11
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Penyegaran Kultur
Acetobacter xylinum MG Co. 05 disegarkan dalam bentuk agar miring yang dapat
dilihat pada Gambar 4. Acetobacter xylinum MG Co. 05 tumbuh dengan baik pada media Hassid Barker Agar
HBA. Pertumbuhannya mengikuti alur goresan, memiliki warna putih opaq, mengkilat, dan elevasinya cembung.
Gambar 4. Acetobacter xylinum MG.Co. 05
B. Propagasi Kultur atau Starter
Hasil penelitian terhadap Acetobacter xylinum MG.Co. 05 yang ditumbuhkan pada media Hassid Barker Cair, pH 4, suhu 30
o
C, selama 24 jam dengan kecepatan agitasi 150 rpm, menunjukkan pertumbuhan yang baik yaitu jumlah sel mencapai 2.77 x 10
8
CFU. Pada penelitian Melliawati et al 2011, jumlah sel dalam starter sebanyak 1.05 x 10
8
CFU. Jumlah sel yang dihasilkan pada penelitian ini lebih baik dibandingkan dengan Melliawati et al 2011. Hal ini kemungkinan dikarenakan perbedaan media pertumbuhan
dan strain Acetobacter xylinum yang digunakan. Data lengkap jumlah sel pada propagasi sel atau starter terlampir pada Lampiran 9.
C. Kultivasi Kultur
1. Kultivasi Tahap Pertama Agitated Culture System
Kultivasi tahap pertama dilakukan dalam shaker incubator dengan kecepatan agitasi yang berbeda-beda sesuai dengan perlakuan selama 24 jam. Penampakan
kultivasi tahap pertama terlampir pada Lampiran 5. Shezad et al 2010 melakukan kultivasi awal selama 24 jam pada suhu 30
o
C, pH 5, dan kecepatan agitasi 200 rpm. Wei et al 2011 dan Cheng et al 2009 juga melakukan kultivasi awal selama 24
jam. Selama 24 jam tersebut diharapkan pertumbuhan sel berlangsung cepat karena distribusi oksigen dan nutrisi lebih merata. Data lengkap jumlah sel pada kultivasi
12 tahap pertama terlampir pada Lampiran 10. Jumlah sel pada kultivasi tahap pertama
disajikan pada Gambar 5.
Keterangan: A : penambahan kadar sukrosa A1= 0, A2=5, A3= 7,5
B : kecepatan agitasi B1= 100 rpm, B2= 150 rpm, B3= 200 rpm Gambar 5. Jumlah Sel pada Kultivasi Tahap Pertama
Jumlah sel pada kultivasi tahap pertama berkisar antara 5.56 x 10
6
- 9.55 x 10
6
CFU. Jumlah sel tertinggi didapatkan dari perlakuan A2B1 penambahan sukrosa 5 dan kecepatan agitasi 100 rpm yaitu 9.55 x 10
6
CFU. Sedangkan jumlah sel terendah didapatkan dari perlakuan A3B3 penambahan sukrosa 7.5 dan kecepatan agitasi
200 rpm yaitu 5.56 x 10
6
CFU. Jumlah sel untuk kontrol dianggap sama dengan jumlah sel starter karena untuk kontrol tidak dilakukan kultivasi tahap pertama atau
langsung ke tahap kultivasi statis. Secara umum, semakin tinggi kecepatan agitasi jumlah sel semakin menurun.
Padahal diasumsikan dengan adanya agitasi, distribusi nutrisi dan oksigen akan lebih merata sehingga pertumbuhan sel akan lebih cepat dan pembentukan selulosa juga
akan lebih cepat. Menurut Zhang 2003 diacu dalam Junianto et al 2009, penurunan jumlah sel kemungkinan disebabkan karena pada agitasi yang tinggi akan dihasilkan
gelembung-gelembung busa. Busa tersebut dapat menghambat transfer oksigen sehingga kelarutan oksigen dalam medium menurun.
2. Kultivasi Tahap Kedua Static Culture System