Tata Cara Pengisian dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan Pada Dinas Pendapatan Kota Medan

(1)

LAPORAN TUGAS AKHIR TENTANG

TATA CARA PENGISIAN DAN PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (SPOPBB) SEKTOR PERDESAAN DAN

PERKOTAAN

PADA DINAS PENDAPATAN KOTA MEDAN O

L E H

NAMA : T DENNY RIFKY

NIM : 112600076

UntukMemenuhi Salah SatuSyarat

MenyelesaikanStudi Di Program Studi Diploma III AdministrasiPerpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.

Alhamdulillaahirobbil”alamiin, segala puji bagi Allah atas limpahan nikmat-Nya yang tidak mungkin mampu tertulis dan terlukiskan, seandainya seluruh air laut dijadikan sebagai tintanya, dan pohon-pohon dicabut dari tanah sebagai kuasnya, serta seluruh hamparan bumi, langit, dan seluruh isinya dipersembahkan sebagai kertasnya. Kemudian, shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, keluarga beliau, dan seluruh sahabat, serta kita selaku umatnya, lebih banyak dari jumlah tetesan hujan yang pernah turun, dan lebih banyak dari lembaran dedaunan yang pernah dan akan terus tumbuh dibumi ini.

Berkat rahmat dan ridho serta kemudahan dari Allah SWT, Penulis akhirnya dapat menyelesaikan tugas akhir ini walaupun tidak dengan waktu yang cepat. Tugas Akhir ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat menyelesaikan proses belajar di Program Studi Diploma-III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dengan judul “ Tata Cara Pengisian Dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak Bumi Dan Bangunan Sektor Perdesaan Dan Perkotaan Pada Dinas Pendapatan Kota Medan.”

Dalam proses penulisan ini, penulis tidaklah seperti teman-teman yang lain yang cepat dalam menyelesaikan penulisan. Disaat yang lain sedang sibuk kesana-kemari untuk melakukan riset di berbagai lembaga pemerintahan maupun swasta, penulis masih sibuk mengurusi suatu organisasi internal kampus tercinta. Kapan lagi bisa merasakan indahnya


(3)

mengabdi di suatu organisasi kemahasiswaan kalau tidak sekarang. Biarlah lama tamat asalkan bisa bermanfaat untuk masyarakat khususnya mahasiswa.

Sebagai manusia yang tidak luput dari kekurangan dan kesalahan, Penulis menyadari bahwa penulisan ini belum cukup sempurna mengingat masih minimnya wawasan dan daya jelajah penulis. Masih banyak kelemahan dan kekurangan yang membutuhkan saran dan perbaikan demi meningkatkan kualitas keilmiahan dimasa yang akan datang.

Laporan Tugas Akhir ini saya persembahkan terkhusus kepada Allah SWT, yang sudah mengizinkan saya lahir sebagai muslim. Kepada Nabi Muhammad SAW, yang sudah membawa ajaran dari Allah SWT untuk disebarkan keseluruh pelosok negeri sehingga suara adzan tak pernah terputus barang satu detik pun dialam ini. Dan kemudian kepada kedua orang tua saya, Ir. T. Julian dan drg. Khairani Lubis, yang sudah membesarkan saya sampai bisa seperti sekarang ini. Ketulusan dan kesabaran mereka dalam mendidik saya serta selalu mendo’akan saya baik secara moril maupun materil. Saya tidak akan mampu menyelesaikan segala proses mulai dari awal pendidikan sampai tahap akhir saya menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini tanpa itu semua.

Dimasa perkuliahan hingga selesainya Tugas Akhir ini, Penulis sungguh merasakan banyak bantuan moril baik secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini Penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si , selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dan Dosen Pembimbing saya yang telah memberikan waktu, pemikiran, serta mengarahkan saya hingga terselesaikannya Laporan Tugas Akhir ini.


(4)

2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si , selaku Ketua Program Studi Diploma-III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

3. Seluruh staf pegawai Program Studi Administrasi Perpajakan FISIP USU yang telah membantu saya dalam segala urusan administrasi dan informasi.

4. Bapak Zakaria, S.Kom, MM selaku Kepala Bidang Bagi Hasil Pendapatan Dinas Pendapatan Kota Medan.

5. Bapak Azhar M Tanjung, S.Sos selaku Kepala Seksi Bagi Hasil Pajak Dinas Pendapatan Kota Medan sekaligus Supervisor saya dalam melakukan riset.

6. Ibu Sriani selaku Staf Bagi hasil Pajak Dinas Pendapatan Kota Medan yang sudah rela membimbing dan meluangkan waktunya selama proses penyelesaian riset saya.

7. Terima Kasih untuk my youngest sister, T. Reiva Syaufina, yang sudah lahir didunia ini sehingga saya tidak menjadi anak tunggal dan mau membukakan pintu rumah ketika saya pulang malam untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

8. Terima Kasih dan hormat untuk kawan-kawan seperjuanganku di IMPROSAJA Periode 2013-2014 khususnya stambuk 2011. Terima Kasih atas semuanya yang bakal jadi kenangan luar biasa indah yang takkan bisa kulupakan seumur hidup. Mari kita lanjutkan pengabdian kita kepada negeri ini. Aku berharap kita bisa berkumpul lagi di majelis tertinggi negeri ini. Aamiin.

9. Terima Kasih untuk kawan-kawan UKMI As-Siyasah FISIP USU yang telah memberikanku kesempatan untuk pernah berada dalam majelis kalian walaupun tidak lama. Sungguh, aku banyak belajar dari kalian.


(5)

10.Untuk kawan-kawan Administrasi Perpajakan stambuk 2011 khususnya kelas B, terima kasih karena kita saling mendukung satu sama lain. Semoga kita segera meraih keberhasilan, Aamiin.

11.Terima Kasih kepada kawan-kawankusemasa SMA yang selalu mendukungku, dan terima kasih juga karena kalian tetap menerima perubahanku yang aneh.

12.Yang terakhir adalah yang paling istimewa dan spesial bagiku. Terima Kasih kepada Wirdha Rahmah Siagianyang telah membuat hidupku menjadi lebih indah.. Terima Kasih karena sudah pernah hadir dikehidupanku. Terima Kasih karena sudah membuka cakrawala pemikiranku. Terima Kasih karena sudah menyadarkanku akan banyak hal mengenai kehidupan. Dan yang terakhir, Terima Kasih karena sudah membuatku sadar dan mengerti apa itu cinta yang sesungguhnya.

Semoga mereka semua dirahmati dan diridhoi oleh Allah SWT, Aamiin Yaa Rabbal „Alamiin.Saya menyadari akan keterbatasan kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir saya ini. Oleh karena itu saya mengharapkan kepada semua pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan dimasa yang akan datang. Akhir kata, semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh.

Medan, 22 Juli 2014

Penulis


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 1

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan (PKLM) ... 3

C. Uraian Teoritis ... 5

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 10

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 11

F. Metode Pengumpulan Data PraktikKerja Lapangan Mandiri (PKLM) .... 13

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... (PKL M) ... 14

BAB II GAMBARAN LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI ... 16

A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Kota Medan ... 16

B. Strktur Organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan ... 18

C. Uraian Tugas Poko dan Fungsi Dinas ... 20

D. Gambaran Jumlah Pegawai Dinas Pendapatan Kota Medan ... 29

E. Jumlah Pegawai Dinas Pendapatan Kota Medan Berdasarkan Golongan ... 30

BAB III GAMBARAN UMUM PAJAK BUMI DAN BANGUNAN ... 31

A. Objek dan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan ... 31


(7)

C. Pendaftaran Objek Pajak Bumi dan Bangunan ... 34

D. Surat Pemberitahuan Objek Pajak ... 35

E. Hak dan Kewajiban Wajib Pajak dalam Mengisi SPOP ... 35

F. Sanksi-Sanksi ... 36

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI... 39

A. Tata Cara Pengisian dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan ... 39

B. Kendala-Kendala dalam Pengisian dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan ... 43

C. Upaya-Upaya Penanganan Kendala-Kendala dalam Pengisian dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan ... 44

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 46

A. Kesimpulan ... 46

B. Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Berkembangnya kehidupan manusia yang mempunyai tujuan sama membentuk lembaga pemeritahan. Dimulai dengan terbentuknya kerajaan sampai dengan pemerintahan modern yang bercirikan demokrasi. Setiap bentuk pemerintahan membutuhkan biaya untuk memajukan dan mengembangkan pembangunannya. Karena pemerintahan tidak bisa berjalan tanpa adanya sumber pendapatan yang tetap, maka untuk menunjang berlangsungnya suatu pemerintahan diperlukan pungutan yang bersifat wajib. Oleh karena itu pengenaan pajak merupakan sumber dana yang ideal bagi pemerintahan.

