Analisis Faktor Pendorong dan Penghambat

Laporan Penelitian ANALISIS FAKTOR PENDORONG DAN PENGHAMBAT PENGAMBILAN SERTA PENGEMBALIAN KREDIT PERBANKAN DI PROPINSI SULAWESI SELATAN DAN SULAWESI BARAT

Research Institute for Ecocomic and Local Bank

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS HASANUDDIN

TIM PENELITI

Prof. Dr. H. Muh. Yunus Zain, MA. (Ketua) Anas Iswanto Anwar, SE., MA. Sabir, SE., M.Si. Dr. H. Madris, DPS., M.Si. Dr. Cepi Pahlevi, M.Si.

BAB I PENDAHULUAN

1. 1. LATAR BELAKANG

Salah satu fungsi utama bank adalah untuk menyalurkan dana yang dihimpun dari masyarakat kepada pihak–pihak yang membutuhkannya, baik dalam bentuk kredit maupun dalam bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dalam menjalankan fungsinya tersebut, selama beberapa dekade terakhir perbankan di Indonesia telah mengalami pasang surut dan sempat mencapai posisi yang sangat memprihatinkan pada saat krisis ekonomi, yang dimulai pada pertengahan tahun 1997. Berbagai upaya yang telah dilakukan oleh Bank Indonesia untuk mengatasi dampak negatif dari krisis tersebut : mulai dari program Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI), program rekapitalisasi perbankan, pembentukan program blanket guarantee, restrukturisasi kredit, privatisasi bank- bank BUMN, sampai dengan peluncuran kebijakan Arsitektur Perbankan Indonesia (API) pada awal tahun 2004 dan pengimplementasian kegiatannya sampai dengan sekarang.

Upaya–upaya yang telah dilakukan Bank Indonesia dan dengan dukungan dari stakeholdernya, memberikan hasil yang menggembirakan. Terjadi peningkatan kinerja yang sangat signifikan terutama jika dibandingkan dengan kondisi krisis, sebagaimana yang ditunjukkan oleh beberapa indikator pada Tabel 1.1. tentang perkembangan perbankan Indonesia.

Tabel 1.1. Beberapa Indikator Perbankan Tahun 1998 – 2006 Indikator Perbankan

DPK (Triliun Rp)

88 1,128 1,287 Kredit (Triliun Rp)

595 730 833 Loan to Deposit ratio (%)

61,8 64,7 64,7 Non Performing Loan - Gross (%)

5,8 8,3 7,0 Capital Adequacy (%)

19,4 19,5 20,5 Net Interest margin (%)

3 3 4 3 6 5 5 Return On Assets (%)

3,5 2,6 2,6 SBI (Triliun Rp)

94,1 54,3 179,0 Sumber: Bank Indonesia

Meskipun telah terjadi peningkatan kinerja perbankan, namun kondisi perbankan di Indonesia belum pulih seutuhnya. Apabila kita melihat data dua tahun terakhir, pelaksanaan intermediasi perbankan pada tahun 2006 masih belum seperti yang diharapkan. LDR relatif tidak berubah, yaitu sebesar 64,7%, karena relatif berimbangnya pertumbuhan kredit dibandingkan dengan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK).

Pertumbuhan kredit selama tahun 2006 hanya sebesar 14,1% (lebih kecil dari yang sudah ditargetkan sebesar 18%). Namun dilain pihak penempatan Bank Umum dalam Surat Berharga Indonesia (SBI) mengalami peningkatan yang sangat signifikan hingga melebihi 200%, walaupun suku bunga BI terus turun, sebesar 300 bps selama tahun 2006.

Khusus untuk kondisi makroekonomi di Propinsi Sulawesi Selatan dan Propinsi Sulawesi Barat (Sulselbar) pada tahun 2006 menunjukkan perkembangan yang kondusif. PDRB mencatat peningkatan, sementara laju inflasi (terutama menjelang akhir tahun) cenderung menunjukkan trend yang melambat.

Struktur perekonomian utama di Propinsi Sulselbar masih di dominasi sektor pertanian dengan kontribusi sebesar 30,59%, sektor perdagangan hotel dan Restoran Struktur perekonomian utama di Propinsi Sulselbar masih di dominasi sektor pertanian dengan kontribusi sebesar 30,59%, sektor perdagangan hotel dan Restoran

Gambar 1.1. Struktur Perekonomian Propinsi Sulselbar tahun 2006

KEUA NG A N, PERSEWA A N &

JA SA -JA SA ,

JA SA

11.80 PERTA NIA N,

PERUSA HA A N,

5.79 A NG KUTA N

&KO MUNIKA SI,

PERTA MBA NG A N

7.43 & PENG G A LIA N, 9.79

PERDA G A NG A N, HO TEL &

BA NG UNA N, RESTO RA N,

4.52 INDUSTRI

15.07 LISTRIK, G A S

PENG O LA HA N,

DA N A IR BERSIH,

Sumber: BPS dan KBI, Makassar Pertumbuhan ekonomi Sulselbar tahun 2006 cenderung lebih tinggi dibandingkan

pertumbuhan ekonomi nasional. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1.2. di bawah ini. Tahun 2005 pertumbuhan ekonomi di Propinsi Sulselbar sebesar 5,81 % di atas rata-rata nasional sebesar 5,16%. Demikian pula untuk perkiraan tahun 2006, dimana pertumbuhan ekonomi di Propinsi Sulselbar sebesar 5,95 % masih di atas rata-rata nasional sebesar 5,50%.

Gambar 1.2. Perkembangan ekonomi Propinsi Sulselbar 2006

Provinisi Sulselbar

*) Data perkiraan Sumber: BPS dan KBI Makassar

Tingkat Inflasi tahunan mengalami perlambatan dari 17,39% pada tahun 2005 menjadi 6,72% pada tahun 2006. Hal ini terutama disebabkan oleh kondisi perekonomian yang bergeser kepada nilai keseimbangan baru pasca meredahnya efek kenaikan harga BBM. Secara kumulatif, laju inflasi tahun 2006 tercatat 7,49%, lebih rendah dari tahun 2005 yang sebesar 16,04%.

