakan sesuai dengan rencana”.

Defini ini menunjukkan adanya hubungan yang erat antara anggaran dan pengawasan. Pengawasan tidak akan terjadi bila tidak ada anggaran dan suatu anggaran mempunyai kemungkinan kecil untuk berhasil jika tidak dilakukan berbagai upaya untuk kemajuan. Dalam rangka mengusahakan realisasi sesuai dengan anggaran, pengawasan dilakukan dengan mengikuti jalannya pelaksanaan, mengarahkan semula lalu mengadakan tindakan perbaikan. Pengawasan biaya tidak berhenti pada tahap evaluasi saja tetapi terus berlanjut hingga konstruksi selesai. Glain A. Welseh (2001:16) mengemukakan proses pengawasan yang dilakukan meliputi tindakan :


(58)

1. Measurement of performance against predetermined objective, Plans and standard.

2. Communication (reporting) of the result of the measurement process the appropriate manager.

3. An analysis of deviation from objective, plans, policies and standard to determine the underlying cause.

4. Consideration of alternative courses of action that may be taken to correct indicated deficiencies and to learn from successes.

5. Choice and implementation and to the most promising alternative.

6. Follow-up to appraise the effectiveness of the corrective action and feedback of information the planning process to improve future planning and control cycles.

Dari tahap-tahap tersebut di atas dapat disimpulkan proses pengawasan yaitu penetapan anggaran untuk mengatur kegiatan sedemikian rupa sehingga terdapat suatu pasangan dan tolak ukur. Dengan tolak ukur atau pegangan untuk menilai realisasi kegiatan-kegiatan perusahaan, maka pengawasan dapat dilakukan dengan tepat dan baik, tidak lagi didasarkan praduga.

Tahap selanjutnya, melaporkan pelaksanaan dari anggaran untuk mengetahui apakah perusahaan telah bekerja dengan sukses atau kurang sukses. Bilamana hasil yang dicapai dapat tercapai seperti apa yang direncanakan atau bahkan lebih baik dari yang direncanakan, maka berarti perusahaan telah bekerja dengan sukses.

Dengan membandingkan hasil yang dicapai dengan standar atau ukuran yang dipakai dalam anggaran maka akan didapat penyimpangan. Penyimpangan antara anggaran dengan biaya yang sesungguhnya terjadi pada suatu tingkat produksi bukan merupakan suatu hal yang aneh dalam perusahaan sejauh perbedaan ini masih dalam batas yang wajar. Apabila terdapat perbedaan antara anggaran dan realisasi maka untuk perbedaan tersebut perlu diadakan analisa untuk perbedaan tersebut analisa untuk mencari solusi perbaikan.


(59)

Untuk maksud pengawasan, penyimpangan perlu dianalisa agar dapat mengetahui apakah perbedaan tersebut wajar atau tidak, apa penyebabnya dan siapa yang bertanggung jawab dan menentukan langkah-langkah berikutnya. Setiap penyimpanagn ada yang menguntungkan (favourable) dan ada yang tidak menguntungkan (unfavorable). Penyimpangan yang menguntungkan terjadi apabila biaya lebih kecil dari anggaran dan penyimpangan yang tidak memungkinkan apabila yang terjadi sebaliknya.

Sebagai tahap akhir dalam proses pengawasan adalah mengambil tindakan perbaikan yang perlu terhadap penyimpangan yang terjadi. Hal ini penting menjadi perhatian pimpinan sebab tindakan koreksi harus diambil pada saat yang tepat.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa pengawasan melalui anggaran bertujuan :

1. Mengusahakan realisasi terhadap perencanaan

2. Mengetahui kekurangan dan kesulitan yang dihadapi dalam pelaksanaan anggaran

3. Agar pelaksanaan tugas selesai dan sesuai instruksi, peraturan serta prosedur yang berlaku.

4. Agar dapat diambil tindakan perbaikan untuk memperbaiki penyimpangan, baik pada saat sekarang maupun untuk masa yang akan datang.


