KLASIFIKASI TANAH

4.1 KLASIFIKASI TANAH

Klasifikasi tanah terdiri dari penggolongan berbagai jenis tanah secara sistematik atas dasar karakteristik pembeda tertentu. Unified soil classification system (USCS) mengelompokkan tanah ke dalam tiga kelompok besar:

berbutir kasar (lebih dari 50% tertahan pada saringan No. 200),

berbutir halus (kurang dari 50% tertahan pada saringan No. 200); kelompok ini dibagi lagi menjadi lempung dan lanau inorganik,

sangat organik (kegambut-gambutan). Tanah berbutir kasar dan berbutir halus diklasifikasikan berdasarkan ukuran

butir dan gradasi, batas cair, indeks plastisitas dan keberadaan zat organik; tanah dalam klasifikasi 'Sangat Organik' diklasifikasikan sebagai 'gambut'.

ASTM D2487-93 menguraikan prosedur untuk mengklasifikasi tanah sesuai dengan USCS. Prosedur untuk mengklasifikasi lempung dan lanau inorganik dan lempung dan lanau organik diuraikan pada Bagian 4.1.1. ASTM D4427-92 menjelaskan klasifikasi standar untuk contoh gambut dengan pengujian laboratorium dan ringkasan prosedur tersebut diberikan pada Bagian 4.1.2. Pengujian yang dilakukan pada material-material ini untuk klasifikasi dan tujuan lainnya, dibahas pada bagian berikutnya.

4.1.1 Klasifikasi Lempung Organik dan Inorganik

Bila tanah diklasifikasikan mengikuti USCS (ASTM D2487-93), maka harus dilakukan pemeraan pada nilai batas cair (LL) dan indeks plastisitas (PI), pada suatu 'grafik plastisitas' seperti ditunjukkan pada Gambar 4-1. Ciri utama dari grafik ini adalah bagian garis "A" yang horisontal pada PI = 4 sampai LL = 25.5 dan garis yang mempunyai persamaan: PI = 0.73(LL-20).

Lempung dan lanau didefinisikan pada ASTM D2487-93 sebagai tanah yang lolos saringan No. 200. Lempung bisa dibuat untuk menampakkan plastisitas Lempung dan lanau didefinisikan pada ASTM D2487-93 sebagai tanah yang lolos saringan No. 200. Lempung bisa dibuat untuk menampakkan plastisitas

Gambar 4-1 Grafik Plastisitas

Lempung : tanah berbutir halus, atau berbutir halus dari bagian suatu tanah, dengan PI sama dengan atau lebih besar dari 4 dan plot PI terhadap LL jatuh pada atau di atas garis 'A'.

Lanau : tanah berbutir halus, atau porsi berbutir halus dari suatu tanah, dengan PI kurang dari 4 atau jika plot PI terhadap LL jatuh di bawah garis 'A'.

Lempung Organik : suatu tanah yang masuk klasifikasi lempung tapi nilai LL- nya setelah dikeringkan dengan oven kurang dari 75% dari nilai LL-nya sebelum dikeringkan dengan oven.

Lanau organik : suatu tanah yang masuk klasifikasi lanau namun nilai LL-nya setelah dikeringkan dengan oven kurang dari 75% dari nilai LL-nya sebelum dikeringkan dengan oven.

Bila tanah berwarna gelap dan bau organik pada kondisi lembab dan hangat, pengujian LL kedua perlu dilakukan pada benda uji yang telah dikeringkan dengan oven pada suhu 110 ± 5° C sampai massa konstan, biasanya satu malam.

Bagan alir diberikan dalam ASTM D2487-93 untuk mengklasifikasikan tanah berbutir halus yang didefinisikan sebagai organik atau inorganik berdasarkan kriteria LL seperti dijelaskan di atas. Bagan alir prosedur yang disederhanakan untuk mengklasifikasikan lempung dan lanau inorganik dan lempung dan lanau organik diperlihatkan, masing-masing, pada Gambar 4-2 dan 4-3.

Gambar 4-2 Bagan Alir yang Disederhanakan untuk Mengklasifikasikan Lempung dan Lanau Inorganik

Gambar 4-3 Bagan Alir yang Disederhanakan untuk Mengklasifikasikan Lempung dan Lanau Organik

Lempung Inorganik

tanah masuk lempung inorganik jika pemeraan PI terhadap LL jatuh pada atau di atas garis 'A', PI-nya lebih besar dari 4 dan kadar organik tidak mempengaruhi LL sebagaimana dijelaskan sebelumnya,

jika LL kurang dari 50, tanah tersebut diklasifikasikan sebagai lempung kurus (lean) dan diberi Simbol Grup CL,

jika LL sama dengan atau lebih dari 50, tanah tersebut diklasifikasikan sebagai lempung gemuk (fat) dan diberi Simbol Grup CH,

jika pemeraan PI terhadap LL jatuh pada atau di atas garis 'A' dan PI berkisar antara 4 sampai 7, tanah tersebut diklasifikasikan sebagai lempung kelanauan dan diberi Simbol Grup CL-ML.

Lanau Inorganik

tanah diklasifikasikan sebagai lanau inorganik jika pemeraan PI terhadap LL jatuh di bawah garis 'A' atau PI kurang dari 4 dan kadar organik tidak mempengaruhi LL sebagaimana dibahas sebelumnya,

tanah diklasifikasikan sebagai lanau dan diberi Simbol Grup ML jika LL kurang dari 50,

tanah diklasifikasikan sebagai lanau elastis dan diberi Simbol Grup MH bila LL sama dengan 50 atau lebih besar.

Lempung dan Lanau Organik (seperti didefinisikan sebelumnya) Simbol Grup OL

tanah diklasifikasikan sebagai lempung organik atau lanau organik, dan diberi Simbol Grup OL, jika LL (tidak dikeringkan dengan oven) kurang dari 50,

tanah diklasifikasikan sebagai lempung organik (OL) jika PI sama dengan 4 atau lebih dan pemeraan PI terhadap LL jatuh pada atau di atas garis 'A',

tanah diklasifikasikan sebagai lanau organik (OL) jika PI kurang dari 4 atau pemeraan PI terhadap LL jatuh di bawah garis 'A'.

Simbol Organic OH

tanah diklasifikasikan sebagai lempung organik atau lanau organik, dan diberi Simbol Grup OH, jika LL (tidak dikeringkan dengan oven) sama dengan 50 atau lebih besar,

tanah diklasifikasikan sebagai lempung organik (OH) jika pemeraan PI terhadap LL jatuh pada atau di bawah garis 'A',

tanah diklasifikasikan sebagai lanau organik (OH), jika pemeraan PI terhadap LL jatuh di bawah garis 'A'.

4.1.2 Klasifikasi Gambut

Pada sistem USCS, tanah kelompok 'Sangat Organik' (terutama bahan organik, berwarna gelap, dan bau organik) diberi Simbol Grup PT dan Nama Grup 'Gambut'; tidak ada pembagian lebih lanjut terhadap tanah ini.

Sistem klasifikasi untuk gambut dan tanah organik telah dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan yang berbeda-beda oleh berbagai kalangan yang terlibat, contohnya, pertanian, sumber minyak bumi, rekayasa geoteknik. Sementara terdapat pendapat yang berlainan mengenai definisi gambut dan tanah organik, semua sistem didasarkan pada kandungan bahan organik, seperti ditunjukkan oleh kandungan abu. Perbedaan pendapat dalam rekayasa geoteknik mengenai definisi gambut dan tanah organik diilustrasikan pada Gambar 4-4, dimana klasifikasi yang digunakan atau disarankan untuk digunakan pada rekayasa geoteknik di berbagai negara dibandingkan berdasarkan kandungan abu (lihat Bagian 4.2.7). Negara-negara yang sistemnya dibandingkan adalah:

Gambar 4-4 Perbandingan Beberapa Sistem Klasifikasi untuk Tanah Org anik berdasarkan Kandungan Abu (Wolski seperti dilaporkan oleh Larsson, 1996)

Klasifikasi standar contoh gambut dengan pengujian laboratorium diberikan pada ASTM D4427-92. Parameter yang dipilih untuk pengklasifikasian dinyatakan sebagai "yang telah ditentukan yang ada hubungannya dengan pertanian/hortikultural, geoteknik, dan pemanfaatan gambut untuk energi".

Pada metode ini, gambut didefinisikan sebagai zat sangat organik yang terbentuk secara alami yang dibedakan dari bahan tanah organik lainnya berdasarkan kandungan abunya yang rendah (kurang dari 25 persen berat kering) seperti didefinisikan oleh Metode C (Kadar Abu), ASTM D2974-87. Kandungan abu ditentukan melalui pembakaran contoh tanah dari penentuan kadar air kering oven di tungku bakar pada suhu 440°C.

Gambut diklasifikasikan berdasarkan:

kadar serat (ASTM D1997-91),

kadar abu (ASTM D2974-87),

keasaman (ASTM D2976-71, disetujui kembali 1990),