Disamping itu, Gambar 1.3. menunjukkan kinerja perbankan di Propinsi Sulselbar, dimana intermediasi perbankan tercatat menurun, dari 94,55% pada tahun 2005 menjadi 85,19% pada tahun 2006. Meskipun perlu dicatat bahwa hal ini terjadi karena laju pertumbuhan penghimpunan dana tercatat lebih besar dibandingkan laju penyaluran kredit perbankan. Kredit tercatat tumbuh 4,51% (y-o-y) sementara DPK tumbuh sebesar 15,99%. Kredit UMKM meningkat 12,19% (y-o-y) menjadi Rp9,32 triliun dengan pangsa Kredit UMKM thd total kredit mencapai 57,41%.

Pertumbuhan kredit yang lebih lambat dibandingkan pertumbuhan penghimpunan DPK merupakan salah satu faktor yang menyebabkan menurunnya Loan to Deposit Ratio pada tahun 2006 dari 94,55% menjadi 85,24%. Sementara itu, peranan Kredit UMKM tetap mengalami peningkatan.

Gambar 1.3. Kinerja Perbankan di Propinsi Sulselbar tahun 2006

DPK & Kredit (m ilyar rp)

LDR = Kredit/DPK

Q 3-03 Q 4-03 Q 1-04 Q 2-04

Q 3-04

Q 4-04

Q 1-05

Q 2-05

Q 3-05

Q 4-05

Q 1-06

Q 2-06

Q 3-06

Sumber: BPS dan KBI Makassar. Dari fakta kondisi makroekonomi Sulselbar di atas masalah yang tampak adalah

belum terciptanya intermediasi seperti yang diharapkan. Karena, kajian atas faktor yang mempenaruhi, baik sebagai pendorong pencairan kredit maupun faktor penghambat pengembalian kredit pada unit-unit usaha yang memiliki keterkaitan khusus pada ciri perilaku dan budaya masyarakat di masyarakat Sulselbar sangat menarik untuk diteliti.

1. 2. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut:

Faktor apa saja yang menjadi pendorong dan penghambat dalam pengambilan dan pengembalian kredit perbankan pada masyarakat di Propinsi Sulsel dan Sulbar.

1. 3. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang menjadi pendorong dalam

pengambilan dan pengembalian kredit perbankan di Sulsel dan Sulbar.

2. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam pengambilan dan pengembalian kredit perbankan di Sulsel dan Sulbar.

3. Mengidentifikasi dan menganalisis antara hubungan karakteristik unit usaha dengan proses permohonan kredit, persetujuan, dan pencairan kredit perbankan di Sulsel dan Sulbar.

1. 4. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat penelitian adalah :

1. Bahan pertimbangan bagi pengambil kebijakan (perbankan) dalam rangka mendorong terlaksananya fungsi intermediasi dengan baik.

2. Bahan informasi bagi pelaku usaha dalam rangka pengambilan kredit.

3. Bahan informasi bagi pemerintah dalam memfasilitasi pihak perbankan dan dunia usaha dalam rangka mendorong terlaksananya fungsi intermediasi perbankan.

4. Sebagai bahan referensi bagi penelitian yang relevan dengan penelitian ini.

1. 5. RUANG LINGKUP PENELITIAN

Ruang lingkup penelitian adalah : Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di daerah Propinsi Sulawesi Selatan dan Propinsi Sulawesi Barat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. TINJAUAN TEORITIS

1. Pengertian Bank

Bank merupakan lembaga keuangan yang memberikan jasa keuangan, yaitu menyalurkan dana, memberikan pinjaman dan menghimpun dana dari masyarakat luas dalam bentuk simpanan.

Berbagai ahli dan praktisi yang berkompeten di dalamnya tidak selalu sama dalam memberikan definisi bank itu sendiri. Hal ini disebabkan karena tiap-tiap ahli dan praktisi tersebut meninjau pengertian bank dari sisi yang berbeda. Untuk lebih jelasnya, maka perlu diketahui beberapa definisi bank itu sendiri.

Wijaya (1991) mengemukakan pengertian bank adalah: “Bank atau lembaga keuangan adalah lembaga yang membantu melancarkan pertukaran barang-barang dan jasa- jasa serta menyalurkan tabungan ke investasi”.

Dendawijaya (2000) memberikan definisi tentang bank adalah: “Suatu badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.

Sedangkan sesuai dengan UU No.7 tahun 1992, sebagaimana telah diubah dengan UU No.10 tahun 1998 tentang perbankan, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Jika kita perhatikan dari pengertian-pengertian dan definisi-definisi para ahli tersebut di atas, maka dapat kita mengambil kesimpulan bahwa pengertian bank pada dasarnya memiliki persamaan antara satu dan lainnya dan walaupun ada perbedaan hal itu hanya nampak pada tugas atau usaha bank itu sendiri. Dengan kata lain bahwa bank adalah lembaga keuangan yang menerima simpanan dana dari masyarakat dalam bentuk giro, deposito dan tabungan, serta menyalurkan dana dalam bentuk kredit, baik itu kredit jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang kepada masyarakat serta memberikan jasa-jasa lainnya berupa kiriman uang/transfer, inkaso, letter of credit, garansi bank dan lain- lain. Jadi dengan demikian bank berfungsi sebagai agent of trust yang erat kaitannya dengan pelayanan/jasa-jasa yang diberikan baik kepada perorangan maupun kepada kelompok usaha.

2. Jenis Bank

Sesuai dengan UU No.7 tahun 1992, sebagaimana telah diubah dengan UU No.10 tahun 1998 tentang perbankan, berdasarkan jenisnya bank dibedakan menjadi Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR), sedangkan berdasarkan prinsip usahanya dibedakan menjadi bank yang menjalankan secara konvensional dan bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah.

Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang didalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran, sedangkan Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau secara berdasarkan prinsip syariah yang didalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Yang dimaksud dengan Prinsip Syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan Syariah.

Sesuai implementasi program Arsitektur Perbankan Indonesia (API) yang akan dilaksanakan secara bertahap mulai tahun 2004 sampai dengan 2010, maka berdasarkan struktur permodalannya bank akan dibedakan menjadi 4 (empat) yaitu :

- Bank Internasional, - Bank Nasional, - Bank dengan Fokus, - BPR dan Bank dengan Kegiatan Usaha Terbatas.