(60)

D. Penetapan Harga Pokok Produksi

Sebenarnnya pada saat merencanakan biaya produksi tersebut sudah ditetapkan harga pokok produksi agar singkron dengan harga pokok penjualan dan juga ditetapkan dibandingkan dengan harga jual. Harga pokok produksi merupakan gabungan bahan baku, tenaga kerja, dan overhead di luar finish good, harga pokok produksi sama dengan Cost Of Good, Manufactured, untuk lebih jelasnya penulis akan perlihatkan oada tabel dibawah ini :

TABEL 2.1

HARGA POKOK PENJUALAN

Raw Material 1/1 2000 $ 120

NET Purchases $ 80 +

Raw Material available for use $ 200

Raw material 31/12 2000 $ 40 -

Raw marerial use $ 160

Direct Labour $ 70

Overhead $ 40 +

Manufacturing Coss $ 270

Work in process 1/1 2000 $ 70 +

$ 340 Work in process 31/12 2000 $ 20 -


(61)

TABEL 2.2 PURCHASES

Purchases $ 70

Purchases Return $ 5

Purchases Discount $ 5 -

$ 60

Freight in $ 20 +

Net purchases $ 80

Untuk menetapkan harga pokok produksi tersebut dengan unit adalah total penjualan dibanding dengan total harga pokok produksi merupakan harga pokok produksi per unit.

Total harga pokok produksi $ 320 = $ 5/unit

Total unit yang dijual 64 unit

Harga ini ditetapkan dari pengalaman data terdahulu dikaitkan dengan rencana yang akan datang, dan dilandasi dengan unit Cost atau harga per unit. Demikian juga berapa yang harus diproduksi terkait dengan berapa penjualan, berapa persediaan akhir, dengan harga persediaan awal dan selisihnya yang harus dibeli.


(62)

Contoh 1 :

Rencana penjualan 64 unit

Rencana persediaan akhir 10 unit +

74 unit

Persediaan awal 15 unit -

Total yang harus diproduksi 59 unit Contoh 2 :

Budget Penjualan 64 unit

Budget Persediaan akhir 10 unit +

74 unit

Budget Persediaan awal 15 unit -

Budget Produksi atau yang harus diproduksi 59 unit

Selanjutnya unit tersebut hatus diketahui berapa per unit harga produksi, sehingga diketahui total harga produksi.


(63)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dialkukan di PT.Coca-Cola Bottling Indonesia Belawan Km 14 Martubung.

Penelitian ini penulis kerjakan selama lebih kurang 3(tiga) bulan yaitu daimulai pada bulan November –Desember sampai januari 2010

B. Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan untuk penelitian ini adalah data primer dan data sekunder

1. Data Primer adalah data yang diperoleh yang mungkin harus diperbaruhi atau diubah

Menurut penulis Sugiono (2001:4)

Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama yang masih memerlukan pengolahan lebih lanjut dan dikembangkan dengan pemahaman sendiri oleh penulis seperti wawancara.

2. Data Sekunder, data ini diperoleh di PT.Coca-cola Bottling Indonesia Medan yang sudah didapat. Menrut Sugiyono (2001:21) Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari perusahaan sebagai objek penelitian yang sudah diolah dan terdokumentasi diperusahaan misalnya sejarah singkat perusahaan, Struktur organisasi dan pengendalian intern di perusahaan.


(64)

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dipergunakan adalah teknik dokumentasi dan teknik wawancara yaitu:

1. Teknik dokumentasi merupakan salah satu metode pengumpulan data yang dipergunakan untuk mendasari data historis yang tersedia dalam bentuk surat-menyurat

Catatan-catatan dan juga laporan-laporan yang ada hubungannya dengan judul skripsi penulis.

2. Teknik kadaluarsa adalah pengumpulan data dengan melaksanakan tanya jawab dari penulis dengan orang-orang yang berkenan memberikan data pada PT.Coca-cola Bottling Indonesia Medan.

D. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang dipergunakan adalah metode deskriftif yaitu dengan cara mengumpulkan berbagai data yang didapatkan sehingga dapat memberikan gambaran yang tepat mengenaiyang diselidiki penulis di PT.Coca Cola Bottling Indonesia Medan.


(65)

BAB IV

HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian

1. Gambaran Umum perusahaan a. Sejarah Singkat Perusahaan

Pada awalnya perusahaan ini adalah pabrik Bir, yang menghasilkan bir galion dan es batangan, perusahaan ini milik Prancis yang berdiri tahun 1975. Perusahaan ini menjangkau pemasaran wilayah :

1. Sumut 2. Aceh 3. Riau 4. Padang

Karena berbagai macam masalah, perusahaan tersebut dijual ke PT Multi Bintang Indonesia milik Belanda yang sebelumnya milik Prancis. PT Multi Bintang milik Belanda memberhentikan produk es batangan dan melanjutkan pruduk bir, dimana hak paten bir tersebut berpindah dari Prancis ke Belanda. Produk PT Multi Bintang Indonesia yaitu:

1. Bir Bintang 2. Cocacola 3. Sprite 4. Fanta 5. Green sand 6. Supersandi


(66)

Pemasaran bir bintang meliputi 4 wilayah untuk soft drink dan seluruh Sumatera untuk bir. Tahun 1990 perusahaan ini diambil alih oleh Van Java Australia yang hanya memproduksi minuman Ringan sedangkan Bir di stop produksi karena tidak sesuai pembayaran royalti

dan sampai saat ini produksi minuman Ringan tersebut sanggup mensuplai konsumen untuk empat propinsi yaitu meliputi :

1. Propinsi Aceh

2. Propinsi Sumatera Utara 3. Propinsi Riau

4. Propinsi Jambi

Daerah ini merupakan regional III (empat propinsi), untuk regional II meliputi kota besar sedangkan regional I meliputi propinsi daerah khusus Jakarta Raya. Sebenarnya mulai dari awal 1975 perusahaan ini hanya pembotolan bukan produksi100% bahan baku di Indonesia. Contoh satu botol fanta murni yang dikirim dari Prancis isinya 5 kg dicampur dengan air, gula dll dapat memproduksi 200 liter Fanta, jadi kita atau Indonesia tidak membuat 100% soft drik. Demikian juga coca-cola dari Amerika, Sprite dari Amerika, dan Green Sands atau Super sandy dari Swiss dan di Medan untuk dicampur atau dibotolkan.

b. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi ini yang dianut perusahaan adalah struktur organisasi jenis fungsional dan dikenal dengan PT.Coca Cola Bottling Indonesia ini Fungsion yaitu penugasan dari kantor pusat sampai kebawahan satu garis saja contoh:


(67)

PRESDIR

Jakarta

(Gambar.3.1)

I. Region Kantor pusat Jakarta

II. Region ini Kanwil, pulau Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Irian

III. Daerah Jogja, Medan, Padang, Makasar, Palembang, Surabaya, Semarang, Aceh, Pekan baru dll.

2. Data Biaya Produksi Perusahaan

PT.Coca-Cola Bottling Indonesia Medan dalam melaksanakan proses produksinya untuk mengasilkan soft drink tentu mengeluarkan biaya produksi, biaya produksi ini meliputi raw material, biaya labor, overhoad pabrik.

I. Produksi

III. Produksi II. Produksi

Produksi

Keuangan

Keuangan

Keuangan Keuangan

Personalia/HRD

Personalia/HRD

Personalia/HRD


(68)

a. Raw material , mulai dari penyediaan air, bit atau bubuk fanta, coca-cola, sprite, gula adalah bahan baku utama untuk memproduksi soft drink . Untuk produksi soft drink tidaklah sulit untuk mencapainya karena sudah ada rumusan bahan 1 kg bubuk soft drink dicampur dengan 100 liter air lalu ditambah gula putih 5 kg, dan dimasak dalam silo atau tangki untuk beberapa jam. Sebelum dibotolkan maka sampel ditest dilaboratorium jika sudah siap dibotolkan. Satu kali pembotolan minimal 100.000 botol soft drink. Rumusnya1kg bubuk + 5 kg gula pasir + 100 liter air = 1+5+100. Sudah barang tentu mutu produksi fanta harus sama diseluruh dunia karena fanta tersebut berpusat di Perancis dan Perusahaan ini membayar hak paten ke Perancis disamping itu harus beli bubuk bubuk diperancis. Demikian juga Coca-cola harus beli bubuk coca-cola di USA dan membayar hak paten di USA. Hanya satu produk murni Indonesia yaitu Presh tea.

