Pernikahan Muda Uji Validitas dan Reliabilitas

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

Untuk mencapai tujuan penelitian, diperlukan teori-teori yang mendukung pembahasan meliputi pernikahan muda, uji validitas dan reliabilitas, korelasi, nilai eigen, analisis faktor.

2.1.1 Pernikahan Muda

Zaman dahulu orang-orang menikah di usia belasan tahun disebabkan karena kondisi perekonomian negara saat itu masih sangat terpuruk dengan adanya penjajahan, sehingga untuk meringankan beban orang tua anak yang sudah cukup umur dinikahkan agar bisa mencari nafkah dan memenuhi kebutuhannya sendiri. Kemudian setelah perekonomian negara membaik, pernikahan muda mulai ditinggalkan, yaitu sekitar tahun 80-an Noe, 2003. Hal itu terjadi karena banyak orang berfikir untuk menyelesaikan studi terlebih dahulu atau meniti karir sebelum menikah, sehingga banyak yang baru menikah di usia 30-an. Kini tren menikah muda kembali muncul dikarenakan merebaknya pergaulan bebas di kalangan remaja. Hal itu terjadi karena remaja saat ini banyak yang berkiblat pada pergaulan ala barat, yang mana kebebasan sangat dijunjung tinggi bahkan dalam hal kehidupan seks. Banyak orang tua yang khawatir anaknya terjebak dalam pergaulan bebas sehingga mengizinkan mereka menikah muda. Namun banyak juga yang menikahkan anaknya dikarenakan telah hamil pranikah akibat dari pergaulan bebas tersebut. Menurut Hadikusuma 1990, pasal 7 Undang-undang nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan menetapkan bahwa perkawinan diizinkan bila pria telah berusia 19 tahun dan wanita telah berusia 16 tahun. Dengan adanya undang- undang perkawinan akan ada batasan usia minimal seseorang diizinkan untuk menikah. WHO menetapkan batas usia 10-20 tahun sebagai batasan usia remaja. Sementara itu, PBB menetapkan usia 15-24 tahun sebagai batasan usia muda Anonim, 2003. Dalam penelitian ini, batasan usia yang digunakan 15-24 tahun.

2.1.2 Uji Validitas dan Reliabilitas

Menurut Azwar 1997, salah satu masalah utama dalam kegiatan penelitian adalah masalah cara memperoleh data yang dapat memberikan suatu informasi yang akurat dan objektif. Hal ini menjadi sangat penting artinya dikarenakan kesimpulan peneliti hanya akan dapat dipercaya bila didasarkan pada informasi yang juga dapat dipercaya. Kriteria yang mampu memberikan informasi yang dapat dipercaya adalah validitas dan reliabilitas. Validitas mempunyai arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai validitas tinggi jika suatu alat ukur menjalankan fungsi ukurnya sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran. Suatu alat ukur yang valid tidak sekedar mampu mengungkapkan data dengan tepat, tetapi juga memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut. Uji validitas dapat dihitung dengan menggunakan rumus korelasi Pearson yang dirumuskan               −             − − = ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ = = = = = = = 2 1 1 2 2 1 1 2 1 1 1 n ki n k k k n k n j ki ki n k n k n k k ki k ki y x Y Y n X X n Y X Y X n r i dengan X = skor tes variabel ke-i pada objek ke-k Y = total skor tes objek ke-k, kriteria bahwa suatu tes dikatakan valid jika memiliki nilai koefisien korelasi yang lebih besar dari nilai r tabel , dengan derajad bebas n-2. Sedangkan reliabilitas memiliki berbagai nama seperti keterpercayaan, keterandalan, kestabilan, dan sebagainya. Namun ide pokok yang terkandung dalam konsep reliabilitas adalah sejauhmana hasil ukur suatu pengukuran dapat dipercaya. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliabel. Sifat reliabel diperlihatkan oleh tingginya reliabilitas hasil ukur suatu tes. Suatu alat ukur yang tidak reliabel akan memberikan informasi yang tidak akurat mengenai keadaan subjek atau individu yang dikenai tes. Apabila informasi yang keliru itu digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan suatu kesimpulan dan keputusan, maka tentulah kesimpulan dan keputusan itu tidak akan tepat. Tinggi rendahnya reliabilitas ditunjukkan oleh suatu angka yang disebut koefisien reliabilitas. Estimasi koefisien reliabilitas dapat dilakukan dengan metode pendekatan konsistensi internal, karena metode pendekatan ini hanya memerlukan satu kali pengenaan tes kepada sekelompok individu sebagai subjek. Nilai koefisien reliabilitas dapat dicari dengan rumus α cronbach. α cronbach =             −     − ∑ = 2 1 2 1 1 s s p p p i i dengan p : jumlah variabel s i 2 : variansi skor tes pada variabel ke-i s 2 : variansi keseluruhan skor tes. Nilai koefisien reliabilitas α cronbach berkisar antara 0 dan 1. α cronbach = 1 berarti terdapat konsistensi yang sempurna pada hasil pengukuran, sedangkan jika α cronbach = 0 berarti hasil pengukuran tidak konsisten atau tidak reliabel. Menurut Salimun Suhartini: 2003, suatu tes dikatakan reliabel jika koefisien α cronbach lebih besar dari nilai α cronbach standar sebesar 0,6.

2.1.3 Korelasi