Salah satu sumber pendapatan bagi negara yang sangat potensial adalah penerimaan pajak. Maka pemerintah berupaya keras untuk memaksimalkan penerimaan di sector pajak, yang bersumber dari pusat dan daerah. Bukan hanya penghasilan yang dikenakan pajak tetapi dapat juga berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak. Pengenaan pajak terhadap barang bergerak misalnya adalah kendaraan bermotor sedangkan barangtidak bergerak adalah bumi dan bangunan.


(9)

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) merupakan pajak pusat yang hanya menangani perkebunan, perhutanan, dan pertmbangan P3).Sedangkan sektor perdesaan dan perkotaan (PBB-P2) yang tertera dalam Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2011 yang sebelumnya dikelola oleh pemerintah pusat sekarang sudah dialihkan ke pemerintah daerah. Sebagaimana telah diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah merupakan langkah yang sangat strategis untuk lebih memantapkan kebijakan desentralisasi fiskal, khususnya dalam rangka membangun hubungan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah yang lebih ideal.

Sebagai salah satu continuous improvement (upaya yang dilakukan dalam

pengembangan suatu proses), maka Undang-Undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang baru ini setidaknya memperbaiki 3 (tiga) hal pokok, yaitu penyempurnaan sistem pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah, pemberian kewenangan yang lebih besar kepada daerah dibidang perpajakan daerah (Local Faxing Empowerment), serta peningkatan

efektifitas pengawasan. Seluruh penerimaan dialokasikan ke pemerintah daerah dan digunakan untuk keperluan pemerintah daerah terutama untuk pembangunan daerah.

Mengingat betapa pentingnya peran masyarakat untuk membayar pajak sebagai partisipasi dan menanggung pembiayaan negara, maka dituntut kesadaran warga negara untuk memenuhi kewajiban kewarganegaraannya.Salah satu kewajiban tersebut adalah subjek pajak wajib mendaftarkan objek pajaknya dengan mengisi Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) Bumi dan Bangunan.

Untuk itu, penulis mencoba membahas dan meneliti serta menuangkannya dalam Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri dengan judul “Tata Cara Pengisian Dan


(10)

Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak Bumi dan Bangunan (SPOPBB) Sektor

Perdesaan Dan Perkotaan Pada Dinas Pendapatan Kota Medan.”

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Adapun tujuan dari Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah:

1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

1.1 Untuk mengetahui Tata Cara Pengisian dan Pelaporan SPOP Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan Pada Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan.

1.2 Untuk mengetahui masalah-masalah dan kendala-kendalan dalam pengisian dan pelaporan SPOP Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan Pada Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan.

1.3 Untuk mengetahui upaya maupun langkah-langkah dalam penanganan masalah dan kendala yang ada dalam pengisian dan pelaporan SPOP Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan Pada Dinas Pendapatan Kota Medan.

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini diharapkan dapat bermanfaat bagi 2.1 Bagi Mahasiswa

a. Menambah pengetahuan dan pengalaman di bidang perpajakan. Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman belajar pada suatu instansi pemerintah.

b. Guna menumbuhkan rasa tanggung jawab dan kedisiplinan yang akan dibutuhkan ketika memasuki dunia kerja yang sebenarnya.


(11)

a. Memperoleh ide-ide dan upaya untuk mengoptimalkan penerimaan Pajak dan Retribusi Daerah khususnya di bidang PBB Sektor Perdesaan dan Perkotaan.

b. Meningkatkan hubungan baik dengan Universitas Sumatera Utara. 2.3 Bagi Program D-III Administrasi Perpajakan FISIP USU

a. Mempererat hubungan kerja sama dengan instansi-instansi pemerintah dalam hal ini Dinas Pendapatan Kota Medan.

b. Memberikan uji nyata atas ilmu yang disampaikan selama masa perkuliahan. c. Meningkatkan interaksi antara dosen dan instansi pemerintah.

d. Guna Mempromosikan sumber daya manusia yang ahli sesuai bidang keahliannya.

C. Uraian Teoritis

Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang brsifat memaksa berdasarkan Undang-Undang yang tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Dari pengertian pajak diatas, maka terdapat dua fungsi pajak, yaitu budgetair (sumber keuangan negara) dan regulared (pengatur). Pajak mempunyai fungsi budgetair yang artinya pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai

pengeluaran rutin maupun pembangunan.

Pajak mempunyai fungsi regulared yang artinya sebagai alat untuk mengatur atau

melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi, serta mencapai tujuan-tujuan tertentu diluar bidang keuangan (Resmi, 2008 : 3).


(12)

Pajak dapat ditinjau dari berbagai aspek diantaranya aspek ekonomi, aspek hukum, aspek keuangan, dan aspek sosiologi.Dari aspek ekonomi, pajak merupakan penerimaan negara yang digunakan untuk mengarahkan kehidupan masyarakat menuju kesejahteraan. Dari aspek hukum merupakan dasar yang digunakan pemerintah untuk mengatur masalah keuangan negara yaitu Pasal 23A Amandemen UUD 1945 (Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan Undang-Undang). Aspek keuangan pajak dipandang bagian yang sangat penting dalam penerimaan negara.Aspek sosiologi ini bahwa pajak ditinjau dari segi masyarakat yaitu yang menyangkut akibat atau dampak terhadap masyarakat atas pungutan dan hasil yang dapat disampaikan kepada masyarakat (Waluyo, 2007:3-6).

Pendapatan daerah dapat berasal dari pendapatan asli daerah sendiri, pendapatan asli daerah yang berasal dari pembagian pendapatan asli daerah, dana perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, pinjaman daerah, dan pendapatan daerah lainnya yang sah. Selanjutnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) terdiri dari pajak daerah dan retribusi daerah, keuntungan perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah, dan lain-lain pendapatan asli daerah (Darwin, 2010:67).

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Sedangkan Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan.


(13)

Pada tahun 2009, dindangkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang mencabut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 dan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000. Jenis-jenis pajak dan retribusi daerah antara lain: 1. Pajak Provinsi yaitu pajak daerah yang dipungut oleh daerah provinsi, terdiri dari : a. Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air;

b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air; c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;dan

d. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan air Permukaan.

2. Pajak Kabupaten/ Kota yaitu pajak yang dipungut oleh daerah Kabupaten/Kota, terdiri dari :

a. Pajak Hotel; b. Pajak Restoran; c. Pajak Hiburan; d. Pajak Reklame;

e. Pajak Penerangan Jalan;

f. Pajak Pengambilan bahan Galian golongan C; g. Pajak Parkir;

h. Pajak Air Tanah;

i. Pajak Sarang Burung Walet; j. Pajak Bumi dan Bangunan; dan

k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

Sedangkan dari pembagian Retribusi menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, Retribusi terbagi atas 3 (tiga) golongan yaitu:


(14)

1. Jenis Retribusi Jasa Umum adalah: a. Retribusi Pelayanan Kesehatan;

b. Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan;

c. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil; d. Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat;

e. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum; f. Retribusi Pelayanan Pasar;

g. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor;

h. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran; i. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta;

j. Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus; k. Retribusi Pengolahan Limbah Cair;

l. Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang; m.Retribusi Pelayanan Pendidikan; dan

n. Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi Jasa Usaha. 2. Jenis Retribusi Jasa Usaha adalah:

a. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah; b. Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan; c. Retribusi Tempat Pelelangan;

d. Retribusi Terminal;

e. Retribusi Tempat Khusus Parkir;

f. Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa; g. Retribusi Rumah Potong Hewan;


(15)

h. Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan; i. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga; j. Retribusi Penyeberangan di Air; dan

k. Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah. 3. Jenis Retribusi Perizinan Tertentu adalah: a. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan;

b. Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol; c. Retribusi Izin Gangguan;

d. Retribusi Izin Trayek; dan e. Retribusi Izin Usaha Perikanan.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Iuran Negara tanggal 29 November 1969, nama Direktorat Pajak Hasil Bumi diubah menjadi Direktorat Iuran Pembangunan Daerah. Dan nama pajaknya disebut Iuran Pembangunan Daerah (IPEDA) dengan objeknya sector perdesaan, perkotaaan, perkebunan, perhutanan, dan pertambangan. Pada tanggal 27 Desember 1985 diterbitkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan yang mulai berlaku 1 Januari 1986.

Menurut Mardiasmo (2009:311) Pajak Bumi dan Bangunan adalah:

a. Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya. Permukaan bumi meliputi tanah dan perairan pedalaman (termasuk rawa-rawa, tambak, dan perairan) serta laut wilayah Republik Indonesia.

b. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau diletakkan secara tetap ditanah dan/atau perairan untuk tempat tinggal, tempat usaha, dan tempat yang diusahakan.


(16)

D.Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini akandilakukan pada Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan yang penulis bahas secara rinci mengenai:

1. Untuk mengetahui Tata Cara Pengisian dan PelaporanSPOP Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan Pada Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan.

2. Untuk mengetahui masalah-masalah dan kendala-kendalan dalam pengisian dan pelaporan SPOP Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan Pada Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan.

3. Untuk mengetahui upaya maupun langkah-langkah dalam penanganan masalah dan kendala yang ada dalam pengisian dan pelaporan SPOP Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan Pada Dinas Pendapatan Kota Medan.

E.Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data yang sesuai, maka metode yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini penulis melakukan pengajuan judul, penentuan judul proposal, penentuan lokasi PKLM, mencari dan merancang bahan untuk dituangkan dalam proposal dan surat pengantar.

2. Studi Literatur

Pada tahap ini penulis mencari dan mengumpulkan sumber-sumber pustaka seperti Undang-Undang, buku-buku perpajakan, dan literature lain yang berhubungan dengan Tata Cara Pengisian dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak Bumi dan Bangunan (SPOPBB) Sektor Perdesaan dan Perkotaan Pada DInas Pendapatan Kota Medan.


(17)

3. Observasi Lapangan

Pada tahap ini penulis melakukan observasi lapangan di kantor Dinas Pendapatan Kota Medan. Dalam observasi ini penulis memberikan suatu pengantar sebagai syarat untuk mengumpulkan data yang akan diperoleh dari Dinas Pendapatan Kota Medan.

4. Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang penulis terapkan dalam Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah:

4.1 Wawancara

Kegiatan ini dimaksudkan dengan melakukan wawancara terhadap pihak yang memahami tentang Tata Cara Pengisian dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak Bumi dan Bangunan(SPOPBB) Sektor Perdesaan dan Perkotaan Pada Dinas Pendapatan Kota Medan.

4.2 Observasi

Kegiatan ini dimaksudkan dengan melakukan pengamatan langsung atas kegiatan administrasi yang dilakukan oleh Subjek Pajak, Objek Pajak, maupun pihak yang berwenang. 4.3 Dokumentasi

Kegiatan ini dimaksudkan dengan melakukan pengumpulan maupun pencarian data secara langsung maupun tidak langsung yang bersumber dari referensi-referensi ilmiah yang mendukung proses penyelesaian Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

4.4 Analisa dan Evaluasi

Setelah data yang diperlukan terkumpul lengkap, maka penulis melakukan analisa dan evaluasi terhadap data atau keterangan mengenai Tata Cara Pengisian dan Pelaporan


(18)

Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan Pada Dinas Pendapatan Kota Medan.

F. Metode Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Adapun cara yang akan penulis gunakan dalam mengumpulkan dataadalah sebagai berikut:

1. Daftar Pertanyaan

Yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada pegawai yang dianggap mampu memberikan informasi tentang Tata Cara Pengisian Dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak Bumi dan Bangunan (SPOPBB) Sektor Perdesaan Dan Perkotaan Pada Dinas Pendapatan Kota Medan.

2. Daftar Observasi

Yaitu dengan melakukan pengamatan langsung atas kegiatan yang dilakukan dalam pencatatan terhadap fenomena yang menjadi objek penelitian.

3. Daftar Dokumentasi

Yaitu dengan mengumpulkan dokumen-dokumen yag berhubungan dengan Tata Cara Pengisian Dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak Bumi Dan Bangunan (SPOPBB) Sektor Perdesaan Dan Perkotaan Pada Dinas Pendapatan Kota Medan.

G.Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Adapun yang menjadi sistematika dalam penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri:


(19)

BAB I PENDAHULUAN

Pada Bab ini penulis menjelaskan mengenai Latar Belakang PKLM, Tujuan dan Manfaat, Uraian Teoritis, Ruang Lingkup PKLM, Metode PKLM, Metode Pengumpulan Data PKLM, dan Sistematika Penulisan PKLM.

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR DINAS PENDAPATAN KOTA

MEDAN

Pada Bab ini dibahas mengenai sejarah singkat Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan, struktur organisasi, uraian Tugas Pokok dan Fungsi, serta gambaran data pegawai.

BAB III GAMBARAN DATA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERDESAAN DAN PERKOTAAN SERTA SURAT PEMBERITAHUAN

OBJEK PAJAK (SPOP) BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR

PERDESAAN DAN PERKOTAAN

Pada Bab ini penulis akanmenjelaskan tentang data pelaksanaan Tata Cara Pengisian dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak Bumi dan Bangunan (SPOPBB) Sektor Perdesaan dan Perkotaan Pada Dinas Pendapatan Kota Medan.

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI

Pada Bab ini penulis akan membandingkan penerapan teori yang ada dengan data yang diperoleh dilapangan, yaitu dengan Tata Cara Pengisian dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan Pada Dinas Pendapatan Kota Medan.


(20)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada Bab ini merupakan penutupan dari bab-bab sebelumnya yang berisi kesimpulan dan saran yang kiranya dapat meningkatkan pelayanan kepada Wajib Pajak khususnya di Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan.


(21)

BAB II

GAMBARAN LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Kota Medan

Pada mulanya Dinas Pendapatan Kota Medan adalah suatu sub bagian pada bagian keuangan yang mengelola bidang penerimaan dan pendapatan daerah. Pada sub bagian ini belum terdapat Sub Seksi, karena pada saat itu wajib pajak/ wajib retribusi yang berdomisili di daerah Kota Medan belum begitu banyak.

Dengan mempertimbangkan perkembangan pembangunan dan laju pertumbuhan di Kota Medan melalui peraturan daerah sub bagian keuangan tersebut diubah menjadi bagian pendapatan. Pada bagian pendapatan dibentuklah beberapa seksi yang mengelola penerima pajak dan retribusi daerah yang merupakan kewajiban para wajib pajak/ wajib retribusi di dalam Kota Medan, yang terdiri dari 21 kecamatan diantaranya kecamatan Medan Tuntungan, Medan Johor, Medan Amplas, Medan Denai, Medan Tembung, Medan Timur, Medan Kota, Medan Area, Medan Baru, Medan Polonia, Medan Maimun, Medan Selayang, Medan Sunggal, dan lainnya.

Sehubungan dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri KUPD No. 7/12/41-10 tentang Penyeragaman Struktur Organisasi Pendapatan Daerah di seluruh Indonesia. Maka Pemerintah Kota Medan, berdasarkan Peraturan Daerah No. 12 Tahun 1978 menyesuaikan dan membentuk struktur organisasi Dinas Pendapatan yang baru. Di dalam struktur organisasi Dinas Pendapatan yang baru ini dibentuklah seksi-seksi administrasi Dinas Pendapatan, juga dibentuk Bagian Tata Usaha yang membawahi 3 (tiga) Kepala Sub Bagian yaitu sub sektor


(22)

perpajakan, retribusi daerah, dan pendapatan daerah lainnya yang merupakan kontribusi yang cukup penting bagi pemerintah daerah dalam mendukung serta memelihara pembangunan dan didalam peningkatan penerimaan pendapat daerah.

Meningkatnya pendapatan daerah hendaknya tidak harus ditempuh dengan cara menaikkan tarif saja, tetapi yang lebih penting dengan memperbaiki atau menyempurnakan administrasi, sistem dan prosedur serta organisasi dari Dinas Pendapatan Daerah yang ada sekarang. Namun kondisi saat ini dirasakan tuntutan untuk perlunya meninjau kembali dan penyempurnaan Manual Pendapatan Daerah (MAPATDA) dimaksud seiring dengan tuntutan gerak pembangunan yang sedang berjalan terutama dari pola pendekatan yang selama ini dilakukan secara sektorat perlu diubah secara fungsional dan disesuaikan dengan kebiajaksanaan pemerintah yang paling akhir dibidang perpajakan, maka penyempurnaan telah dilaksanakan secara sungguh-sungguh sehingga berhasil disusun Manual Pendapatan Daerah (MAPATDA).

Adapun penyempurnaan dimaksudkan dituangkan didalam :

1. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 973/442 Tahun 1988 tanggal 26 Mei 1988, tentang Sistem dan Prosedur Perpajakan, Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerah lainnya serta pemungutan Pajak Parkir diseluruh Indonesia.

2. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 10 tanggal 26 Mei 1988, tentang pelaksanaan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 973/442 Tahun 1988.

3. Surat Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 1988, tentang pelaksanaan organisasi dan tata kerja Dinas Pendapatan Kota Medan.

Selanjutnya berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2000 Tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah, maka Pemerintah Kota Medan melakukan Penataan


(23)

Organisasi yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2001 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas-dinas Daerah di Lingkungan Perintah Kota Medan, salah satunya adalah Dinas Pendapatan Kota Medan.

B. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan

Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2009 khusus untuk Dinas Pendapatan Kota Medan telah ditetapkan Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Kota Medan beserta Struktur Organisasi melalui Surat Keputusan Walikota Nomor 1 Tahun 2001 Tentang Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.