Rumus Fanta = 1 Kaleng serbuk (5 kg) + 100 liter air + 5 kg Gula pasir Rumus Coca-cola = 1 Kaleng Serbuk (4 kg) + 90 liter air+ 5 kg Gula pasir Rumus Sprite = 1 Kaleng Serbuk (3,7 kg) + 80 liter air + 5 Gula pasir

Mutu gula kelas I test laboratorium yaitu gula local dari PTP II Sei Selayang 100 Ton perbulan. Mutu cair cukup bersih harus test Laboratorium. Produksi Fanta, Coca-cola, Sprite dll. Jika tidak sesuai test laboratorium maka harus dibuang, Karena pengaruh hak paten label produksi tersebut menggunakan mutu produksi diseluruh dunia. Bisa diketahui bahwa mutu fanta tidak pernah


(69)

dibedakan dinegara manapun karena serbuk sama. Masih ada bahan baku tambahan pada saat pembotolan dimasukkan Gas yang layak dikomsumsi manusia. Kecuali Fresh tee yang tidak memakai gas.

Produksi pada PT.Coca Cola Bottling Indonesia Medan dikelang-kelang setiap hari misalnya:

Hari I Produksi Fresh tee 200.000 botol Hari II Produksi Fanta 300.000 botol Hari III Produksi Sprite 200.000 botol Hari IV Produksi Coca-cola 400.000 botol

Semua produk Soft Drink dikemas dalam krat dan satu krat adalah sebanyak 24 botol. Krat ini terpakai sering dan jarang rusak, kecuali botol yng hanya kembali 60 %, sisa 40 % hilang dan diganti dengan uang, dapat diketahui harga botol lebih mahal daripada isinya.

b. Labor, yaitu tenaga kerja karyawan yang ikut dalam proses produksi dimulai dari proses pencampuran, penyaringan, pemasakan, pembersihan botol, pembotolan, pengepakan, lalu dimasukkan ke Gudang Finish Good. Memakai tenaga kerja 347 orang produksi dilakukan hanya 2 kali penggantian labor setiap hari yaitu pekerjaan I 8 jam lalu masuk penggantian II 8 jam jadi perlu mengejar target produksi maka dikali 3 penggantian. Seluruh tenaga kerja yang ada sudah berpengalaman dan terampil karena sejak lama perusahaan ini walaupun ganti nama , ganti pemilik harus produksi tetap tidak tidak berubah kecuali Bir, Es batangan, Super Sandi saja yang diganti.


(70)

Pengeluaran untuk Labor terbagi : 1. Gaji

2. Labor 3. Intensif

c. Overhead

PT.Coca Cola Bottling Indonesia Medan selain mengeluarkan biaya raw material, labor dan new material, ada satu lagi meliputi biaya untuk melengkapi biaya produksi yaitu biaya overhead. Biaya Overhead ini secara tidak langsung ikut dalam proses produksi soft drink pada PT.Coca Cola Bottling Indonesia Medan, biaya Overhead tersebut adalah:

a. Biaya pemelihraan bangunan pabrik b. Biaya pemeliharaan mesin

c. Biaya pemeliharaan instalasi bangunan d. Biaya Listrik, air, telepon untuk pabrik e. Biaya Asuransi pabrik

f. Biaya Royalti

g. Biaya Supervisor dari LN h. Gaji diberikan setiap bulan i. Lembur per minggu

j. Intensif tergantung hasil produksi.