Bank Internasional adalah bank yang mempunyai kapasitas dan kemampuan untuk beroperasi di wilayah internasional serta memiliki modal diatas Rp 50 triliun. Bank Nasional adalah bank yang sangat luas dan beroperasi secara nasional serta memiliki modal antara Rp

10 triliun sampai dengan Rp 50 triliun. Bank yang kegiatan usahanya terfokus pada segmen usaha tertentu sesuai dengan kapabilitas dan kompetensi masing-masing bank serta memiliki modal antara Rp100 miliar sampai dengan Rp 10 triliun. Jenis bank yang terakhir yaitu Bank Perkreditan Rakyat dan Bank dengan Kegiatan Usaha Terbatas adalah bank yang kegiatan usahanya yang terbatas dan beroperasi di wilayah yang terbatas yang memiliki modal dibawah Rp 100 miliar.

Meskipun dalam Undang-undang Perbankan tidak membedakan bank berdasarkan luas wilayah operasionalnya, namun dalam praktek sesungguhnya dapat dibedakan dan diketahui secara jelas bahwa terdapat beberapa bank umum yang memiliki wilayah operasional secara luas karena telah memiliki jaringan kantor di beberapa daerah/propinsi. Sedangkan beberapa bank umum lainnya (termasuk seluruh BPR) memiliki wilayah operasional yang terbatas karena hanya memiliki jaringan kantor di satu daerah/propinsi. Bank dengan jaringan luas tersebut disebut sebagai “bank nasional” sedangkan bank dengan jaringan terbatas disebut sebagai “bank lokal”.

3. Jenis Usaha Bank Umum

Jenis usaha bank berdasarkan UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang disempurnakan dengan UU No. 10 Tahun 1998, menyebutkan bahwa usaha–usaha yang dapat dilakukan oleh bank umum meliputi:

a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

b. Memberikan kredit

c. Menerbitkan surat pengakuan hutang

d. Membeli, menjual, atau menjamin atas resiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya:

- Surat-Surat Wesel termasuk wesel yang diakseptasi oleh bank yang masa belakunya tidak lebih lama dari pada kebiasaan dalam perdagangan surat-surat dimaksud.

- Surat Pengakuan hutang dan kertas dagang lainnya yang masa berlakunya tidak lebih lama dari kebiasaan dalam perdagangan surat-surat dimaksud.

- Kertas perbendaharaan negara dan surat jaminan pemerintah. -

Sertifikat Bank Indonesia (SBI) -

Obligasi -

Surat dagang berjangka waktu sampai dengan satu tahun -

Surat berharga lainnya yang berjangka waktu sampai dengan satu tahun.

e. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun kepentingan nasabah.

f. Menempatkan dana atau meminjamkan dana kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi, maupun dengan wesel, cek, atau sarana lainnya.

g. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga.

h. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga.

i. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak. j. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek. k. Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan kegiatan wali amanat. l. Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip syariah/bagi hasil sesuai

dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. m. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang dan peraturan perundang- undangan yang berlaku.

Selain melakukan kegiatan usaha sebagaimana di maksud pasal 6, bank umum juga dapat:

a. Melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI).

b. Melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan lain dibidang keuangan, seperti sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan efek, asuransi, serta lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan, dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh BI.

c. Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat kegagalan kredit, dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya, dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh BI.

d. Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana pensiun sesuai dengan ketentuan dalam perundang-undangan dana pensiun yang berlaku.

4. Sumber dan Penggunaan Dana Bank

Sebagai lembaga intermediasi tugas utama bank adalah menjembatani hubungan antara masyarakat yang mempunyai kelebihan dana atau mempunyai dana tetapi sementara belum akan menggunakannya, dengan masyarakat yang membutuhkan dana untuk memenuhi kebutuhannya. Sebagai badan usaha, bank melakukan pengelolaan dana-dana yang dimiliki dengan mengoperasikannya dalam bentuk pemberian kredit dan dalam bentuk lainnya dengan mendapatkan jasa/bunga yang lebih tinggi dari jasa/bunga/biaya yang harus dikeluarkannya.

Dana yang dikelola bank selain bersumber dari penghimpunan dana masyarakat juga berasal dari pinjaman pihak lain dan modal sendiri. Menurut Kuncoro (2002) sumber dana bank terdiri dari :

a. Dana Sendiri (dana pihak pertama) adalah dana yang berasal dari para pemegang saham bank atau pemilik, sebagian laba yang disihkan dalam bentuk cadangan modal dan bagian laba yang menjadi milik pemegang saham tetapi telah diputuskan untuk tidak dibagi dan dimasukkan kembali kedalam modal bank (laba ditahan).

b. Dana Pinjaman dari pihak luar bank (dana pihak kedua) yaitu dana yang berasal dari pihak lain yang memberikan pinjaman kepada bank.

c. Dana masyarakat (dana pihak ketiga) adalah dana–dana yang berasal dari masyarakat, baik perorangan maupun badan usaha, yang diperoleh bank dengan c. Dana masyarakat (dana pihak ketiga) adalah dana–dana yang berasal dari masyarakat, baik perorangan maupun badan usaha, yang diperoleh bank dengan

5. Penyaluran Kredit / Pembiayaan Pengertian Kredit

Kegiatan perkonomian dewasa ini boleh dikatakan tidak terlepas dari penggunaan fasilitas kredit yang diberikan oleh pihak perbankan. Bantuan modal berupa pinjaman kredit perbankan ini berfungsi sebagai faktor produksi bagi para pengusaha yang digunakan untuk memperlancar maupun untuk mengembangkan usahanya kearah yang lebih maju.

Kredit dalam hal ini berperan sebagai faktor pendorong dan perangsang dalam dunia usaha, baik dalam usaha pengembangan perdagangan, produksi, dan berbagai macam bentuk usaha seperti pertanian, industri, usaha kecil, jasa dan lainnya.

Kata kredit berasal dari bahasa yunani yaitu “credere” yang berarti kepercayaan kepada seseorang dan perusahaan berarti bahwa kreditur percaya kepada debitur (penerima kredit) bahwa suatu saat dimasa yang akan datang, debitur tersebut akan membayar kreditnya atau memenuhi janjinya.. Untuk lebih mengetahui sebenarnya yang dimaksud dengan kredit, berikut akan dikemukakan beberapa pengertian dari pada kredit itu sendiri.