Adapun struktur organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan adalah sebagai berikut : 1. Kepala Dinas

2. Sekretariat terdiri dari : 2.1.Sub Bagian Umum 2.2. Sub Bagian Keuangan

2.3.Sub Bagian Penyusunan Program

3. Bidang Pendataan dan Penetapan terdiri dari : 3.1. Seksi Pendataan dan Pendaftaran

3.2. Seksi Pemeriksaan 3.3.Seksi Penetapan

3.4.Seksi Pengolahan Data dan Informasi 4. Bidang Penagihan terdiri dari :

4.1. Seksi Pembukuan dan Verifikasi 4.2. Seksi Penagihan dan Perhitungan 4.3. Seksi Pertimbangan dan Restitusi


(24)

5. Bidang Bagi Hasil Pendapatan terdiri dari : 5.1. Seksi Bagi Hasil Pajak

5.2. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak 5.3. Seksi Penatauasahaan Bagi Hasil

5.4. Seksi Peraturan perundang-undangan dan Pengkajian Pendapatan 6. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah terdiri dari :

6.1. Seksi Pengembangan Pajak 6.2. Seksi Pengembangan Restitusi

6.3. Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-lain 7. Unit Pelaksana Teknis (UPT)

8. Kelompok Jabatan Fungsionalis

C. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Kota Medan 1. Dinas

Dinas merupakan Unsur Pelaksana Pemerintah Daerah, yang dipimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui sekretaris daerah. Dinas mempunyai tugas dan pokok melaksanakan sebagian urusan pemerintah daerah di bidang pendapatan daerah berdasarkan asas ekonomi dan tugas pembantuan.

Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 Dinas Pendapatan menyelenggarakan fungsi :

a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pendapatan

b. Penyelenggaraan urusan pemerintah dan pelayanan umum di bidang pendapatan c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang pendapatan


(25)

d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya. 2. Sekretariat

Sekretariat dipimpin oleh sekretaris yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Sekretariat mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas dinas lingkup kesekretariatan meliputi pengelolaan administrasi umum, keuangan dan penyusunan program.

Dalam melaksanakan tugas pokok sekretariat menyelenggarakan fungsi : a. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan kesekretariatan

b. Pengkoordinasian penyusunan perencanaan program dinas

c. Pelaksanaan dan penyelegaraan pelayanan administrasi kesekretariatan dinas yang meliputi administrasi umum, kepegawaian, keuangan, dan kerumahtanggaan dinas.

d. Pengelolaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pengembangan organisasi dan ketatalaksanaan

e. Pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan tugas-tugas dinas f. Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan dan pengendalian g. Pelaksanan monitoring, evaluasi dan pelaporan kesekretariatan

h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya

Kesekretariatan terdiri dari :

a. Sub Bagian Umum, menyelenggarakan fungsi :

1. Penyusun rencana, program, dan kegiatan Sub Bagian Umum 2. Penyusunan bahan petunjuk teknis pengelolaan administrasi umum


(26)

3. Pengelolaan administrasi umum yang meliputi pengelolaan tata naskah dinas, penataan kearsipan, perlengkapan, dan penyelenggaraan kerumahtanggaan dinas

4. Pengelolaan administrasi kepegawaian

5. Penyiapan bahan pembinaan dan pengembangan kelembagaan, ketatalaksanaan, dan kepegawaian

6. Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan dan pengendalian

7. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas

8. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh sekretaris sesuai tugas dan fungsinya b. Sub Bagian Keuangan, menyelenggarakan fungsi :

1. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Sub Bagian Keuangan 2. Penyusunan bahan petunjuk teknis pengelolaan administrasi keuangan

3. Pelaksanaan pengelolaan administrasi keuangan meliputi keuangan kegiatan penyusunan rencana, penyusunan bahan, pemprosesan, pengusulan, dan verifikasi

4. Penyiapan bahan/ pelaksanaan koordinasi pengelolaan administrasi keuangan 5. Penyusunan laporan keuangan dinas

c. Sub Bagian Penyusunan Program, menyelenggarakan fungsi :

1. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Sub Bagian Penyusunan Program 2. Pengumpulan bahan petunjuk teknis lingkup penyusunan rencana dan program dinas 3. Penyiapan bahan penyusunan rencana dan program dinas

3. Bidang Pendataan Dan Penetapan

Bidang Pendataan dan Penetapan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas dinas lingkup pendataan, pendaftaran, pemeriksaan penetapan, dan pengelolaan data dan informasi.


(27)

Dalam melaksanakan tugas pokok seksi Pendataan dan Penetapan, menyelenggarakan fungsi :

a. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidan Pendataan dan Penetapan

b. Peyusunan petunjuk teknis lingkup pendataan, pendaftaran, pemeriksaan penetapan, dan pengolahan data dan informasi

c. Melaksanakan pendaftaran dan pendataan seluruh wajib pajak, wajib retribusi dan pendataan daerah lainnya

d. Pelaksanaan pengolahan dan informasi baik dari Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD), Surat Pemberitahuan Retribusi Daerah (SPTRD), hasil pemeriksaan dan informasi dari instansi yang terkait

e. Pelaksanaan proses penetapan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya

f. Perencanaan dan penatausahaan hasil pemeriksaan terhadap wajib pajak dan wajib retribusi

g. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang pendataan dan penetapan Bidan Pendataan dan Penetapan terdiri dari :

a. Seksi Pendataan dan Pendaftaran, mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas bidang pendataan dan penetapan lingkup pendataan dan pendaftaran

b. Seksi Pemeriksaan, mempunyai tugas pokok sebagian bidang pendataan dan penetapan lingkup pemeriksaan

c. Seksi Penetapan, mempunyai tugas pokok sebagian bidang pendataan dan penetapan pokok pajak daerah/ pokok retribusi daerah


(28)

d. Seksi Pengolahan Data dan Informasi, mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas bidang pendataan dan penetapan lingkup data dan informasi

4. Bidang Penagihan

Bidang penagihan dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Bidang penagihan mempunyai tugas poko melaksanakan sebagian tugas dinas lingkup pembukuan, verifikasi, penagihan, perhitungan, pertimbanngan dan restitusi.

Dalam melaksanakan tugas pokok bidang penagihan menyelengarakan fungsi : a. Penyusunan rencana, program dan kegiatan bidang penagihan

b. Penyusunan petunjuk teknis lingkup pebukuan, verifikasi, penagihan, perhitungan, pertimbangan dan restitusi

c. Pelaksanaan pembukuan dan verifikasi atas pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya

d. Pelaksanaan penagihan atas tunggakan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya

e. Pelaksanaan perhitungan restitusi dan atau pemindah bukuan atas pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya

f. Pelaksanaan telaahan dan saran pertimbangan terhadap keberatan wajib pajak atas permohonan wajib pajak

g. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup bidang penagihan

h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya


(29)

a. Seksi Pembukuan dan Verifikasi, mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas bidang penagihan lingkup pertimbangan dan restitusi

b. Seksi Penagihan dan Perhitungan, mempunyai tugas pokok melaksanakan tugas bidang penagihan dan perhitungan

c. Seksi Pertimbangan dan Restitusi, mempunyai tugas pokok melaksanakan tugas bidang penagihan lingkup pertimbangan dan restitusi

5. Bidang Bagi Hasil Pendapatan

Bidang Hasil Bagi Pendapatan dipimpin oleh Kepala Bidang yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Bidang Bagi Hasil Pendapatan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas dinas lingkup bagi hasil pajak dan bukan pajak, penatausahaan bagi hasil dan perundang-undangan dan pengkajian pendapatan.

Dalam melaksanakan tugas pokok Bidang Bagi Hasil Pendapatan, meyenggarakan fungsi :

a. Penyusunan rencana, program, kegiatan Bidang Bagi Hasil Pendapatan

b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup bagi hasil pajak dan bukan pajak, penatausahaan bagi hasil perundang-undangan dan pengkajian pendapatan

c. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi pemberi dari dana bagi hasil pajak dan bukan pajak provinsi dan dana bagi hasil pajak dan bukan pajak pusat, DAU, DAK, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah.

d. Pelaksanaan perhitungan penerimaan dari dana bagi hasil pajak dan bukan pajak provinsi dan dana bagi hasil pajak dan bukan pajak pusat, DAU, DAK, dan lain-lain pendapatan yang sah.


(30)

e. Pelaksanaan pengkajian peraturan perundang0undangan dan pengkajian hasil pendapatan daerah di bidang dana perimbangan dan lain-lain pendapatan yang sah.

f. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup bidang bagi hasil pendapatan.

g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya

Bidang Bagi Hasil Pendapatan terdiri dari :

a. Seksi Bagi Hasil Pajak, mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas bidang bagi hasil pendapatan lingkup bagi hasil pajak

b. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak, mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas bidang bagi hasil pendapatan lingkup bukan pajak

c. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil, mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas bidang bagi hasil pendapatan lingkup penatausahaan bagi hasil

d. Seksi Peraturan Perundang-undangan dan Pengkajian Pendapatan, mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas bidang bagi hasil pendapatan lingkup peraturan perundang-undangan dan kajian pendapatan

6. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah

Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah dipimpin oleh kepala Bidang, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas dinas lingkup pengembangan pajak, retribusi dan pendapatan lain-lain.