(71)

3. Perencanaan dan Penentuan Biaya Produksi Perusahaan.

untuk merencanakan produksi soft drink tentu sama dengan membuat anggaran produksi yaitu berapa yang harus dikelauarkan biayanya. Misalnya Fanta:

Produksi yang ada di Gudang 30.000 krat

Rencana Produksi 100.000

Jumlah Produksi 70.000 krat

- krat

Persediaanakhir 20.000+

Yang harus diproduksi 90.000 krat krat

Jadi rumus ini dipergunakan oleh PT.Coca Cola Bottling Indonesia Medan untuk budgct perbulan, agar setiap kebutuhan yang mendadak tetap ada stock digudang, sebaiknya untuk penetapan harga PT.Coca Cola Bottling Indonesia Medan sudah membuat kontrak harga gula selama 6 bulan, jika perlu ada perubahan baik jumlah gula, harga harus disepakati per 6(enam) bulan untuk tahun 2009. 6 (enam) bulan I(pertama) harga gula kelas I ditetapkan Rp.7000 .Fnanco gudang pembeli (preebe) .Gula yang dibutuhkan 700 ton. Untuk tenaga kerja sudah ada gaji perbulan dan ditambah gaji lembur. Untuk overhead harus dihitung teliti ulang biaya apa saja yang masuk tersebut.

Contoh: perhitungan biaya produksi PT.Coca Cola Bottling Indonesia Medan untuk jenis Fanta 1 bulan :

Raw Material Gula:

30.000 kg @ Rp.7000 Rp. 210.000.000 Bubuk Fanta 6000 toples Rp. 300.000.000 6000 x Rp.50.000


(72)

Air 6000 kg x100 liter ppm Rp 6.000.00 Coas 600.0000 air x Rp. 10

Rp. 526.000.00 Rp. 10.000.000 +

Overhead Rp. 250.000.000

Rp. 986.000.000 Rp. 25.000.000

Produksi Fanta

Rp. 428,70/botol Rp. 2.300.000

Untuk jenis Coca-cola

Raw material gab x 7000 = Rp 168.000.000 24.000 kg(6000 x 4)

Bubuk Coca-cola

6000 x Rp. 47.000 = Rp 282.000.000 Bir 6000 x 90 liter

100 x 540.000 liter = Rp 5.400.000 Gas = Rp 10.000.000 Labor = Rp.250.000.000 Overhead = Rp. 25.000.000 Sprite

RM Gula = Rp.155.400.000

(6000 x 3,7) x 7000 Bubuk


(73)

Air 6000 x 80 liter

10 x 480.000 = Rp. 4.800.000

GM = Rp 10.000.000

Labor = Rp.250.000.000

Overhead = Rp.25.000.000

B. Analisis Hasil Penelitian

Penulis melihat bahwa harga pokok PT.Coca Cola Bottling Indonesia Medan terdiri dari :

a. Raw Material yaitu bahan baku Gula pasir kelas satu yang dikontrak dari PTP II pabrik gula sei semayang, harga kontark ditetapkan pada 6 bulan, yaitu 6 bulan I tahun 2009. Seharga Rp.7000/kg harus diantar ke Gudang PT.Coca Cola Bottling Indonesia Medan . Maber sebanyak 700 ton selang 6 bulan. Bubuk soft drink yang tersedia dalam botol toples yaitu untuk fanta setiap toples berisi 5 kg untuk coca-cola setiap toples berisi 4 kg sprite. Setiap toples berisi 3,7 kg seluruh bubuk ini di input dari Negara luar:

- Bubuk Fanta dari Prancis - Bubuk Sprite dari USA - Bubuk Coca-cola dari USA

Kecuali produk Fresh tea yang diproduksi murni dari Indonesia. Sudah tentu bubuk ini dibayar selain harga PT.Coca Cola Bottling Indonesia membayar hak patent produk tersebut. PT.Coca Cola Bottling Indonesia hanya membotolkan sedangkan bahan baku utama tidak dibenarkan diproduksi agar


(74)

Air untuk bahan baku ini mengandalkan PDAM tirtanadi, air tersebut diteliti melalui laboratorium untuk layak dikomsumsi, biaya yang dikeluarkan untuk air tersebut cukup ringan yaitu Rp. 10 juta perliter. Diperlukan kandungan gas yang mana gas tersebut dicampur pada saat pembotolan, dengan pasoakan dari lokal sehingga biayanya cukup ringan.

b. Labor, labor yang dipakai adalah labor yang terlibat langsung dalam peroses produksi soft drink yang jumlahnya 347 orang, jadi gaji dan lembur Labor 347 orang. Sudah terbagi 4 yaitu untuk Labor produk Fanta, Coca-cola, Sprite, dan Presh tea.