Kent (1996) mengemukakan bahwa kredit adalah :“hak untuk menerima pembayaran atau kewajiban untuk melakukan pembayaran pada waktu diminta atau pada waktu yang akan datang, karena penyerahan barang-barang sekarang”.

Sedangkan menurut Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998 bahwa “kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat di persamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Dari definisi tersebut jelaslah bahwa persetujuan pinjam meminjam yang dilaksanakan antara bank dengan pihak lain senantiasa tercermin pada kepercayaan. Hal ini berarti yang diberikan kredit benar-benar diyakini dapat mengembalikan pinjaman sesuai dengan waktu dan syarat-syarat yang disepakati.

Unsur-Unsur Kredit

Unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah :

1. Kepercayaan Kredit diberikan oleh perbankan jika yakin bahwa kredit tersebut baik dalam bentuk uang, barang atau jasa akan benar-benar diterima kembali dalam jangka waktu yang akan datang.

2. Kesepakatan Disamping unsur kepercayaan, di dalam pemberian fasilitas kredit juga mengandung unsur kesepakatan antara kreditur dan pihak debitur. Kesepakatan itu dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajiban masing-masing yang dituangkan dalam akad kredit.

3. Waktu Unsur waktu dalam kredit adalah masa antara pemberian dan pengembalian kredit, dimana nilai uang yang sekarang lebih tinggi nilainya dari uang yang akan datang. Makin lama waktunya makin lama peredaran nilai uangnya.

4. Tingkat Resiko Adanya jangka waktu antara pemberian kredit dan pengembaliannya menimbulkan tingginya tingkat resiko karena selalu ada unsur ketidakpastian yang tidak dapat diperhitungkan. Semakin lama kredit diberikan semakin tinggi pula tingkat resiko, maka timbullah jaminan dalam pemberian kredit.

5. Balas Jasa Akibat dari pemberian kredit, pihak bank tentu mengharapkan suatu keuntungan dalam jumlah tertentu. Keuntungan atas penyaluran kerdit tersebut dikenal dengan istilah bunga bank.

Fungsi Kredit

Fungsi utama kredit adalah untuk pemenuhan jasa pelayanan terhadap kebutuhan masyarakat dalam rangka mendorong dan melancarkan kegiatan usaha di berbagai bidang guna meningkatkan taraf hidup.

Fungsi kredit meliputi :

1. Kredit pada hakekatnya dapat meningkatkan daya guna uang. Dengan adanya kredit dapat meningkatkan dayaguna uang, maksudnya, uang jika hanya disimpan tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna. Dengan diberikannya kredit, uang tersebut menjadi berguna menghasilkan barang atau jasa oleh si penerima kredit.

2. Kredit dapat meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang. Dalam hal ini uang diberikan atau disalurkan akan beredar dari suatu wilayah ke wilayah lainnya suatu daerah yang kekurangan uang dengan memperoleh kredit, maka daerah tersebut akan mendapat tambahan uang dari daerah lainnya.

3. Kredit sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi. Dengan memberikan kredit dapat dikatakan sebagai stabilitas karena dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan oleh masyarakat. Kemudian dapat pula kredit membantu dalam mengekspor barang dari dalam negeri keluar negeri sehingga meningkatkan devisa negara.

4. Kredit dapat meningkatkan kegairahan berusaha Bagi debitur tentu akan meningkatkan kegairahan berusaha, apalagi bagi debitur yang bermodal pas-pasan.

5. Kredit dapat meningkatkan pemerataan pendapatan Semakin banyak kredit yang disalurkan oleh bank, maka semakin baik. Terutama dalam hal ini meningkatkan pendapatan. Jika sebuah kredit diberikan untuk membangun pabrik, maka pabrik tersebut tentu akan membutuhkan tenaga kerja, sehingga dapat pula mengurangi pengangguran. Disamping itu bagi masyarakat sekitar pabrik juga akan dapt meningkatkan pendapatannya seperti dengan membuka warung atau menyewakan rumah kontrakan atau jasa lainnya.

6. Kredit sebagai alat untuk meningkatkan hubungan internasional. Dalam hal pinjaman internasional akan dapat meningkatkan rasa saling membutuhkan antara kreditur dan debitur. Pemberian kredit oleh negara lain akan meningkatkan kerjasama di bidang lainnya, sehingga dapat pula tercipta perdamaian dunia.

Tujuan Kredit

Pemberian kredit di maksudkan untuk memperoleh keuntungan, maka bank hanya boleh meneruskan simpanan masyarakat kepada nasabahnya dalam bentuk kredit, jika bank betul-betul yakin bahwa nasabah yang akan menerima kredit itu akan mampu dan mau mengembalikan pinjamannya pada waktu yang ditentukan. Adapun tujuan pemberian kredit dapat dilihat beberapa segi antara lain :

a) Dilihat dari segi bank (kreditor) maka tujuan kredit adalah : • Frofitability : yakni bagaimana memperoleh keuntungan dari kredit yang berupa bunga dan provisi kredit. (diperoleh melalui pemungutan biaya).

• Safety : yaitu bertujuan agar fasilitas kredit yang diberikan harus benar- benar terjamin keamanannya sehingga tujuan frofitability dapat benar-benar tercapai tanpa adanya hambatan.

b) Dilihat dari segi nasabah/pengusaha (debitur), maka tujuan kredit adalah : • Productivity : kredit diharapkan dapat meningkatkan produktivitas secara menyeluruh dari masyarakat baik peningkatan produktivitas yang disertai dengan kelancaran peredaran barang kebutuhan masyarakat maupun peningkatan penyerapan jumlah tenaga kerja yakni dengan membuka lapangan kerja baru karena adanya peningkatan perusahaan yang telah berhasil.

• Utilty : kredit menghasilkan suatu peningkatan daya guna barang atau uang, sehingga lebih bermanfaat bagi kehidupan. • Sosio Economically : kredit menyebabkan suatu peningkatan sosial ekonomi

dalam masyarakat.

