Kurva Kalibrasi dan Nilai Data

Gambar 4. Perubahan transmitansi terhadap panjang gelombang. Tabel 4. Panjang gelombang pada nilai transmitansi minimum gas SO 2 dalam larutan penjerap TCM. Transmitansi Panjang Gelombang nm T1 281,38 T2 279,90 T3 281,38 T4 281,38 T5 277,14 T6 280,11 T7 280,11 T8 280,11 T9 280,11 T10 280,11 T11 280,11 Rata-rata 280,11

4.2 Kurva Kalibrasi dan Nilai

Absorpsivitas Validasi data hasil perhitungan konsentrasi gas SO 2 yang terjerap berdasarkan data laboratorium Pusat Pengembangan Lingkungan Hidup PPLH Institut Pertanian Bogor Lampiran 2. Kurva kalibrasi antara transmitansi dan konsentrasi Gambar 5 menunjukkan bahwa konsentrasi gas SO 2 yang terjerap semakin besar mengakibatkan cahaya yang ditransmisikan semakin kecil karena diserap oleh larutan. Gambar 5 merupakan perbandingan perhitungan konsentrasi dengan pengujian di PPLH IPB, semakin besar konsentrasi gas SO 2 yang terjerap semakin kecil cahaya yang ditransmisikan dan perubahan ini terjadi secara eksponensial. Pada penelitian ini memanfaatkan perubahan konsentrasi dan ketebalan dibuat tetap. Absorpsivitas merupakan karakteristik material dan sifat penyerapan cahaya oleh larutan, hal ini menandakan bahwa seberapa besar larutan tersebut menyerap cahaya saat dilewatkan. Berdasarkan pada Gambar 5, diperoleh nilai absorpsivitas sebesar 0,005 m 2 g dari persamaan garis sesuai dengan persamaan Beer-Lambert dan nilai ini digunakan sebagai dasar untuk desain kristal fotonik satu dimensi untuk mendeteksi gas SO 2 sesuai dengan panjang gelombang absorbansi gas SO 2 dalam larutan penjerap TCM, yaitu 280,11 nm. Panjang gelombang nm T ra n sm it an si Gambar 5. Perubahan nilai transmitansi terhadap konsentrasi gas SO 2 yang terjerap dalam larutan TCM.

4.3 Data

Real Time dan Konsentrasi Gas SO 2 yang Terjerap. Data real time menunjukkan konsentrasi gas SO 2 yang terjerap dalam larutan penjerap TCM pada setiap menit, sehingga dapat diketahui secara langsung nilainya tanpa menunggu waktu yang lama dalam pengujian dan analisis sampel di laboratorium. Hal ini menjadi kelebihan dibandingkan metode pararosanilin yang merupakan Standar Nasional Indonesia untuk pengukuran gas SO 2 Lampiran 7. Pada pengukuran real time, variabel yang diamati adalah intensitas cahaya yang ditransmisikan terhadap waktu akibat perubahan konsentrasi SO 2 yang terjerap dalam larutan TCM. Hasil pengujian transmitansi secara langsung didapatkan dalam bentuk spektrum pada Gambar 6. Berdasarkan Gambar 6, data kemudian diamati pada perubahan intensitas puncak-puncak transmitansi pada panjang gelombang 280,11 nm Lampiran 1. Gambar 6. Perubahan intensitas pada panjang gelombang 280,11 nm setiap menit pada pengukuran selama 20 menit. Gambar 7. Perubahan konsentrasi gas SO 2 yang terjerap terhadap waktu secara real time. In te n si ta s x 1 5 w at t m 2 Waktu menit K o n se n tr as i µ g m 3 Waktu menit Konsentrasi gas SO 2 yang terjerap setiap menit dapat ditampilkan pada gambar perubahan konsentrasi terhadap perubahan waktu Gambar 7 yang berkebalikan dengan gambar perubahan intensitas cahaya terhadap waktu penjerapan Gambar 6. Fenomena ini terjadi karena semakin besar konsentrasi gas SO 2 yang terjerap mengakibatkan intensitas cahaya yang ditransmisikan semakin kecil. Selain dalam bentuk satuan µgm 3 , kurva hubungan konsentrasi gas SO 2 yang terjerap terhadap waktu juga dapat ditampilkan dalam skala ISPU Gambar 8. Gambar 8. Perubahan konsentrasi gas SO 2 yang terjerap dalam skala ISPU terhadap waktu secara real time. Hasil pengukuran di sekitar Departemen Fisika, FMIPA IPB, menunjukkan bahwa kondisi lingkungan berdasarkan konsentrasi SO 2 dapat dikategorikan baik. Hal ini ditunjukkan dari nilai ISPU tertinggi sebesar 1,106 Gambar 8 sedangkan nilai ISPU pada selang 0 – 50 dinyatakan bahwa kualitas udara masih dikategorikan baik Tabel 2 halaman 4. Pada pengukuran gas SO 2 secara konvensional yaitu dengan metode pararosanilin, data yang ditampilkan merupakan data akumulasi gas SO 2 yang terjerap dalam larutan penjerap TCM. Pada penelitian ini data konsentrasi yang terjerap setiap menit dapat ditampilkan sehingga informasi yang disampaikan real time. Gambar 9. menunjukkan jumlah gas SO 2 yang terjerap setiap menitnya. Hal ini berarti tidak ada batasan bentuk kurva dari konsentrasi gas SO 2 yang terjerap tiap menitnya pada proses penjerapan gas SO 2 di udara lingkungan, karena gas SO 2 di udara tidak dapat diperkirakan perubahan setiap saatnya. Gambar 9. Konsentrasi gas SO 2 yang terjerap setiap menit. 4.4 Desain Sensor Kristal Fotonik Satu Dimensi Sebelum melakukan fabrikasi kristal fotonik satu dimensi, dilakukan simulasi dengan bantuan software filmstar. Puncak transmitansi Photonic Pass Band pada kristal fotonik didesain pada panjang gelombang absorbansi gas SO 2 dalam larutan penjerap TCM yaitu 280,11 nm Gambar 10, sehingga sensor ini spesifik pada panjang gelombang absorbansinya. Sensor kristal fotonik dibuat dengan pola M=5, N=6, L=1. Cacat pertama dibuat tetap dengan ketebalan indeks bias tinggi dua kali yang berfungsi sebagai regulator dan cacat kedua dikosongkan yang berfungsi sebagai reseptor, untuk pendeteksian sampel yang dilewatkan. Material yang digunakan adalah OS-5 dengan indeks bias 2,1 indeks bias tinggi dan MgF 2 dengan indeks bias 1,38 indeks bias rendah. Substrat-1 S1 dan substrat-2 S2 menggunakan material BK-7 dengan indeks bias 1,52 Gambar 11. Waktu menit IS P U K o n se n tr as i µ g m 3 Waktu menit Gambar 10. Desain PPB kristal fotonik pada panjang gelombang operasi 280,11 nm. Gambar 11. Desain kristal fotonik satu dimensi dengan dua cacat .

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN