Penelitian Terdahulu

2.9 Penelitian Terdahulu

Dewasa ini selain kebutuhan dalam negeri tomat juga sudah diekspor, namun tidak jarang tomat sudah mengalami kerusakan atau penurunan mutu sebelum sempat sampai kepada pengguna. Maka dari itu perlu dikembangkan teknologi penanganan segar untuk menghambat pembusukan (Hartuti, 2006 dalam Andriasty, dkk. 2015). Berbagai penelitian menunjukkan bahwa edible coating/film dapat berfungsi sebagai pembawa ( carrier ) aditif makanan, seperti bersifat sebagai agen antipencoklatan, antimikroba, pewarna, pemberi flavor, nutrisi, dan bumbu. Salah satu cara mempertahankan kesegaran buah tomat yaitu dengan cara pelapisan edible coating dengan penambahan zat aditif seperti antimikroba yang pada prinsipnya dapat menghambat pertumbuhan mikroba pada permukaan buah tomat sehingga tidak mudah mengalami kebusukan (Andriasty, dkk. 2015).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Andriasty, dkk pada tahun 2015 mengenai “Pembuatan Edible Film Dari Pektin Kulit Pisang Raja Bulu ( Musa

sapientum Var Paradisiaca Baker ) Dengan Penambahan Minyak Atsiri Jahe Emprit ( Zingiber officinalle Var. Amarum ) Dan Aplikasinya Pada Tomat Cherry

( Lycopersiconesculentum Var. Cerasiforme )” bahwa tomat cherry mengalami perubahan kenaikan pH baik pada perlakuan coating maupun non coating , namun hanya saja pada perlakuan non coating lebih cepat mengalami perubahan kenaikan pH pada buah tomat cherry. Hal ini disebabkan karena pelapisan coating

mampu menghambat kerja respirasi kenaikan produksi CO 2 , sehingga asam-asam organik dalam buah tidak mengalami penguraian secara cepat dalam kondisi aerob. Selain itu menggunakan pelapisan coating yang tersusun dari beberapa mampu menghambat kerja respirasi kenaikan produksi CO 2 , sehingga asam-asam organik dalam buah tidak mengalami penguraian secara cepat dalam kondisi aerob. Selain itu menggunakan pelapisan coating yang tersusun dari beberapa

dalam untuk memproduksi CO 2 , sehingga laju transpirasi meningkat yang kemudian asam-asam organik megalami penguraian secara cepat dalam kondisi aerob.

Berdasarkan pe nelitian yang dilakukan Rudito pada tahun 2005 mengenai “ Perlakuan Komposisi Gelatin dan Asam Sitrat dalam Edible Coating yang

Mengandung Gliserol Pada Penyimpanan Tomat” bahwa Analisis ragam susut berat pada hari ke-5 sampai dengan hari ke-15, perlakuan konsentrasi gelatin dan konsentrasi asam sitrat serta interaksinya menunjukkan adanya pengaruh yang nyata terhadap susut berat buah tomat. Susut berat buah tomat semakin rendah pada konsentrasi gelatin dan asam sitrat yang tinggi, hal ini berkaitan dengan laju respirasi. Edible coating buah tomat yang memiliki laju respirasi lebih lambat maka susut beratnya lebih kecil. Kelembaban relatif pada saat penelitian adalah dipertahankan konstan 80%. Sinaga (1984) dalam Rudito (2005) , mengemukakan bahwa respirasi menyebabkan terjadinya susut berat, karena respirasi melibatkan terjadinya pembongkaran senyawa-senyawa organik, sehingga senyawa-senyawa Mengandung Gliserol Pada Penyimpanan Tomat” bahwa Analisis ragam susut berat pada hari ke-5 sampai dengan hari ke-15, perlakuan konsentrasi gelatin dan konsentrasi asam sitrat serta interaksinya menunjukkan adanya pengaruh yang nyata terhadap susut berat buah tomat. Susut berat buah tomat semakin rendah pada konsentrasi gelatin dan asam sitrat yang tinggi, hal ini berkaitan dengan laju respirasi. Edible coating buah tomat yang memiliki laju respirasi lebih lambat maka susut beratnya lebih kecil. Kelembaban relatif pada saat penelitian adalah dipertahankan konstan 80%. Sinaga (1984) dalam Rudito (2005) , mengemukakan bahwa respirasi menyebabkan terjadinya susut berat, karena respirasi melibatkan terjadinya pembongkaran senyawa-senyawa organik, sehingga senyawa-senyawa

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Rudito pada tahun 2005 mengenai “Perlakuan Komposisi Gelatin dan Asam Sitrat dalam Edible Coating yang Mengandung Gliserol Pada Penyimpanan Tomat” bahwa analisis ragam tekstur

pada hari ke- 5 sampai dengan hari ke-15, perlakuan konsentrasi gelatin dan konsentrasi asam sitrat serta interaksinya menunjukkan adanya pengaruh yang nyata terhadap tekstur buah tomat. Semakin besar konsentrasi gelatin dan konsentrasi asam sitrat maka nilai tekstur jaringan buah tomat adalah makin kecil (keras). Hal ini disebabkan karena pada kondisi tersebut oksigen yang masuk ke jaringan adalah lebih sedikit sehingga enzim-enzim yang terlibat dalam proses respirasi dan pelunakan jaringan adalah kurang aktif. Ben Yehoshua (1987) dalam Rudito (2005), menyatakan bahwa laju respirasi yang kecil pada edible coating tomat menyebabkan penundaan kematangan dan mengurangi degradasi tekstur selama penyimpanan. Watada, dkk (1979) dalam Rudito (2005), menambahkan bahwa pelunakan jaringan hortikultura pada dasarnya adalah akibat aktifitas enzim pemecah senyawa pektin yang berada pada lamela tengah, yaitu enzim pectin esterase (PE) dan poligalakturonase (PG).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rudito pada tahun 2005 mengenai “Perlakuan Komposisi Gelatin dan Asam Sitrat dalam Edible Coating

yang Mengandung Gliserol Pada Penyimpanan Tomat” bahwa dengan semakin tingginya konsentrasi gelatin dan konsentrasi asam sitrat maka kandungan asam

askorbat buah tomat makin tinggi. Edible coating membatasi keluar masuknya O 2 ke dalam jaringan buah. Tannenbaum (1976), menyatakan bahwa pengurangan O 2 askorbat buah tomat makin tinggi. Edible coating membatasi keluar masuknya O 2 ke dalam jaringan buah. Tannenbaum (1976), menyatakan bahwa pengurangan O 2

H 2 O 2 , H 2 O 2 yang dihasilkan dapat menyebabkan autooksidasi sehingga akan memperbesar kerusakan vitamin C.