Jenis Kredit

Atas dasar tujuan penggunaan dananya oleh debitur, kredit dapat dibedakan menjadi :

a. Kredit Modal Kerja (KMK) KMK adalah kredit yang digunakan untuk membiayai kebutuhan modal kerja nasabah. KMK biasanya berjangka pendek dan disesuaikan dengan jangka waktu perputaran modal kerja nasabah.

b. Kredit Investasi (KI) Kredit investasi adalah kredit yang digunakan untuk pengadaan barang modal jangka panjang untuk kegiatan usaha debitur. Kredit investasi biasanya berjangka menengah atau panjang, karena nilainya yang relatif besar dan cara pelunasan oleh nasabah melalui angsuran.

c. Kredit Konsumsi (KK) Kredit konsumsi adalah kredit yang digunakan dalam rangka pengadaan barang atau jasa untuk tujuan konsumsi, dan bukan sebagai barang modal dalam kegiatan usaha nasabah. Kredit jenis ini seringkali juga diberi nama kredit multiguna, yang berarti bisa digunakan untuk berbagai tujuan oleh nasabah.

Jangka Waktu Kredit

Kredit yang dipinjamkan oleh bank (kreditur) mempunyai jangka waktu pelunasannya, kredit itu dapat diklasifikasikan dalam tiga jenis :

1) Kredit Jangka Pendek adalah kredit yang berjangka waktu satu tahun yang disalurkan oleh bank kepada sektor-sektor perdagangan, ekspor, impor, distribusi jasa-jasa dan pada sektor lain.

2) Kredit Jangka Menengah adalah kredit yang berjangka waktu antara satu hingga tiga tahun yang disalurkan oleh bank kepada sektor-sektor pertanian, pertambangan, perindustrian dan sebagainya.

3) Kredit Jangka Panjang adalah kredit yang disalurkan oleh bank yang berjangka waktu lebih dari tiga tahun, yang disalurkan oleh bank kepada sektor-sektor investasi dan sebagainya.

Jaminan dan Penilaian Kredit

Jaminan kredit merupakan penyertaan kekayaan atau suatu penyertaan kesanggupan seseorang untuk menjamin dan menanggung pembayaran kembali suatu utang (kredit yang ia terima merupakan kewajiban yang harus dibayar). Barang-barang jaminan yang diterima oleh Jaminan kredit merupakan penyertaan kekayaan atau suatu penyertaan kesanggupan seseorang untuk menjamin dan menanggung pembayaran kembali suatu utang (kredit yang ia terima merupakan kewajiban yang harus dibayar). Barang-barang jaminan yang diterima oleh

a. Memberikan hak dan kewajiban kepada bank untuk mendapat pelunasan dari hasl penjualan dari barang-barang jaminan tersebut, apabila nasabah melakukan pelanggaran terhadap perjanjian yang telah disepakati oleh kedua belah pihak, yaitu tidak mampu membayar kembali hutangnya yang telah ditetapkan dalam perjanjian.

b. Menjamin agar nasabah berperan serta dalam transaksi untuk membiayai usahanya, sehingga kemungkinan untuk meninggalkan usahanya atau proyeknya dengan merugikan diri sendiri atau perusahaannya dapat dicegah atau sekurang-kurangnya kemungkinan untuk dapat berbuat demikian dapat diperkecil.

Disamping kredit harus mempunyai suatu jaminan, bank juga harus melakukan penilaian terhadap permohonan kredit seseorang atau perusahaan, apakah permohonan kredit yang diajukan memenuhi syarat dan layak untuk dibiayai , oleh sebab itu sebelum memberikan kredit bank harus melakukan penilaian seksama melalui pendekatan 6C, yaitu:

a. Character, yaitu sifat kepribadian atau kebiasaan pemohon kredit dalam berhubungan dengan bank atau relasi usahanya pada umumnya. Sifat tersebut bisa berupa keterbukaan, jujur,bermoral, dan sebagainya. Hal ini dapat terlihat dari Curriculum Vitae (daftar riwayat hidup), bank information, daftar hitam perusahaan, dan sebagainya. Sebagian besar bankir bermufakat bahwa faktor karakter ini merupakan faktor penentu dalam kesuksesan kredit.

b. Capacity, yaitu kemampuan manajemen dalam mengendalikan dan mengelola sumber-sumber produksi seperti tenaga kerja, bahan/barang, dan asset perusahaan untuk memproduksi barang/jasa dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen. Hal ini dapat dideteksi melalui tingkatan pendidikan, pengalaman, kesehatan, umur, data financial, dan lain-lain.

c. Capital, yaitu berkaitan dengan kemampuan menyediakan modal yang cukup dalam membiayai usahanya, modal yang besar akan memperbesar pula rasa tanggungjawabnya. Dimana hal ini merupakan benteng perusahaan dalam menghadapi goncangan.

d. Collateral, yaitu harta kekayaan yang tersedia sebagai jaminan dari kredit yang akan diambil. Apabila suatu saat ternyata si peminjam (debitur) tidak mampu menyelesaikan kreditnya maka jaminan tersebut akan diambilalih/dilelang oleh kreditur setelah pengadilan memberikan pengesahan. Dengan demikian jaminan memberikan dua fungsi yaitu untuk faktor penentu dalam pemberian dalam pemberian kredit dan factor pengaman atas kredit yang diberikan.

e. Condition of economy (Kondisi ekonomi) yaitu sangat perlu diperhatikan dalam menyalurkan kredit, yaitu dengan memperhatikan keadaan perekonomian pada umumnya, dan sifat faktor usaha yang dipengaruhi oleh faktor ekstern yaitu perkembangan ekonomi, moneter perbankan, perkembangan teknologi dan lain-lain.

f. Constraint, yaitu faktor penghambat atau rintangan berupa faktor-faktor social psikologis yang ada pada suatu daerah tertentu yang menyebabkan suatu proyek tidak dapat dilaksanakan, misalnya pendirian suatu pabrik farmasi yang akan memproduksi obat-obatan antibiotika dan vitamin tetapi merencanakan pula untuk mengelola ganja dan ecstasy , rasanya sulit untuk diberikan izin oleh instansi yang berwewenang.

6. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Definisi UMKM

Definisi usaha kecil-menengah suatu negara berbeda dengan negara lainnya namun dalam definisi tersebut mencakup sedikitnya dua aspek yaitu aspek penyerapan tenaga kerja Definisi usaha kecil-menengah suatu negara berbeda dengan negara lainnya namun dalam definisi tersebut mencakup sedikitnya dua aspek yaitu aspek penyerapan tenaga kerja

1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak satu miliar rupiah.

3. Milik warga negara Indonesia.

4. Mempekerjakan tenaga kerja paling sedikit sembilan orang dan paling banyak 19 orang termasuk pengusaha.

5. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafilisai baik langsing maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar.

6. Berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.

Sementara berdasarkan Inpres no. 10 tahun 1999 tentang usaha menengah dan BPS dapat diketahu kriteria dari usaha menengah yaitu sebagai berikut :

1. Memiliki kekayaan bersih lebih besar dari 200 juta rupiah dan paling banyak 10 miliar rupiah, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

2. Milik warga negara indonesia

3. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari satu miliar rupiah tetapi kurang dari 50 miliar rupiah.

4. mempekerjakan tenaga kerja lebih dari dua puluh orang.

5. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafilisai baik langsing maupun tidak langsung dengan usaha besar.

6. berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum.

Karateristik Umum Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Indonesia

Karateristik umum usaha kecil dan menengah di Indonesia adalah sama dengan kondisi UKM pada negara-negara berkembang. Karateristik yang dimiliki dapat menjadi kekuatan dan kelemahan dalam perkembangannya atau sebagai dasar kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah dalam memberdayakan UKM. Kombinasi dari kekuatan dan kelemahan dari uaha kecil dan menengah dikemukakan oleh Tambunan (2002) dalam Tabel

1.2. Kombinasi antara kekuatan dan kelemahan tersebut sangat menentukan kemampuan

UKM dalam menghadapi tantangan yang ada. Dalam perkembangannya saat ini menurut Tambunan (2002) UKM dihadapkan pada tantangan dalam aspek :

1. Perkembangan teknologi yang pesat. Perubahan teknologi utamanya dalam proses produksi, teknologi informasi, teknologi bahan baku sintetis, mempengaruhi dunia usaha dari dua sisi yaitu dari sisi penawaran dan sisi permintaan. Dari sisi penawaran perkembangan teknologi memepengaruhi antara lain metode atau pola produksi, jenis input serta kualitas dari output yang 1. Perkembangan teknologi yang pesat. Perubahan teknologi utamanya dalam proses produksi, teknologi informasi, teknologi bahan baku sintetis, mempengaruhi dunia usaha dari dua sisi yaitu dari sisi penawaran dan sisi permintaan. Dari sisi penawaran perkembangan teknologi memepengaruhi antara lain metode atau pola produksi, jenis input serta kualitas dari output yang

Tabel 1.2. Analisis Kekuatan dan Kelemahan UKM

1. Manusia • Motivasi yang kuat untuk • Kualitas SDM utamanya pendidikan mempertahankan usahanya

formal rendah

• Tenaga kerja yang melimpah • Kemampuan melihat peluang dan upah rendah

bisnis terbatas • Produktivitas rendah • Etos kerja dan disiplin kerja rendah

• Penggunaan tenaga kerja cenderung eksploitatif dengan tujuan untuk mengejar target

• Sering mengandalkan anggota keluarga sebagai pekerja tidak dibayar

2. Ekonomi • Mengandalkan sumber- • Kewirausahaan yang rendah (Bisnis)

sumber keuangan informal • Nilai tambah yang diperoleh rendah yang mudah diperoleh

karena akumulasi yang lambat • Mengandalkan bahan baku

bahkan sulit terjadi lokal sesuai dengan jenis • Manajemen keuangan yang kurang

produk

bagus

• Melayani segmen pasar bawah yang tinggi permintaan Sumber : Tambunan (2002)

2. Persaingan bebas dengan intensitas yang tinggi dari negara-negara lain Persaingan bebas menyebabkan perubahan dalam selera masyarakat khususnya jika pendapatan masyarakat semakin meningkat. Persaingan bebas juga memberikan banyak pilihan kepada masyarakat dalam menentukan produk-produk yang mana yang lebih memberikan kepuasan dari segi kualitas atau harga yang lebih murah. Dengan demikian produk nasional bersaing ketat dengan produk impor.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui karateristik umum usaha kecil- menengah (UKM) yaitu :

1. Struktur oraganisasi yang sangat sederhana

2. Tidak memiliki staf yang berlebihan

3. Pembagian kerja yang kurang teratur

4. Memiliki hirarki manajerial yang pendek

5. Kurang dalam aktivitas formal dan proses perencanaan

6. Kurang dapat membedakan aset pribadi dari aset perusahaan.

7. Pengelompokan Usaha Kecil Menengah (UKM)

Pengelompokan dari Usaha Kecil Menengah (UKM) pada suatu negara mempunyai tujuan strategis yang dikaitkan dengan standar-standar kuantitatif tertentu serta seberapa jauh dapat dimasukkan dalam skala usaha. Tujuan pengelompokan usaha terdiri dari empat tujuan yaitu :

1. Untuk keperluan analisis yang dikaitkan dengan ilmu pengetahuan

Analisis ilmiah khususnya ilmu ekonomi membahas kaidah-kaidah dan hukum-hukum ekonomi yang dikaitkan dengan pengelompokan usaha baik secara mikro maupun makro sehingga menjadi masukan untuk memperoleh kondisi bisnis/perusahaan secara nasional untuk dianalisis dalam menentukan kebijaksanaan dan solusi.

2. Untuk keperluan penentuan kebijakan-kebijkan pemerintah Dalam hubungannya dengan pemerintah pengeompokan bisnis diperlukan untuk mengetahui gambaran sistematis tentang kondisi dan kegiatan usaha secara nasional. Sistem pendataan yang dipakai berdasarkan pengelompokan berdasarkan International Standard Industrial Classification (ISIC) sehingga menjadi bahan acuan dlam menetapkan kebijakan-kebijakan pemerintah/ lembaga pemerintah yang berkompeten.

3. Untuk meyakinkan pemilik modal atau pengusaha tentang posisi perusahaanya Dalam kaitannya dengan posisi perusahaan tertentu pemilik modal dapat menilai seberapa besar luas kegiatan bisnisnya dibandingkan dengan pesaing lainnya.

4. Untuk pertimbangan badan tertentu yang berkaitan dengan antisipasi kinerja perusahaan Bank-bank atau institusi investasi memerlukan data umum dengan menggunakan data statistik kelompok usaha/industri untuk bahan evaluasi terhadap calon nasabah untuk pemberian kredit/investasi serta rencana perluasan kegiatan usaha dapat dipertanggungjawabkan dari pemberian kredit perbankan dan peranannya terhadap jenis usaha bersangkutan.