c. Overhead untuk Produksi Soft drink juga terbagi 4(empat) karena tiap perbaikan mesin sama saja yaitu memperbaiki mesin pencuci botol fanta , Coca-cola sama, demikian juga mesin pemasak gula + mesin pembotolan sama saja tidak bercampur yaitu jika membuat fanta sampai siap masuk gudang Finish Good baru dimulai membuat sprite dan begitulah seterusnya, setelah siap dipacking Sprite baru dimulai dari awal membuat coca-cola, demikian juga cara kerja membuat Presh tea, tidak pernah dilakukan mengerjakan produk bersama dalam satu hari.


(75)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

a. Produksi PT.Coca Cola Bottling Indonesia Medan adalah Coca-cola, Fanta, Sprite, dan Presh tea

b. PT.Coca Cola Bottling Indonesia sifatnya saja membotolkan maka wajar namanya Bottling , bukan membuat dari awal.

c. Semua bubuk harus di Import dan dilapor hak patennya kecuali Presh tea. d. Pemegang hak paten mengawasi mutu produksinya karena sama diseluruh

dunia.

e. Harga rata-rata produksinya cukup murah yaitu rata-rata Rp.500/ botol f. Merencanakan tiap produksi cukup ringan yaitu Bahan baku +labor dan

overlead. Jumlah biaya yang dikeluarkan untuk produksi perbulan dibagi jumlah botol yang diproduksi adalah harga pokok produksi Fanta/botol. g. Produksi dapat dinaikkan sewaktu-waktu jika diperlukan , karena produksi

masa, dimana jam kerja bisa ditambah bahan baku lengkap dan lengkap mesin dengan bekerja 24 jam non stop.

h. Untuk memproduksi Soft drink tetap dilakukan satu jenis produk untuk satu hari.

i. Dimulai dari jam 9.00 s/d 16.00 yaitu mencampur dan diawasi laboratorium, memasak, mencuci botol, pembotolan, mempacking- masuk gudang barang jadi. Demikian untuk setiap produksi.


(76)

j. Akan tetapi ke 4(empat) macam produksi ini tidak sama tergantung permintaan pasar yang paling banyak.

B. Saran

a. Sebaiknya PT.Coca-cola Bottling Company ini membatasi sampai berapa tahun membeli produk selanjutnya harus produk dalam negeri, tentang bubuk tersebut.

b. Yang perlu ditingkatkan produk Presh tea yaitu produk local, bukan produk asing.


(77)

DAFTAR PUSTAKA

Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt, dan Terry D. Warfield, 2002. Akuntansi Intermediete, Terjemahan Emil Salim, Jilid 1, Edisi Kesepuluh, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Niswinger, C. Rollin et al., 1999. Prinsip-prinsip Akuntansi, Edisi Kesembilan Belas, JilidSatu, Terjemahan Alfonsus Sirait dan Helda Gunawan, Erlangga, Jakarta.

Simamora, Henry, 2000. Akuntansi : Basis Pengambilan Keputusan, Jilid 1, Cetakan Pertama, Jakarta.

Smith, Jay M., Skousen, K. Fred, 2002. Intermediate Accounting, Jilid 2 Edisi Kesembilan, Tim Penerjemah Penerbit Erlangga, Jakarta.

S.R, Soemarso, 1996. Akuntansi Suatu Pengantar, Jilid 1, Edisi Keempat, PT. Rineka Cipta, Jakarta.

AICPA (Amirican Institute of Certified Public Accountants), 1941, Committee on Terminology, AICPA Inc, New York.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2004. Standar Akuntansi Keuangan, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Jurusan Akuntansi, 2004. Buku Petunjuk Teknis Penulisan Proposal Penelitian dan Penulisan Skripsi, Medan.

Financial Accounting Standard Board, 1976. Statement of Financial Accounting Standard No. 13: Accounting For Leases, AICPA Inc. New York.


(78)

Edisi, kedua, Buku satu, Penerbit BPFE – UGM, Yogyakarta.