Dalam melaksanakan tugas pokok Bidang Pengembanga Pendapatan Daerah menyelenggarakan fungsi :


(31)

a. Penyusunan rencana, program dan kegiatan Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengembangan pajak, retribusi dan pendapatan

lain-lain

c. Pelaksanaan pengkajian potensi pajak daerah, retribusi dan pendapatan lainnya d. Perhitungan potensi pajak dan retribusi daerah

e. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup bidan pengembangan pendapatan daerah

f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya

Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah terdiri dari :

a. Seksi Pengembangan Pajak, mempunyai tugas pokok sebagian tugas bidang pengembangan pendapatan daerah lingkup pengembangan pajak

b. Seksi Retribusi, mempunyai tugas pokok sebagian tugas bidang pengembangan pendapatan daerah lingkup pengembangan retribusi

c. Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-lain, mempunyai tugas pokok sebagian tugas bidang pengembangan pendapatan daerah lingkup pengembangan pendapatan lain-lain 7. Unit Pelaksanaan Teknis

Pembentukan, nomenklatur, tugas pokok dan fungsi Unit Pelaksana Teknis ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.

8. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dinas sesuai dengan keahlian dan kebutuhan. Adapun peraturan yang berlaku, yaitu :


(32)

a. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga fungsional yang diatur dan ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan

b. Setiap Kelompok Jabatan Fungsional, dipimpin oleh Tenaga Fungsioanl Senior yang ditunjuk

c. Jumlah Tenaga Kerja Fungsional, ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja d. Jenis dan Jenjang Jabatan Fungsional diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan D. Gambaran Jumlah Pegawai Dinas Pendapatan Kota Medan

NO Bagian/ Subdis/ Bendahara/ Swakelola Jumlah

1 Sekretariat 1 Orang

Dinas 1 Orang

Bagian Umum/ Keuangan/ Penyusunan Program

39 Orang Bendahara Penerimaan/ Pengeluaran 22 Orang Penyimpanan Barang Berharga, Penyimpan Barang & Pengurus Barang 20 Orang 2 Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah 30 Orang

3 Bidang Penagihan 52 Orang

4 Bidang Pendataan Dan Penetapan (DATAP) 88 Orang 5 Bidang Bagi Hasil Pendapatan (BHP) 90 Orang 6 Unit Pelaksana Teknis (UPT) 57 Orang

Jumlah PNS/ Pegawai Honorer 400 Orang

E. Jumlah Pegawai Dinas Pendapatan Kota Medan Berdasarkan Golongan

No Golongan Jumlah

1 IV/b 1 Orang

2 IV/a 7 Orang

3 III/d 38 Orang


(33)

5 III/b 102 Orang

6 III/a 97 Orang

7 II/d 9 Orang

8 II/c 12 Orang

9 II/b 34 orang

10 II/a 7 Orang

11 I/c 1 Orang

Jumlah Keseluruhan 353 Orang

Keterangan :

Pegawai Negeri Sipil : 353 Orang Pegawai Honor : 48 Orang Pegawai Outsourcing : 31 Orang


(34)

BAB III

GAMBARAN UMUM PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

A. Objek dan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan

Objek Pajak Bumi dan Bangunan adalah Bumi atau Bangunan. Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya. Permukaan bumi meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah Indonesia. Sedangkan Bangunan adalah konstruksi teknis yang ditanamkan atau dilekatkan secara tetap pada tanah atau perairan.

Termasuk dalam pengertian bangunan adalah: 1. Tanah dan Pagar Mewah

2. Kolam Renang 3. Tempat Olahraga 4. Jalan Tol

5. Galangan Kapal Dermaga 6. Tanah Mewah

7. Tempat Penampungan/Kilang Minyak, air, gas, dan pipa minyak 8. Fasilitas lain yang memberikan manfaat

9. Jalan lingkungan yang terletak dalam suatu komplek bangunan seperti hotel, pabrik, dan emplasemennya dan lain-lain yang merupakan satu kesatuan dengan komplek bangunan tersebut.

Menurut Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, Objek Pajak yang tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan adalah:


(35)

2. Digunakan semata-mata untuk kepentingan umum dibidang ibadah, social, kesehatan, pendidikan, dan kebudayaan social yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan.

3. Perkuburan, peninggalan purbakala, dan lain-lain yang sejenis.

4. Hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah pengembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah negara yang belum dibebani suatu hak.

5. Digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik. 6. Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditentukan oleh

menteri keuangan.

Yang menjadi Subjek Pajak adalah mereka orang atau badan) yang: 1. Mempunyai hak atas bumi atau tanah.

2. Memperoleh manfaat atas bumi atau tanah. 3. Memiliki, meguasai, atas bangunan.

4. Memperoleh manfaat atas bangunan.

B.Pendataan Objek dan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan

Pendataan objek dan subjek pajak bumi dan bangunan dilakukan oleh petugas mengingat besarnya jumlah objek pajak dan beragamnya tingkat pendidikan dan pengetahuan wajib pajak, maka belum seluruhnya wajib pajak dapat melaksanakan kewajibannya untuk mendaftarkan objek pajak yang dikuasai/dimiliki/dimanfaatkannya.

Oleh karena itu untuk memberikan pelayanan yang lebih baik kepada wajib pajak maka Dinas Pendapatan Daerah mengadakan kegiatan pendataan objek dan subjek pajak atau bekerja sama dengan pihak lain/pihak ketiga yang telah ditentukan oleh pihak Dinas Pendapatan Daerah tersebut. Pendataan dilakukan oleh Dinas Pendapatan dengan menuangkan hasilnya dalam formulir Surat Pemberitahuan Subjek Pajak (SPOP). Pendataan dapat dilakukan dengtan 4 alternatif sebagai berikut:

1. Pendataan dengan Cara Penyampaian dan Pemantauan Pengembalian SPOP

Pendataan dengan cara penyampaian dan pemantauan pengembalia SPOP pada umumnya dilakukan untuk daerah-daerah terpencil, belum mempunyai peta, dan potensi pajaknya kecil. Pendataan dengan cara ini mirip seperti pelaksanaan pendaftaran objek dan


(36)

subjek pajak. Perbedaannya terletak pada aktifitas masing-masing pihak. Pada pelaksanaan pendaftaran objek dan subjek pajak aktifitas dari subjek pajak sangat dominan, sedangkan pada pendataan penyampaian pengembalian SPOP aktifitas dari petugas pajak yang lebih dominan.

Para petugas pajak yang ditugaskan untuk melaksanakan pendataan dengan cara ini mendatangi desa/kelurahan yang akan dilakukan pendataan sambil membawa formulir SPOP. Kemudian dengan bantuan aparat desa /kelurahan formulir SPOP tersebut disebarkan kepada subjek pajak yang ada di desa/kelurahan tersebut.

Setelah formulir diisi secara jelas, benar, lengkap dan ditandatangani oleh subjek pajak atau kuasanya, maka para petugas pajak akan mengambil kembali formulir tersebut dari para aparat desa/kelurahan untuk dibawa ke Kantor Dinas Pendapatan daerah guna dilakukannya perekaman data.

2. Identifikasi Objek Pajak

Pendataan dengan alternative ini dapat dilaksanakan pada daerah/wilayah yang sudah mempunyai peta garis/peta foto yang dapat menentukan posisi relative objek pajak tetapi tidak mempunyai data administrasi pembukuan Pajak Bumi dan Bangunan. Data tersebut merupakan hasil pendataan secara lengkap tiga tahun terakhir.

3. Verifikasi Data Objek Pajak

Pendataan dengan alternatif ini dapat dilaksanakan pada daerah/wilayah yang sudah mempunyai peta garis/peta foto dan sudah mempunyai data adminsitrasi pembukuan PBB hasil pendataan tiga tahun terakhir secara lengkap.

4. Pengukuran Bidang Objek Pajak

Pendataan dengan alternatif ini dapat dilakukan pada daerah/wilayah yang hanya mempunyai sket peta desa/kelurahan dan/atau peta garis/peta foto tetapi belum dapat digunakan untuk menentukan posisi relative objek pajak.


(37)

C.Pendaftaran Objek Pajak dan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan

Pendaftaran dilakukan oleh subjek pajak (orang atau badan) dengan cara mengisi SPOP dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Jelas. Maksudnya adalah penulisan data yang diminta dalam SPOP harus dinyatakan dengan jelas sehingga tidak menimbulkan salah tafsir yang merugikan negara maupun wajib pajak.

2. Benar. Maksudnya adalah data yang dilaporkan/dituliskan harus sesuai dengan keadaan yang sebenarnya seperti luas tanah dan/atau bangunan, tahun dan harga perolehan, letak tanah atau bangunan, serta peruntukkan atau penggunaannya yang dilaporkan atau dituliskan dalam SPOP harus sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

3. Lengkap. Maksudnya adalah semua kolom dalam SPOP baik yang menyangkut subjek pajak atau wajib pajak maupun data tanah atau bangunan sudah harus diisi sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Kemudian SPOP tersebut harus diberi tanggal pengisian surat dan ditandatangani oleh wajib pajak serta mencantumkan NPWP dalam kolom yang tersedia dalam SPOP.