Kemudian Usaha Kecil-Menengah (UKM) dapat di kelompokkan ke dalam empat bagian yaitu :

1. Livelihood Activities Usaha Kecil-Menengah (UKM) yang masuk kategori ini pada umumnya bertujuan

mencari kesempatan kerja untuk mencari nafkah. Para pelaku kelompok ini tidak memiliki jiwa kewirausahaan dan disebut sebagai sektor informal.

2. Micro Enterprise Usaha Kecil-Menengah (UKM) yang masuk kategori ini bersifat pengrajin dan tidak bersifat kewirausahaan

3. Small Dynamic Enterprises Usaha Kecil-Menengah (UKM) yang masuk kategori ini cukup memiliki jiwa

kewirausahaan dan banyak pengusaha skala menengah dan besar berasal dari kategori ini. Jumlah usaha yang masuk kategori ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan jumlah kedua kategori diatas namun sudah bisa menerima pekerjaan subkontrak dan ekspor.

4. Fast Moving Enterprises Usaha yang masuk dlam kriteria ini merupakan kriteria usaha menengah yang memiliki

jiwa kewirausahan dan menghasilkan perusahaan yang akan menjadi perusahaan besar.

Permasalahan Utama Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (UMKM) di Indonesia

Ciri-ciri dari negara-negara terbelakang dikemukakan oleh ML. Jhingan (1999) yaitu kemiskinan umum; pertanian merupakan mata pencaharian utama; sumber alam kurang terolah; pertambahan penduduk yang cepat; pengangguran; keterbelakangan ekonomi; ketiadaan inisiatif dan usaha; ekonomi dualistis; kelangkaan alat modal; keterbelakangan teknologi; orientasi perdagangan luar negeri. Kemudian menurut Todaro (1995) mengemukakan ciri-ciri negara sedang berkembang yaitu rendahnya tingkat kehidupan; rendahnya tingkat produktivitas; tingkat pertumbuhan penduduk dan beban ketergantungan yang tinggi; tingkat pengangguran dan semi pengangguran yang tinggi dan terus meningkat; ketergantungan yang tinggi terhadap produksi pertanian dan ekspor produk primer; serta dominasi, ketergantungan dan kerentanan dalam hubungan internasional. Hal tersebut menyebabkan perkembangan dunia usaha khususnya Usaha Kecil Menengah di negara- Ciri-ciri dari negara-negara terbelakang dikemukakan oleh ML. Jhingan (1999) yaitu kemiskinan umum; pertanian merupakan mata pencaharian utama; sumber alam kurang terolah; pertambahan penduduk yang cepat; pengangguran; keterbelakangan ekonomi; ketiadaan inisiatif dan usaha; ekonomi dualistis; kelangkaan alat modal; keterbelakangan teknologi; orientasi perdagangan luar negeri. Kemudian menurut Todaro (1995) mengemukakan ciri-ciri negara sedang berkembang yaitu rendahnya tingkat kehidupan; rendahnya tingkat produktivitas; tingkat pertumbuhan penduduk dan beban ketergantungan yang tinggi; tingkat pengangguran dan semi pengangguran yang tinggi dan terus meningkat; ketergantungan yang tinggi terhadap produksi pertanian dan ekspor produk primer; serta dominasi, ketergantungan dan kerentanan dalam hubungan internasional. Hal tersebut menyebabkan perkembangan dunia usaha khususnya Usaha Kecil Menengah di negara-

Permasalahan internal yang dihadapi oleh pengusaha kecil dan menengah terdiri dari lima permasalahan utama yaitu keterbatasan finansial, kekurangan sumber daya manusia dengan kualitas yang baik, kesulitan mendapatkan bahan baku, keterbatasan teknologi, dan kesulitan dalam pemasaran yang dikelompokkan berdasarkan masalah sebelum investasi, masalah dalam pengenalan usaha dan masalah dalam peningkatan usaha. Kemudian menurut Tambunan (2002) terdapat dua masalah eksternal yang dianggap paling serius oleh pengusaha kecil dan menengah yaitu keterbatasan akses ke bank dan distorsi pasar (output maupun input) yang disebabkan oleh kebijaksanaan-kebijaksanaan atau peraturan-peraturan, sistem perijinan dari pemerintah yang menghambat dan tidak kondusif, baik yang disengaja maupun tidak disengaja lebih menguntungkan pengusaha besar termasuk investor asing. Banyaknya perizinan yang dibutuhkan dan lisensi yang dikeluarkan; tumpang tindihnya pelaksanaan dilapangan; tidak jelasnya arah dan tujuan atau kurang transparanya proses perijinan; dan banyaknya praktek-praktek korupsi dilapangan membuat perusahaan harus mengeluarkan biaya-biaya tambahan untuk mempermudah proses perijinan kepada aparat terkait. Kemudian dasar hukum dari beberapa persayaratan perijinan yang tidak jelas menyebabkan rumitnya sistem perijinan dan berdampak pada biaya tinggi bagi perusahaan mikro, kecil dan menengah (UMKM) sehingga diperkirakan biaya tidak resmi yang harus dikeluarkan untuk mempercepat proses perijinan mencapai 30 persen dari pendapatan kotor pada perusahaan berskala kecil.

Permasalahan tersebut diatas akan semakin berat jika Usaha Mikro, Kecil Menengah (UMKM) melayani pasar terbuka atau ekspor karena akan berhadapan dengan produk-produk serupa dari pengusaha-pengusaha besar yang lebih kuat maupun dari persaingan barang- barang impor. Pengusaha kecil dan menengah indonesia juga harus bersaing dengan skala usaha yang sama di luar negeri yang lebih maju atau mendapat perhatian penuh dari pemerintahnya. Berdasarkan uraian diatas dapat dijelaskan masalah-masalah utama sebagai berikut:

1. Masalah finansial Masalah utama yang dihadapi adalah penggunaan modal awal dan akses ke modal kerja serta kondisi finansial jangka panjang untuk investasi dan pertumbuhan output jangka panjang. Modal awal yang digunakan pada umumnya bersumber dari tabungan sendiri atau dari sumber-sumber informal tidak mencukupi untuk kegiatan produksi dan untuk perluasan kapasitas produksi atau menggantikan mesin-mesin tua sehingga kebutuhan tambahan dana adalah melalui dana dari perbankan. Namun untuk mendapatkan kredit dari bank sangat rumit dan susah yang disebabkan oleh lokasi bank yang terlalu jauh bagi pengusaha yang tinggal di daerah yang relatif terisolasi, persyaratan yang dipenuhi terlalu berat dalam memperoleh kredit dan urusan administrasi yang sangat panjang dan lama, serta informasi mengenai program-program kredit dan prosedurnya. Persyaratan dan jaminan tersebut masih dilakukan perbankan oleh karena kekhawatiran munculnya masalah (non-performing) yang berdampak langsung bagi perbankan itu sendiri.