Sugiri, Selamet, Pengantar Akuntansi 2, Edisi I, Yogyakarta, AMP, YKPN, 2000 Ahyari, Agus, 2002. Anggaran Perusahaan pendekatan kualitatif, edisi 1, jilid 1, BPFE Jogjakarta.

Carter, William K dan Milton F. Usry, 2004. Akuntansi Biaya, diterjemahkan oleh Krista, edisi 13, penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Ceacilia Srimindarti dan MG, Kentris Indarty, Value chain analysis pengelolaan aktivitas Untuk menciptakan keunggulan kompetitif, Jurnal akuntansi, STIE Stikubank Semarang.

Sugiono, 2001. Metode Penelitian Bisnis, Penerbit CV Alfabeta, Bandung.

Carter, William K dan Usry, Milton F, 2004. Akuntansi Biaya, Edisi ketigabelas, Buku I, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Mukamoko, J. A, 2002. Dasar Penyusunan Biaya Bangunan, Gaya Media Pratama, Jakarta.

Mulyadi, 2001. Akuntansi Managemen Konsep dan Rekayasa, Edisi Ketiga Salemba Empat, Jakarta.

Supriyono, R. A, 2000. Akuntansi Biaya, Perencanaan dan Pengendalian Biaya serta Pembuatan Keputusan, Buku kedua, BPFE-UGM, Yogyakarta.

Stoner, James A.F, 2001. Managemen, Terjemahan Alfansus Sirait, Jilid I, Edisi kedua, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Welsch, Glenn A, 2001. Penyusunan Anggaran Perusahaan; Perencanaan dan Pengendalian Laba, Edisi Kelima, Terjemahan Fadly, Aksara baru, Jakarta.


(79)

Maher dan Deakin, 2001, Akuntansi Biaya, Edisi Ke-4, Jilid Ke-1, Erlangga, Jakarta.


(1)

Air untuk bahan baku ini mengandalkan PDAM tirtanadi, air tersebut diteliti melalui laboratorium untuk layak dikomsumsi, biaya yang dikeluarkan untuk air tersebut cukup ringan yaitu Rp. 10 juta perliter. Diperlukan kandungan gas yang mana gas tersebut dicampur pada saat pembotolan, dengan pasoakan dari lokal sehingga biayanya cukup ringan.

b. Labor, labor yang dipakai adalah labor yang terlibat langsung dalam peroses produksi soft drink yang jumlahnya 347 orang, jadi gaji dan lembur Labor 347 orang. Sudah terbagi 4 yaitu untuk Labor produk Fanta, Coca-cola, Sprite, dan Presh tea.

c. Overhead untuk Produksi Soft drink juga terbagi 4(empat) karena tiap perbaikan mesin sama saja yaitu memperbaiki mesin pencuci botol fanta , Coca-cola sama, demikian juga mesin pemasak gula + mesin pembotolan sama saja tidak bercampur yaitu jika membuat fanta sampai siap masuk gudang Finish Good baru dimulai membuat sprite dan begitulah seterusnya, setelah siap dipacking Sprite baru dimulai dari awal membuat coca-cola, demikian juga cara kerja membuat Presh tea, tidak pernah dilakukan mengerjakan produk bersama dalam satu hari.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

a. Produksi PT.Coca Cola Bottling Indonesia Medan adalah Coca-cola, Fanta, Sprite, dan Presh tea

b. PT.Coca Cola Bottling Indonesia sifatnya saja membotolkan maka wajar namanya Bottling , bukan membuat dari awal.

c. Semua bubuk harus di Import dan dilapor hak patennya kecuali Presh tea. d. Pemegang hak paten mengawasi mutu produksinya karena sama diseluruh

dunia.

e. Harga rata-rata produksinya cukup murah yaitu rata-rata Rp.500/ botol f. Merencanakan tiap produksi cukup ringan yaitu Bahan baku +labor dan

overlead. Jumlah biaya yang dikeluarkan untuk produksi perbulan dibagi jumlah botol yang diproduksi adalah harga pokok produksi Fanta/botol. g. Produksi dapat dinaikkan sewaktu-waktu jika diperlukan , karena produksi

masa, dimana jam kerja bisa ditambah bahan baku lengkap dan lengkap mesin dengan bekerja 24 jam non stop.

h. Untuk memproduksi Soft drink tetap dilakukan satu jenis produk untuk satu hari.

i. Dimulai dari jam 9.00 s/d 16.00 yaitu mencampur dan diawasi laboratorium, memasak, mencuci botol, pembotolan, mempacking- masuk gudang barang jadi. Demikian untuk setiap produksi.