4. Tepat Waktu. Maksudnya adalah SPOP yang sudah diisi wajib pajak dengan jelas, benar dan lengkap serta ditandatangani haruslah dikembalikan ke Kantor Dinas Pendapatan Daerah tersebut diatas selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah tanggal diterimanya SPOP oleh wajib pajak.

5. Pengembalian SPOP oleh wajib pajak dapat dilaksanakan dengan cara menyerahkan langsung ke Kantor Dinas Pendapatan Daerah atau mengirimkannya melalui kantor pos tercatat.

Untuk mendaftarkan objek pajaknya, maka subjek pajak/wajib pajak harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1. Mengisi Surat Permohonan 2. Mengisi blanko SPOP


(38)

D.Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP)

Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) adalah surat yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk melaporkan data objek pajak yang akan dipakai sebagai dasar untuk menghitung PBB terutang menurut ketentuan Undang-Undang.

E. Hak dan Kewajiban Wajib Pajak dalam Mengisi SPOP Hak Wajib Pajak dalam pengisian SPOP adalah:

1. Memperoleh formulir SPOP secara gratis pada Dinas Pendapatan yang ditunjuk. 2. Memperoleh penjelasan, keterangan tentang tata cara pengisian dan pelaporan SPOP. 3. Memperoleh tanda terima pengembalian SPOP.

4. Memperbaiki/mengisi ulang SPOP apabila terjadi kesalahan dalam pengisian dengan melampirkan fotocopy bukti yang sah.

5. Menunjuk pihak lain dengan surat kuasa khusus bermaterai sebagai kuasa wajib pajak untuk mengisi dengan menandatangani SPOP.

6. Mengajukan permohonan tertulis mengenai penundaan penyampaian SPOP sebelum batas waktu dilampaui dengan menyebutkan alasan-alasan yang sah.

Sedangkan kewajiban Wajib Pajak dalam pengisian SPOP adalah: 1. Mendaftarkan objek pajak dengan cara mengisi SPOP.

2. Mengisi SPOP dengan jelas, benar, dan lengkap.

3. Menyampaikan kembali SPOP yang telah diisi wajib pajak kepada Dinas Pendapatan yang ditunjuk selambat-lambatnya 30 hari setelah pembetulan SPOP diterima.

4. Melaporkan perubahan data objek pajak/wajib pajak kepada kantor Dinas Pendapatan yang ditunjuk dengan cara mengisi SPOP sebagai perbaikan/pembetulan SPOP sebelumnya.

F. Sanksi-Sanksi 1. Sanksi Administrasi

Dalam hal Subjek Pajak tidak menyampaikan kembali Surat Pemberitahuan Objek Pajak pada waktunya dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan sebagaimana


(39)

ditentukan dalam Surat Teguran, maka akan diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) dengan sanksi berupa denda Administrasi sebesar 2% setiap bulannya dikalikan pajak terutang.

2. Sanksi Pidana

a. Barang siapa karena kealpaannya tidak mengembalikan SPOP atau mengembalikan SPOP tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap dan/atau melampirkan keterangan yang tidak benar atau tidak lengkap sehingga menimbulkan kerugian bagi negara, dipidana dengan kurungan selama-lamanya 6 bulan atau denda paling tinggi dua kali lipat pajak yang terutang.

b. Barang siapa karena dengan sengaja:

1. Tidak mengembalikan atau menyampaikan SPOP kepada Dinas Pendapatan yang ditunjuk. 2. Menyampaikan SPOP tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap dan/atau melampirkan

keterangan yang tidak benar.

3. Memperlihatkan surat palsu atau dipalsukan atau dokumen yang palsu atau dipalsukan seolah-olah benar.

4. Tidak memperlihatkan data atau tidak meminjamkan surat atau dokumen lainnya. 5. Tidak menunjukkan data atau tidak menyampaikan keterangan yang diperlukan.

Sehingga menimbulkan kerugian pada negara, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya 2 tahun atau denda setingi-tingginya sebesar 5 kali pajak yang terutang. Sanksi pidana tersebut dilipatkan dua apabila seseorang melakukan lagi tindak pidana dibidang perpajakan sebelum lewat satu tahun, terhitung sejak selesainya menjalani sebagian atau seluruh pidana penjara yang dijatuhkan atau sejak dibayarnya denda. Terhadap bukan wajib pajak yang bersangkutan yang melakukan tindakan sebagaimana angka 4 dan angka 5, dipidana dengan pidana kurungan selama-lamanya 1 tahun atau denda setingi-tinginya Rp. 2.000.000,-.


(40)

BAB IV

ANALISA DAN EVALUASI

A. Tata Cara Pengisian dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan

Dalam tata cara pengisian dan pelaporan SPOP, ada hal yang harus dilaksanakan terlebih dahulu sebelum pengisian SPOP/LSPOP dilakukan. Hal tersebut adalah Pendaftaran Objek Pajak dan Subjek Pajak Baru.

1. Pengisian dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak Adapun tata cara pengisian dan pelaporan SPOP adalah:

a. Formulir SPOP dapat diperoleh ditempat-tempat pengambilan yang telah ditentukan. Dalam hal ini, Subjek Pajak dapat mengambil formulir SPOP di Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan atau melalui kuasanya untuk mengambil formulir-formulir tersebut.

b. Wajib Pajak mengajukan permohonan pendaftaran objek dan subjek pajak bumi dan bangunan lengkap dengan bukti-bukti pendukung ke Dinas Pendapatan Kota Medan melalui petugas.

Bukti-bukti yang yang perlu dilampirkan berupa:

1. Fotocopy salah satu bukti Surat Tanah antara lain seperti Sertifikat, Akte Jual Beli Tanah, Surat tanah Garapan, Surat Perjanjian Sewa-Menyewa, Surat Keterangan Lurah/Kepala Desa atau dokumen lainnya.


(41)

3. Fotocopy salah satu bukti Surat BAngunan antara lain seperti Surat Izin Mendirikan Bangunan (SIMB), Surat Keterangan Lurah/Kepala Desa, Fotocopy Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan dokumen lainnya.

c. Setelah Subjek Pajak menyebarkan permohonan pendaftaran lengkap dengan bukti-bukti pendukungnya, kemudian Subjek Pajak mengisi formulir SPOP dengan jelas, benar, lengkap, tepat waktu, dan ditandatangani.

d. Dalam hal Subjek Pajak atau kasanya mengalami kesulitan dalam pengisian formulir tersebut, mereka dapat meminta petunjuk kepada petugas yang menaungi persoalan ini. Dalam hal formulir tersebut diisi oleh kuasa dari Subjek Pajak, maka harus dilampiri surat kuasa yang dibubuhi materai Rp. 6.000.

e. Dalam hal berkas permohonan pendaftaran sudah lengkap, kemudian petugas akan melakukan penelitian atas pengisian formulir SPOP yang sudah diisi apakah sudah benar, jelas, dan lengkap. Apabila dari hasil enelitian terdapat item-item yang belum diisi atau terdapat ketidakjelasan penulisan dan/atau belum ada tanda tangan Subjek Pajak atau kuasanya, maka petugas dapat melakukan konfirmasi dan mengembalikan formulir SPOP tersebut kepada Subjek Pajak untuk memenuhi kelengkapan dan kejelasan pengisian formulir SPOP tersebut.

f. Dalam hal berkas permohonan pendaftaran dan formulir SPOP sudah diisi dengan lengkap, petugas akan mencetak Bukti Penerimaan Surat (BPS) dan Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD). BPS akan diserahkan kepada Subjek Pajak sedangkan LPAD akan digabungkan dengan berkas permohonan pendaftaran, kemudian seksi Pengolahan Data dan Informasi melakukan perekaman SPOP, mencetak Daftar Hasil Rekaman, melakukan pencocokan antara SPOP dan DHR guna pembentukan Basis Data Objek dan Subjek Pajak dan meneruskan berkas permohonan pendaftaran kepada Seksi Pelayanan untuk dicetak.

Blanko SPOP terdiri dari Lembar Surat Pemberitahuan Objek pajak (SPOP) dan Lembar Lampiran Surat Pemberitahuan Objek Pajak (LSPOP).


(42)

Lembar SPOP adalah lembar yang digunakan untuk mengisi Identitas, letak Objek pajak, Data Tanah, Denah/Sket/Lokasi Objek Pajak yang dimiliki Subjek Pajak.