2. Keterbatasan sumber daya manusia Kualitas sumber daya manusia yang dibutuhkan menurut Tambunan (2002) utamanya meliputi aspek-aspek enterpreneurship, manajemen, teknik produksi, pengembangan produk, engginerring design, quality control, organisasi bisnis, akuntansi, data processing, teknik pemasaran, dan penelitian pasar. Keahlian tersebut sangat dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas produksi sampai memperluas pangsa pasar. Pelatihan- pelatihan yang diberikan dari pemerintah dinilai kurang responsif terhadap perkembangan dunia bisnis oleh karena cenderung teoritis dan sering tidak cocok dengan kebutuhan mereka sebenarnya.

Menurut Todaro (1995) tingkat produktivitas rata-rata tenaga kerja di sektor pertanian di Amerika Utara hampir 35 kali lipat dibandingkan dengan gabungan produktivitas tenaga kerja di Asia dan Afrika. Keterbatasan sumber daya manusia merupakan salah satu masalah serius usaha kecil menengah indonesia untuk bersaing di pasar domestik maupun internasional didalam perdagangan bebas khususnya antar negara ASEAN.

3. Masalah bahan baku Keterbatasan bahan baku baik dari segi harga berdampak langsung pada kelangsungan produksi terutama bagi usaha dibidang industri manufaktur yang sebagian besar menggunakan bahan baku impor sehingga jika terjadi depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS harganya akan semakin mahal sehingga menyebabkan kesulitan untuk memperolehnya atau mengalami produksi berhenti. Dari segi kualitas dan kuantitas bahan baku di indonesia masih sangat kurang oleh karena teknik produksi bahan baku tersebut tertinggal jauh dari negara-negara maju serta sebagian besar bahan baku yang memiliki kualitas bagus diekspor keluar negeri daripada dijual didalam negeri.

4. Keterbatasan teknologi Usaha kecil menengah di indonesia umumnya masih menggunakan mesin-mesin lama atau tradisional dalam bentuk mesin-mesin yang bersifat mekanis atau alat-alat produksi manual. Keterbelakangan teknologi tersebut berdampak pada rendahnya produktivitas dan efisiensi didalam proses produksi serta rendahnya mutu output yang dihasilkan. Didalam persaingan bebas meskipun indonesia memiliki ketersediaan bahan baku yang melimpah dan upah tenaga kerja yang murah, hal tesebut tidak ada artinya dimasa datang jika pemilikan dan penguasaan teknologi modern yang dapat meningkatkan produktivitas dan menciptakan inovasi kurang mendapatkan perhatian.

5. Kesulitan pemasaran Masalah-masalah yang dihadapi dalam pemasaran umumnya adalah tekanan-tekanan persaingan dari produk impor, kegiatan promosi yang kurang dan rendahnya kualitas produk yang dihasilkan. Keterbatasan transportasi baik dari segi ongkos angkut, harga bahan bakar, dan jumlah kendaraan angkut juga berpengaruh besar. Jika ongkos tansportasi merupakan faktor yang besar dalam ongkos produksi seluruhnya dan relatif lebih besar dari nilai harga barang yang dihasilkan, maka ongkos transportasi tersebut menjadi faktor penentu dalam pemilihan lokasi usaha.

8. Pola Kemitraan

Pola kemitraan dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu : pola keterkaitan langsung dan keterkaitan tidak langsung. Pola keterkaitan langsung meliputi : Pertama, Pola PIR (Perkebunan Inti Rakyat), dimana Bapak Angkat sebagai inti sedangkan petani sebagai plasma, Kedua, Pola Dagang, di mana bapak angkat bertindak sebagai pemasar produk yang di hasilkan oleh mitra usahanya. Ketiga, Pola vendor, di mana produk yang dihasilkan oleh anak angkat tidak memiliki hubungan kaitan ke depan maupun ke belakang dengan produk yang dihasilkan oleh bapak angkatnya.

Pola keterkaitan tidak langsung merupakan pola pembinaan murni. Dalam pola ini tidak ada hubungan bisnis langsung antara ”Bapak Angkat” dengan mitra usaha. Pola ini lebih tepat dilakukan oleh perguruan tinggi, meliputi kegiatan-kegiatan antara lain : pelatihan pengusaha kecil, pelatihan calon konsultan pengusaha kecil, konsultasi bisnis, monitoring usaha, temu usaha, dan lain lain.

2.2. PENELITIAN SEBELUMNYA

Beberapa penelitian yang terkait dengan sektor keuangan dan sektor riil dalam rangka mencermati hubungan kausalitas antara pertumbuhan ekonomi dengan Beberapa penelitian yang terkait dengan sektor keuangan dan sektor riil dalam rangka mencermati hubungan kausalitas antara pertumbuhan ekonomi dengan

Sementara itu penelitian sebelumnya Bernanke (1983) menegaskan bahwa perbankan memberikan peran yang sangat signifikan terhadap terjadinya fluktuasi dalam perekonomian. Peran ini tercipta sebagai dampak dari kemungkinan banyaknya perusahaan- perusahaan yang sangat bergantung pada perbankan, dimana perusahaan-perusahaan tersebut tidak bisa mendapatkan pembiayaan selain pembiayaan yang didapatkannya dari perbankan. Ketergantungan terhadap pembiayaan perbankan ini antara lain memiliki 3 (tiga) konsekuensi penting. Pertama, transmisi moneter dapat terjadi baik melalui lending channel maupun interest-rate channel. Kedua, terjadinya permasalahan di industri perbankan dapat memberikan tekanan terhadap pertumbuhan ekonomi. Ketiga, tindakan pengaturan terhadap kinerja perbankan merupakan salah satu sumber dari shock yang dihasilkan oleh kebijakan moneter.

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65