8
dengan tipe akses memiliki tanda arah +, sesuai hipotesis, namun relasinya tidak signifikan. Hal ini menjadi fakta menarik pertama untuk dipertanyakan. Kenapa
variabel proporsi muslim yang besar, tidak cukup untuk menjadi faktor dominan penentu keputusan mereka untuk menggunakan produk BMT, walaupun BMT itu
berlokasi di dalam akses di dalam komunitas mereka ?. Selanjutnya, model 3 dan 4, menguji probabilitas proporsi muslim dan proporsi
muslim religius terhadap akses ke luar terhadap BMT. Pada kedua model ini, relasi masing-masing status religiusitas dengan tipe akses memiliki tanda arah + dan
signifikan sesuai hipotesis. Hal ini tentu menjadi tambahan pertanyaan menarik selanjutnya. Idealnya muslim yang religius relatif lebih “terhimbau” dalam mengakses
BMT yang berada di luar lokasi tempat tinggalnya. Namun temuan dari olahan data ini menunjukkan bahwa komunitas dengan proporsi muslim yang religius juga tidak
cukup dominan untuk menentukan akses kepada BMT yang berlokasi di luar komunitas itu akses ke luar. Kenapa ?.
3.2. Akses di Dalam dan Religiusitas
Pertanyaan lanjutan adalah; apakah pola relasi ini berlaku untuk semua kondisi ?. Adakah penjelasan lain terhadap kondisi ini ?. Oleh karenanya, kenyataan ini perlu
diuji dengan analisis pengaruh variabel kontrol. Tabel 4 berikut memperlihatkan
regressi probit dengan tambahan beberapa variabel kontrol.
Tabel 4. Regressi Akses BMT di Dalam dengan variabel kontrol
---------------------------------------------------------------------------- Independent
Dependent Var : Dummy Akses di Dalam thd BMT Var
5 6
7 8
inakses inakses
inakses inakses
---------------------------------------------------------------------------- muslim
0.378 0.519
0.47 0.59
risk 4.965
5.713 4.972
5.609 1.96
2.05 1.97
2.03 desa
-0.341 -0.302
-0.329 -0.294
-1.23 -1.05
-1.20 -1.02
usaha 1.176
1.146 1.115
1.079 1.81
1.74 1.74
1.65 soccap
-3.097 -2.865
-0.62 -0.59
exp 0.118
0.0833 0.32
0.23 musrel
0.738 0.946
0.82 0.94
cons -6.990
-6.310 -6.651
-5.517 -2.73
-0.82 -2.74
-0.73 ----------------------------------------------------------------------------
N 296
296 296
296 ----------------------------------------------------------------------------
t statistics in parentheses p0.1, p0.05, p0.01
Sumber : Data diolah
9
Hasil olahan regressi probit dengan beberapa variabel kontrol menjelaskan paling tidak dua hal. Pertama, menjawab pertanyaan pada bagian pembahasan 3.1 sebelumnya.
Ternyata dari sisi status akses BMT di dalam komunitas pada kesemua model; yaitu model 5,6, 7 dan 8, ternyata status agama muslim dan religiusitas muslim religius
belum cukup untuk menjelaskan pola relasinya. Sebenarnya hal ini tidaklah mengherankan jika merujuk kepada ketersediaan lembaga keuangan pada komunitas
pada saat ini yang bisa menjadi opsi alternatif bagi konsumen. Beberapa lembaga keuangan formal bank semisal BRI telah menjangkau pelosok desa, terutama dengan
layanan BRI unit Desa. Belum lagi berbicara tentang keberadan lembaga keuangan informal.
Kedua, karakteristik rumah tangga komunitas berkontribusi lebih menentukan status akses komunitas itu terhadap BMT yang berlokasi di dalam komunitas mereka. Dalam
hal ini, status kepemilikan usaha non-tani dalam skala UKM menjadi determinan akses kepada BMT. Di satu sisi, hal ini bisa mengindikasikan bahwa warga muslim
dari berbagai strata dan status telah memiliki akses terhadap BMT. Sementara itu, ternyata sebuah variabel kontrol lain yaitu preferensi terhadap resiko, ternyata turut
menjadi aspek yang menentukan determinan akses. Dalam konteks ini, preferensi resiko merupakan karakteristik individu dalam menilai resiko finansial yang dibentuk
dari olahan data IFLS-4 buku 3A seksi TI
3
. Pada level individu, preferensi risk-averter diberi skor 1 dan 0 untuk lainnya.
Hasil olahan regressi probit yang ditampilkan pada tabel 4 di atas menunjukkan bahwa ternyata individu muslim secara keseluruhan, baik religius maupun tidak, memang
lebih menghindari risiko risk-averter. Hal ini sesuai dengan konsep yang mendasari praktek lembaga keuangan syari’ah pada umumnya, yaitu bertransaksi untuk tujuan
pasti, bukan spekulasi
4
. Lebih jauh, variabel social capital, ternyata berelasi negatif walaupun tidak signifikan
dengan variabel akses. Variabel social capital di sini dibentuk dari pertanyaan aktivitas individu dalam komunitas untuk membantu sesama. Walaupun aktivitas itu tidak
spesifik menyebutkan jenis kegiatan pinjam meminjam uang, namun temuan ini setidaknya sejalan dengan pernyataan beberapa hasil penelitian lain. Penelitian yang
dilakukan seperti ..bahwa kehadiran BMT sebagai sumber pendanaan telah
mengurangi intensitas pinjaman keuangan informal lain dalam suatu komunitas.
3.3. Akses ke Luar dan Religiusitas