Tabel 1: Lembar SPOP

Data Diisi Wajib Pajak Diisi Petugas Pajak

Jenis Transaksi

NOP

NOP Bersama

Tambahan untuk Data Baru

Data Letak Objek Pajak

Data Subjek Pajak

Data Tanah

Zona Nilai Tanah

Data Bangunan

Pernyataan Subjek Pajak

Identitas Pendata

Sket/ Denah Lokasi Objek Pajak

Keterangan:

a. NOP adalah nilai Identifikasi Objek Pajak yang mempunyai karakteristik Unik, Permanen, Standar dengan satuan Blok dalam satu wilayah administrasi pemerintah desa/kelurahan yang berlaku secara Nasional.

b. Zona Nilai Tanah adalah zona geografis yang terdiri dari sekelompok Objek pajak yang mempunyai Bilai Indikasi Rata-Rata (NIR) sama yang dibatasi oleh batas penguasaan/pemilikan Subjek Pajak dalam suatu wilayah adminsitasi pemerintahan desa/kelurahan.


(43)

2. Lembar Lampiran Surat Pemberitahuan Objek Pajak (LSPOP)

Lembar LSPOP ini tidak digunakan bila Subjek pajak tidak mempunyai benagunan pada sebidang tanah dan digunakan apabila dalam suatu tanah tersebut terdapat 1 bangunan. Jika dalam tanah tersebut terdapat 2 atau lebi bangunan, maka jumlah LSPOP yang digunakan adalah sebanyak jumlah bangunan yang ada.

Tabel 2 : Lembar LSPOP

Data Diisi Oleh

Wajib Pajak

Diisi Oleh Petugas

Pajak

Rincian Data Bangunan •

Fasilitas •

Data Tambahan untuk Jenis Penggunaan Bangunan JPB=3/8

• Data Tambahan untuk Bangunan Non-Standar •

Penilaian Individual •

Identitas Pendata •

Keterangan:

a. Bangunan Non-Standard adalah Objek Pajak yang tidak memenuhi kriteria Objek Pajak Standard.

b. Objek Pajak Standard adalah Objek Pajak yang memiliki Luas Bangunan ≤ 1000 m2 dan jumlah lantai 4 (empat) serta luas tanah ≤ 10.000 m2.

c. Penilaian Individual adalah penelitian terhadap Objek Pajak dengan cara memperhatikan semua karakteristik dari setiap Objek Pajak.

B. Kendala-Kendala dalam Pengisian dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan


(44)

a. Mengingat besarnya jumlah Objek Pajak dan beragamnya tingkat pendidikan dan pengetahuan Subjek Pajak, maka belum seluruh Subjek Pajak dapat melaksanakan kewajiban mereka untuk mendaftarkan Objek Pajak yang dikuasai/dimiliki/dimanfaatkannya.

b. Kesadaran masyarakat untuk memenuhi kewajiban perpajakannya yaitu dengan melaporkan Objek Pajak Bumi dan Bangunannya yang relative rendah, khususnya pada masyarakat yang berada didaerah-daerah terpencil atau perdesaan.

c. Kurangnya pemahaman Subjek Pajak dalam menghadapi kerumitan dalam pengisian SPOP/LSPOP.

d. Keterlambatan pengembalian dan kesalahan pengisian SPOP/LSPOP.

1. Subjek Pajak mengembalikan SPOP/LSPOP tidak tepat waktu sehingga menimbulkan pada petugas pajak, disamping harus meneliti dan mentatausahakan kembali SPOP/LSPOP tersebut, petugas juga harus membuat laporan pendaftaran Objek pajak Baru yang diserahkan pada akhir bulan.

2. Subjek Pajak mengembalikan SPOP/LSPOP tepat waktu, tetapi setelah melakukan perekaman dan validasi data ternyata terdapat ketidakcocokan data antara formulir SPOP/LSPOP dengan keadaan sebenarnya dilapangan. Maka hal ini akan menyulitkan petugas pajak, karena petugas pajak harus melakukan perhitungan ulang kembali besarnya pajak yang harus dibayar Subjek Pajak.

e. Kurangnya Sumber Daya Manusia dalam menangani jumlah Objek Pajak dan/atau Subjek Pajak.

C. Upaya-Upaya Penanganan Kendala-Kendala dalam Pengisian Surat Pemberitahuan Objek Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan a. Mengadakan Pendataan Objek Pajak dan Subjek Pajak

Pendataan Objek Pajak dan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan dilakukan oleh fiskus mengingat besarnya jumlah Onjek Pajak dan beragamnya tingkat penddidikan dan


(45)

pengetahuan Wajib Pajak, maka belum seluruhnya Wajib Pajak dapat melaksanakan kewajibannya untuk mendaftarkan Objek Pajak yang dikuasai/dimiliki/dimanfaatkannya. Oleh karena itu untuk memberikan pelayanan yang lebih baik kepada Wajib Pajak, maka petugas harus mengadakan kegiatan pendataan Objek Pajak dan Subjek Pajak.

b. Mengadakan Penyuluhan kepada Masyarakat Mengenai Pentingnya Melaporkan Objek Pajak

Hal ini penting dilakukan agar Subjek Pajak sadar akan kewajibannya untuk melaporkan Objek Pajak mereka. Bahwasannnya membayar dan melapor sama pentingnya.

c. Menetapkan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) Pajak Bumi dan Bangunan.

1. Apabila setelah 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya formulir SPOP/LSPOP ternyata belum dikembalikan, maka Subjek Pajak akan menerima Surat Teguran dari Dinas Pendapatan Kota Medan yang akan dilanjutkan dengan diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak dimana besarnya pajak terhutang dalam SKPD tersebut ditetapkan secara jabatan (pokok pajak) ditambah denda administrasi sebesar 25% dari pokok pajak.

2. Apabila setelah dilakukan perekaman terdapat ketidakcocokan data dengan keadaan sebenarnya dilapangan, maka Dinas Pendapatan Kota Medan menerbitkan SKP sebesar selisih pajak terhutang ditambah denda Administrasi 25% dari selisih pajak terhutang.

Adapun maksud dan tujuan dari penelitian SPOP tersebut yaitu agar diharapkan kepada Subjek Pajak untuk tidak melakukan keterlambatan dalam melaporkan SPOP dan tidak melakukan kecurangan dalam pengisian data-data dalam formulir SPOP nantinya dan mematuhi ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan. Untuk memperjelas formulir SPOP/LSPOP maka dilampirkan contoh formulir SPOP/LSPOP sebagai berikut:


(46)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uaraian yang dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, dan data yang diperoleh dari hasil riset pada Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan, terdapat beberapa kesimpulan yang penulis peroleh dalam melayani Pengisian dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP), antara lain sebagai berikut:

1. Dalam pengisian dan pelaporan SPOP, yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah pendaftaran objek pajak dan subjek pajak baru.

2. Mengisi formulir SPOP/LSPOP dengan jelas, benar, lengkap, dan tepat waktu serta ditandatangani dengan melampirkan bukti-bukti pendukung dan dikembalikan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari setelah tanggal diterimanya formulir SPOP/LSPOP. Setiap pengembalian formulir SPOP/LSPOP oleh Subjek Pajak akan diberikan tanda terima penyampaian dan pengembalian SPOP atau Bukti Penerimaan Surat (BPS).

3. Formulir untuk melaporkan Objek Pajak Bumi dan Bangunan terdiri dari 2 lembar yaitu SPOP dan LSPOP yang diisi oleh Subjek Pajak dan petugas pajak. Subjek Pajak cukup mengisi data Objek Pajak, Identitas Objek Pajak untuk data tanah sedangkan data bangunan seperti luas bangunan, tahun bangunan, dan harga jual bangunan. Diluar dari data diatas diisi oleh petugas pajak.

4. Upaya dan cara mengatasi hambatan dan kendala dilapangan ketika pengisian

SPOP/LSPOP dapat dilakukan dengan sosialisasi kepada Subjek Pajak dan/atau Wajib Pajak Pajak bumi dan Bangunan (PBB).

B. Saran

Dari Laporan Tugas Akhir ini, penulis memberikan saran yang nantinya dapat menjadi masukan yang membangun dan bermanfaat bagi Dinas Pendapatan Kota Medan


(47)

dalam upaya peningkatan pendaftaran Objek Pajak oleh Subjek Pajak serta peningkatan pemahaman Subjek Pajak dalam pengisian dan pelaporan SPOP/LSPOP.

Adapun saran yang dapat penulis kemukakan adalah sebagai berikut:

1. Pendataan Objek Pajak agar dilakukan dengan perencanaan dan mekanisme yang baik sehingga SPOP mudah dihitung dan didata. Oleh karena itu perlu diadakannya penyuluhan yang lebih giat lagi oleh Dinas Pendapatan Kota Medan untuk dapat memudahkan dan meningkatkan kesadaran Wajib Pajak dalam melaporkan SPOP.

2. Mengingat besarnya jumlah Objek Pajak dan beragamnya tingkat pendidikan dan pengetahuan Subjek Pajak, maka belum seluruh Subjek Pajak dapat melaksanakan kewajiban mereka untuk mendaftarkan Objek Pajak yang dikuasai/dimiliki/dimanfaatkannya dan kesadaran masyarakat untuk memenuhi kewajiban perpajakannya yaitu dengan melaporkan Objek Pajak Bumi dan Bangunannya masih relatif rendah. Oleh karena itu perlu diadakannya sosialisasi dan pembinaan yang dapat membantu masyarakat mengisi SPOP secara benar.