(3)

j. Akan tetapi ke 4(empat) macam produksi ini tidak sama tergantung permintaan pasar yang paling banyak.

B. Saran

a. Sebaiknya PT.Coca-cola Bottling Company ini membatasi sampai berapa tahun membeli produk selanjutnya harus produk dalam negeri, tentang bubuk tersebut.

b. Yang perlu ditingkatkan produk Presh tea yaitu produk local, bukan produk asing.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt, dan Terry D. Warfield, 2002. Akuntansi Intermediete, Terjemahan Emil Salim, Jilid 1, Edisi Kesepuluh, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Niswinger, C. Rollin et al., 1999. Prinsip-prinsip Akuntansi, Edisi Kesembilan Belas, JilidSatu, Terjemahan Alfonsus Sirait dan Helda Gunawan, Erlangga, Jakarta.

Simamora, Henry, 2000. Akuntansi : Basis Pengambilan Keputusan, Jilid 1, Cetakan Pertama, Jakarta.

Smith, Jay M., Skousen, K. Fred, 2002. Intermediate Accounting, Jilid 2 Edisi Kesembilan, Tim Penerjemah Penerbit Erlangga, Jakarta.

S.R, Soemarso, 1996. Akuntansi Suatu Pengantar, Jilid 1, Edisi Keempat, PT. Rineka Cipta, Jakarta.

AICPA (Amirican Institute of Certified Public Accountants), 1941, Committee on Terminology, AICPA Inc, New York.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2004. Standar Akuntansi Keuangan, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Jurusan Akuntansi, 2004. Buku Petunjuk Teknis Penulisan Proposal Penelitian dan Penulisan Skripsi, Medan.

Financial Accounting Standard Board, 1976. Statement of Financial Accounting Standard No. 13: Accounting For Leases, AICPA Inc. New York.


(5)

Edisi, kedua, Buku satu, Penerbit BPFE – UGM, Yogyakarta.

Sugiri, Selamet, Pengantar Akuntansi 2, Edisi I, Yogyakarta, AMP, YKPN, 2000 Ahyari, Agus, 2002. Anggaran Perusahaan pendekatan kualitatif, edisi 1, jilid 1, BPFE Jogjakarta.

Carter, William K dan Milton F. Usry, 2004. Akuntansi Biaya, diterjemahkan oleh Krista, edisi 13, penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Ceacilia Srimindarti dan MG, Kentris Indarty, Value chain analysis pengelolaan aktivitas Untuk menciptakan keunggulan kompetitif, Jurnal akuntansi, STIE Stikubank Semarang.

Sugiono, 2001. Metode Penelitian Bisnis, Penerbit CV Alfabeta, Bandung.

Carter, William K dan Usry, Milton F, 2004. Akuntansi Biaya, Edisi ketigabelas, Buku I, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Mukamoko, J. A, 2002. Dasar Penyusunan Biaya Bangunan, Gaya Media Pratama, Jakarta.

Mulyadi, 2001. Akuntansi Managemen Konsep dan Rekayasa, Edisi Ketiga Salemba Empat, Jakarta.

Supriyono, R. A, 2000. Akuntansi Biaya, Perencanaan dan Pengendalian Biaya serta Pembuatan Keputusan, Buku kedua, BPFE-UGM, Yogyakarta.

Stoner, James A.F, 2001. Managemen, Terjemahan Alfansus Sirait, Jilid I, Edisi kedua, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Welsch, Glenn A, 2001. Penyusunan Anggaran Perusahaan; Perencanaan dan Pengendalian Laba, Edisi Kelima, Terjemahan Fadly, Aksara baru, Jakarta.


(6)

Maher dan Deakin, 2001, Akuntansi Biaya, Edisi Ke-4, Jilid Ke-1, Erlangga, Jakarta.