(48)

DAFTAR PUSTAKA

Waluyo. 2007. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

Resmi, Siti. 2008. Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta: SalembaEmpat. Mardiasmo. 2009. Perpajakan.Jakarta: Andi.

Darwin. 2010. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta: MitraWacana Media. Peraturan Perundang-Undangan

Peraturan Daerah No. 12 Tahun 1978 Tentang Struktur Organisasi Dinas Pendapatan.

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 973/442 Tahun 1988 Tentang Sistem dan Prosedur Perpajakan, Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerah lainnya serta pemungutan Pajak Parkir diseluruh Indonesia.

Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 10 Tahun 1988 Tentang pelaksanaan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 973/442 Tahun 1988.

Surat Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 1988 Tentang Pelaksanaan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Kota Medan.

Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2000 Tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah.

Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2001 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah di Lingkungan Pemerintah Kota Medan.

Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2009 Khusus untuk Dinas Pendapatan Kota Medan Tentang Penetapan Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Kota Medan beserta Struktur Organisasi.

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Pajak Bumi


(49)

Keputusan Menteri Dalam Negeri KUPD No. 7/12/41-10 Tentang Penyeragaman Struktur Organisasi Pendapatan Daerah di Seluruh Indonesia.


(1)

a. Mengingat besarnya jumlah Objek Pajak dan beragamnya tingkat pendidikan dan pengetahuan Subjek Pajak, maka belum seluruh Subjek Pajak dapat melaksanakan kewajiban mereka untuk mendaftarkan Objek Pajak yang dikuasai/dimiliki/dimanfaatkannya.

b. Kesadaran masyarakat untuk memenuhi kewajiban perpajakannya yaitu dengan melaporkan Objek Pajak Bumi dan Bangunannya yang relative rendah, khususnya pada masyarakat yang berada didaerah-daerah terpencil atau perdesaan.

c. Kurangnya pemahaman Subjek Pajak dalam menghadapi kerumitan dalam pengisian SPOP/LSPOP.

d. Keterlambatan pengembalian dan kesalahan pengisian SPOP/LSPOP.

1. Subjek Pajak mengembalikan SPOP/LSPOP tidak tepat waktu sehingga menimbulkan pada petugas pajak, disamping harus meneliti dan mentatausahakan kembali SPOP/LSPOP tersebut, petugas juga harus membuat laporan pendaftaran Objek pajak Baru yang diserahkan pada akhir bulan.

2. Subjek Pajak mengembalikan SPOP/LSPOP tepat waktu, tetapi setelah melakukan perekaman dan validasi data ternyata terdapat ketidakcocokan data antara formulir SPOP/LSPOP dengan keadaan sebenarnya dilapangan. Maka hal ini akan menyulitkan petugas pajak, karena petugas pajak harus melakukan perhitungan ulang kembali besarnya pajak yang harus dibayar Subjek Pajak.

e. Kurangnya Sumber Daya Manusia dalam menangani jumlah Objek Pajak dan/atau Subjek Pajak.


(2)

pengetahuan Wajib Pajak, maka belum seluruhnya Wajib Pajak dapat melaksanakan kewajibannya untuk mendaftarkan Objek Pajak yang dikuasai/dimiliki/dimanfaatkannya. Oleh karena itu untuk memberikan pelayanan yang lebih baik kepada Wajib Pajak, maka petugas harus mengadakan kegiatan pendataan Objek Pajak dan Subjek Pajak.

b. Mengadakan Penyuluhan kepada Masyarakat Mengenai Pentingnya Melaporkan Objek Pajak

Hal ini penting dilakukan agar Subjek Pajak sadar akan kewajibannya untuk melaporkan Objek Pajak mereka. Bahwasannnya membayar dan melapor sama pentingnya.

c. Menetapkan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) Pajak Bumi dan Bangunan.

1. Apabila setelah 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya formulir SPOP/LSPOP ternyata belum dikembalikan, maka Subjek Pajak akan menerima Surat Teguran dari Dinas Pendapatan Kota Medan yang akan dilanjutkan dengan diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak dimana besarnya pajak terhutang dalam SKPD tersebut ditetapkan secara jabatan (pokok pajak) ditambah denda administrasi sebesar 25% dari pokok pajak.

2. Apabila setelah dilakukan perekaman terdapat ketidakcocokan data dengan keadaan sebenarnya dilapangan, maka Dinas Pendapatan Kota Medan menerbitkan SKP sebesar selisih pajak terhutang ditambah denda Administrasi 25% dari selisih pajak terhutang.

Adapun maksud dan tujuan dari penelitian SPOP tersebut yaitu agar diharapkan kepada Subjek Pajak untuk tidak melakukan keterlambatan dalam melaporkan SPOP dan tidak melakukan kecurangan dalam pengisian data-data dalam formulir SPOP nantinya dan mematuhi ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan. Untuk memperjelas formulir SPOP/LSPOP maka dilampirkan contoh formulir SPOP/LSPOP sebagai berikut:


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uaraian yang dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, dan data yang diperoleh dari hasil riset pada Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan, terdapat beberapa kesimpulan yang penulis peroleh dalam melayani Pengisian dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP), antara lain sebagai berikut:

1. Dalam pengisian dan pelaporan SPOP, yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah pendaftaran objek pajak dan subjek pajak baru.

2. Mengisi formulir SPOP/LSPOP dengan jelas, benar, lengkap, dan tepat waktu serta ditandatangani dengan melampirkan bukti-bukti pendukung dan dikembalikan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari setelah tanggal diterimanya formulir SPOP/LSPOP. Setiap pengembalian formulir SPOP/LSPOP oleh Subjek Pajak akan diberikan tanda terima penyampaian dan pengembalian SPOP atau Bukti Penerimaan Surat (BPS).

3. Formulir untuk melaporkan Objek Pajak Bumi dan Bangunan terdiri dari 2 lembar yaitu SPOP dan LSPOP yang diisi oleh Subjek Pajak dan petugas pajak. Subjek Pajak cukup mengisi data Objek Pajak, Identitas Objek Pajak untuk data tanah sedangkan data bangunan seperti luas bangunan, tahun bangunan, dan harga jual bangunan. Diluar dari data diatas diisi oleh petugas pajak.


(4)

dalam upaya peningkatan pendaftaran Objek Pajak oleh Subjek Pajak serta peningkatan pemahaman Subjek Pajak dalam pengisian dan pelaporan SPOP/LSPOP.

Adapun saran yang dapat penulis kemukakan adalah sebagai berikut:

1. Pendataan Objek Pajak agar dilakukan dengan perencanaan dan mekanisme yang baik sehingga SPOP mudah dihitung dan didata. Oleh karena itu perlu diadakannya penyuluhan yang lebih giat lagi oleh Dinas Pendapatan Kota Medan untuk dapat memudahkan dan meningkatkan kesadaran Wajib Pajak dalam melaporkan SPOP.

2. Mengingat besarnya jumlah Objek Pajak dan beragamnya tingkat pendidikan dan pengetahuan Subjek Pajak, maka belum seluruh Subjek Pajak dapat melaksanakan kewajiban mereka untuk mendaftarkan Objek Pajak yang dikuasai/dimiliki/dimanfaatkannya dan kesadaran masyarakat untuk memenuhi kewajiban perpajakannya yaitu dengan melaporkan Objek Pajak Bumi dan Bangunannya masih relatif rendah. Oleh karena itu perlu diadakannya sosialisasi dan pembinaan yang dapat membantu masyarakat mengisi SPOP secara benar.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Waluyo. 2007. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

Resmi, Siti. 2008. Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta: SalembaEmpat. Mardiasmo. 2009. Perpajakan.Jakarta: Andi.

Darwin. 2010. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta: MitraWacana Media. Peraturan Perundang-Undangan

Peraturan Daerah No. 12 Tahun 1978 Tentang Struktur Organisasi Dinas Pendapatan.

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 973/442 Tahun 1988 Tentang Sistem dan Prosedur Perpajakan, Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerah lainnya serta pemungutan Pajak Parkir diseluruh Indonesia.

Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 10 Tahun 1988 Tentang pelaksanaan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 973/442 Tahun 1988.

Surat Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 1988 Tentang Pelaksanaan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Kota Medan.

Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2000 Tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah.

Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2001 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah di Lingkungan Pemerintah Kota Medan.

Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2009 Khusus untuk Dinas Pendapatan Kota Medan Tentang Penetapan Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Kota Medan beserta Struktur Organisasi.


(6)

Keputusan Menteri Dalam Negeri KUPD No. 7/12/41-10 Tentang Penyeragaman Struktur Organisasi Pendapatan Daerah di Seluruh Indonesia.